Anda di halaman 1dari 26

I PENDAHULUAN

Keberadaan pelabuhan-pelabuhan di Aceh memiliki peran sangat


strategis dalam mendukung perekonomian. Pelabuhan merupakan
salah

satu

simpul

jaringan

transportasi

yang

mengandalkan

kemampuan sarana kapal yang memiliki daya angkut logistik dalam


jumlah besar. Kondisi topologi Aceh sendiri yang dikelilingi oleh
lautan

menjadikan

Aceh

sangat

berketergantungan

pada

transportasi laut untuk mengakses wilayah lainnya terutama luar


negeri.
Pengembangan pelabuhan di Aceh dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Aceh berpedoman pada suatu tatanan kepelabuhanan yang
secara

hirarkhi

dan

terorganisasi

dalam

beberapa

zona

pengembangan transportasi. Zona transportasi ini terbagi atas


empat wilayah: Zona Pusat, Zona Utara-Timur, Zona Barat-Selatan
dan Zona Tenggara Selatan. Setiap zona diarahkan menjadikan
Pelabuhan sebagai titik simpul jaringan yang akan menjembatani ke
simpul transportasi di luar Aceh (skala regional, nasional dan
internasional).
Dalam kenyataannya, potensi pendayagunaan pelabuhan di Aceh
belum termaksimalkan. Persoalan mendasar yang terjadi adalah
keberadaan pengembangan jaringan transportasi laut yang belum
terencana dan terpadu yang didukung dengan pengembangan
moda transportasi lainnya. Demikian juga pengembangan wilayah
seharusnya

juga

ikut

didukung

oleh

keberadaan

pelabuhan-

pelabuhan besar yang ada di Aceh. Sehingga keberadaan efektifitas


keberadaan

pelabuhan-pelabuhan

ini

masih

berjalan

terpisah

dengan pembangunan wilayah.

II Kondisi Umum dan Permasalahan Sistem Transportasi Laut


Berikut akan dibahas mengenai 11 pelabuhan umum/kargo dengan
lebih mendetail yakni kondisi pelabuhan, aktifitas pelabuhan, rute
armada kapal yang melayani pelabuhan, komoditas bongkar muat,
permasalahan

dan

usulan

rekomendasi

permasalahan

di

11

pelabuhan yang ada di Aceh.


1. Zona Pusat
1.1 Pelabuhan Laut Sabang di Kota Sabang
A. Kondisi
Menurut catatan sejarah, pelabuhan laut Sabang pada tahun 1881
Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Kolen Station. Awalnya,
pelabuhan tersebut dijadikan pangkalan batu bara untuk Angkatan
Laut Kerajaan Belanda, tetapi kemudian juga mengikutsertakan
kapal pedagang untuk mengirim barang ekspor. Pada tahun 1887,
firma Delange dibantu Sabang Haven memperoleh kewenangan
untuk membangun sarana penunjang pelabuhan. Era pelabuhan
bebas di Sabang dimulai pada tahun 1895, dikenal dengan istilah
Vrij Haven dan dikelola oelh Sabang Maatschaappij. Pada tahun
1942 Sabang diduduki oleh pasukan Jepang, kemudia dibombardir
pesawat Sekutu hingga mengalami kerusakan fisik dan terpaksa
tutup. Pada masa awal kemerdekaan semua asset Pelabuhan
Sabang Maatschaappij dibeli oleh Pemerintah Indonesia. Kemudian
pada 1965 dirintisnya gagasan awal untuk membuka kembali
pelabuhan. Pada tahun 1886 pelabuhan Sabang kembali ditutup
dan kembali beraktifitas pada tahun 2002. Pelabuhan ini dikelola
oleh Badan Pengusahaan Kawasan Bebas Sabang (BPKS Sabang).

Pelabuhan Bebas Sabang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor


83 tahun 2010 dan Undang-Undang Nomor 37 tahun 2010 dapat
melakukan perdagangan bebas, kegiatan ekspor dan impor melalui
pelabuhan bebas Sabang.

PELABUHAN SABANG

I.
1
2
3
4
5
6

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan
Lokasi Pelabuhan
Kelas Pelabuhan
Pengelola Pelabuhan
Status Pelabuhan
Tahun Pembangunan

Koordinat

: Pelabuhan Sabang
: Kota Sabang
: Kelas III
: BPKS
: Pelabuhan Bebas
: 1991
05-53-00 LU dan 95-19-00
BT

B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas pelabuhan Sabang hingga tahun 2012, masih didominasi
oleh kegiatan impor barang dari berbagai Negara diantaranya
Malaysia, Thailand dan Singapore.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal

Adapun beberapa rute armada kapal yang masuk ke pelabuhan


Sabang sebagai berikut:
1) Singapore Pelabuhan Sabang (Aceh)
2) Thailand Pelabuhan Sabang (Aceh)
3) Malaysia Pelabuhan Sabang (Aceh)
D. Komoditas Bongkar/Muat
Beberapa komoditas yang masuk dan keluar melalui pelabuhan
Sabang sebagai berikut:
1) Ban, Dump Truck, Mini Bus, Jeep, Sedan, Kendaraan Roda Dua,
Velg Racing, Spare Part, Motor Shaft, Car Seat, Freezer.
2) Aspal, Gula Pasir, makanan vegetarian, Alat berat, mesin bekas,
mesin minuman, sepatu, mesin, tas, karpet, beras, tali, helm, kaca,
pakaian, mainan, jam, bunga, kacang hijau,
3) Ekspor/Keluar : kelapa
1.2 Pelabuhan Laut Malahayati di Kabupaten Aceh
Besar
A. Kondisi
Berdasarkan catatan sejarah, pelabuhan Malahayati dibangun sejak
abad ke-16, masa kelustanan Iskandar Muda. Pada zaman tersebut
pelabuhan ini digunakan untuk pangkalan angkatan laut kerajaan.
Dahulunya pelabuhan ini banyak disinggahi oleh kapal dari China.
Dan masa pengelolaan ke PT PELINDO dimulai sejak tahun 1970.
Berdasarkan

MOU

(Memorandum

of

Understanding)

antara

Pemerintah Aceh dengan PT PELINDO 1 pada pertengahan Maret


2013. Pelabuhan Malahayati menjadi pelabuhan Peti Kemas dan
dalam waktu dekat akan melayani angkutan peti kemas.

PELABUHAN MALAHAYATI

DATA
PELABUHAN

I.

UMUM

1 Nama Pelabuhan
Alamat Pelabuhan
Lokasi Pelabuhan
2 Kelas Pelabuhan
3 Pengelola Pelabuhan
4
5
6
7

:
Pelabuhan
Malahayati
: Jalan Laksamana Malahayati Km. 32,5
: Krueng Raya Aceh Besar
: Kelas III
: PT. PELINDO I (Persero) Cabang
Malahayati
: Diusahakan
: Umum
: (0651) 21022
: (0651) 23166

Status Pelabuhan
Jenis Pelabuhan
Telepon
Faximile
Jarak
dari
Ibukota
8
: 35 Km
Kota/Kab
9 Koordinat
: 05 35 82 LU dan 95 31 44 BT
B. Aktifitas Pelabuhan

Aktifitas pelabuhan Malahayati meliputi kegiatan jasa bongkar dan


muat. Berdasarkan catatan dari kantor penyelenggara aktifitas di
pelabuhan mencakup bongkar muatan seperti beras, gula, aspal,
semen. Sedangkan kegiatan ekspor belum ada sama sekali.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Berdasarkan data dari kantor PELINDO Lhokseumawe, asal kapal
dan tujuan kapal yang masuk sebagai berikut:
1)

Teluk

Bayur

(Padang,

Sumatera

Barat)

Krueng

Raya

(Malahayati) Aceh Besar (Aceh)


2) Selat Panjang (Provinsi Riau) Krueng Raya, Malahayati (Aceh
Besar)
3) Surabaya (tanjung perak) Krueng Raya, Malahayati (Aceh
Besar)
4) Thailand Singapura Krueng Raya, Malahayati (Aceh Besar)
5) Panama Singapura Krueng Raya, Malahayati (Aceh Besar)
6) Mongolia Singapura Krueng Raya, Malahayati (Aceh Besar)
D. Komoditas Bongkar/Muat
Saat ini komoditas yang masuk melalui pelabuhan Malahayai
sebagai berikut;
1) Semen
2) Gula
3) Beras
4) Aspal
2 Zona Timur
2.1 Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh/Lhokseumawe
di Kabupaten Aceh Utara

A. Kondisi
Pelabuhan Laut Krueng Geukeuh dibangun pada tahun 1986,
beberapa tahun sejak beroperasinya PT Asean Aceh Fertilizer dan
Pupuk Iskandar Muda. Pelabuhan ini berada dibawah pengelolaan
PT. PELINDO 1 Cabang Lhokseumawe. Pada tahun 2010 pelabuhan
ini pernah difungsikan sebagai jalur ekspor dan impor dari
Lhokseumawe ke Penang Malaysia dan ke Singapura. Barang
komoditi hasil pertanian sempat berhasil diangkut untuk pertama
kalinya dan tidak berlangsung lama (berhenti). Hingga saat ini
pelabuhan

ini

banyak

melakukan

aktifitas

bongkar/muat

barang/komoditas tambang, semen, bahan sembako seperti beras


dan gula.
PELABUHAN KRUENG GEUKUEH

I.
1
2
3
4

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan
Lokasi Pelabuhan
Kelas Pelabuhan
Pengelola Pelabuhan

5 Status Pelabuhan
6 Tahun Pembangunan

: Pelabuhan Krueng Geukueh


: Lhokseumawe
: Kelas II
: PT. PELINDO I (Persero) Cabang
Lhokseumawe
: Diusahakan
: 1986

B. Aktifitas Pelabuhan

Aktifitas pelabuhan Krueng Geukeuh terdiri atas jasa bongkar muat,


jasa tambat kapal, penumpukan gudang dan lapangan, terminal
pelabuhan dan jasa penundaan. Berdasarkan data yang ada, sejak
tahun 2009 hingga pada tahun 2012 tingkat kunjungan kapal
mengalami peningkatan yang cukup baik dimana pada tahun 2012
mengalami peningkatan 100% yakni mencapai 446 kunjungan
kapal. Dan jika didetailkan berdasarkan asal Negara kapal, didapat
bahwa kunjungan kapal dari luar negeri mengalami peningkatan
yang sangat baik. Dimana pada tahun 2012 kunjungan kapal
mencapai 215 kali. Sama halnya dengan kunjungan kapal dari
dalam negeri pada tahun 2012 mencapai 231 kali kunjungan.

C. Komoditas Bongkar/Muat
Komoditas yang dibongkar dan dimuat di pelabuhan Krueng
Geukeuh sebagai berikut;
1) Pupuk
2) Beras
3) Gula
4) Semen
5) Alat pengeboran laut
2.2 Pelabuhan Laut Kuala Langsa di Kota Langsa
A. Kondisi
Menurut catatan sejarah, pelabuhan Kuala Langsa dibangun pada
tahun 1900 bersamaam dengan dibangunnya jalan kereta api dari
kuala Langsa. Pelabuhan ini selesai dibangun pada tahun 1905
sedangkan kereta api selesai dibangun pada tahun 1913. Sejak

tahun 1905 sampai dengan 1914 Pelabuhan Kuala Langsa mulai


berfungsi dengan ramaina kegiatan bongkar muat barang serta
keluar masuknya kapal dan perahu perahu nelayan maupun
pedagang.
Tahun 1942 sampai dengan 1949 kegiatan bongkar muat dan
kunjungan kapal sangat berkurang akibat terjadinya perang dengan
Belanda dan Jepang. Tahun 1950 kegiatan mulai berkembang
dimana kapal berukuran 1000 DWT dapat memasuki pelabuhan
untu mengangkut karet, kopi, biji dan hasil bumi lainnya dengan
tujuan Singapore, Malaysia dan mengimpor barang kebutuhan
makanan, kain, barang kelontong, sparepart dan lainnya yang
dikenal pada saat itu adalah zaman barter. Kegiatan ini berlangsung
dari tahun 1955 sampai dengan 1960.
Pada tahun 1969 Pelabuhan Kuala Langsa ditetapkan sebagai
Pelabuhan Umum yang terbuka untuk pelayaran luar negeri
berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Perdagangan, menteri
keuangan dan Menteri Perhubungan dengan surat nomor 363
A/KPB/XI/69, No Kep. 818/MK/4/II/69 dan SK 43/0/69 tanggal 20
November 1969.
PELABUHAN KUALA LANGSA

I.
1
2
3

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan
Alamat Pelabuhan
Kelas Pelabuhan

Pengelola Pelabuhan

5
6
7
8

Status
Telepon
Tahun Dibangun
Koordinat

: Pelabuhan Kuala Langsa


: Jalan Pelabuhan Kuala Langsa
: Kelas III
: PT. PELINDO I (Persero) Perwakilan
Kuala Langsa
: Diusahakan
: 0641-22291
: 1989
: 04-20-00 LU dan 98-08-00 BT

B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas pelabuhan laut Kuala Langsa terdiri atas bongkar muat
barang. Berdasarkan data dari kantor penyelenggara pelabuhan
laut Kuala Langsa sejak tahun 2000 hingga 2009 pelabuhan
beraktifitas dengan baik.
C. Jenis Kapal
Adapun jenis kapal yang masuk ke pelabuhan Kuala Langsa sebagai
berikut;
1) Tanker
2) Motor
3) Barge (Tongkang)
4) TB (tug Boat)
5) KLM (Kapal Layar Motor)
6) MV (Motor Vehicle)
7) PNP (penumpang)
D. Rute Pelayaran Armada Kapal
Rute pelayaran armada kapal laut yang masuk pelabuhan laut Kuala
Langsa (Dermaga Barang dan Penumpang) sebagai berikut;
1) Penumpang:

10

a. Penang (Malaysia) Kuala Langsa (Kab Aceh Timur)


2) Barang:
a. Singapore Kuala Langsa (Kab Aceh Timur)
b. Port Klang (Singapore) Kuala Langsa (Kab Aceh Timur)
c. Tanjung Balai Asahan (Provinsi Sumatera Utara) Kuala Langsa
(Aceh TImur)
d. Tanjung Sarang Kuala Langsa Samarinda
e. Tanjung Asahan Kuala Langsa (Aceh Timur) Malahayati (Aceh
Besar)
f. Tanjung Asahan Kuala Langsa (aceh Timur) Port Klang Satun
g. Malahayati (Aceh Besar) Kuala Langsa Palembang
h. Singapore Kuala Langsa Pasir Gudang
i. Sinabang Kuala Langsa Port Klang
j. Dumai Kuala Langsa Port Klang
k. Singapore Kuala Langsa Penang
l. Sathun Kuala Langsa Tanjung Balai Asahan
E. Komoditas Bongkar/Muat
Berdasarkan data dari kantor penyelenggara pelabuhan laut Kuala
Langsa, beberapa komoditas yang masuk dan keluar pelabuhan
sebagai berikut;
1) Phenol, bahan kimia industry
2) Tiang pancang dermaga
3) Methanol, bahan kimia industry
4) Lem (glue)
2.3 Pelabuhan Laut Idi di Kabupaten Aceh Timur
A. Kondisi

11

Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan wawancara yang


dilakukan dengan petugas kantor pelabuhan, didapatkan bahwa
pelabuhan yang ada tidak berfungsi sebagai pelabuhan umum.
Namun lebih kepada PPI (pelabuhan pendaratan ikan). PPI Idi
merupakan milik pemerintah Aceh dibawah kendali UPTD Kelautan
dan Perikanan Aceh. Kawasan pelabuhan ini dapat berkembang
sebagai pelabuhan umum, namun diperlukan berbagai instrument
kebijakan dan dukungan kegiatan perekonomian yang kuat dari
wilayah pelayanan pelabuhan.
Sesuai dengan arahan RTRW Aceh pasal 19 mengenai jenis
pelabuhan, hirarki dan fungsi serta berdasarkan zonasi rencana
pengembangan kawasan strategis Aceh. Diharapkan pelabuhan Idi
dapat

menjadi

pelabuhan

pengumpan

regional

dengan

jenis

layanan utama general cargo dan curah cair dalam lingkup


nasional. Dan didalam pasal 27 mengenai system sarana dan
prasarana pelabuhan pendaratan ikan telah ditetapkan di Aceh
Timur (Idi). Maka pengembangan kawasan pelabuhan ini harus
terintegrasi pelabuhan laut dengan fungsi layanan kargo dan
pelabuhan perikanan dengan layanan utama industry perikanan.

PELABUHAN IDI

12

I.

DATA UMUM PELABUHAN


1 Nama Pelabuhan
2
3
4
5

Kelas Pelabuhan
Pengelola Pelabuhan
Status Pelabuhan
Koordinat

: Pelabuhan
Idi
: Kelas V
: UPTD Pusat
: Tidak Diusahakan
: 04 - 58 - 00 LU dan 97 47 - 05 BT

B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas pelabuhan saat ini adalah sebagai Pelabuhan pendaratan
ikan.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Belum ada aktifitas kapal barang
D. Komoditas Bongkar/Muat
Belum ada aktifitas bongkar/muat barang komoditas selain ikan
3 Zona Barat
3.1 Pelabuhan Laut Meulaboh di Kabupaten Aceh Barat
A. Kondisi
Secara umum kondisi pelabuhan Meulaboh dalam kondisi baik dan
beroperasional dengan baik. Sarana dan prasarana pelabuhan
sudah sangat baik dan mendukung kegiatan bongkar/muat armada
kapal yang masuk ke pelabuhan. Pelabuhan Meulaboh merupakan
pelabuhan yang sangat penting dalam system transportasi laut
pada zona barat, selatan tenggara bahkan pusat Aceh. Peranan ini
terlihat dari beroperasinya PT Perusahaan Pelayaran Indonesia
(PELINDO) melalui kantor perwakilan di Meulaboh dengan kantor
cabang di Malahayati.

13

PELABUHAN MEULABOH

I.

DATA UMUM PELABUHAN


1 Nama Pelabuhan
: Pelabuhan Meulaboh
2 Alamat Pelabuhan
: Jl. Tgk. Chik Ditiro No. 17 Kec. Johan
Pahlawan - Aceh Barat
3 Kelas Pelabuhan
: Kelas V
4 Pengelolan Pelabuhan
: PT. PELINDO I (Persero) Cabang Meulaboh
5 Status Pelabuhan
: Diusahakan
6 Tahun Pembangunan
: 2006
7 Telepon
: 0655-7006020
8 Faximile
: 0655-7551443
9 SSB
- Nama Stasiun
: Meulaboh Radio
- Frequensi (KHZ/MHZ0
: 6215-0
1 Jarak dari Ibukota Kota/Kab : 2 Km

0
1

Koordinat

: 04 -07 - 64 LU dan 96 - 07 -92 BT

1
B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas pelabuhan laut Meulaboh saat ini berlangsung dengan
baik, kegiatan bongkar dan muat relative lebih baik dibandingkan
dengan beberapa pelabuhan lainnya di zona selatan tenggara.
Berdasarkan data yang ada, kedatangan kapal juga berasal dari
pelabuhan khusus dan pelabuhan umum. Pada tahun 2011 jumlah
kapal yang datang dari pelabuhan khusus berjumlah 68 kali. Dan

14

jumlah kedatangan dari dalam negeri pada tahun 2011 berjumlah


36 dan luar negeri 10 kali.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Adapun asal dan tujuan kapan yang masuk ke pelabuhan laut
Meulaboh sebagai berikut;
1) Meulaboh (Kab Aceh Barat) Lhok Nga (PelSus PT Lafarge
Semen) (Kab Aceh Besar)
2) Meulaboh (Kab Aceh Barat) Medan (Provinsi Sumatera Utara)
3) Rencana Pengembangan Pelabuhan Aceh Utara (Lhokseumawe)
Meulaboh
4) Pelsus Lhoong Port (Kab Aceh Besar) - Meulaboh (Kab Aceh
Besar) Batam (Prov Kepulauan Riau) Beijing (China RRC)
5) Meulaboh (Kab Aceh Besar) Batam (Prov Kepulauan Riau)
Malaysia
D. Komoditas Bongkar/Muat
Berdasarkan data dari kantor penyelenggaran pelabuhan laut
Meulaboh, beberapa komoditas yang masuk dan keluar melalui
pelabuhan laut Meulaboh sebagai berikut;
1) Batu Bara
2) Crude Palm Oil (CPO)
3) Semen
4) Aspal
5) Bahan bangunan lainnya
6) Beras
7) Rencana pengembangan pemasukan barang minuman/makanan
3.2 Pelabuhan Laut Calang di Kabupaten Aceh Jaya

15

A. Kondisi
Pelabuhan Calang merupakan pelabuhan yang telah hancur terkena
dampak

bencana

tsunami

pada

tahun

2004.

Pelabuhan

ini

mendapat penanganan berupa rekonstruksi/pembangunan kembali


pada tahun 2008. Sedangkan detail desainnya dibantu oleh UNDP
dan dirancang pada tahun 2006.
Pelabuhan ini terletak di Desa Teluk Lho Kubu Bahagia, Kecamatan
Krueng Subee, Kabupaten Aceh jaya, Provinsi Aceh.
PELABUHAN CALANG

I.

DATA UMUM PELABUHAN


1 Nama Pelabuhan
2 Lokasi Pelabuhan
3 Kelas Pelabuhan
4 Pengelola Pelabuhan
5 Status Pelabuhan
B. Aktifitas Pelabuhan

:
:
:
:
:

Pelabuhan Calang
Jalan Kejaksaan No. 1 - Calang
Kelas V
UPT Pusat
Tidak Diusahakan

Aktifitas pelabuhan Calang hingga saat ini belum ada, baik itu
bongkar maupun kegiatan memuat barang. Demikian juga halnya
dengan aktifitas penumpang. Namun pelabuhan Calang sudah

16

dapat digunakan sebagai pelabuhan singgah oleh kapal-kapal yang


mengalami hambatan dalam pelayaran karena cuaca ekstrim.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Diharapkan rute pelayaran yang akan berlangsung pada pelabuhan
ini sebagai berikut;
1) Calang Sinabang (Simeuleu)
2) Calang Malahayati (Kab Aceh Besar)
D. Komoditas Bongkar/Muat
Diharapkan dengan selesainya pembangunan pelabuhan Calang,
aktifitas bongkar/muat berupa komoditas barang seperti bahan
bangunan, sembako, CPO (crude palm oil), komoditas karet dan
komoditas pertambangan.
4 Zona Selatan Tenggara
4.1 Pelabuhan Laut Singkil di Kabupaten Aceh Singkil
A. Kondisi
Pelabuhan Laut Singkil merupakan salah satu pelabuhan laut di
Aceh yang terkena dampak bencana tsunami. Seluruh sarana dan
prasarana pelabuhan laut rusak bahkan area pelabuhan sudah
tergerus (bergeser) ke laut. Sehingga harus direkonstruksi dan
dibangun kembali di area yang baru pada lokasi yang sama. Pada
masa rehabilitasi dan rekonstruksi BRR (Badan Rekonstruksi dan
Rehabilitasi

NAD

Nias)

melakukan

pembangunan

pelabuhan

penyeberangan yang telah rusak. Pelabuhan penyeberangan ini


digunakan untuk penduduk yang melakukan kegiatan ke Pulau
Simeuleu dan Pulau Banyak. Prioritas pembangunan dermaga

17

penyeberangan diambil oleh BRR NAD Nias karena memiliki


peranan penting dalam distribusi barang terutama sembako ke
Pulau Simeuleu dan Pulau Banyak.
Sedangkan

dermaga

kargo/umum

masih

dalam

tahap

pembangunan hingga saat ini oleh Direktorat Jenderal Perhubungan


Laut Republik Indonesia. Direncanakan dermaga kargo ini sepanjang
100 meter dengan lebar 6 meter.
PELABUHAN SINGKIL
I.
DATA UMUM PELABUHAN
1 Nama Pelabuhan
2 Kelas Pelabuhan
3 Pengelola Pelabuhan
4 Status Pelabuhan
5 Tahun Pembangunan
6 Koordinat

: Pelabuhan Singkil
: Kelas V
: UPT Pusat
: Tidak Diusahakan
: 1995
: 02 - 15 - 03 LU dan 97 - 48 00BT

B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas pelabuhan Singkil belum ada karena masih dalam tahap
pembangunan.

Aktifitas

yang

ada

adalah

di

dermaga

penyeberangan untuk melayani rute Singkil Pulau Banyak - Pulau


Simeuleu.
Sebelum terkena bencana tsunami dan gempa bumi, aktifitas
pelabuhan Singkil adalah bongkar/muat komoditas semen dari
Padang (Provinsi Sumatera Barat) dan CPO (Crude Palm Oil) ke
Medan (Provinsi Sumatera Utara) dan Jakarta (Provinsi DKI Jakarta).
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Berdasarkan data dari kantor penyelenggara pelabuhan Singkil, rute
pelayaran armada kapal di pelabuhan laut Singkil sebagai berikut:

18

1) Singkil Padang (Provinsi Sumatera Barat)


2) Singkil Medan (Provinsi Sumatera Utara)
3) Singkil Jakarta (Provinsi DKI Jakarta)
4) Singkil Pulau Banyak (Kabupaten Aceh Singkil/Aceh)
5) Singkil Pulau Simeuleu (Kabupaten Simeuleu/Aceh)
D. Komoditas Bongkar/Muat
Adapun komoditas bongkar/muat sebelum tsunami adalah Semen,
CPO.

Sedangkan

komoditas

yang

diangkut

melalui

dermaga

penyeberangan Singkil adalah sembako, bahan bangunan, hasil


pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan.
4.2 Pelabuhan Laut Sinabang di Kabupaten Simeuleu
A. Kondisi
Pelabuhan

Sinabang,

yang

terletak

di

Kabupaten

Simeuleu

merupakan pelabuhan yang juga terkena dampak gempa dan


tsunami

pada

tahun

2004.

Kerusakan

pelabuhan

sangat

memprihatinkan dan sampai saat ini masih digunakan oleh para


pelaku usaha dan pemerintah. Pemerintah Pusat Republik Indonesia
melalui BRR NAD Nias telah membangun kawasan pelabuhan baru
dengan fungsi utama kargo yagn terletak di kawasan Teluk
Sinabang. Namun pelabuhan baru belum dapat beraktifitas karena
belum dipindahkannya aktifitas pelabuhan lama ke pelabuhan baru.
Belum berpindahnya aktifitas ini karena tidak adanya kesepakatan
antara pemerintah daerah kabupaten Simeuleu dengan pemerintah
pusat yakni Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Mekanisme
pengelolaan dan pembagian jasa pelayanan pelabuhan belum dapat
disepakati bersama.

19

Selain itu permasalahan lain yang dihadapi oleh pelabuhan laut


Sinabang adalah perkembangan kota di sekitar area pelabuhan
yang semakin meningkat. Pergerakan truk pengangkutan barang
yang melintasi sudah tidak sesuai dengan perkembangan kota.
PELABUHAN SINABANG

I.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan
Lokasi Pelabuhan
Kelas Pelabuhan
Pengelola Pelabuhan
Status Pelabuhan
Tahun Pembangunan
Telepon
Faximile
Jarak dari Ibukota Kota/Kab
Koordinat

: Pelabuhan Sinabang
: Jl. Meranti - Simeulu Timur
: Kelas V
: UPT Pusat
: Tidak Diusahakan
: 1997
: 0650-21196
: '0650-21470
: 1 Km
: 02 28 - 06 - 0 LU dan 096
BT

- 22 -58-0

B. Aktifitas Pelabuhan
Aktifitas

pelabuhan

Sinabang

berjalan

dengan

baik,

aktifitas

bongkar muat dilakukan dengan baik dan hamper setiap bulan


selalu ada barang yang masuk dan keluar melalui pelabuhan
Sinabang.
20

C. Rute Pelayaran Armada Kapal


Beberapa rute pelayaran armada kapal yang masuk dan keluar
melalui pelabuhan Sinabang Kabupaten Simeuleu sebagai berikut;
1) Singapore Malahayati - Sinabang
2) Belawan (Provinsi Sumatera Utara) Sinabang, Simeuleu
3) Padang (Provinsi Sumatera Barat) Sinabang, Simeuleu
4) Pelabuhan Labuhan Haji (Aceh Barat Daya) Sinabang, Simeuleu
5) Pelabuhan Pulo Sarok, Aceh Singkil Sinabang, Simeuleu
6) Sibolga (Provinsi Sumatera Utara) Sinabang, Simeuleu
7) Meulaboh (Aceh Barat) Sinabang, Simeuleu
D. Komoditas Bongkar Muat
Beberapa komoditas yang masuk dan keluar melalui pelabuhan
Sinabang, Kabupaten Simeuleu sebagai berikut;
1) Barang masuk : Semen, Aspal, Bahan Bangunan
2) Barang keluar : Rotan, ternak hewan, sawit, perikanan, cengkeh
4.3 Pelabuhan Laut Tapaktuan di Kabupaten Aceh
Selatan
A. Kondisi
Secara umum kondisi pelabuhan Tapaktuan sangat baik, dilengkapi
dengan berbagai fasilitas pelabuhan seperti dermaga, gudang,
lapangan

penumpukan,

trestle,

cause

way,

pusat

pelayanan

informasi, kantor, pos penjagaan dan workshop.


Berikut ini adalah tabel profil pelabuhan Tapaktuan.

PELABUHAN TAPAK TUAN


21

I.
1

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan

2 Lokasi Pelabuhan
3
4
5
6
7
8
9

Kelas Pelabuhan
Pengelola Pelabuhan
Status Pelabuhan
Telepon
Faximile
Tahun Pembangunan
Koordinat

:
Pelabunan
Tapaktuan
: Jl.Merdeka No. 41-Tapaktuan
-Aceh Selatan
: Kelas V
: UPTD Pusat
: Tidak Diusahakan
: 0656-21337
: 0656-21337
: 1992
: 03 - 15 ' - 00" LU dan 97 - 11 ' 00"

B. Aktifitas Pelabuhan
Berdasarkan data dari Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
Tapaktuan,

Kementerian

Perhubungan

Direktorat

Jenderal

Perhubungan Laut Republik Indonesia, aktifitas pelabuhan sejak


tahun 2007 hingga pada tahun 2011 didominasi oleh aktifitas
bongkar daripada aktifitas memuat. Frekuensi kapal yang masuk ke
pelabuhan Tapaktuan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 secara
umum mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari tahun 2008
hingga tahun 2010 aktifitas/frekuensi kapal masuk sangat tinggi
hingga 90 kali melakukan aktifitas bongkar/muat dan kemudian
turun menjadi 30 kali pada tahun 2011.

22

C. Rute Pelayaran Aktifitas Armada Kapal


Berdasarkan

hasil

wawancara

dengan

petugas

kantor

penyelenggara pelabuhan laut Tapaktuan, rute pelayaran armada


kapal yang melakukan bongkar di pelabuhan Tapaktuan yakni
berupa semen adalah Padang (Provinsi Sumatera Barat) Tapaktuan
(Aceh).
Komoditas Biji Besi dari Bakongan Port di Aceh Selatan Tapak Tuan
(Aceh Selatan) Singapore/Malaysia
D. Komoditas Bongkar-Muat
Berdasarkan data yang ada dari kantor penyelenggara pelabuhan
laut Tapaktuan, komoditas yang diangkut pada tahun 2007 2011
adalah semen.
4.4 Pelabuhan Laut Susoh dan Surin di Kabupaten
Aceh Barat Daya
A. Kondisi
Kondisi pelabuhan Susoh di Kabupaten Aceh Barat Daya sudah tidak
beroperasi, bahkan bangunan sarana dan prasarana yang ada
sudah mulai rusak. Pelabuhan Laut Susoh, merupakan pelabuhan
yang telah ada/beroperasi sejak tahun 1977. Pasca rehabilitasi dan
rekonstruksi pelabuhan ini digunakan untuk distribusi semen dari
Padang provinsi Sumatera Barat. Selain itu pelabuhan ini juga
pernah digunakan untuk pengangkutan hasil tambang berupa biji
besi yaitu dari PT Pinang Sejati Utama.
Penyebab

dari

tidak

beroperasinya

pelabuhan

Susoh

adalah

terjadinya sedimentasi yang berakibat pada dangkalnya areal


pelabuhan laut. Sedimentasi adalah suatu proses pengendapan
material yang ditransport oleh media air, angin, es, atau gletser di
23

suatu cekungan. Delta yang terdapat di mulut-mulut sungai adalah


hasil dan proses pengendapan material-material yang diangkut oleh
air sungai, sedangkan bukit pasir (sand dunes) yang terdapat di
gurun dan di tepi pantai adalah pengendapan dari material-material
yang

diangkut

oleh

angin.

sedimentasi

dapat

dibedakan:

a.sedimentasi air terjadi di sungai. b.sedimentasi angi biasanya


disebut sedimentasi aeolis c. sedimentasi gletser mengahasilkan
drumlin, moraine, ketles, dan esker.
Berikut ini adalah profil data sarana dan prasarana pelabuhan laut
Susoh
PELABUHAN SUSOH

.
1

DATA UMUM PELABUHAN


Nama Pelabuhan

2 Lokasi Pelabuhan
Kelas Pelabuhan

:
Pelabuhan
Susoh
: Jl. Dt. Digadung No. 167 Susoh
: Kelas V

3
4
5
6
7
8

Pengelola Pelabuhan
Status Pelabuhan
Telepon
Faximile
SSB
- Nama Stasiun

UPT Pusat
Tidak Diusahakan
0654-91285
0654-91285
ICOM IC--M710
SROP Susoh
24

9
1

Tahun Pembangunan
Jarak dari Ibukota Kota/Kab

1977
6 Km

Koordinat

03 43'- 15 " LU dan 96 - 48'-33 " BT

0
1
B. Aktifitas Pelabuhan
Hingga saat ini aktifitas pelabuhan sudah tidak ada.
C. Rute Pelayaran Armada Kapal
Sejak beroperasinya pelabuhan laut Susoh, rute pelayaran armada
yang masuk ke pelabuhan Susoh sebagai berikut;
1. Padang (Provinsi Sumatera Barat) Susoh (Kab Aceh Barat Daya)
2. Susoh (Kab Aceh Barat Daya) Malahayati (Kab Aceh Besar)
D. Komoditas Bongkar/Muat
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bidang pelabuhan laut
pemerintah Kabupaten Aceh Barat Daya, komoditas yang masuk
adalah semen.

III KESIMPULAN
Aceh adalah antara kawasan di Asia yang mempunyai latar
belakang sejarah yang panjang mengenai perdagangan maritim dan
kepelabuhanan. Pelabuhan-pelabuhan di Aceh merupakan antara
pelabuhan-pelabuhan

tertua

di

jalur

Selat

Melaka.

Namun

kegemilangan dan kejayaan Aceh di bidang perdagangan maritim


dan kepelabuhan ini tidak berkembang dan berlanjutan sehingga ke
hari ini. Pada masa kini, pelabuhan-pelabuhan di Aceh hanya
pelabuhan-pelabuhan komersial yang lesu dan yang tidak begitu

25

diperhitungkan, bahkan untuk Pulau Sumatera sekali pun. Padahal


dalam beberapa literatur dikatakan bahwa potensi, letak geografi,
dan sumber alam untuk bidang kepelabuhanan di Aceh adalah
sangat strategis dan tinggi nilainya.
Keinginan

dan

perencanaan

terkini

Pemerintah

Aceh

untuk

membangun kembali dan menaik taraf pelabuhan-pelabuhan telah


ada di Aceh adalah langkah yang tepat. Penekanan perlu diberikan
pada pengembangan pelabuhan-pelabuhan di Aceh sebagai satu
sistem

kepelabuhanan

yang

terpadu

dengan

memperhatikan

tuntutan teknologi dan situasi terkini di bidang ini. Peningkatan


pertumbuhan dengan penumpuan pada peningkatan daya saing
perlu

diwujudkan

atas

dasar

persekitaran

persaingan

kepelabuhanan di kawasan Selat Melaka yang cukup tinggi dan


dinamik. Oleh karena itu, segala perancangan dan pembangunan di
bidang kepelabuhanan di Aceh perlu dilandasi oleh kajian-kajian
yang komprehensif dan mendalam, memperhatikan faktor-faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan dan daya saing di sektor ini.

26

Anda mungkin juga menyukai