Tidak ada perselisihan antara pengertian ayat ini dengan ayat-ayat lainnya yang
mengharuskan berjihad, karena Allah telah memerintahkan untuk berperang agar
agama Allah semuanya hanya milik Allah, dan demi memberantas kesewenang-
wenangan orang-orang yang melampaui batas terhadap agama, maka kaum muslimin
telah berijma'bahwa jihad itu telah ditetapkan bagi orang yang baik maupun orang
yang jahat, dan bahwasanya jihad itu di antara kewajiban-kewajiban yang
berkesinambungan baik jihad perkataan maupun jihad perbuatan, dan siapa saja di
antara ahli tafsir yang berpendapat bahwa ayat ini meniadakan ayat-ayat jihad hingga
mereka menyatakan dengan tegas bahwa ayat-ayat jihad itu telah dihapus, maka
pendapat mereka itu lemah secara lafazh maupun makna, sebagaimana hal itu jelas
sekali bagi orang-orang yang merenungkan ayat yang mulia ini, sebagaimana juga telah
kami jelaskan sebelumnya.
1. Tidak ada paksaan bagi seseorang untuk memeluk agama Islam, karena telah jelas
yang mana petunjuk dan yang mana kesesatan, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman (
ِّ )آلَإِ ْك َرا َه فِيtidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam) . Dan dari firman
الِدين
Allah ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh bagi seseorang untuk memaksa
seseorang memeluk agama islam. as-Sunnah telah menjelaskan tentang cara
bermuamalah dengan orang-orang kafir, yaitu dengan medakwahkan Islam kepada
mereka, jika mereka enggan maka wajib atas mereka untuk membayar jizyah, dan jika
mereka tidak mau kita perangi mereka.
2. Sesungguhnya hanya ada dua pilihan yaitu petunjuk atau kesesatan, karena
seandainya ada yang ketiga maka Allah Ta’ala akan menyebutkannya, karena
kedudukannya di sini adalah pembatasan, dan yang manunjukan hal tersebut adalah
ُ َ ضال
firman Allah Ta’ala ( ل َّ ِق إِال َّ ال َ ماذَا بَ ْع َد ا ْل
ِّ ح َ ) َفTidak ada setelah kebenaran kecuali
kebatilan (Yunus: 32), dan firman Allah Ta’ala: ( ين َ ه ًدى أَ ْو فِي
ٍ َ ضال
ٍ ِل ُّمب ْ ) َوإِنَّآ أَ ْو إِيَّاك
ُ ُم لَ َعلَى
dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada di dalam
kebenaran atau kesesatan yang nyata.(Saba’:24)
4. Bahwasanya setiap sesuatu yang disembah selain Allah adalah thogut. Ini didasarkan
َ ) َفBarangsiapa yang kafir kepada
ُ َّمن يَ ْك ُف ْر بِالط
pada firman Allah Ta’ala: ( ِاغوتِ َو ُي ْؤ ِمن بِاهلل
thagut dan beriman kepada Allah.
5. Bahwasanya keselamatan dunia dan akhirat hanya dengan kafir dan mengingkari
thogut dan beriman kepada Allah Ta’ala, ini didasari firman Allah Ta’ala ( ك َ س ْ َف َق ِد
َ اس َت ْم
)بِا ْل ُع ْر َو ِة ا ْل ُو ْثقَى: Sungguh dia telah berpegang dengan buhul tali yang amat kuat.
(ال تصب أصحابي فوالذي نفسي بيده لو أن أحدكم أنفق مثل أحد ذهبا ما أدرك مد أحد وال
)نصيفه
“janganlah kalian mecela para sahabatku, demi Dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya,
seandainya salah seorang dari kalian menginfakan emas sebesar gunung Uhud, maka
infak tersebut tidak menyamai satu genggaman harta yang mereka infakan dan bahkan
tidak sampai setengah genggaman.” (HR.Bukhari dan Muslim).
b. Amal perbuatan atau jenis amal tersebut, seperti sholat lebih utama daripada zakat,
zakat lebih utama daripada puasa, ini berdasarkan amal. Adapun berdasarkan jenis
amal tersebut, maka semua jenis amalan fardhu(wajib) lebih utama daripada amalan
sunnah. Misalnya sholat subuh lebih mulia daripada sholat sunnah sebelum subuh.
عن ابن عباس ان النبي (صلوات ربي وسالمه عليه) قال (( ما من ايام العمل الصالح احب الى هللا
يا رسول هللا وال الجهاد في سبيل هللا ؟: عز وجل من هذه االيام )) (( يعني ايام العشر )) قالوا
)) (( وال الجهاد في سبيل هللا إال رجل خرج بنفسه وماله ثم لم يرجع بشئ من ذلك: قال
( )صالة في مسجدي هذا خيرمن ألف صالة فيما سواه إال المسجد الحرام
Satu sholat di masjidku ini lebih baik daripada seribu sholat di masjid lain kecuali, di
masjidil haram. (HR. Bukhori: 92)
e. Cara melakukan, artinya bahwa tata cara beribadah lebih utama daripada tatacara
yang lain. Seperti kekhusu’an di dalam sholat, Allah berfirman:
هللا
ُ ُم ْ هللا َفاتَّبِ ُعونِي ُي
ُ حبِ ْبك َ َحبُّون
ِ م ُت
ْ ُل إِن كُن ُت
ْ ق
Semakin seseorang mencontoh Rasulullah dalam beramal, maka semakin utama amal
yang ia lakukan.
g. Keikhlasan, seseorang yang ikhlas dalam melakukan amal maka lebih utama
daripada seseorang yang beramal dibarengi kesyirikan (seperti riya).
h. Kondisi, seperti seseorang yang selalu lalai dan enggan dalam beribadah dengan
seseorang yang selalu melaksanakan ketaatan, tentu amal yang dilakukan oleh
seseorang yang selalu melaksanakan ketaatan lebih utama.
7. Penetapan dua nama yang terkandung di dalam ayat ini, yaitu ( م
ٌ ع َعلِي
ٌ مي
ِ )س:
َ Maha
mendengar dan Maha mengetahui.