Anda di halaman 1dari 7

Keutamaan Menasihati

Kaum Muslimin (Bag. 4)


oleh Muhammad Zia Abdurrofi

24 Maret 2024

di Akhlak dan Nasihat


0

Daftar Isi
 Sifat ulama Bani Israil bahwa mereka adalah tokoh penyeru kesesatan
 Hikmah surah Al-A’raf ayat 175-176 dari Ibnul Qayyim rahimahullah
o Hikmah dari turunnya ayat-ayat Allah
o Allah mengabarkan bahwa para tokoh Bani Israil melepaskan dan meninggalkan ayat-
ayat Allah
o Mereka (para tokoh Bani Israil) mengikuti setan
o Allah Mahamampu untuk meninggikan derajat seseorang yang mengikuti kebenaran
 Nasihat merupakan tanggung jawab para ulama
 Contoh dari Al-Qur’an akan besarnya pengaruh sebuah nasihat
Melanjutkan dari risalah Fadilatus Syekh Ibrahim bin Amir Ar-
Ruhaily hafidzahullah, yang berjudul Fadhlu An-Nushi Lil-
Muslimin. Masih pada pembahasan akan buruknya para pemimpin
kesesatan. Pada tulisan kali ini, kita akan melihat betapa berbedanya
orang-orang yang memberi nasihat di atas kesesatan dan mengikuti
hawa nafsu, dengan orang-orang yang memberi nasihat dengan
kebenaran, ketulusan hati serta keridaan dari Allah. Amat sangat jauh
berbeda ganjaran dari keduanya. Sungguh, pada hal ini terdapat
pelajaran yang sangat berharga.

Sifat ulama Bani Israil bahwa


mereka adalah tokoh penyeru
kesesatan
Allah Ta’ala berfirman menjelaskan tentang tokoh-tokoh dan ahli
ilmu Bani Israil,
‫َو ٱۡت ُل َع َلۡي ِه ۡم َن َب َأ ٱَّلِذ ٓى َء اَت ۡي َن ٰـ ُه َء اَي ٰـ ِتَن ا َفٱنَس َلَخ ِم ۡن َه ا َفَأۡت َبَع ُه ٱلَّش ۡي َط ٰـ ُن َفَك اَن‬
‫ِم َن ٱۡل َغ اِو يَن َو َلۡو ِش ۡئ َن ا َلَر َفۡع َن ٰـ ُه ِبَہ ا َو َلٰـ ِك َّن ُه ۤۥ َأۡخ َلَد ِإَلى ٱَأۡلۡر ِض َو ٱَّت َبَع‬
‫َهَو ٰٮ ۚ‌ُه َف َم َثُلُه ۥ َك َم َث ِل ٱۡل َڪۡل ِب ِإن َتۡح ِم ۡل َع َلۡي ِه َي ۡل َه ۡث َأۡو َت ۡت ُر ۡڪ ُه َي ۡل َه ۚ‌ث‬
‫َّذ اِلَك َم َث ُل ٱۡل َقۡو ِم ٱَّلِذيَن َك َّذ ُبوْا ِبَٔـاَي ٰـ ِتَنۚ‌ا َف ٱۡق ُص ِص ٱۡل َق َص َص َلَع َّلُهۡم َي َتَفَّك ُروَن‬
“Dan bacakanlah kepada mereka berita tentang orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-
Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia
diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk
orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki,
sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu,
tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya
yang rendah. Maka, perumpamaannya seperti anjing jika kamu
menghalaunya, diulurkannya lidahnya dan jika kamu
membiarkannya, dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah
perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami.
Maka, ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka
berfikir.” (QS. Al-‘Araf: 175-176)
Allah Ta’ala mensifati para pemimpin kesesatan bahwa mereka
adalah para penyeru ke dalam neraka. Inilah isi dan konteks dari
dakwah dan seruan mereka. Yaitu, seruan mereka adalah amalan
penduduk neraka berupa syirik, bid’ah, dan kesesatan. Mereka pun
akan dihinakan pada hari kiamat dan tidak akan ditolong.
Orang-orang yang hina lagi sengsara dan mereka meninggalkan ayat-
ayat Allah. Allah Ta’ala mensifati mereka, semoga Allah jauhkan hal
ini dari kita, dengan sifat-sifat berupa hukuman atas mereka.
Ancaman yang berupa celaan yang dapat diambil pelajaran oleh
orang-orang berakal.

