Anda di halaman 1dari 3

TEKNIK PANTAI DAN PELABUHAN

SEJARAH PELABUHAN

Oleh :
GEDE WAHYU SEGARA YUSANTARA
(1705512036)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Pelabuhan sebelum masa penjajahan

Kondisi Geografis yang menguntungkan menjadikan Pelabuhan-Pelabuhan di Indonesia


menjadi pusat perdagangan yang didukung oleh kegiatan perekonomian masyarakat Indonesia yang
notabene adalah pertanian dan peikanan yang maju dan produktif sehingga menghasilkan cukup
bahan atau barang dagangan. Hal ini dikarenakan pada sistem pertanian dan peikanan yang
diterapkan sudah menunjukkan kemajuan pada zamannya. Hal ini menarik para pedagang dari
penjuru Nusantara maupun dari belahan dunia untuk melakukan pedagangan ke Indonesia.
Sebelum masa penjajahan Pada abad ke-12, Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok,
Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di pelabuhan membawa barang-barang
seperti porselen, kopi, sutra, kain, wangi-wangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan
rempah-rempah yang menjadi komoditas dagang saat itu.
Pelabuhan-pelabuhan di pantai utara Pulau Jawa antara tahun 1512 dan 1515 ramai disinggahi
pedagang-pedagang dan pelaut dari luar seperti dari Sumatra, Malaka, Sulawesi Selatan, Jawa dan
Madura. Menurut laporan tersebut, di Sunda Kelapa banyak diperdagangkan lada, beras, asam, hewan
potong, emas, sayuran serta buah-buahan.

Pelabuhan pada masa penjajahan

Di bawah kekuasaan Belanda, Pelabuhan Sunda Kelapa kemudian direnovasi. Pelabuhan


sunda kelapa yang tadinya hanya meiliki kanal sepanjang 810 meter, diperbesar hingga menjadi 1.825
meter. Mulai masuk abad ke 19, belanda kemudian mencari tempat baru untuk mengmbangkan
pelabuhan pelabuhan baru. Belanda akhirnya memilih untuk mengembangkan pelabungan baru di
tanjung priok. Tanjung Priok kemudian berhasil berkembang menjadi pelabuhan terbesar se
Indonesia. Peran Pelabuhan Sunda Kelapa pun tergantikan dengan keberadaan Pelabuhan Tanjung
Priok.
Dan untuk pelabuhan dibali yaitu Pelabuhan Sangsit pada masa penjajahan digunakan sebagai
pusat perdagangan abad XIX , tentu memberikan banyak kontribusi diantaranya dalam bidang
ekonomi. Kegiatan ekspor impor yang dilakukan melalui 3 pelabuhan di Bali Utara yakni Pelabuhan
Sangsit, Pelabuhan Buleleng, dan Pelabuhan Temukus memberikan pemasukan untuk Pemerintah
Kolonial Belanda dalam jumlah yang besar. Demi menunjang kelancaran perekonomian, Belanda
mendirikan Bank Perkreditan Rakyat bernama Algemeen Volkscreditbank Werkzaam di Buleleng dan
Denpasar, kemudian untuk lebih mudah dijangkau oleh masyarakat yang berada di tempat tempat
terpencil Belanda juga mendirikan Bank Desa yang segala administrasinya ditangani langsung oleh
tenaga lokal yang digaji.
Pelabuhan pada masa kemerdekaan – sekarang

Kini, Pelabuhan ini sekarang hanya melayani jasa untuk kapal antar pulau di Indonesia. Namun
mengingat memiliki nilai sejarah yang tinggi, kini pelabuhan ini dialih fungsikan menjadi situs sejarah.
Bangunan-bangunan peninggalan Belanda yang ada di sekitar wilayah pelabuhan kini dijadikan
museum. Ada beberapa museum di sekitar pelabuhan, seperti Museum Bahari, Museum Fatahillah,
Museum Wayang, dan lain sebagainya. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, walaupun Pelabuhan
Tanjung Priok sudah dibangun, namun Pelabuhan Sunda Kelapa yang tadinya menjadi pasar ikan masih
banyak dikunjungi berbagai macam pedagang dari dalam maupun luar negeri. Mengingat Pelabuhan
Sunda Kelapa aktivitasnya tinggi, maka pada 1977 kegiatan pendaratan ikan lewat jalur pelabuhan
tersebut dinyatakan tertutup berdasarkan Kep. Gub. KDKI No. 268 Tahun 1977. Dimana kegiatan
pendaratan ikan melalui Pelabuhan Sunda Kelapa dinyatakan ditutup. Namun untuk aktivitas bongkar
muat dan pelelangan ikan tanpa jalur laut, diizinkan sampai sekarang dimana diberikan klasifikasi
menjadi Pos Retribusi Ikan. Pada saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa direncanakan menjadi kawasan
wisata karena nilai sejarahnya yang tinggi. Saat ini Pelabuhan Sunda Kelapa adalah salah satu
pelabuhan yang dikelola oleh PT Pelindo II yang tidak disertifikasi International Ship and Port Security
karena sifat pelayanan jasanya hanya untuk kapal antar pulau. Saat ini, Pelabuhan Sunda Kelapa
memiliki luas daratan 760 hektar serta luas perairan kolam 16.470 hektar, yang terdiri atas dua
pelabuhan utama dan pelabuhan Kalibaru. Pelabuhan utama memiliki panjang area 3.250 meter dan
luas kolam lebih kurang 1.200 meter yang mampu menampung 70 perahu layar motor.
Pasca melewati masa penjajahan, Terdapat banyak sekali pelabuhan yang tersebar dari
sabang sampai merauke yang umumnya Pelabuhan-Pelabuhan saat ini masih berfungsi sebagai
pelabuhan dagang, tetapi ada beberapa pelabuhan yang sudah tidak tepakai, dan biasa digunakan
sebagai tempat rekreasi . Dan untuk fasilitas-fasilitas yang dimiliki Pelabuhan-Pelabuhan di Indonesia
masih belum merata.

Anda mungkin juga menyukai