Anda di halaman 1dari 16

KUFUR DIFINISI DAN JENISNYA

Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan A. Definisi Kufur Kufur
secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya.
B. cc
Referensi: https://almanhaj.or.id/1795-kufur-difinisi-dan-jenisnya.html

Kufur Kecil Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa
yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur,
tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana
yang disebutkan dalam firmanNya. ‫ت هّٰللا ِ ُث َّم ُي ْن ِكر ُْو َن َها َواَ ْك َث ُر ُه ُم ْال ٰكفِر ُْو َن‬
َ ‫“ َيعْ ِرفُ ْو َن نِعْ َم‬Mereka
mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl/16 : 83] Termasuk juga
membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ‫ُوق َوقِ َتالُ ُه ُك ْف ٌر‬ ٌ ‫“ سِ َبابُ ْالمُسْ ل ِِم فُس‬Mencaci orang muslim
adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim] Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
‫ض‬ ٍ ْ‫اب َبع‬ َ ‫ض ُك ْم ِر َق‬ ُ ْ‫“ اَل َترْ َت ُّدوا َبعْ دِي ُك َّفارً ا َيضْ ِربُ َبع‬Janganlah kalian sepeninggalku kembali
lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian
yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim] Termasuk juga bersumpah
dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ‫ف‬ َ َ‫َمنْ َحل‬
‫“ ِب َغي ِْر هَّللا ِ َف َق ْد َك َف َر َأ ْو َأ ْش َر‬Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka
ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta
dishahihkan oleh Al-Hakim] Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan
para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman. ‫ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا‬
‫ِصاصُ فِى ْال َق ْت ٰل ۗى‬ َ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ْالق‬ َ ‫“ ُكت‬Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah/2 : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang
beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak
melakukan) qishash[1]. Allah berfirman ‫ف َواَدَ ۤا ٌء ِالَ ْي ِه‬ {ِ ‫َف َمنْ ُعف َِي لَ ٗه مِنْ اَ ِخ ْي ِه َشيْ ٌء َفا ِّت َبا ٌع ِۢب ْال َمعْ ر ُْو‬
ٍ ‫“ ِباِحْ َس‬Maka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya,
‫ان‬
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf
dengan cara yang baik (pula)” [Al-Baqarah/2 : 178] Yang dimaksud dengan
saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama,
berdasarkan firman Allah. ‫ت اِحْ ٰدى ُه َما َعلَى‬ ْ ‫َواِنْ َط ۤا ِٕى َف ٰت ِن م َِن ْالمُْؤ ِم ِني َْن ا ْق َت َتلُ ْوا َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َم ۚا َفا ِۢنْ َب َغ‬
ُّ‫ط ْوا ۗاِنَّ هّٰللا َ ُيحِب‬ ْ ‫ااْل ُ ْخ ٰرى َف َقا ِتلُوا الَّتِيْ َت ْبغِيْ َح ٰ ّتى َتف ِۤيْ َء ا ٰ ِٓلى اَمْ ِر هّٰللا ِ ۖ َفاِنْ َف ۤا َء‬
ُ ِ‫ت َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َما ِب ْال َع ْد ِل َواَ ْقس‬
‫“ ْال ُم ْقسِ طِ ي َْن – ِا َّن َما ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن ا ِْخ َوةٌ َفاَصْ لِح ُْوا َبي َْن اَ َخ َو ْي ُك ْم َوا َّتقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم ُْو َن‬Dan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu
sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil.
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat/49 : 9-10][2]
Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil 1. Kufur besar
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)
amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari
agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar
kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman. Baca Juga 
Kitab-Kitab Yang Ada Pada Ahli Kitab

Referensi: https://almanhaj.or.id/1795-kufur-difinisi-dan-jenisnya.html

 Definisi kufur

Secara bahasa, kata [‫ ]ال ُك ْفر‬berarti menghalangi sesuatu dan menutupinya. Sedangkan secara
syar’i maknanya adalah tidak adanya iman kepada Allah dan para rasul-Nya, baik diiringi dengan
mendustakan atau tidak. Bahkan keraguan dan kebimbangan, serta berpaling dari iman karena
hasud (iri), atau sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkannya dari
mengikuti risalah para Rasul pun disebut sebagai kekufuran.

Dengan demikian, maka kufur adalah sebuah sifat bagi setiap orang yang menentang sesuatu
dari perkara yang Allah telah mewajibkan untuk beriman dengannya setelah sesuatu tersebut
sampai kepadanya. Penentangan ini boleh jadi dengan hati tanpa lisan, atau dengan lisan tanpa
hati atau dengan hati dan lisan secara bersamaan atau juga mengamalkan sebuah amalan yang
telah datang sebuah nash yang menyatakan bahwa amalan tersebut mengeluarkan pelakunya
dari keimanan.[1]

Didalam al-Fashl, Ibnu Hazm mengatakan, “Bahkan mengingkari sesuatu dari perkara-perkara


yang telah shahih dalilnya bahwa tidak ada iman kecuali dengan membenarkannya adalah
sebuah kekufuran. Demikian pula mengucapkan sesuatu yang telah ditetapkan oleh dalil bahwa
mengucapkannya adalah sebuah kekufuran berarti juga kufur. Dan melakukan sesuatu dari
perkara-perkara yang dalil telah menetapkan bahwa itu adalah sebuah kekufuran berarti juga
kufur.

3. Macam-macam kufur besar yang menyebabkan keluar dari Islam

Para ulama telah membagi kekufuran ke dalam beberapa kelompok yang mencakup berbagai
bentuk kesyirikan dan macam-macamnya.
Kufur juhud  (menentang) dan takdzib  (mendustakan).

Kekufuran jenis ini terkadang berupa pendustaan yang dilakukan oleh hati, namun model
kekufuran seperti ini sedikit dimiliki oleh orang-orang kafir sebagaimana dikatakan Ibnul
Qayyim. Terkadang pula kekufuran jenis ini berupa pendustaan dengan lisan atau anggota tubuh
yang diwujudkan dengan menyembunyikan kebenaran serta tidak mau tunduk terhadap
kebenaran secara lahir, padahal sudah mengetahui dan mengenal kebenaran dengan hatinya.
Sebagaimana kekufuran orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam.

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah berfirman tentang mereka:

“Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar
kepadanya.” (QS. al-Baqarah: 89) 

Dan Dia berfirman:

“Sesungguhnya sebahagian diantara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka


Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah 146)

Yang disebut pendustaan itu tidak terjadi kecuali dilakukan oleh orang yang telah mengetahui
kebenaran kemudian menolaknya. Oleh karena itu, Allah telah menafikan anggapan bahwa
pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, adalah pendustaan yang sejati dan berasal dari hati sanubari, yang benar mereka
mendustakan dengan lisan semata.
Dia berfirman:

َ ‫ت هَّللا ِ يَ ْج َحد‬
)٣٣( ‫ُون‬ َ ‫فَِإنَّ ُه ْم ال يُ َك ِّذبُونَ َك َولَ ِكنَّ الظَّالِ ِم‬
ِ ‫ين بِآيَا‬

“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang dzalim itu
mengingkari ayat-ayat Allah.”  (QS al-An’am: 33)

Dan Allah berfirman tentang Fir’aun dan para pengikutnya:

ُ ُ‫ستَ ْيقَنَ ْت َها َأ ْنف‬


‫س ُه ْم ظُ ْل ًما َو ُعلُ ًّوا‬ ْ ‫َو َج َحدُوا بِ َها َوا‬

“Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. Al-Naml: 14)

Termasuk kekufuran jenis ini adalah kufur istihlal  (menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan).
Barangsiapa menghalalkan sesuatu yang telah dia ketahui keharamannya dalam syariat, maka
berarti dia telah mendustakan  ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Demikian pula orang yang mengharamkan segala sesuatu yang telah dia ketahui
kehalalannya oleh syariat.

Kafir I’rad  (cuek, berpaling) dan istikbar  (sombong)

Contohnya adalah kekufuran Iblis ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang
kekufurannya:

“Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.”  (QS. Al-Baqarah: 34)

Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala pula:

‫ق ِم ْن ُه ْم ِمنْ بَ ْع ِد َذلِكَ َو َما ُأولَِئ َك‬


ٌ ‫سو ِل َوَأطَ ْعنَا ثُ َّم يَت ََولَّى فَ ِري‬
ُ ‫ون آ َمنَّا بِاهَّلل ِ َوبِال َّر‬
َ ُ‫َويَقُول‬
)٤٧( ‫ين‬ َ ِ‫بِا ْل ُمْؤ ِمن‬

“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati
(keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 47)

Pada ayat itu, Allah menetapkan hilangnya iman dari orang yang enggan beramal, meskipun dia
mengucapkan keimanan.
Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kufur i’radh  (berpaling)
adalah meninggalkan kebenaran, tidak mau mempelajarinya dan mengamalkannya, baik berupa
ucapan, perbuatan atau keyakinan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

)٣( ‫ون‬
َ ‫ض‬ُ ‫ين َكفَ ُروا َع َّما ُأ ْن ِذ ُروا ُم ْع ِر‬
َ ‫َوالَّ ِذ‬

“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.”  (QS. Al-
Ahqaf: 3)

Berdasarkan ayat di atas, maka barangsiapa yang berpaling dari ajaran rasul dengan ucapan
seperti orang yang mengatakan mengatakan, “aku tidak mau mengikutinya” atau dengan
perbuatan seperti orang yang berpaling dan lari dari mendengar kebenaran yang dibawa oleh
Rasul atau meletakkan dua jarinya di dua telinganya sehingga tidak mendengar kebenaran, atau
mendengar kebenaran akan tetapi hatinya berpaling dengan tidak mengimaninya atau anggota
tubuhnya berpaling tidak mau mengamalkannya maka orang tersebut telah kafir dengan jenis
kufur ‘irad.

Kufur Nifaq

Adalah kekufuran yang disebabkan tidak adanya pembenaran hati dan amal perbuatannya yang
disertai dengan ketundukan secara dhahir karena riya’ terhadap manusia. Sebagaimana
kekufuran Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah berfirman tentang mereka:

“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar…”  (QS. al-Baqarah 8–20)

Kufur syak  dan raibah  (ragu-ragu dan bimbang)

Yaitu kekufuran yang disebabkan oleh kebimbangan dalam mengikuti kebenaran atau
meragukan kebenarannya. Iman yang dituntut dari kita adalah keyakinan bahwa ajaran yang
dibawa oleh Rasul itu adalah sebuah kebenaran yang tiada kesangsian sedikitpun didalamnya.
Maka barang siapa beranggapan bahwa ajaran Rasul itu boleh jadi tidak benar maka dia telah
kafir, yaitu kafir syak (ragu) atau dzan (persangkaan). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
َ‫سا َعة‬ َّ ‫)و َما َأظُنُّ ال‬
َ ٣٥( ‫س ِه قَا َل َما َأظُنُّ َأنْ تَبِي َد َه ِذ ِه َأبَ ًدا‬
ِ ‫َو َد َخ َل َجنَّتَهُ َوه َُو ظَالِ ٌم لِنَ ْف‬
‫احبُهُ َو ُه َو‬
ِ ‫ص‬ ِ ‫قَاِئ َمةً َولَِئنْ ُر ِددْتُ ِإلَى َربِّي‬
َ ُ‫)قَا َل لَه‬٣٦( ‫ألجدَنَّ َخ ْي ًرا ِم ْن َها ُم ْنقَلَبًا‬
ُ ‫)لَ ِكنَّا ُه َو هَّللا‬٣٧( ‫س َّوا َك َر ُجال‬ ٍ ‫يُ َحا ِو ُرهُ َأ َكفَ ْرتَ بِالَّ ِذي َخلَقَ َك ِمنْ تُ َرا‬
َ ‫ب ثُ َّم ِمنْ نُ ْطفَ ٍة ثُ َّم‬
)٣٨( ‫ش ِر ُك بِ َربِّي َأ َح ًدا‬ ْ ‫َربِّي َوال ُأ‬

“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia dzalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira
kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan
datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” Kawannya (yang mukmin) berkata
kepadanya -sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang
menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu
seorang laki-laki yang sempurna?” Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan Aku
tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS al-Kahfi: 35-38)

Kesimpulan :

Maka kita simpulkan dari ini semua bahwa kekufuran -yang merupakan lawan daripada iman-
kadang bisa berupa pendustaan dengan hati yang merupakan kebalikan dari ucapan hati (baca
keyakinan). Terkadang kekufuran itu berupa perbuatan hati seperti membenci Allah Subhanahu
wa Ta’ala, ayat-ayat-Nya atau membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasa benci ini
jelas bertolak belakang dengan rasa cinta yang merupakan amal hati yang paling penting.

