Anda di halaman 1dari 30

Sunda Kelapa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sunda Kelapa juga merupakan nama dari Jakarta sebelum tahun 1527.

Sunda Kelapa sekitar pertengahan abad ke-20.

Sunda Kelapa (Sd. Sunda Kalapa) adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di
Jakarta, Indonesia. Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara.

Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini
sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta
yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Kala itu Kalapa, nama aslinya,
merupakan pelabuhan Kerajaan Sunda atau yang lebih dikenal saat itu sebagai Kerajaan
Pajajaran yang beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor) yang direbut oleh pasukan
Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan pada abad ke-16, sejarah
Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman pendahulu Pajajaran, yaitu
kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara pernah diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan
Sriwijaya dari Sumatera.[butuh rujukan]

Daftar isi
1 Sejarah

o 1.1 Masa Hindu-Buddha

o 1.2 Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

o 1.3 Masa kolonialisme Belanda

o 1.4 Abad ke-19

o 1.5 Abad ke-20


2 Sunda Kelapa dewasa ini

3 Catatan kaki

4 Rujukan

5 Pranala luar

Sejarah
Pelabuhan Kalapa telah dikenal semenjak abad ke-12 dan kala itu merupakan pelabuhan
terpenting Pajajaran. Kemudian pada masa masuknya Islam dan para penjajah Eropa, Kalapa
diperebutkan antara kerajaan-kerajaan Nusantara dan Eropa. Akhirnya Belanda berhasil
menguasainya cukup lama sampai lebih dari 300 tahun. Para penakluk ini mengganti nama
pelabuhan Kalapa dan daerah sekitarnya. Namun pada awal tahun 1970-an, nama kuno Kalapa
kembali digunakan sebagai nama resmi pelabuhan tua ini dalam bentuk "Sunda Kelapa".

Masa Hindu-Buddha

Menurut penulis Portugis Tom Pires, Kalapa adalah pelabuhan terbesar di Jawa Barat, selain
Sunda (Banten), Pontang, Cigede, Tamgara dan Cimanuk yang juga dimiliki Pajajaran.[1] Sunda
Kelapa yang dalam teks ini disebut Kalapa dianggap pelabuhan yang terpenting karena dapat
ditempuh dari ibu kota kerajaan yang disebut dengan nama Dayo (dalam bahasa Sunda modern:
dayeuh yang berarti kota) dalam tempo dua hari.[2]

Pelabuhan ini telah dipakai sejak zaman Tarumanagara dan diperkirakan sudah ada sejak abad
ke-5 dan saat itu disebut Sundapura. Pada abad ke-12, pelabuhan ini dikenal sebagai pelabuhan
lada yang sibuk milik Kerajaan Sunda, yang memiliki ibukota di Pakuan Pajajaran atau Pajajaran
yang saat ini menjadi Kota Bogor. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India
Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan ini membawa barang-barang seperti
porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan
rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.

Masa Islam dan awal kolonialisme Barat

Pada akhir abad ke-15 dan awal abad ke-16, para penjelajah Eropa mulai berlayar mengunjungi
sudut-sudut dunia. Bangsa Portugis berlayar ke Asia dan pada tahun 1511, mereka bahkan bisa
merebut kota pelabuhan Malaka, di Semenanjung Malaka. Malaka dijadikan basis untuk
penjelajahan lebih lanjut di Asia Tenggara dan Asia Timur.

Tome Pires, salah seorang penjelajah Portugis, mengunjungi pelabuhan-pelabuhan di pantai utara
Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515. Ia menggambarkan bahwa pelabuhan Sunda Kelapa
ramai disinggahi pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi
Selatan, Jawa dan Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan
lada, beras, asam, hewan potong, emas, sayuran serta buah-buahan.
Laporan Portugis menjelaskan bahwa Sunda Kelapa terbujur sepanjang satu atau dua kilometer
di atas potongan-potongan tanah sempit yang dibersihkan di kedua tepi sungai Ciliwung. Tempat
ini ada di dekat muaranya yang terletak di teluk yang terlindung oleh beberapa buah pulau.
Sungainya memungkinkan untuk dimasuki 10 kapal dagang yang masing-masing memiliki
kapasitas sekitar 100 ton. Kapal-kapal tersebut umumnya dimiliki oleh orang-orang Melayu,
Jepang dan Tionghoa. Di samping itu ada pula kapal-kapal dari daerah yang sekarang disebut
Indonesia Timur. Sementara itu kapal-kapal Portugis dari tipe kecil yang memiliki kapasitas
muat antara 500 - 1.000 ton harus berlabuh di depan pantai. Tome Pires juga menyatakan bahwa
barang-barang komoditas dagang Sunda diangkut dengan lanchara, yaitu semacam kapal yang
muatannya sampai kurang lebih 150 ton.[3]

Lalu pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d'Albuquerque yang berkedudukan di Malaka mengutus
Henrique Leme untuk menghadiri undangan raja Sunda untuk membangun benteng keamanan di
Sunda Kalapa untuk melawan orang-orang Cirebon yang bersifat ekspansif. Sementara itu
kerajaan Demak sudah menjadi pusat kekuatan politik Islam. Orang-orang Muslim ini pada
awalnya adalah pendatang dari Jawa dan diantaranya merupakan keturunan Arab.

