Oleh Syaikh Shalih bin Fauzan bin Abdullah Al-Fauzan A. Definisi Kufur Kufur
secara bahasa berarti menutupi. Sedangkan menurut syara’ kufur adalah
tidak beriman kepada Allah dan Rasulnya, baik dengan mendustakannya atau
tidak mendustakannya.
B. cc
Referensi: https://almanhaj.or.id/1795-kufur-difinisi-dan-jenisnya.html
Kufur Kecil Kufur kecil yaitu kufur yang tidak menjadikan pelakunya keluar
dari agama Islam, dan ia adalah kufur amali. Kufur amali ialah dosa-dosa
yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dosa-dosa kufur,
tetapi tidak mencapai derajat kufur besar. Seperti kufur nikmat, sebagaimana
yang disebutkan dalam firmanNya. ت هّٰللا ِ ُث َّم ُي ْن ِكر ُْو َن َها َواَ ْك َث ُر ُه ُم ْال ٰكفِر ُْو َن
َ “ َيعْ ِرفُ ْو َن نِعْ َمMereka
mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang kafir” [An-Nahl/16 : 83] Termasuk juga
membunuh orang muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam. ُوق َوقِ َتالُ ُه ُك ْف ٌر ٌ “ سِ َبابُ ْالمُسْ ل ِِم فُسMencaci orang muslim
adalah suatu kefasikan dan membunuhnya adalah suatu kekufuran” [Hadits
Riwayat Bukhari dan Muslim] Dan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
ض ٍ ْاب َبع َ ض ُك ْم ِر َق ُ ْ“ اَل َترْ َت ُّدوا َبعْ دِي ُك َّفارً ا َيضْ ِربُ َبعJanganlah kalian sepeninggalku kembali
lagi menjadi orang-orang kafir, sebagian kalian memenggel leher sebagian
yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim] Termasuk juga bersumpah
dengan nama selain Allah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda. ف َ ََمنْ َحل
“ ِب َغي ِْر هَّللا ِ َف َق ْد َك َف َر َأ ْو َأ ْش َرBarangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka
ia telah berbuat kufur atau syirik” [At-Tirmidzi dan dihasankannya, serta
dishahihkan oleh Al-Hakim] Yang demikian itu karena Allah tetap menjadikan
para pelaku dosa sebagai orang-orang mukmin. Allah berfirman. ٰ ٓيا َ ُّي َها الَّ ِذي َْن ٰا َم ُن ْوا
ِصاصُ فِى ْال َق ْت ٰل ۗى َ ِب َعلَ ْي ُك ُم ْالق َ “ ُكتHai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
qishash berkenan dengan orang-orang yang dibunuh” [Al-Baqarah/2 : 178]
Allah tidak mengeluarkan orang yang membunuh dari golongan orang-orang
beriman, bahkan menjadikannya sebagai saudara bagi wali yang (berhak
melakukan) qishash[1]. Allah berfirman ف َواَدَ ۤا ٌء ِالَ ْي ِه {ِ َف َمنْ ُعف َِي لَ ٗه مِنْ اَ ِخ ْي ِه َشيْ ٌء َفا ِّت َبا ٌع ِۢب ْال َمعْ ر ُْو
ٍ “ ِباِحْ َسMaka barangsiapa mendapat suatu pemaafan dari saudarnya,
ان
hendaklah (yang memaafkan) mengikuti dengan cara yang baik, dan
hendaklah (yang diberi ma’af) membayar (diat) kepada yangmemberi maaf
dengan cara yang baik (pula)” [Al-Baqarah/2 : 178] Yang dimaksud dengan
saudara dalam ayat di atas –tanpa diargukan lagi- adalah saudara seagama,
berdasarkan firman Allah. ت اِحْ ٰدى ُه َما َعلَى ْ َواِنْ َط ۤا ِٕى َف ٰت ِن م َِن ْالمُْؤ ِم ِني َْن ا ْق َت َتلُ ْوا َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َم ۚا َفا ِۢنْ َب َغ
ُّط ْوا ۗاِنَّ هّٰللا َ ُيحِب ْ ااْل ُ ْخ ٰرى َف َقا ِتلُوا الَّتِيْ َت ْبغِيْ َح ٰ ّتى َتف ِۤيْ َء ا ٰ ِٓلى اَمْ ِر هّٰللا ِ ۖ َفاِنْ َف ۤا َء
ُ ِت َفاَصْ لِح ُْوا َب ْي َن ُه َما ِب ْال َع ْد ِل َواَ ْقس
“ ْال ُم ْقسِ طِ ي َْن – ِا َّن َما ْالمُْؤ ِم ُن ْو َن ا ِْخ َوةٌ َفاَصْ لِح ُْوا َبي َْن اَ َخ َو ْي ُك ْم َوا َّتقُوا هّٰللا َ لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم ُْو َنDan jika ada dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara
keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap
golongan yang lain, maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu
sehingga golongan itu kembali, kepada perintah Allah, jika golongan itu telah
kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan
adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang berlaku adil.
Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu
damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya
kamu mendapat rahmat” [Al-Hujurat/49 : 9-10][2]
Kesimpulan Perbedaan Antara Kufur Besar Dan Kufur Kecil 1. Kufur besar
mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)
amalnya, sedangkan kufur kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari
agama Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya sesuai dengan kadar
kekufurannya, dan pelakunya tetap dihadapkan dengan ancaman. Baca Juga
Kitab-Kitab Yang Ada Pada Ahli Kitab
Referensi: https://almanhaj.or.id/1795-kufur-difinisi-dan-jenisnya.html
Definisi kufur
Secara bahasa, kata [ ]ال ُك ْفرberarti menghalangi sesuatu dan menutupinya. Sedangkan secara
syar’i maknanya adalah tidak adanya iman kepada Allah dan para rasul-Nya, baik diiringi dengan
mendustakan atau tidak. Bahkan keraguan dan kebimbangan, serta berpaling dari iman karena
hasud (iri), atau sombong, atau karena mengikuti hawa nafsu yang memalingkannya dari
mengikuti risalah para Rasul pun disebut sebagai kekufuran.
Dengan demikian, maka kufur adalah sebuah sifat bagi setiap orang yang menentang sesuatu
dari perkara yang Allah telah mewajibkan untuk beriman dengannya setelah sesuatu tersebut
sampai kepadanya. Penentangan ini boleh jadi dengan hati tanpa lisan, atau dengan lisan tanpa
hati atau dengan hati dan lisan secara bersamaan atau juga mengamalkan sebuah amalan yang
telah datang sebuah nash yang menyatakan bahwa amalan tersebut mengeluarkan pelakunya
dari keimanan.[1]
Para ulama telah membagi kekufuran ke dalam beberapa kelompok yang mencakup berbagai
bentuk kesyirikan dan macam-macamnya.
Kufur juhud (menentang) dan takdzib (mendustakan).
Kekufuran jenis ini terkadang berupa pendustaan yang dilakukan oleh hati, namun model
kekufuran seperti ini sedikit dimiliki oleh orang-orang kafir sebagaimana dikatakan Ibnul
Qayyim. Terkadang pula kekufuran jenis ini berupa pendustaan dengan lisan atau anggota tubuh
yang diwujudkan dengan menyembunyikan kebenaran serta tidak mau tunduk terhadap
kebenaran secara lahir, padahal sudah mengetahui dan mengenal kebenaran dengan hatinya.
Sebagaimana kekufuran orang-orang Yahudi kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam.
“Maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar
kepadanya.” (QS. al-Baqarah: 89)
Yang disebut pendustaan itu tidak terjadi kecuali dilakukan oleh orang yang telah mengetahui
kebenaran kemudian menolaknya. Oleh karena itu, Allah telah menafikan anggapan bahwa
pendustaan yang dilakukan oleh orang-orang kafir terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, adalah pendustaan yang sejati dan berasal dari hati sanubari, yang benar mereka
mendustakan dengan lisan semata.
