Anda di halaman 1dari 2

 Karena dengan memasang padrao di setiap daerah yang disinggahi itu berarti, daerah

tersebut merupakan kepunyaan Portugis . Portugis juga melarang negara lain masuk
ke dalam negara yang telah diberikannya batu padrao. begitu juga setelah sampai di
Maluku.Cara itu tetap dilakukan.Portugis mengetahui bahwa maluku merupakan
penghasil rempah-rempah.Oleh karena itu portugis berusaha dgn sekuat tenaga utk
menguasai dan memonopoli perdagangan di maluku. Hal itu tentunya sangat
merugikan Rakyat Maluku.
 Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 1522 armada kerajaan Portugis tiba kembali
dipelabuhan Sunda Kelapa. Armada Portugis datang dibawah pimpinan Enrique Leme atas
perintah Gubernur Alfonso Albuqeurque yang berkedudukan di Malaka dengan membawa
hadiah untuk Raja Pajajaran Prabu Samian atau Sang Hyang Surawisesa . Portugis
melihat posisi Sunda Kalapa strategis sebagai pelabuhan dagang dan tempat transit bagi
kapal-kapal dagang Portugis. 

Melihat potensi tersebut, Portugis menerima inisiatif Padjajaran untuk mengadakan


perjanjian untuk mendirikan benteng militer dan pos/kantor dagang. Sebagai imbalannya
Portugis akan membantu Padjajaran apabila Kesultanan Demak dan Cirebon menyerang
Padjajaran.  Maka, Pada tanggal 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian dagang dan
militer antara Portugis dan Kerajaan Sunda Pajajaran. Perjanjian tersebut diabadikan pada
prasasti batu yang disebut Padrao.  
 Setelah penandatangan perjanjian, pihak Portugis menancapkan Padro di tepi Pantai
Sunda Kelapa tepatnya saat ini berada di jalan Cengkeh.  Secara spesifik Pada batu
tersebut di bagian atas tampak armillary sphereatau rangka bola dunia dengan khatulistiwa
dan lima garis lintang. Paling atas tampak lambang tiga daun, yakni Trifoil. Terdapat pula
empat garis inskripsi yaitu: Pertama,  Salib Ordo Christus (yang termasyhur di Portugal
sebagai penerus Ordo Tempel dari Yerussalem di wilayah kuasa raja Portugis itu, terlihat di
sebelah kiri di atas huruf O atau D). Kedua, DSPOR yang berarti D.S.POR. (singkatan dari
Do Senhario de PORtugal, artinya "Penguasa (=Tuan) atas Portugal"). Ketiga,  ESFER
a/Mo yakni Esfera do Mundo (artinya "Kawasan Dunia" atau Espera do Mundo artinya
"Harapan dunia"). Keempat,  mungkin masih ada salib lagi seperti baris pertama, tetapi
kurangjelas. Pada sisi kiri bagian atas tampak suatu salib yang kabur dalam bentuk seperti
Salib Ordo S. Joanes.
 Padrão Sunda Kelapa, atau dinamakan juga “Perjanjian Sunda Kelapa”, ditemukan kembali
pada tahun 1918, ketika dilakukan penggalian untuk membangun rumah di Jalan Cengkeh
(dulu bernama Prinsenstraat), dekat Pasar Ikan, Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Koleksi
Padrao di Museum Nasional adalah yang asli adapun yang berada di museum Fatahillah
hanya replikanya saja.
 Pada Juli 1497 Vasco da Gama atas perintah raja Portugis Manuel l berangkat dari
pelabuhan Lisabon dengan berlayar mengambil rute yang pernah dilayari
Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama juga singgah di Tanjung Harapan.
Rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan, berlayar menelusuri pantai
timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi Lautan Hindia. Pada
tahun 1498 rombongan Vasco da Gama mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di
pantai barat India. Setiap daerah yang disinggahi kemudian dipasang patok batu
padrao sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis. Atas
kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja Portugis, Vasco da Gama diangkat sebagai
penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis.

 Setelah beberapa tahun orang-orang Portugis menyadari bahwa India ternyata
bukan daerah penghasil rempah-rempah. Oleh karena itu, dipersiapkan ekspedisi
lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque untuk menguasai Malaka. Pada
tahun 1511 armada Portugis berhasil menguasai Malaka. Orang-orang Portugis pun
segera mengetahui tempat buruannya “mutiara dari timur” yakni di Kepulauan
Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku.
 Padrão (bahasa Portugis, dibaca kira-kira "padraung", dengan bunyi "ng" lemah)
adalah suatu batu prasasti berukuran besar yang bergambarkan lambang Kerajaan
Portugal, yang didirikan oleh para penjelajah Portugal sebagai bagian dari upaya
klaim wilayah Portugal, selama Abad Penjelajahan. Diketahui bahwa Bartolomeu
Dias, Vasco da Gama, dan Diogo Cão telah mendirikan padrão (jamak, padrões) di
berbagai tempat.
 Di Indonesia terdapat satu padrão, yaitu Padrao Sunda Kalapa, yang saat ini
disimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.
 Pada Juli 1497 pelayaran Vasco da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon
untuk memulai perjalanan penjelajahan. Berdasarkan pengalaman
Bartholomeus Diaz itu, Vasco da Gama juga berlayar mengambil perjalanan jalur
peta rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama
juga singgah di Tanjung Harapan. Atas petunjuk jalur dari pelaut bangsa Moor
yang telah disewanya, rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan
pelayaran, berlayar menelusuri peta jalur pantai timur Afrika kemudian berbelok
ke jalur kanan untuk mengarungi Lautan Hindia (Samudra Indonesia). Pada
tahun 1498 rombongan pelayaran Vasco da Gama mendarat sampai di Kalikut
dan juga Goa di pantai barat India. Ada pemandangan yang menarik dari
kedatangan rombongan Vasco da Gama ini. Mereka ternyata sudah menyiapkan
patok batu yang disebut batu padrao. Batu ini sudah diberi pahatan lambang
bola dunia. Setiap daerah yang disinggahi kemudian dipasang patok batu
padrao sebagai tanda peta bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugal.
Bahkan di Goa, India Vasco da Gama berhasil mendirikan kantor dagang yang
dilengkapi dengan benteng. Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja
Portugis, Vasco da Gama diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama
pemerintahan Portugis.

Anda mungkin juga menyukai