Hikmah surah Al-A’raf ayat 175-


176 dari Ibnul
Qayyim rahimahullah
Simaklah perkataan berikut ini, yang diucapkan oleh Ibnul
Qayyim rahimahullah dalam menafsirkan ayat di atas.
Hikmah dari turunnya ayat-ayat Allah
Perhatikanlah pada ayat ini terdapat suatu hukum dan makna yang
tersirat, berawal dari firman Allah Ta’ala,
‫َء اَت ۡي َن ٰـ ُه َء اَي ٰـ ِتَن ا‬
“Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi
Al-Kitab).” (QS. Al-‘Araf: 175)
Ibnul Qayyim rahimahullah menuturkan, “Allah Ta’ala mengabarkan
bahwasanya Allahlah yang menurunkan ayat-ayat-Nya. Maka, ini
merupakan sebuah nikmat. Allahlah yang memberikan nikmat berupa
ayat-ayat-Nya, sehingga dalam ayat ini Allah menyandarkan nikmat
berupa turunnya ayat-ayat kepada Allah Ta’ala.”
Allah mengabarkan bahwa para tokoh Bani
Israil melepaskan dan meninggalkan ayat-
ayat Allah
Di antara hikmah pada ayat ini, Allah Ta’ala berfirman,
‫َفٱنَس َلَخ ِم ۡن َه ا‬
“Kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu.” (QS. Al-‘Araf:
175)
Maksudnya, mereka meninggalkan ayat-ayat tersebut sebagaimana
ular yang melepaskan kulitnya. Mereka melepaskan diri sebagaimana
lepasnya kulit dari daging hewan. Pada ayat ini, Allah Ta’ala tidak
mengatakan, “Lalu, Kami lepaskan mereka dari ayat-ayat
itu.” Karena mereka sendirilah yang sejatinya menjadi sebab lepasnya
diri mereka dari ayat-ayat tersebut karena mengikuti hawa nafsu.
Mereka (para tokoh Bani Israil) mengikuti
setan
Kemudian di antara hikmahnya juga, Allah Ta’ala berfirman,
‫َفَأۡت َبَع ُه ٱلَّش ۡي َط ٰـ ُن‬
“Lalu, dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda).” (QS. Al-‘Araf:
175)
Setan akan senantiasa menyertai dan menemaninya. Sebagaimana
Allah berfirman tentang kaumnya Fir’aun,

‫َفَأۡت َب ُعوُهم ُّم ۡش ِر ِقيَن‬


“Maka, Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusul mereka di
waktu matahari terbit.” (QS. Asy-Syu’ara’: 60)
Pada ayat ini, Allah menuturkan tentang para ahli ilmu Bani Israil
yang dahulu mereka betul-betul memelihara dan menjaga ayat-ayat
Allah. Dari segala sisi, mereka menjaga ayat-ayat tersebut dari setan.
Setan tidak dapat mengambil apapun dari mereka, kecuali secara tiba-
tiba. Tatkala mereka melepaskan diri mereka dari ayat-ayat Allah,
setan pun berhasil untuk mengambilnya sebagaimana seekor singa
berhasil menerkam mangsanya. Maka, jadilah mereka orang-orang
yang sesat, disebabkan mengerjakan sesuatu yang menyelisihi ilmu
mereka. Mereka yang mengetahui kebenaran, namun justru
mengerjakan hal yang menyelisihi kebenaran tersebut. Sebagaimana
halnya para ahli ilmu yang buruk.