Dia berfirman:
َ ت هَّللا ِ يَ ْج َحد
)٣٣( ُون َ فَِإنَّ ُه ْم ال يُ َك ِّذبُونَ َك َولَ ِكنَّ الظَّالِ ِم
ِ ين بِآيَا
“Karena mereka sebenarnya bukan mendustakan kamu, akan tetapi orang-orang yang dzalim itu
mengingkari ayat-ayat Allah.” (QS al-An’am: 33)
“Dan mereka mengingkarinya Karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati
mereka meyakini (kebenaran)nya.” (QS. Al-Naml: 14)
Termasuk kekufuran jenis ini adalah kufur istihlal (menghalalkan hal-hal yang Allah haramkan).
Barangsiapa menghalalkan sesuatu yang telah dia ketahui keharamannya dalam syariat, maka
berarti dia telah mendustakan ajaran yang telah dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Demikian pula orang yang mengharamkan segala sesuatu yang telah dia ketahui
kehalalannya oleh syariat.
Contohnya adalah kekufuran Iblis ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang
kekufurannya:
“Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan sombong dan adalah ia termasuk golongan
orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 34)
“Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami mentaati
(keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu
bukanlah orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nur: 47)
Pada ayat itu, Allah menetapkan hilangnya iman dari orang yang enggan beramal, meskipun dia
mengucapkan keimanan.
Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa yang dimaksud dengan kufur i’radh (berpaling)
adalah meninggalkan kebenaran, tidak mau mempelajarinya dan mengamalkannya, baik berupa
ucapan, perbuatan atau keyakinan.
)٣( ون
َ ضُ ين َكفَ ُروا َع َّما ُأ ْن ِذ ُروا ُم ْع ِر
َ َوالَّ ِذ
“Dan orang-orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada mereka.” (QS. Al-
Ahqaf: 3)
Berdasarkan ayat di atas, maka barangsiapa yang berpaling dari ajaran rasul dengan ucapan
seperti orang yang mengatakan mengatakan, “aku tidak mau mengikutinya” atau dengan
perbuatan seperti orang yang berpaling dan lari dari mendengar kebenaran yang dibawa oleh
Rasul atau meletakkan dua jarinya di dua telinganya sehingga tidak mendengar kebenaran, atau
mendengar kebenaran akan tetapi hatinya berpaling dengan tidak mengimaninya atau anggota
tubuhnya berpaling tidak mau mengamalkannya maka orang tersebut telah kafir dengan jenis
kufur ‘irad.
Kufur Nifaq
Adalah kekufuran yang disebabkan tidak adanya pembenaran hati dan amal perbuatannya yang
disertai dengan ketundukan secara dhahir karena riya’ terhadap manusia. Sebagaimana
kekufuran Abdullah bin Ubay bin Salul dan orang-orang munafik yang Allah Subhanahu wa Ta’ala
telah berfirman tentang mereka:
“Diantara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,
padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu
Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang
mereka tidak sadar…” (QS. al-Baqarah 8–20)
Yaitu kekufuran yang disebabkan oleh kebimbangan dalam mengikuti kebenaran atau
meragukan kebenarannya. Iman yang dituntut dari kita adalah keyakinan bahwa ajaran yang
dibawa oleh Rasul itu adalah sebuah kebenaran yang tiada kesangsian sedikitpun didalamnya.
Maka barang siapa beranggapan bahwa ajaran Rasul itu boleh jadi tidak benar maka dia telah
kafir, yaitu kafir syak (ragu) atau dzan (persangkaan). Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa
Ta’ala:
َسا َعة َّ )و َما َأظُنُّ ال
َ ٣٥( س ِه قَا َل َما َأظُنُّ َأنْ تَبِي َد َه ِذ ِه َأبَ ًدا
ِ َو َد َخ َل َجنَّتَهُ َوه َُو ظَالِ ٌم لِنَ ْف
احبُهُ َو ُه َو
ِ ص ِ قَاِئ َمةً َولَِئنْ ُر ِددْتُ ِإلَى َربِّي
َ ُ)قَا َل لَه٣٦( ألجدَنَّ َخ ْي ًرا ِم ْن َها ُم ْنقَلَبًا
ُ )لَ ِكنَّا ُه َو هَّللا٣٧( س َّوا َك َر ُجال ٍ يُ َحا ِو ُرهُ َأ َكفَ ْرتَ بِالَّ ِذي َخلَقَ َك ِمنْ تُ َرا
َ ب ثُ َّم ِمنْ نُ ْطفَ ٍة ثُ َّم
)٣٨( ش ِر ُك بِ َربِّي َأ َح ًدا ْ َربِّي َوال ُأ
“Dan dia memasuki kebunnya sedang dia dzalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata: “Aku kira
kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya. Dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan
datang, dan jika sekiranya aku kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” Kawannya (yang mukmin) berkata
kepadanya -sedang dia bercakap-cakap dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang
menciptakan kamu dari tanah, Kemudian dari setetes air mani, lalu dia menjadikan kamu
seorang laki-laki yang sempurna?” Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan Aku
tidak mempersekutukan seorangpun dengan Tuhanku.” (QS al-Kahfi: 35-38)
Kesimpulan :
Maka kita simpulkan dari ini semua bahwa kekufuran -yang merupakan lawan daripada iman-
kadang bisa berupa pendustaan dengan hati yang merupakan kebalikan dari ucapan hati (baca
keyakinan). Terkadang kekufuran itu berupa perbuatan hati seperti membenci Allah Subhanahu
wa Ta’ala, ayat-ayat-Nya atau membenci Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Rasa benci ini
jelas bertolak belakang dengan rasa cinta yang merupakan amal hati yang paling penting.