Maka pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang
Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda
Kelapa, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda
akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan.
Sebuah batu peringatan atau padra dibuat untuk memperingati peristiwa itu. Padrao dimaksud
disebut sebagai layang salaka domas dalam cerita rakya Sunda Mundinglaya Dikusumah. Padra
itu ditemukan kembali pada tahun 1918 di sudut Prinsenstraat (Jalan Cengkeh) dan Groenestraat
(Jalan Nelayan Timur) di Jakarta.

Kerajaan Demak menganggap perjanjian persahabatan Sunda-Portugal tersebut sebagai sebuah


provokasi dan suatu ancaman baginya. Lantas Demak menugaskan Fatahillah untuk mengusir
Portugis sekaligus merebut kota ini. Maka pada tanggal 22 Juni 1527, pasukan gabungan
Demak-Cirebon di bawah pimpinan Fatahillah (Faletehan) merebut Sunda Kelapa. Tragedi
tanggal 22 Juni inilah yang hingga kini selalu dirayakan sebagai hari jadi kota Jakarta. Sejak saat
itu nama Sunda Kelapa diganti menjadi Jayakarta. Nama ini biasanya diterjemahkan sebagai kota
kemenangan atau kota kejayaan, namun sejatinya artinya ialah "kemenangan yang diraih oleh
sebuah perbuatan atau usaha" dari bahasa Sanskerta, jayakrta (Dewanagari ).[4]

Masa kolonialisme Belanda

Kekuasaan Demak di Jayakarta tidak berlangsung lama. Pada akhir abad ke-16, bangsa Belanda
mulai menjelajahi dunia dan mencari jalan ke timur. Mereka menugaskan Cornelis de Houtman
untuk berlayar ke daerah yang sekarang disebut Indonesia. Eskspedisinya walaupun biayanya
tinggi dianggap berhasil dan Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) didirikan. Dalam
mencari rempah-rempah di Asia Tenggara, mereka memerlukan basis pula. Maka dalam
perkembangan selanjutnya pada tanggal 30 Mei 1619, Jayakarta direbut Belanda di bawah
pimpinan Jan Pieterszoon Coen yang sekaligus memusnahkannya. Di atas puing-puing Jayakarta
didirikan sebuah kota baru. J.P. Coen pada awalnya ingin menamai kota ini Nieuw Hoorn (Hoorn
Baru), sesuai kota asalnya Hoorn di Belanda, tetapi akhirnya dipilih nama Batavia. Nama ini
adalah nama sebuah suku Keltik yang pernah tinggal di wilayah negeri Belanda dewasa ini pada
zaman Romawi.

Menurut catatan sejarah, pelabuhan Sunda Kelapa pada masa awal ini dibangun dengan kanal
sepanjang 810 meter. Pada tahun 1817, pemerintah Belanda memperbesarnya menjadi 1.825
meter. Setelah zaman kemerdekaan, dilakukan rehabilitasi sehingga pelabuhan ini memiliki kanal
sepanjang 3.250 meter yang dapat menampung 70 perahu layar dengan sistem susun sirih.

Abad ke-19

Sekitar tahun 1859, Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat
pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang
dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Kota Batavia saat itu sebenarnya sedang
mengalami percepatan dan sentuhan modern (modernisasi), apalagi sejak dibukanya Terusan
Suez pada 1869 yang mempersingkat jarak tempuh berkat kemampuan kapal-kapal uap yang
lebih laju meningkatkan arus pelayaran antar samudera. Selain itu Batavia juga bersaing dengan
Singapura yang dibangun Raffles sekitar tahun 1819.

Maka dibangunlah pelabuhan samudera Tanjung Priok, yang jaraknya sekitar 15 km ke timur
dari Sunda Kelapa untuk menggantikannya. Hampir bersamaan dengan itu dibangun jalan kereta
api pertama (1873) antara Batavia - Buitenzorg (Bogor). Empat tahun sebelumnya (1869)
muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya.

Selain itu pada pertengahan abad ke-19 seluruh kawasan sekitar Menara Syahbandar yang
ditinggali para elit Belanda dan Eropa menjadi tidak sehat. Dan segera sesudah wilayah
sekeliling Batavia bebas dari ancaman binatang buas dan gerombolan budak pelarian, banyak
orang Sunda Kalapa berpindah ke wilayah selatan.

Abad ke-20

Pada masa pendudukan oleh bala tentara Dai Nippon yang mulai pada tahun 1942, Batavia
diubah namanya menjadi Jakarta. Setelah bala tentara Dai Nippon keluar pada tahun 1945, nama
ini tetap dipakai oleh Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Kemudian pada masa
Orde Baru, nama Sunda Kelapa dipakai kembali. Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur DKI
Jakarta No.D.IV a.4/3/74 tanggal 6 Maret 1974, nama Sunda Kelapa dipakai lagi secara resmi
sebagai nama pelabuhan. Pelabuhan ini juga biasa disebut Pasar Ikan karena di situ terdapat
pasar ikan yang besar.

Sunda Kelapa dewasa ini


Sunda Kelapa masa kini

Menara pengawas Sunda Kelapa

Pada saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan wisata karena nilai
sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu pelabuhan yang
dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security karena
sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau.

Saat ini pelabuhan Sunda Kelapa memiliki luas daratan 760 hektare serta luas perairan kolam
16.470 hektare, terdiri atas dua pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama
memiliki panjang area 3.250 meter dan luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu
menampung 70 perahu layar motor. Pelabuhan Kalibaru panjangnya 750 meter lebih dengan luas
daratan 343.399 meter persegi, luas kolam 42.128,74 meter persegi, dan mampu menampung
sekitar 65 kapal antar pulau dan memiliki lapangan penumpukan barang seluas 31.131 meter
persegi.