Allah Mahamampu untuk meninggikan


derajat seseorang yang mengikuti kebenaran
Di antara hikmah pada ayat ini, Allah Ta’ala berfirman,
‫َو َلۡو ِش ۡئ َن ا َلَر َفۡع َن ٰـ ُه ِبَہ ا‬
“Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu.” (QS. Al-‘Araf: 175)
Allah mengabarkan bahwasanya pengangkatan derajat tidak sebatas
dengan ilmu saja. Jika yang dimaksud adalah ulama, maka harus
mengikuti kebenaran serta mendahuluinya dan mengharap keridaan
Allah Ta’ala. [1]

Nasihat merupakan tanggung jawab


para ulama
Nasihat adalah tanggung jawab yang sangat agung yang Allah
amanahkan kepada para ulama. Nasihat merupakan hak kewajiban
para ulama. Lebih ditekankan lagi tatkala ada yang meminta nasihat.
Nasihat dapat berbekas pada jiwa. Nasihat dapat mengangkat derajat
dan martabat, untuk yang memberikan nasihat dengan tulus dan jujur.
Tentu sebaliknya, sebuah kehinaan bagi yang tidak memiliki
ketulusan dan kejujuran dalam memberikan nasihat.

Sungguh! Betapa banyak pelajaran yang diambil. Simak dan


perhatikanlah dalil-dalil dari Al-Qur’an akan besarnya pengaruh
nasihat yang tulus dan jujur, baik untuk yang menasihati juga untuk
yang dinasihati. Simaklah dan perhatikan pula dalil-dalil berupa
pengaruh yang sangat buruk dari orang-orang menyimpang dan para
pengikutnya yang mengklaim sebuah nasihat.
Contoh dari Al-Qur’an akan
besarnya pengaruh sebuah nasihat
Lihatlah contoh dari pengaruh nasihat yang tulus dari seseorang yang
tidak memiliki kedudukan dan jabatan apapun. Bahkan, ia adalah
seorang yang tidak dikenal datang dari pelosok kota untuk menasihati
kaumnya.

Al-Baghawiy menuturkan, “Ia bernama Habib An-Najjar.” As-Suddiy


berkata, “Ia adalah orang yang pendek.” Wahb berkata, “Ia adalah
seorang yang bekerja sebagai penenun sutra. Ia memiliki sakit kusta.
Rumahnya terletak di pojok gerbang kota.” [2]
Berdasarkan kisah di atas, Allah Ta’ala berfirman mengisahkan
tentangnya di dalam Al-Qur’an,
‫َو َج ٓاَء ِم ۡن َأۡق َص ا ٱۡل َم ِد يَن ِة َر ُج ٌ۬ل َي ۡس َع ٰى َق اَل َي ٰـ َق ۡو ِم ٱَّت ِبُع وْا ٱۡل ُم ۡر َس ِليَن ٱَّت ِبُع وْا‬
‫َم ن اَّل َي ۡس َٔـُلُك ۡم َأۡج ً۬ر ا َو ُهم ُّم ۡه َت ُد وَن‬
“Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An-Najjar)
dengan bergegas-gegas. Ia berkata, “Hai kaumku, ikutilah utusan-
utusan itu. Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu. Dan
mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Yasin:
20-21)
Sampai kepada ayat yang Allah menjelaskan hasil yang indah
untuknya,

‫ِقيَل ٱۡد ُخ ِل ٱۡل َج َّن َۖة َقاَل َي ٰـ َلۡي َت َقۡو ِمى َي ۡع َلُموَن ِبَم ا َغ َف َر ِلى َر ِّبى َو َج َع َلِنى‬
‫ِم َن ٱۡل ُم ۡك َر ِميَن‬
“Dikatakan (kepadanya), ‘Masuklah ke dalam surga.’ Ia berkata,
‘Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang
menyebabkan Rabbku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku
termasuk orang-orang yang dimuliakan.’” (QS. Yasin: 26-27)

Sumber: https://muslim.or.id/92195-keutamaan-
menasihati-kaum-muslimin-bag-4.html
Copyright © 2024 muslim.or.id

Anda mungkin juga menyukai