Demikian pula kekufuran bisa berupa ucapan lisan yang terang-terangan seperti mencaci maki
Allah Subhanahu wa Ta’ala, kadang pula bisa berupa perbuatan anggota tubuh seperti bersujud
kepada berhala dan menyembelih (baca membuat sesaji) untuk selain Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Jadi sebagaimana iman itu berkaitan dengan hati, lisan dan anggota tubuh, maka
kekufuran juga berkaitan dengan hati lisan dan anggota tubuh. Semoga Allah Subhanahu wa
Ta’ala melindungi kita dari kekufuran dan berbagai cabangnya dan menghiasi kita dengan
perhiasan iman, serta memberikan kita petunjuk dan menjadikan kita sebagai orang-orang yang
mendapatkan petunjuk Amin
Wallahu a’lam.
Islam merupakan agama yang dibawa oleh rasululloh Muhammad SAW, agama ini turun
dimuka bumi kurang lebih empat belas abad yang lalu ditengah hiruk pikuk kejahiliyahan
Ketika Nabi Muhammad SAW datang membawa risalah kenabian banyak pro kontra
dimasyarakat jazirah arab namun dari klasifikasi turunnya ayat Al-Qur’an dapat diketahui bahwa
periode nabi di Makkah merupakan periode pengenalan masyarakat arab terhadap kebenaran
Islam, sosok tuhan yang paling pantas disembah, sedangkan periode Madinah merupakan
periode perluasan dakwah dan penyusunan norma-norma dan aturan-aturan kemayarakatan hal
Periode Nabi Muhammad di Makkah berdakwah dalam sejarah tidak ditemui istilah kaum
munafikin yang merongrong Islam dari dalam namun hanya ditemui sisi permusuhan dan
perlawanan kafir Quraisy, oleh karena itu adanya sifat kufur, nifaq, syirik serta iman lebih
banyak ditemui dalam sejarah saat dakwah sudah memasuki periode Madinah.
b. Rumusan Masalah
kagum.” (QS. Al-Hadid:20). Kata “kuffar” pada ayat ini bermakna ‘para
petani’. Mereka disebut “kuffar” karena para petani adalah orang yang
Sedangkan “kufur”, menurut istilah syariat, adalah tidak beriman kepada Allah dan
1. Mendustakan atau tidak mempercayai sesuatu yang harus diyakini dalam syariat.
6. Tidak mau mengikrarkan kebenaran agama Allah bahkan terkadang dibarengi dengan
memeranginya, padahal hatinya yakin kalau itu benar, seperti yang terjadi pada Fir’aun.
Keenam hal ini termasuk dalam kufur akbar (kufur besar) yang menjadikan pelakunya
keluar dari Islam atau murtad. Terkadang kufur besar terjadi dengan ucapan atau perbuatan yang
sangat bertolak belakang dengan iman seperti mencela Allah dan Rasul-Nya atau menginjak Al
Qur`an dalam keadaan tahu kalau itu adalah Al Qur`an dan tidak terpaksa.