Dari segi ekonomi, pelabuhan ini sangat strategis karena berdekatan dengan pusat-pusat
perdagangan di Jakarta seperti Glodok, Pasar Pagi, Mangga Dua, dan lain-lainnya. Sebagai
pelabuhan antar pulau Sunda Kelapa ramai dikunjungi kapal-kapal berukuran 175 BRT. Barang-
barang yang diangkut di pelabuhan ini selain barang kelontong adalah sembako serta tekstil.
Untuk pembangunan di luar pulau Jawa, dari Sunda Kelapa juga diangkut bahan bangunan
seperti besi beton dan lain-lain. Pelabuhan ini juga merupakan tujuan pembongkaran bahan
bangunan dari luar Jawa seperti kayu gergajian, rotan, kaoliang, kopra, dan lain sebagainya.
Bongkar muat barang di pelabuhan ini masih menggunakan cara tradisional. Di pelabuhan ini
juga tersedia fasilitas gudang penimbunan, baik gudang biasa maupun gudang api.

Dari segi sejarah, pelabuhan ini pun merupakan salah satu tujuan wisata bagi DKI. Tidak jauh
dari pelabuhan ini terdapat Museum Bahari yang menampilkan dunia kemaritiman Indonesia
masa silam serta peninggalan sejarah kolonial Belanda masa lalu.

Di sebelah selatan pelabuhan ini terdapat pula Galangan Kapal VOC dan gedung-gedung VOC
yang telah direnovasi. Selain itu pelabuhan ini direncanakan akan menjalani reklamasi pantai
untuk pembangunan terminal multifungsi Ancol Timur sebesar 500 hektare.
Sunda Kelapa

Home Cabang & Anak Perusahaan Sunda Kelapa

Pada mulanya, Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan pelabuhan yang terletak di Teluk Jakarta.
Pelabuhan ini merupakan persinggahan pelayaran antarbangsa yang dibangun tahun 1527 semasa
pemerintahan Portugis.

Saat ini lokasi Pelabuhan Sunda Kelapa telah berkembang pesat menjadi pusat perkantoran,
perdagangan, perindustrian, dan perhotelan. Sebagai pelabuhan tertua di wilayah DKI Jakarta
yang masih mempertahankan ciri khas ate tradisionalnya, Pelabuhan Sunda Kelapa menjadi
suatu obyek wisata terkemuka.

Pelabuhan ini terutama disinggahi kapal-kapal antarpulau dan pelayaran rakyat dengan
komoditas utama kayu, bahan kebutuhan pokok, barang kelontong, dan bahan bangunan.

Fasilitas Utama
Lokasi : Sunda Kelapa, DKI Jakarta
Letak : 06 06/ 30 LS, 106 07/ 50 BT
Luas Lahan : 50,8 Ha

Fasilitas Pelayanan Kapal


Panjang Dermaga : 3.005,5 m
Kedalaman Alur : -4 mLWS
Kedalaman Kolam : -4 mLWS

Fasilitas Pelayanan Barang


Lapangan Penumpukan : 37.512 m2
Gudang : 8.305,75 m2

Alamat : Jl.Maritim No.8 Sunda Kelapa 14430


Telpon : 021.6928888
Propinsi : DKI Jakarta
Versi situs resmi Pemda DKI

Pada awalnya merupakan


Pelabuhan Kerajaan
Pajajaran di muara Ciliwung,
yang kemudian berkembang
menjadi Kota Jakarta
(sekarang). Menurut
sejarahnya, pelabuhan Sunda
Kelapa dibangun tahun 1610
dengan kanaal sepanjang
810 m. Tahun 1817
pemerintah Belanda
memperbesarnya menjadi
1,825 m. Setelah jaman
kemerdekaan dilakukan
rehabilitasi sehingga
memiliki kanaalsepanjang
3,250 m dan dapat
menampung 70 perahu layar Pelabuhan Sunda Kelapa
dengan sistem Susun Sirih.
Sampai sekarang pelabuhan
ini masih berfungsi sebagai
pelabuhan yang melayani
kapal-kapal tradisional, yaitu
angkutan antar pulau di
Indonesia, dan berdasar SK
Gubernur DKI Jakarta
tanggal 6 Maret 1974 nama
Sunda Kelapa di pakai lagi
sebagai pelabuhan di DKI
Jakarta untuk kapal antar
pulau. Di kawasan ini
sekarang diadakan
pemugaran-pemugaran,
antara lain untuk gedung
Museum Bahari (dulu
bernama Pasar Ikan).

Setelah Proklamasi
Kemerdekaan RI, Pelabuhan
Sunda Kelapa yang tadinya
Pasar Ikan banyak
dikunjungi berbagai macam
pedagang dari dalam maupun
luar negeri, walaupun
Pelabuhan Tanjung Priok
sudah dibangun.Dengan
lajunya pembangunan secara
setapak demi setapak
Pelabuhan Pasar Ikan mulai
menyesuaikan arus
pembangunan demi
kesempurnaan dan lajunya
arus pelayaran. Mengingat
Pelabuhan Sunda Kelapa
aktifitasnya tinggi, maka
pada tahun 1977 kegiatan
pendaratan ikan lewat jalur
pelabuhan tersebut
dinyatakan tertutup
berdasarkan Kep. Gub.
KDKI No. 268 Tahun 1977,
dimana kegiatan pendaratan
ikan melalui Pelabuhan
Sunda Kelapa dinyatakan
ditutup, namun untuk
aktifitas bongkar muat dan
pelelangan ikan tanpa jalur
laut dizinkan sampai
sekarang ini dimana
diberikan klasifikasi menjadi
Pos Retribusi Ikan.

