Anda di halaman 1dari 3

Hawa Nafsu (2)

Awas Syirik!

Imam Ahmad bin Hanbal menyebut penolakan perkara yang disabdakan Rasulullah saw.
sebagai suatu penyelewengan dan kesesatan. Beliau berkata, "Aku memperhatikan dan mempelajari
Al Qur-an dan kudapati 33 ayat yang membahas ketaatan kepada Rasulullah saw". Lalu beliau
membaca sepotong ayat:
‫َفْلَيْح َذ ِر اَّلِذ يَن ُيَخ اِلُفوَن َع ْن َأْم ِر ِه َأْن ُتِص يَبُهْم ِفْتَنٌة َأْو ُيِص يَبُهْم َع َذ اٌب َأِليٌم‬
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa fitnah atau
ditimpa azab yang pedih." (An-Nur: 63)
Berulang kali beliau membaca ayat ini kemudian berkata, "Fitnah yang dimaksud adalah syirik.
Apabila seseorang menolak sebagian sabda Rasulullah saw. maka tergoreslah satu kesesatan di
dalam hatinya dan kesesatan itu akan membinasakannya."
Kesesatan itu ada beberapa tingkat. Kesesatan yang disebabkan kekufuran dapat
menyebabkan pelakunya keluar Islam. Kekufuran terjadi jika seseorang yang mengetahui hukum
syariat Islam mendakwa tidak percaya dengan kelayakan hukum Islam untuk direalisasikan dan
menganggap bahwa hukum tersebut tidak sesuai dengan maslahah atau tidak relevan dengan
perkembangan zaman dan sebagainya. Demikianlah yang dimaksudkan Al Qur-an tentang orang
yang beriman dengan sebagian kitab Allah dan ingkar kepada sebagian yang lain. Di kalangan umat
Islam, orang yang berbuat seperti itu tergolong kafir.
Syeikh Ibnu Taimiyah terang-terangan mengkafirkan orang yang beriman hanya kepada
sebagian Al Qur-an dengan menyebutkan dalil-dalilnya dari Al Qur-an. Beliau menegaskan bahwa
kekufuran itu tidak terbatas hanya kepada golongan atheis dan golongan yang mengingkari risalah
Islam, tetapi juga termasuk orang yang beriman kepada sebagian risalah, tetapi tidak mempercayai
sebagian yang lain. Mereka juga termasuk orang kafir sebagaimana firman Allah Taala.:
‫ِإَّن اَّلِذ يَن َيْكُفُروَن ِباِهَّلل َو ُرُس ِلِه َو ُيِر يُد وَن َأْن ُيَفِّر ُقوا َبْيَن ِهَّللا َو ُرُس ِلِه َو َيُقوُلوَن ُنْؤ ِم ُن ِبَبْع ٍض َو َنْكُفُر ِبَبْع ٍض َو ُيِريُد وَن َأْن َيَّتِخ ُذ وا َبْيَن َذ ِل َك‬
‫ َو اَّل ِذ يَن َء اَم ُن وا ِباِهَّلل َو ُرُس ِلِه َو َلْم ُيَفِّر ُق وا َبْيَن َأَح ٍد ِم ْنُهْم ُأوَلِئ َك َس ْو َف‬.‫ ُأوَلِئَك ُهُم اْلَك اِفُروَن َح ًّقا َو َأْعَتْد َنا ِلْلَك اِفِر يَن َع َذ اًبا ُمِهيًن ا‬.‫َس ِبيًال‬
‫ُيْؤ ِتيِهْم ُأُجوَر ُهْم َو َك اَن ُهَّللا َغ ُفوًرا َر ِح يًم ا‬
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-rasul-Nya, dan bermaksud
membedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan, “Kami
beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta
bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau
kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-

1
orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para
rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun di antara mereka, kelak Allah akan
memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang." (An-Nisa': 150-152)
Kepada ahli kitab Allah juga berfirman:
‫ُثَّم َأْنُتْم َهُؤَالِء َتْقُتُلوَن َأْنُفَس ُك ْم َو ُتْخ ِر ُجوَن َفِر يًقا ِم ْنُك ْم ِم ْن ِدَياِر ِهْم َتَظاَهُروَن َع َلْيِهْم ِبْاِإل ْثِم َو اْلُع ْد َو اِن َو ِإْن َي ْأُتوُك ْم ُأَس اَر ى ُتَف اُدوُهْم َو ُه َو‬
‫ُمَح َّر ٌم َع َلْيُك ْم ِإْخ َر اُجُهْم َأَفُتْؤ ِم ُنوَن ِبَبْع ِض اْلِكَت اِب َو َتْكُف ُروَن ِبَبْع ٍض َفَم ا َج َز اُء َم ْن َيْفَع ُل َذ ِل َك ِم ْنُك ْم ِإَّال ِخ ْز ٌي ِفي اْلَحَي اِة الُّد ْنَيا َو َي ْو َم‬
‫اْلِقَياَم ِة ُيَر ُّد وَن ِإَلى َأَشِّد اْلَع َذ اِب َو َم ا ُهَّللا ِبَغاِفٍل َع َّم ا َتْع َم ُلوَن‬
"Kemudian kamu (Bani Israel) membunuh dirimu (saudaramu sebangsa) dan mengusir segolongan
daripada kamu dari kampung halamannya, kamu bantu membantu terhadap mereka dengan
membuat dosa dan permusuhan; tetapi jika mereka datang kepadamu sebagai tawanan, kamu tebus
mereka, padahal mengusir mereka itu (juga) terlarang bagimu. Apakah kamu beriman kepada
sebahagian Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah balasan bagi
orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada
hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang
kamu perbuat."(Al-Baqarah: 85)
Firman Allah Taala:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa
yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak
berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan setan
bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan
kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada
hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-
kuatnya dari (mendekati) kamu." (An-Nisa': 60-61)
Firman Allah Taala:
”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang diberi bahagian dari Al-Kitab? Mereka
percaya kepada jibt dan thaghut, dan mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah),
bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman. Mereka itulah orang yang
dikutuki Allah. Barang siapa yang dikutuki Allah, niscaya kamu sekali-kali tidak akan memperoleh
penolong baginya." (An-Nisa': 51-52)
Kemudian Syeikh Ibnu Taimiyah menegaskan bahwa di balik ayat-ayat tersebut Allah
mencela orang-orang yang telah diberikan kitab, tetapi masih beriman kepada perkara di luar
risalah. Mereka lebih mengutamakan orang-orang di luar risalah dibanding orang-orang beriman,

2
sama seperti sebagian orang yang mengutamakan pendapat ahli filsafat dan kerajaan jahiliyah
(yang berbangsa Turki, Dailam, Arab, Iran dan lain-lain) daripada kerajaan yang beriman kepada
Allah, beriman kepada kitab Allah dan Rasul-Nya. Allah juga mencela orang yang mengaku
beriman kepada seluruh kitab Allah tetapi mereka tidak merujuk hukum kepada Al Qur-an dan
Sunnah. Mereka berhukum kepada para thaghut yang mereka agungkan dan meninggalkan hukum
Allah. Demikian juga yang terjadi terhadap golongan yang mengaku dan menganut Islam, tetapi
mereka menjalankan undang-undang ahli filsafat yang keluar dari landasan Islam atau memerintah
menurut sistem politik kerajaan di luar syariat Allah. Apabila diserukan kepada mereka, “Marilah
kembali kepada kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya!", mereka sungguh memalingkan muka mereka."
Beliau menafsirkan `taghut' yang terdapat dalam ayat ini sebagai orang yang menganut
pendapat yang bertentangan dengan Al Qur-an dan Sunnah, meskipun ia menamakan dirinya
dengan ahli falsafah atau kerajaan. Mereka beriman kepada Allah, tetapi tidak beriman kepada
segala perintah dan ajaran Rasul. Pemisahan tersebut hanya akan membawa kepada kekufuran.
Siapa yang mengambil jalan tengah dengan mencampur-adukkan agama dengan perkara jahili yang
dihiasi dengan nama yang baik tidak akan diakui sebagai mukmin. Mereka itulah orang yang
digambarkan sebagai golongan yang hendak mengambil jalan tengah di antara Islam dan jahiliah.
Mereka menciptakan jalan ketiga di antara Islam dan ideologi ciptaan manusia dengan
mencampurkan sedikit dari Islam dan sedikit dari jahiliyah lalu diaduk untuk dijadikan undang-
undang yang mengatur kehidupan manusia. Kebanyakan pemerintah di negara-negara Islam, partai-
partai politik dan yayasan sosial pada hari ini --walaupun tidak menjadi atheis atau kufur secara
terang-terangan, tetapi mereka menyeru manusia kepada teori dan sistem yang bertentangan dengan
hukum Islam dalam masalah halal-haram. Mereka menghalalkan yang haram dan mengharamkan
yang halal padahal ia mengetahui bahwa perkara itu bertentangan dengan syariat Allah.

Anda mungkin juga menyukai