2. Macam-Macam kufur
a. kufur besar
Kufur besar adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam, kufur
percaya bahwa Allah itu Maha Esa, bahkan iblis pernah berdialog
langsung dengan Allah. Namun, iblis tidak mau tunduk kepada Allah
karena dia bersikap sombong. Dalilnya adalah firman Allah, QS. Al-
Baqarah:34
ٓ
ٰ َ ِوِإ ْذ قُ ْلنَا لِ ْل َم ٰلَِئ َك ِة ٱ ْس ُج ُدواِأل َد َم فَ َس َج ُد ٓو ۟ا ِإٓاَّل ِإ ْبل “Dan
ِ kِانَ ِمنَ ْٱل َكفkkيس َأبَ ٰى َوٱ ْستَ ْكبَ َر َو َك
َرينk َ
(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Tunduklah kamu
kepada Adam.’ Lalu, mereka tunduk kecuali iblis; ia enggan dan congkak,
ragu, apakah Alquran itu wahyu Allah ataukah buatan manusia, atau
ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya,” (Qs.
Al-Kahfi : 35)
دت ِإلَ ٰى َربِّى َأَل ِجد ََّن خَ ْي ۭ ًرا ِّم ْنهَا ُمنقَلَ ۭبًا
ُّ َو َمٓا َأظُ ُّن ٱلسَّا َعةَ قَٓاِئ َم ۭةً َولَِئن رُّ ِد
“dan aku tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya
kembali yang lebih baik daripada kebun-kebun itu". (Qs. Al-Kahfi : 36)
“Tetapi aku (percaya bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak
dari agama Islam, dia tidak mau tahu tentang agamanya, sama sekali
tidak peduli dengan Islam, tidak pernah ibadah, tidak mengenal Islam,
kafir (secara batiniah), kemudian hati mereka dikunci mati. Karena itu,
yang artinya,
َْرفُونَ ِن ْع َمتَ ٱهَّلل ِ ثُ َّم يُن ِكرُونَهَا َوَأ ْكثَ ُرهُ ُم ْٱل ٰ َكفِرُون
ِ يَع
“Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkari,
amalnya, sedangkan kekufuran kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama
Islam, juga tidak menghapuskan (pahala)nya, sesuai dengan kadar kekufurannya, tetapi
b. Kekufuran besar menjadikan pelakunya kekal dalam neraka, sedangkan pada kekufuran
kecil, jika pelakunya masuk neraka, ia tidak kekal di dalamnya. Bisa pula, Allah
memberikan ampunan kepada pelakunya, sehingga ia tidak masuk neraka sama sekali.
c. Kekufuran besar menjadikan darah dan harta pelakunya menjadi halal, sedangkan pada
pelakunya dengan orang-orang mukmin. Orang-orang mukmin tidak boleh mencintai dan
setia kepadanya, meskipun ia adalah keluarga terdekat. Adapun kekufuran kecil tidak
melarang secara mutlak adanya kesetiaan, tetapi pelakunya dicintai dan diberi kesetiaan
sesuai dengan kadar keimanannya, dan dibenci serta dimusuhi sesuai dengan
kemaksiatannya.
BAB III
KESIMPULAN
Pengertian Kufur
kagum.” (QS. Al-Hadid:20). Kata “kuffar” pada ayat ini bermakna ‘para
petani’. Mereka disebut “kuffar” karena para petani adalah orang yang
Sedangkan “kufur”, menurut istilah syariat, adalah tidak beriman kepada Allah dan Rasul-
Macam-Macam kufur
· kufur besar adalah perbuatan kekufuran yang mengeluarkan pelakunya dari agama islam,
· Kufur kecil adalah perbuatan kekufuran yang tidak menyebabkan pelakunya keluar dari agama
Islam.
Kekufuran besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan menghapuskan (pahala)
amalnya, sedangkan kekufuran kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, juga
tidak menghapuskan (pahala)nya, sesuai dengan kadar kekufurannya, tetapi pelakunya tetap
DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Abdul dan Khalid, Abdul. Garis pemisah antara kufur dan iman. Jakarta : Bumi
Aksara, 1996
Yazid bin Abdul Qadir Jawas.Aqidah Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bogor : Pustaka At-Taqwa