Demikian pula kekufuran bisa berupa ucapan lisan yang terang-terangan seperti mencaci maki
Allah Subhanahu wa Ta’ala, kadang pula bisa berupa perbuatan anggota tubuh seperti bersujud
kepada berhala dan menyembelih (baca membuat sesaji) untuk selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Jadi sebagaimana iman itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota tubuh, maka
kekufuran juga berkaitan dengan hati lisan dan anggota tubuh. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala melindungi kita dari kekufuran dan berbagai cabangnya dan menghiasi kita dengan
perhiasan iman, serta memberikan kita petunjuk dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang
mendapatkan petunjuk  Amin

Wallahu a’lam.
Islam merupakan agama yang dibawa oleh rasululloh Muhammad SAW, agama ini turun

dimuka bumi kurang lebih empat belas abad yang lalu ditengah hiruk pikuk kejahiliyahan

masyarakat jazirah arab pada saat itu yang menyembah berhala.

      Ketika Nabi Muhammad SAW datang membawa risalah kenabian banyak pro kontra

dimasyarakat jazirah arab namun dari klasifikasi turunnya ayat Al-Qur’an dapat diketahui bahwa

periode nabi di Makkah merupakan periode pengenalan masyarakat arab terhadap kebenaran

Islam, sosok tuhan yang paling pantas disembah, sedangkan periode Madinah merupakan

periode perluasan dakwah dan penyusunan norma-norma dan aturan-aturan kemayarakatan hal

ini dibuktikan banyaknya ayat-ayat muamalah yang turun di Madinah.

Periode Nabi Muhammad di Makkah berdakwah dalam sejarah tidak ditemui istilah kaum

munafikin yang merongrong Islam dari dalam namun hanya ditemui sisi permusuhan dan

perlawanan kafir Quraisy, oleh karena itu adanya sifat kufur, nifaq, syirik serta iman lebih

banyak ditemui dalam sejarah saat dakwah sudah memasuki periode Madinah.

b.      Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian kufur?

2.      Apa sajakah macam-macam kufur?

3.      Apa Perbedaan kufur besar dan kufur kecil?


Kufur secara bahasa berarti menutupi, Allah berfirman, yang artinya,

“Seperti hujan yang tanaman-tanamannya membuat para kuffar menjadi

kagum.” (QS. Al-Hadid:20). Kata “kuffar” pada ayat ini bermakna ‘para

petani’. Mereka disebut “kuffar” karena para petani adalah orang yang

suka menutupi benih dengan tanah.

Sedangkan “kufur”, menurut istilah syariat, adalah tidak beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.

Kufur bisa terjadi karena beberapa sebab, antara lain:

1.    Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini dalam syariat.

2.    Ragu terhadap sesuatu yang jelas dalam syariat.

3.     Berpaling dari agama Allah.

4.    Kemunafikan yakni menyembunyikan kekafiran dan menampakkan keislaman.

5.     Sombong terhadap perintah Allah I seperti yang dilakukan Iblis.

6.   Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan terkadang dibarengi dengan

memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar, seperti yang terjadi pada Fir’aun.

Keenam hal ini termasuk dalam kufur akbar (kufur besar) yang menjadikan pelakunya

keluar dari Islam atau murtad. Terkadang kufur besar terjadi dengan ucapan atau perbuatan yang

sangat bertolak belakang dengan iman seperti mencela Allah dan Rasul-Nya atau menginjak Al

Qur`an dalam keadaan tahu kalau itu adalah Al Qur`an dan tidak terpaksa.
2.      Macam-Macam kufur

a.    kufur besar

Kufur besar adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kufur

besar ada lima macam:

1.       Kufur takdzib (kekufuran akibat mendustakan), Misalnya: Jika

seseorang berkeyakinan bahwa Muhammad itu berdusta, Alquran

merupakan buatan Muhammad, Alquran itu tidak otentik, maka orang

ini kafir karena telah mendustakan wahyu Allah, Dalil bahwa

mendustakan Islam termasuk kekufuran yang akbar adalah firman

Allah, QS. Al-Ankabut:68

َ‫ْس فِى َجهَنَّ َم َم ْث ۭ ًوى لِّ ْل ٰ َكفِ ِرين‬


َ ‫ق لَ َّما َجٓا َء ٓۥهُ ۚ َألَي‬
ِّ ‫ب ِب ْٱل َح‬ ْ ‫َو َم ْن َأ‬
َ ‫ظلَ ُم ِم َّم ِن ٱ ْفت ََر ٰى َعلَى ٱهَّلل ِ َك ِذبًا َأوْ َك َّذ‬
“Dan siapakah yang lebih bersikap aniaya dibandingkan orang-orang yang

mengada-adakan kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan kebenaran

tatkala kebenaran datang kepadanya? Bukankah dalam neraka jahanam

ada tempat bagi orang-orang yang kafir?” (QS. Al-Ankabut:68)

2.      Kufur iba’ dan istikbar (kekufuran karena enggan dan sombong, padahal

dia membenarkan Islam), Contohnya adalah kekufuran iblis. Dia

percaya bahwa Allah itu Maha Esa, bahkan iblis pernah berdialog

langsung dengan Allah. Namun, iblis tidak mau tunduk kepada Allah

karena dia bersikap sombong. Dalilnya adalah firman Allah, QS. Al-

Baqarah:34
ٓ
ٰ َ ِ‫وِإ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰلَِئ َك ِة ٱ ْس ُج ُدواِأل َد َم فَ َس َج ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإ ْبل‬                  “Dan
ِ kِ‫انَ ِمنَ ْٱل َكف‬kk‫يس َأبَ ٰى َوٱ ْستَ ْكبَ َر َو َك‬
   َ‫رين‬k َ
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Tunduklah kamu

kepada Adam.’ Lalu, mereka tunduk kecuali iblis; ia enggan dan congkak,

dan ia termasuk orang-orang kafir.’” (QS. Al-Baqarah:34)

3.      Kufur syak (kekufuran karena ragu), Misalnya: Jika ada orang yang

ragu, apakah Alquran itu wahyu Allah ataukah buatan manusia, atau

orang tersebut ragu tentang akhirat, berarti dia telah terjerumus ke

dalam kekufuran yang akbar. Dalil bahwa perbuatan ini termasuk

kekufuran. Firman Allah, Qs. Al-Kahfi: 35-36,


‫ال َمٓا َأظُ ُّن َأن تَبِي َد ٰهَ ِذ ِٓۦه َأبَ ۭ ًدا‬
َ َ‫َو َدخَ َل َجنَّتَهۥُ َوهُ َو ظَالِ ۭ ٌم لِّنَ ْف ِس ِهۦ ق‬
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri;

ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,” (Qs.

Al-Kahfi : 35)
‫دت ِإلَ ٰى َربِّى َأَل ِجد ََّن خَ ْي ۭ ًرا ِّم ْنهَا ُمنقَلَ ۭبًا‬
ُّ ‫َو َمٓا َأظُ ُّن ٱلسَّا َعةَ قَٓاِئ َم ۭةً َولَِئن رُّ ِد‬

“dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya

aku di kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat

kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu". (Qs. Al-Kahfi : 36)

‫طفَ ۢ ٍة ثُ َّم َس َّو ٰىكَ َر ُجاًۭل‬


ْ ‫ب ثُ َّم ِمن ُّن‬
ٍ ۢ ‫او ُر ٓۥهُ َأ َكفَرْ تَ ِبٱلَّ ِذى خَ لَقَكَ ِمن تُ َرا‬
ِ ‫احبُهۥُ َوهُ َو ي َُح‬
ِ ‫ص‬َ ُ‫ال لَهۥ‬
َ َ‫ق‬
“Kawannya (yang mukmin) berkata kepadanya sedang dia bercakap-

cakap dengannya: "Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang


menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia

menjadikan kamu seorang laki-laki yang sempurna?”. (Qs. Al-Kahfi : 37)


ُ ‫ٰلَّ ِكنَّ ۠ا هُ َو ٱهَّلل ُ َربِّى َوٓاَل ُأ ْش ِر‬
‫ك ِب َرب ِّٓى َأ َح ۭ ًدا‬

“Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak

mempersekutukan seorang pun dengan Tuhanku”. (Qs. Al-Kahfi : 38)

4.      Kufur i’radh (kekufuran karena berpaling), Maksudnya adalah berpaling

dari agama Islam, dia tidak mau tahu tentang agamanya, sama sekali

tidak peduli dengan Islam, tidak pernah ibadah, tidak mengenal Islam,

dan lain sebagainya. Dalil bahwa perbuatan ini termasuk kekufuran

adalah firman Allah dalam surah Al-Ahqaf ayat 3:


۟ ‫ُأ‬ ۟
ِ ‫َوٱلَّ ِذينَ َكفَرُوا َع َّمٓا ن ِذرُوا ُمع‬
َ‫ْرضُون‬
 “Dan orang-orang itu berpaling dari peringatan yang disampaikan kepada

mereka.” (QS. Al-Ahqaf:3)

5.      Kufur nifaq (kekufuran karena bersikap munafik), Bentuknya adalah

dengan menampakkan keislaman secara lahiriah, namun

menyembunyikan kekafiran dalam hatinya. Dalil bahwa hal ini

termasuk kekufuran adalah firman Allah, Qs. Al-Munafiqun ayat 3 ,


۟ ُ‫ٰ َذلِكَ بَأنَّهُ ْم َءامن‬
۟ ‫وا ثُ َّم َكفَر‬
َ‫ُوا فَطُبِ َع َعلَ ٰى قُلُوبِ ِه ْم فَهُ ْم اَل يَ ْفقَهُون‬ َ ِ
 “Yang demikian itu adalah karena mereka beriman (secara) lahiriah lalu

kafir (secara batiniah), kemudian hati mereka dikunci mati. Karena itu,

mereka tidak dapat mengerti.” (QS. Al-Munafiqun:3)


b.    Kufur Kecil

Kufur kecil adalah perbuatan kekufuran yang tidak menyebabkan

pelakunya keluar dari agama Islam. Di antara jenis kekufuran kecil

adalah kufur ‘amali, yaitu perbuatan dosa yang disebutkan di dalam

Alquran dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa yang menyebabkan

kekufuran tetapi tidak mencapai derajat kekufuran besar, seperti: kufur

kepada nikmat Allah, sebagaimana yang disebutkan dalam firman-Nya,

yang artinya,

َ‫ْرفُونَ ِن ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ثُ َّم يُن ِكرُونَهَا َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْٱل ٰ َكفِرُون‬
ِ ‫يَع‬
 “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari,

dan     kebanyakan mereka adalah orang-orang kafir.” (QS. An-Nahl:83)

“Membunuh orang muslim juga termasuk salah satu bentuk kekufuran

kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi

wa sallam, “Mencaci orang muslim adalah suatu kefasikan dan

membunuhnya adalah suatu kekufuran.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Termasuk bentuk kekufuran kecil yaitu bersumpah dengan nama

selain Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa

yang bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah berbuat

kekufuran atau kesyirikan.” (HR. At-Tirmidzi, dan dinilai hasan oleh

beliau, dinilai sahih oleh Al-Hakim)

3.      Perbedaan Kufur Besar dan Kufur Kecil


a. Kekufuran besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)

amalnya, sedangkan kekufuran kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama

Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya, sesuai dengan kadar kekufurannya, tetapi

pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman.

b. Kekufuran besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan pada kekufuran

kecil, jika pelakunya masuk neraka, ia tidak kekal di dalamnya. Bisa pula, Allah

memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tidak masuk neraka sama sekali.

c. Kekufuran besar menjadikan darah dan harta pelakunya menjadi halal, sedangkan pada

kekufuran kecil tidak demikian.

d. Kekufuran besar mengharuskan adanya permusuhan yang sesungguhnya antara

pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan

setia kepadanya, meskipun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kekufuran kecil tidak

melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan

sesuai dengan kadar keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan

kemaksiatannya.

BAB III

KESIMPULAN

Pengertian Kufur

Kufur secara bahasa berarti menutupi, Allah berfirman, yang artinya,

“Seperti hujan yang tanaman-tanamannya membuat para kuffar menjadi

kagum.” (QS. Al-Hadid:20). Kata “kuffar” pada ayat ini bermakna ‘para
petani’. Mereka disebut “kuffar” karena para petani adalah orang yang

suka menutupi benih dengan tanah.

Sedangkan “kufur”, menurut istilah syariat, adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-

Nya, baik dengan mendustakannya atau tidak mendustakannya.

Macam-Macam kufur

·         kufur besar adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam,

·         Kufur kecil adalah perbuatan kekufuran yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama

Islam.

Perbedaan kufur besar dan kufur kecil

      Kekufuran besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)

amalnya, sedangkan kekufuran kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga

tidak menghapuskan (pahala)nya, sesuai dengan kadar kekufurannya, tetapi pelakunya tetap

dihadapkan dengan ancaman.

DAFTAR PUSTAKA

Rahman, Abdul dan Khalid, Abdul. Garis pemisah antara kufur dan iman. Jakarta : Bumi

Aksara, 1996

Yazid bin Abdul Qadir Jawas.Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bogor : Pustaka At-Taqwa

Ahmad Daudy. Kuliah akidah Islam. Jakarta : Bulan Bintang, 1997


http://salafiyunpad.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai