Bab 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kunjungan virtual ke Museum Maritim Indonesia merupakan suatu tugas kelompok yang
diberikan oleh guru sejarah peminatan kami.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari perjalanan virtual yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengetahui berbagai objek yang terdapat dalam Museum Maritim indonesia.
Mengetahui sejarah dari kemaritiman di Indonesia.
Melaporkan hasil perjalanan.
Bab 2. ISI
2.1 Laporan Kunjungan Virtual Perjalanan
Pada tanggal 10 Agustus 2021, semua anggota kelompok 2 melakukan perjalanan virtual
ke Museum Maritim Indonesia. Perjalanan dilakukan di rumah masing-masing kelompok
dengan menggunakan gawai masing-masing dan waktu yang ditentukan masing-masing
anggota.
Museum Maritim Indonesia terletak di Jl. Raya Pelabuhan No.9, Tj. Priok, Kota Jakarta
Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14310. Museum ini khusus memamerkan segala
hal yang menyangkut maritim Indonesia. Pelabuhan, kapal, perdagangan maritim pada
zaman kerajaan, kerajaan yang memiliki maritim yang kuat adalah beberapa hal yang
dipamerkan dan dibahas di museum ini.
Saat pertama kali masuk, kami memasuki ruang pamer sayap timur terlebih dahulu.
Setelah jalan beberapa langkah ke dalam ruang pamer, kami langsung disuguhkan oleh
informasi mengenai Deklarasi Djuanda. Selain informasi tertulis, disajikan pula video
terbentuknya Deklarasi Djuanda. Tentunya lengkap dengan gambar sang pencetus
deklarasi tersebut yaitu perdana menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
Setelah melewati informasi mengenai Deklarasi Djuanda, selanjutnya kami diberikan
banyak sekali informasi tentang berbagai pelabuhan di Indonesia lengkap dengan
pengenalan dan seluk beluk sejarahnya. Ada Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Teluk
Bayur, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Tanjung Emas. Selain
informasi mengenai pelabuhan, kami juga melihat miniatur prasasti seperti Prasasti Tugu,
Padrao.
Informasi lainnya yang disajikan di museum ini adalah informasi tentang perkapalan.
Ada informasi mengenai peralatan navigasi disini, tentunya lengkap dengan
penjelasannya. Menurut informasi dari museum, peralatan navigasi dibedakan menjadi 2,
yakni analog dan digital. Alat navigasi analog yaitu alat yang belum mengenal digitalisasi
sehingga membutuhkan proses yang cukup panjang agar dapat menghasilkan sesuatu.
Misalnya kompas tangan, kompas duduk, chip log (ship log). Sementara alat navigasi
digital yaitu alat yang sudah mengenal digitalisasi sehingga proses kerja lebih cepat.
Misalnya echo sounder, GPS, dan radar.
Beberapa miniatur kapal juga dan berbagai perlengkapan keselamatan kapan juga
dipamerkan di sekitar area ini. Miniatur kapal yang dipamerkan adalah contoh
kapal-kapal yang beroperasi di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal tersebut
diantaranya Kapal Tongkang Air, Pilot Boat, Mooring Boat, dan Tug Boat. Sedangkan
peralatan keselamatan yang dipamerkan antara lain pelambung, topi keselamatan, dan
perahu karet.
Kami selesai dengan bagian peralatan navigasi, miniatur, dan alat keselamatan. Sekarang
berpindah ke bagian yang membahas tentang Crane, mesin yang digunakan di seluruh
area pelabuhan untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke berbagai tempat seperti
gudang dan tempat distribusi peti kemas atau sebaliknya. Menurut informasi yang kami
baca, tipe-tipe crane dibedakan berdasarkan warna, material, cara kerja, ukuran, dan
bentuk yang digunakan untuk memindahkan barang di dalam area pelabuhan. Berbagai
miniatur crane dengan tipe yang berbeda-beda disajikan di dalam kotak kaca ditambah
juga penjelasan yang lebih rinci mengenai struktur crane melalui gambar. Hingga pada
akhirnya kami memasuki replika ruangan kapal bagian pengemudi. Hal-hal di atas
merupakan berbagai macam informasi dari ruang pamer sayap timur.
Berikutnya, kami pergi ke ruang pamer sayap barat. di ruang pamer sayap barat, fokus
tema yang dibahas adalah penjajahan Indonesia. Dijelaskan tentang informasi mengenai
latar belakang penjajah menjajah indonesia, perdagangan yang dilakukan oleh VOC
melalui jalur maritim, komoditas perdagangan nusantara, perahu nusantara, dan juga peta
migrasi Austronesia.
Ada pula penjelasan mengenai pelabuhan pada zaman kerajaan Sriwijaya. Karena seperti
yang kita tahu, Sriwijaya ada kerajaan dengan sistem maritim yang kuat. Selain
Sriwijaya, terdapat 1 kerajaan lagi yang dipamerkan di museum ini. Kerajaan tersebut
adalah kerajaan Majapahit. 2 Kerajaan besar ini memang terkenal akan kekuatan
maritimnya.
Seluruh perjalanan kami di museum ini selesai. Kami lanjut beranjak menuju pintu
keluar.
2.2 Sejarah Kemaritiman Indonesia
Berikut adalah sejarah kemaritiman Indonesia berdasarkan informasi yang kami dapat:
1. Pelabuhan dan Pelayaran Masa Awal Kemerdekaan (1945-1961)
A. Kesimpulan
Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara maritim.
Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek moyang kita
pada masa kerajaan – kerajaan, ditambah dengan peninggalan – peninggalan sejarah yang
semakin menguatkan fakta tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami
kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tidak lagi jelas sehingga tidak mampu
masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita kembali kepada visi maritim yang dulu seperti
diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat “Negara
Maritim” atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari Indonesia
dan kekayaan sumber daya bahari yang melimpah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan
menjadi bangsa yang disegani dan diperhitungkan di dunia dalam bidang maritim layaknya di
masa kejayaannya dulu.
B. Saran
Beberapa fungsi laut yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media
perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan
serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia, yang tujuan akhirnya tentulah
penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.