Berdasarkan SK Dirjen Perla


tanggal 1 April 1974 nama
Pelabuhan Pasar Ikan
menjadi Pelabuhan Sunda
Kelapa. Dengan kemajuan-
kemajuan yang diperoleh,
Pelabuhan Sunda Kelapa
menjadi obyek pariwisata.
Hal ini tidak dapat dipungkiri
bahwa sangat dominannya
pelabuhan itu masih banyak
perahu-perahu tradisional
yang masih memegang
tradisinya masing-masing
dan sekaligus merupakan
pangkalan pelabuhan kayu
dari pelosok Nusantara.

Pelabuhan Sunda Kelapa


sebagai pelabuhan kayu
menyediakan prasarana
khusus untuk bongkar muat
kayu di Jakarta yang
keberadaannya di bawah
manajemen Direktorat
Jenderal Perhubungan Laut,
Departemen Perhubungan
RI. Aktifitas bongkar muat
kayu di pelabuhan ini kian
hari semakin meningkat
volumenya, sehingga terjadi
perluasan-perluasan
prasarana pelabuhan,
diantaranya lapangan
penumpukan, gudang dan
kolam pelabuhan.

Hits: 7530
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)

Nasional, Monumen

Maklumat 3 November 1945

Piagam Jakarta

Gambang Kromong

Perumusan Naskah Proklamasi, Museum

Betawi, Suku

Ciliwung, Sungai

Topeng Betawi

Yapong

Diposkan 30th July 2014 oleh Sahdu Winata

Tambahkan komentar

Jul

29

Arti nama Sunda Kelapa versi Wikipedia

Sunda Kelapa juga merupakan nama dari Jakarta sebelum tahun 1527.

Sunda Kelapa sekitar pertengahan abad ke-20.

Sunda Kelapa adalah nama sebuah pelabuhan dan tempat sekitarnya di Jakarta,Indonesia.
Pelabuhan ini terletak di kelurahan Penjaringan, kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Meskipun sekarang Sunda Kelapa hanyalah nama salah satu pelabuhan di Jakarta, daerah ini
sangat penting karena desa di sekitar pelabuhan Sunda Kelapa adalah cikal-bakal kota Jakarta
yang hari jadinya ditetapkan pada tanggal 22 Juni 1527. Kala itu Kalapa, nama aslinya,
merupakan pelabuhan kerajaan Pajajaran yang beribukota diPakuan (sekarang kota Bogor) yang
direbut oleh pasukan Demak dan Cirebon. Walaupun hari jadi kota Jakarta baru ditetapkan
pada abad ke-16, sejarah Sunda Kelapa sudah dimulai jauh lebih awal, yaitu pada zaman
pendahulu Pajajaran, yaitu kerajaan Tarumanagara. Kerajaan Tarumanagara pernah diserang dan
ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera.

Kastil Batavia, dilihat dari Kali Besar Barat oleh Andries Beeckman, sekitar tahun
1656-1658

Sunda Kelapa

Bukti tertua mengenai eksistensi permukiman penduduk yang sekarang bernama Jakarta adalah
Prasasti Tugu yang tertanam di desa Batu Tumbuh, Jakarta Utara. Prasasti tersebut berkaitan
dengan 4 prasasti lain yang berasal dari zaman kerajaan Hindu, Tarumanegaraketika diperintah
oleh Raja Purnawarman. Berdasarkan Prasasti Kebon Kopi, nama Sunda Kalapa (Sunda Kelapa)
sendiri diperkirakan baru muncul abad sepuluh.

Permukiman tersebut berkembang menjadi pelabuhan, yang kemudian juga dikunjungi oleh
kapal-kapal dari mancanegara. Hingga kedatangan orang Portugis, Sunda Kalapa masih di bawah
kekuasaan kerajaan Hindu lain, Pakuan Pajajaran. Sementara itu, Portugis telah berhasil
menguasaiMalaka, dan tahun 1522 Gubernur Portugis d'Albuquerque mengirim
utusannya, Enrique Leme yang didampingi olehTom Pires untuk menemui Raja Sangiang
Surawisesa. Pada 21 Agustus 1522 ditandatangani perjanjian persahabatan antara Pajajaran dan
Portugis. Diperkirakan, langkah ini diambil oleh sang raja Pakuan Pajajaran tersebut guna
memperoleh bantuan dari Portugis dalam menghadapi ancaman Kesultanan Demak, yang telah
menghancurkan beberapa kerajaan Hindu, termasuk Majapahit. Namun ternyata perjanjian ini
sia-sia saja, karena ketika diserang oleh Kerajaan Islam Demak, Portugis tidak membantu
mempertahankan Sunda Kalapa.

Jayakarta
Pelabuhan Sunda Kalapa diserang oleh tentara Demak pada 1526, yang dipimpin oleh Fatahillah,
Panglima Perang asalGujarat, India, dan jatuh pada 22 Juni 1527, dan setelah berhasil direbut,
namanyapun diganti menjadi Jayakarta. Setelah Fatahillah berhasil mengalahkan dan
mengislamkan Banten, Jayakarta berada di bawah kekuasaan Banten, yang kini menjadi
kesultanan. Orang Sunda yang membelanya dikalahkan dan mundur ke arah Bogor. Sejak itu,
dan untuk beberapa dasawarsa abad ke-16, Jayakarta dihuni orang Banten yang terdiri dari orang
yang berasal dari Demak danCirebon.

Sampai Jan Pieterszoon Coen menghancurkan Jayakarta (1619), orang Banten bersama saudagar
Arab dan Tionghoatinggal di muara Ciliwung. Selain orang Tionghoa, semua penduduk ini
mengundurkan diri ke daerah kesultanan Banten waktu Batavia menggantikan Jayakarta (1619).

Batavia

Peta Batavia tahun 1897

Lambang Kota Batavia


Pieter Both yang menjadi Gubernur Jenderal VOC pertama, lebih memilih Jayakarta sebagai
basis administrasi dan perdagangan VOC daripada pelabuhan Banten, karena pada waktu itu di
Banten telah banyak kantor pusat perdagangan orang-orang Eropa lain seperti Portugis, Spanyol
kemudian juga Inggris, sedangkan Jayakarta masih merupakan pelabuhan kecil.

Pada tahun 1611 VOC mendapat izin untuk membangun satu rumah kayu dengan fondasi batu di
Jayakarta, sebagai kantor dagang. Kemudian mereka menyewa lahan sekitar 1,5 hektare di dekat
muara di tepi bagian timur Sungai Ciliwung, yang menjadi kompleks perkantoran, gudang dan
tempat tinggal orang Belanda, dan bangunan utamanya dinamakan Nassau Huis.

Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jenderal (1618 1623), ia mendirikan lagi
bangunan serupa Nassau Huis yang dinamakan Mauritius Huis, dan membangun tembok batu
yang tinggi, di mana ditempatkan beberapa meriam. Tak lama kemudian, ia membangun lagi
tembok setinggi 7 meter yang mengelilingi areal yang mereka sewa, sehingga kini benar-benar
merupakan satu benteng yang kokoh, dan mulai mempersiapkan untuk menguasai Jayakarta.

Dari basis benteng ini pada 30 Mei 1619 Belanda menyerang Jayakarta, yang memberi mereka
izin untuk berdagang, dan membumihanguskan keraton serta hampir seluruh pemukiman
penduduk. Berawal hanya dari bangunan separuh kayu, akhirnya Belanda menguasai seluruh
kota. Semula Coen ingin menamakan kota ini sebagai Nieuwe Hollandia, namun De Heeren
Zeventien di Belanda memutuskan untuk menamakan kota ini menjadi Batavia, untuk
mengenang orang Batavia.

Jan Pieterszoon Coen menggunakan semboyan hidupnya Dispereert niet, ontziet uw vijanden
niet, want God is met ons menjadi semboyan atau motto kota Batavia, singkatnya Dispereert
niet yang berarti Jangan putus asa.

Pada 4 Maret 1621, pemerintah Stad Batavia (kota Batavia) dibentuk[1]. Jayakarta
dibumiratakan dan dibangun bentengyang bagian depannya digali parit. Di bagian belakang
dibangun gudang juga dikitari parit, pagar besi dan tiang-tiang yang kuat. Selama 8 tahun kota
Batavia sudah meluas 3 kali lipat. Pembangunannya selesai pada tahun 1650. Kota Batavia
sebenarnya terletak di selatan Kastil yang juga dikelilingi oleh tembok-tembok dan dipotong-
potong oleh banyak parit.

Pada awal abad ke-17 perbatasan antara wilayah kekuasaan Banten dan Batavia mula-mula
dibentuk oleh Kali Angke dan kemudian Kali Cisadane. Kawasan sekitar Batavia menjadi
kosong. Daerah di luar benteng dan tembok kota tidak aman, antara lain karena gerilya Banten
dan sisa prajurit Mataram (1628-1629) yang tidak mau pulang.

Beberapa persetujuan bersama dengan Banten (1659 dan 1684) dan Mataram (1652) menetapkan
daerah antara Cisadane dan Citarum sebagai wilayah kompeni. Baru pada akhir abad ke-17
daerah Jakarta sekarang mulai dihuni orang lagi, yang digolongkan menjadi kelompok budak
belian dan orang pribumi yang bebas.

Pada 1 April 1905 nama Stad Batavia diubah menjadi Gemeente Batavia. Pada 8
Januari 1935 nama kota ini diubah lagi menjadi Stad Gemeente Batavia[2].

Setelah pendudukan Jepang pada tahun 1942, nama Batavia diganti menjadi "Jakarta" oleh
Jepang untuk menarik hati penduduk pada Perang Dunia II.

Diposkan 29th July 2014 oleh Sahdu Winata

Tambahkan komentar

Jul

28

Arti sebuah nama

Konon kata penyair legendaris eropa W. Shakespeare: Apalah arti sebuah nama.
Bahwa ada yg berpendapat klo nama itu tidak berarti saya kurang sependapat.

Nama Sunda Kelapa yg kemudian berubah menjadi Jayakarta kala sang Laksamana
digjaya dari Cirebon bernama Fatahillah berhasil memimpin pasukan muslim
mengusir protugis. Lalu kemudian berubah lg menjadi Batavia sejak VOC memulai
pemerintahan koloninya di Nusantara. Kemudian setelah Sukarno-Hatta
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia (bukan nusantara) dikembalikan? lagi
menjadi Jakarta. Dan sekarang menjadi Ibukota.

Klo memang nama tanpa arti kenapa harus berubah terus. Pastilah ada artinya
kenapa Fatahillah merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta. Pasti juga karena
arti dan tujuan tertentu VOC menggantinya dg nama Batavia. Pasti juga ada makna
dibalik pemakaian kembali nama Jayakarta meski sedikit disingkat menjadi Jakarta.
Jika Batavia simbol jaman VOC maka Jakarta simbol kemenangan jaman Islam.
Lalu Sunda Kelapa sebagai nama asal kota pelabuhan ini simbol apakah? Mungkin
simbol jaman Pasundan.

Mungkin bung Karno ingin menghapus simbol VOC maka setelah merdeka nama
Ja(ya)karta dipakai kembali. Pertanyaannya kenapa bukan nama Sunda Kelapa yg
beliau pilih?

Banyak spekulasi jawaban atas pertanyaan ini.


Sejarah Pelabuhan Sunda Kelapa

Pelabuhan ini ternyata cikal bakal berdirinya Ibu Kota Jakarta

Di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta. kapal-kapal kayu masih digunakan sebagai alat
transportasi untuk mengangkut barang ke luar Jakarta. (Muhammad
Safei/Fotokita.net)

Pelabuhan Sunda Kelapa merupakan salah satu pelabuhan tertua yang ada di Indonesia dan
merupakan cikal bakal terbentuknya kota Jakarta Jakarta.Pelabuhan ini sempat berganti nama
beberapa kali namun berdasar SK Gubernur DKI Jakarta tanggal 6 Maret 1974 nama Sunda
Kelapa ditetapkan sebagai nama resmi pelabuhan ini.

Pelabuhan Sunda Kelapa sejatinya sudah ada sejak abad ke-5 dan merupakan pelabuhan yang
berada dibawah kepemilikan Kerajaan Tarumanegara.Namun pada abad ke-12 berpindah tangan
menjadi milik Kerajaan Sunda.

Sejak Kerajaan Sunda berhasil menguasai pelabuhan ini,Pelabuhan Sunda Kelapa berhasil
berkembang menjadi salah satu pelabuhan penting yang ada di pulau Jawa,mengingat lokasinya
yang cukup strategis.
Selain pedagang-pedagang dari berbagai daerah di Nusantara yang melakukan kegiatan
perdagangan di pelabuhan ini,tak jarang pedagang pedagang asing dari negeri luar seperti
Tiongkok,Arab,India,Inggris dan Portugis.Bangsa Portugis bahkan membangun relasi dengan
Kerajaan Sunda hingga diizinkan membuat kantor dagang di sekitar pelabuhan.

Kesultanan Demak yang melihat hubungan Portugis dengan Kerajaan Sunda sebagai sebuah
ancaman,kemudian merencanakan penyerangan atas Sunda Kelapa.Pada 22 Juni 1527,pasukan
gabungan Kesultanan Demak-Cirebon dibawah pimpinan Fatahillah menyerang dan berhasil
menguasai Sunda Kelapa dan merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.Peristiwa ini
kemudian diingat sebagai ulang tahun Kota Jakarta.

Setelah Demak berkuasa, Belanda dibawah pimpinan Cornelis de Houtman tiba pertama kali di
Pelabuhan Sunda Kelapa pada tahun 1596 dengan tujuan utama mencari rempah-
rempah,mengingat pada saat itu rempah rempah merupakan komoditas utama di Belanda
karena berbagai khasiatnya seperti obat, penghangat badan, dan bahan wangi-wangian.

Pada tahun 1610 Belanda membuat perjanjian dengan Pangeran Jayawikarta atau Wijayakarta
penguasa Jayakarta dan membuat suatu perjanjian.Dalam perjanjian tersebut,disebutkan bahwa
Belanda diijinkan membuat gudang dan pos dagang di timur muara sungai Ciliwung.

Setelah perjanjian disetujui Belanda pun mendapat keuntungan yang besar akibat perdagangan
rempah-rempah yang mereka lakukan di negeri asal mereka.Melihat keuntungan yang
pesat,Belanda akhirnya memutuskan untuk melakukan ekspansi di Jayakarta dan kemudian
menggant nama Jayakarta menjadi Batavia.

Di bawah kekuasaan Belanda, pelabuhan Sunda Kelapa kemudian direnovasi.Semula pelabuhan


Sunda Kelapa yang tadinya hanya memiliki kanaal sepanjang 810 m,diperbesar hingga menjadi
1,825 m.

Mulai masuk abad ke-19,pelabuhan Sunda Kelapa mulai sepi akibat terjadinya pendangkalan air
di daerah sekitar pelabuhan sehingga menyulitkan kapal dari tengah laut yang hendak
berlabuh,padahal pada saat itu Terusan Suez baru saja dibuka dan seharusnya bisa menjadi
peluang besar bagi pelabuhan Sunda Kelapa untuk dapat berkembang lebih pesat lagi.

Melihat pelabuhan ini menyia-nyiakan potensi yang diberikan oleh Terusan Suez,Belanda
kemudian mencari tempat baru untuk mengembangkan pelabuhan baru.
Perhatian Belanda untuk mengembangkan pelabuhan pun jatuh kepada kawasan Tanjung Priok.

Tanjung Priok kemudian berhasil berkembang menjadi pelabuhan terbesar se-Indonesia,peran


Pelabuhan Sunda Kelapa pun tergantikan dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung Priok ini.
Kini, pelabuhan Sunda Kelapa tidak terlihat sesibuk saat masa jaya nya.Pelabuhan ini sekarang
hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di Indonesia.Namun mengingat memiliki nilai
sejarah yang tinggi,kini pelabuhan ini dialihfungsikan menjadi situs sejarah.Bangunan-bangunan
peninggalan Belanda yang ada di sekitar wilayah pelabuhan kini dijadikan Museum.Ada
beberapa museum di sekitar pelabuhan,seperti Museum Bahari, Museum Fatahillah, Museum
Wayang dan lain sebagainya.
Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah tempat di mana anda bisa menemukan kapal-kapal
tradisional Bugis Makassar berukuran besar, yang dikenal luas sebagai pinisi, yang tengah
bersandar, menurunkan dan menaikkan muatan, dengan memakai peralatan paling murah yang
telah berusia ribuan tahun, punggung manusia.

Setelah puluhan tahun tinggal di Jakarta, inilah kali pertama saya berkunjung ke Pelabuhan
Sunda Kelapa Jakarta. Pelabuhan ini merupakan salah satu yang tertua di Nusantara dan sampai
sekarang masih aktif beroperasi. Sunda Kelapa adalah nama tua bagi kota Jakarta, yang ada jauh
sebelum para penjarah kolonial dari Eropa menemukannya.

Selepas berkunjung dari Museum Bahari dan Menara Syahbandar kami mengarah ke timur di
Jalan Pakin, belok ke kiri ke Jl Krapu dan lurus masuk ke Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta
dengan melewati pos penjagaan. Deretan kapal pinisi yang tengah sandar terlihat di dermaga
sebelah kiri sepanjang sekitar 1 km sebelum dermaga berbelok ke kanan.

Sebuah kapal pinisi tengah menurunkan muatan barangnya ke atas truk terbuka di Pelabuhan
Sunda Kelapa Jakarta siang itu dengan memakai derek. Karung goni atau karung rayon
merupakan pilihan favorit bagi para pedagang yang menggunakan pelabuhan ini, mungkin
karena sangat mudah untuk dimuat ke atas punggung manusia.

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta telah merupakan pelabuhan yang sangat sibuk sejak abad ke-12
semasa masih merupakan bagian dari Kerajaan Sunda Pajajaran. Lokasinya yang sangat strategis
di wilayah barat Jawa membuatnya menjadi rebutan dan sasaran pendudukan bagi kerajaan lain
di kepulauan Nusantara dan para kolonialis Eropa.

Kapal Pinisi lainnya tengah memasukkan barang ke dalam perutnya, dengan tenaga kuli
pelabuhan. Hanya lelaki kuat perkasa yang bisa bertahan hidup dengan pekerjaan di Pelabuhan
Sunda Kelapa Jakarta yang begitu keras, mengangkut beban berat di punggung dari atas truk ke
dalam kapal, di bawah terik matahari yang membakar kulit.

Di Pelabuhan Sunda Kelapa ini ada bekas Stasiun KA Klein Boom. Nederlandsche-Indische
Spoorweg Maatschappij (NIS), Maskapai Kereta Api Hindia Belanda, pada 1871 membangun
jalur kereta api pertama di Batavia Noord (Batavia Utara), dari Stasiun KA Klein Boom di Sunda
Kelapa hingga ke Stasiun KA Gambir (Koningsplein).
Tiga orang kuli angkut berjalan melintasi jembatan papan dengan beban sekarung barang di
punggungnya untuk dinaikkan ke kapal Pinisi yang haluan kapalnya terlihat mencuat elok
dipandang. Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta menjadi saksi kerasnya usaha untuk mencari nafkah
di pelabuhan, dari jaman kuda gigit besi hingga kini.

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta memiliki 760 hektar luas tanah dengan 16.470 hektar luas air,
terdiri dua pelabuhan utama dan Pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utamanya yang sepanjang 1 km
itu bisa menampung sekitar 70 kapal pinisi tradisional berukuran besar. Sedangkan pada dermaga
yang di sebelah kanan terlihat lebih pendek.
Kesibukan bongkar muat barang tampak terlihat di sejumlah kapal di bawah langit pelabuhan
yang panas terik dengan hanya sedikit pepohonan di sebelah kanan Jl Maritim Raya. Tempat
kapal sandar adalah kanal selebar 50 meter, dengan lekukan 150 meter. Di masa kolonial, kanal
ini dikenal sebagai Havenkanaal atau kanal pelabuhan.

Di dalam kompleks ada Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta,
serta Masjid Al Bahrain yang bersebelahan dengan Pusat Informasi Turis Cagar Budaya Sunda
Kelapa. Di ujung selatan kanal terdapat Bendungan Sunda Kelapa yang bersebelahan dengan TPI
Pasar Ikan, dan sedikit lebih ke selatan terdapat Waduk Sunda Kelapa.

Apa yang kurang di Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta adalah tempat nyaman bagi para
pengunjung untuk sekadar duduk menyegarkan tenggorokan selagi mengamati kesibukan
kehidupan pelabuhan. Bagaimanapun, Pelabuhan Sunda Kelapa tetap merupakan tempat menarik
untuk dikunjungi, sebagai tengara bahwa hidup tak berubah selama berabad di sini.

Galeri (10 foto): 1.Pinisi, 2.Kuli, 3.Jembatan, 4.Fisik, 5.Efisien, 6.Tutup Kepala, 7.Derek,
8.Dermaga Beton, 9.Haluan 10.Sore

Pelabuhan Sunda Kelapa Jakarta


Alamat: Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Lokasi GPS: -6.116382, 106.808331, Waze. Jam
buka: sepanjang waktu. Harga tiket masuk Rp.4.000 per mobil. Peta Wisata Jakarta . Tempat
Wisata di Jakarta . Hotel di Jakarta Utara
PENGERTIAN PELABUHAN

Pelabuhan adalah sebuah fasilitas di ujung samudera, sungai, atau danau untuk menerima kapal
dan memindahkan barang kargo maupun penumpang ke dalamnya. Pelabuhan biasanya memiliki
alat-alat yang dirancang khusus untuk memuat dan membongkar muatan kapal-kapal yang
berlabuh. Crane dan gudang berpendingin juga disediakan oleh pihak pengelola maupun pihak
swasta yang berkepentingan. Sering pula disekitarnya dibangun fasilitas penunjang seperti
pengalengan dan pemrosesan barang. Peraturan Pemerintah RI No.69 Tahun 2001 mengatur
tentang pelabuhan dan fungsi serta penyelengaraannya.

Pelabuhan juga dapat di definisikan sebagai daerah perairan yang terlindung dari gelombang laut
dan di lengkapi dengan fasilitas terminal meliputi :

dermaga, tempat di mana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang.

crane, untuk melaksanakan kegiatan bongkar muat barang.

gudang laut (transito), tempat untuk menyimpan muatan dari kapal atau yang akan di
pindah ke kapal.

Pelabuhan juga merupakan suatu pintu gerbang untuk masuk ke suatu daerah tertentu dan
sebagai prasarana penghubung antar daerah, antar pulau, bahkan antar negara. (Triatmodjo,
2009)
PENGERTIAN PELABUHAN
Sebelum kita definisikan apa itu pelabuhan, terlebih dahulu kita tahu atau
paham apa yang dimaksud kepelabuhanan itu. Jadi, KEPELABUHANAN
merupakan sesuatu yang berhubungan atau berkaitan dengan segala
kegiatan penyelenggaraan pelabuhan serta kegiatan yang lain untuk
melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran pelabuhan
tersebut. Termasuk untuk kelancaran arus lalu lintas kapal, para penumpang
dan barang, keselamatan disaat berlayar, Mendorong peningkatan
perekonomian nasional dan suatu daerah serta tidak kalah pentingnya
adalah keamanan dan ketertiban pelabuhan itu sendiri.

Ada 2 macam istilah yang dikenal dalam bahasa indonesi yang mempunyai kaitan dengan arti
pelabuhan yaitu PELABUHAN dan BANDAR. Pelabuhan merupakan suatu daerah atau
tempat perairan yang dirancang khusus sehingga terlindung terhadap gelombang ataupun arus,
sehingga kapal bebas untuk berputar, bersandar dan melakukan bongkar muat barang dan
penumpang. Adapun kegunaan fungsi dari pelabuhan yakni adanya dermaga, gudang, alat
komunikasi, dan fasilitas untuk penerangan agarkan semua proses yang terjadi di pelabuhan
berjalan dengan lancar. Sedangkan Bandar merupakan tempat dimana suatu pelabuhan yang
terlindung pada gelombang serta angin yang ditempati kapal untuk berlabuh. Selain pengertian
yang sudah dijelaskan diatas banyak referensi tentang pelabuhan antara lain sebagai berikut :

1. Pelabuhan merupakan suatu wilayah yang terdiri atas daratan,


perairan dengan batas tertentu sebagai tempat untuk melakukan
kegiatan pemerintah dan kegiatan ekonomi yang digunakan sebagai
tempat untuk bersandar kapal, berlabuhnya kapal, naik atau turunnya
penumpang dan bongkar muat barang yang dilengkapi dengan
fasilitas-fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang serta
sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda. ( PP Nomor 69
Tahun 2001 )

2. Pelabuhan atau port merupakan tempat atau daerah perairan yang


terlindungi terhadap gelombang yang sudah dilengkapi dengan
fasilitas terminal laut yan meliputi dermaga yang merupakan tempat
kapal untuk bertambat melakukan bongkar muat barang, gudang laut
(transito) dan tempat penyimpanan barang-barang dan dapat disimpan
dalam jangka waktu lebih lama selama menunggu pengiriman ke
daerah tujuan. (Triatmojo 1996)

3. Pelabuhan adalah sebagai tempat terlindung dari berbagai gerakan


gelombang laut, sehingga dalam melakukan bongkar muat dapat
dilaksanakan dengan aman. (Kramadibrata 1935)

4. Pelabuhan yaitu area perairan yang tertutup dan dapat melindungi


serta memberi keamanan bagi kapal yang bertambat dari angin
kencang, dan merupakan tempat untuk mengambil bahan makanan
ataupun bahan bakar reparasi atau transfer muatan.

5. Pelabuhan merupakan pintu gerbang dan dapat memperlancar


hubungan antara daerah dan pulau atau bahkan benua dan bangsa
untuk dapat memajukan daerah belakangnya atau hinterland. Dan
daerah belakang ini merupakan daerah yang memiliki kepentingan
hubungan ekonomi, sosial, dan sebagainya untuk pelabuhan tersebut.

Itulah beberapa pengertian secara umum tentang apa itu PENGERTIAN


PELABUHAN. Dan sudah dijelaskan diatas beberapa pengertian pelabuhan
menurut beberapa sumber dari buku yang dijadikan sebagai referensi. Cukup
sekian terima kasih semoga artikel ini bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai