Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PERJALANAN VIRTUAL KE MUSEUM MARITIM INDONESIA

Mata Pelajaran: Sejarah Peminatan


Disusun oleh : Kelompok 2
Anggota Kelompok:
Ismatul Maula (13)
Keyssa Devani Noormalita K (15)
Moch. Sugilaksono (16)
Nilam Maulina Herlambang (21)
Sahda Rahma Hanti (29)
Yehezkiel Theofilus Handoyo (35)

Bab 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kunjungan virtual ke Museum Maritim Indonesia merupakan suatu tugas kelompok yang
diberikan oleh guru sejarah peminatan kami.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun tujuan dari perjalanan virtual yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
Mengetahui berbagai objek yang terdapat dalam Museum Maritim indonesia.
Mengetahui sejarah dari kemaritiman di Indonesia.
Melaporkan hasil perjalanan.

Bab 2. ISI
2.1 Laporan Kunjungan Virtual Perjalanan
Pada tanggal 10 Agustus 2021, semua anggota kelompok 2 melakukan perjalanan virtual
ke Museum Maritim Indonesia. Perjalanan dilakukan di rumah masing-masing kelompok
dengan menggunakan gawai masing-masing dan waktu yang ditentukan masing-masing
anggota.
Museum Maritim Indonesia terletak di Jl. Raya Pelabuhan No.9, Tj. Priok, Kota Jakarta
Utara, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 14310. Museum ini khusus memamerkan segala
hal yang menyangkut maritim Indonesia. Pelabuhan, kapal, perdagangan maritim pada
zaman kerajaan, kerajaan yang memiliki maritim yang kuat adalah beberapa hal yang
dipamerkan dan dibahas di museum ini.
Saat pertama kali masuk, kami memasuki ruang pamer sayap timur terlebih dahulu.
Setelah jalan beberapa langkah ke dalam ruang pamer, kami langsung disuguhkan oleh
informasi mengenai Deklarasi Djuanda. Selain informasi tertulis, disajikan pula video
terbentuknya Deklarasi Djuanda. Tentunya lengkap dengan gambar sang pencetus
deklarasi tersebut yaitu perdana menteri Indonesia pada saat itu, Djuanda Kartawidjaja.
Setelah melewati informasi mengenai Deklarasi Djuanda, selanjutnya kami diberikan
banyak sekali informasi tentang berbagai pelabuhan di Indonesia lengkap dengan
pengenalan dan seluk beluk sejarahnya. Ada Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Teluk
Bayur, Pelabuhan Cirebon, Pelabuhan Sunda Kelapa, Pelabuhan Tanjung Emas. Selain
informasi mengenai pelabuhan, kami juga melihat miniatur prasasti seperti Prasasti Tugu,
Padrao.
Informasi lainnya yang disajikan di museum ini adalah informasi tentang perkapalan.
Ada informasi mengenai peralatan navigasi disini, tentunya lengkap dengan
penjelasannya. Menurut informasi dari museum, peralatan navigasi dibedakan menjadi 2,
yakni analog dan digital. Alat navigasi analog yaitu alat yang belum mengenal digitalisasi
sehingga membutuhkan proses yang cukup panjang agar dapat menghasilkan sesuatu.
Misalnya kompas tangan, kompas duduk, chip log (ship log). Sementara alat navigasi
digital yaitu alat yang sudah mengenal digitalisasi sehingga proses kerja lebih cepat.
Misalnya echo sounder, GPS, dan radar.
Beberapa miniatur kapal juga dan berbagai perlengkapan keselamatan kapan juga
dipamerkan di sekitar area ini. Miniatur kapal yang dipamerkan adalah contoh
kapal-kapal yang beroperasi di wilayah Pelabuhan Tanjung Priok. Kapal tersebut
diantaranya Kapal Tongkang Air, Pilot Boat, Mooring Boat, dan Tug Boat. Sedangkan
peralatan keselamatan yang dipamerkan antara lain pelambung, topi keselamatan, dan
perahu karet.
Kami selesai dengan bagian peralatan navigasi, miniatur, dan alat keselamatan. Sekarang
berpindah ke bagian yang membahas tentang Crane, mesin yang digunakan di seluruh
area pelabuhan untuk memindahkan peti kemas dari kapal ke berbagai tempat seperti
gudang dan tempat distribusi peti kemas atau sebaliknya. Menurut informasi yang kami
baca, tipe-tipe crane dibedakan berdasarkan warna, material, cara kerja, ukuran, dan
bentuk yang digunakan untuk memindahkan barang di dalam area pelabuhan. Berbagai
miniatur crane dengan tipe yang berbeda-beda disajikan di dalam kotak kaca ditambah
juga penjelasan yang lebih rinci mengenai struktur crane melalui gambar. Hingga pada
akhirnya kami memasuki replika ruangan kapal bagian pengemudi. Hal-hal di atas
merupakan berbagai macam informasi dari ruang pamer sayap timur.
Berikutnya, kami pergi ke ruang pamer sayap barat. di ruang pamer sayap barat, fokus
tema yang dibahas adalah penjajahan Indonesia. Dijelaskan tentang informasi mengenai
latar belakang penjajah menjajah indonesia, perdagangan yang dilakukan oleh VOC
melalui jalur maritim, komoditas perdagangan nusantara, perahu nusantara, dan juga peta
migrasi Austronesia.
Ada pula penjelasan mengenai pelabuhan pada zaman kerajaan Sriwijaya. Karena seperti
yang kita tahu, Sriwijaya ada kerajaan dengan sistem maritim yang kuat. Selain
Sriwijaya, terdapat 1 kerajaan lagi yang dipamerkan di museum ini. Kerajaan tersebut
adalah kerajaan Majapahit. 2 Kerajaan besar ini memang terkenal akan kekuatan
maritimnya.
Seluruh perjalanan kami di museum ini selesai. Kami lanjut beranjak menuju pintu
keluar.
2.2 Sejarah Kemaritiman Indonesia
Berikut adalah sejarah kemaritiman Indonesia berdasarkan informasi yang kami dapat:
1.      Pelabuhan dan Pelayaran Masa Awal Kemerdekaan (1945-1961)

2.      Sejarah PT Pelabuhan Indonesia II (Persero), tahun 1950-2008


Perdana Menteri Indonesia ke-10 dalam kabinet kerja I memiliki program kerja yang salah
satunya adalah mengeluarkan kebijakan berkaitan dengan hukum kemaritiman Indonesia.
Kebijakan tersebut dikenal dengan “Deklarasi Djuanda” yang dikeluarkan pada tanggal 13
Desember 1957. Deklarasi tersebut menyatakan bahwa laut teritorial 12 mil dari garis air surut
pulau-pulau atau bagian-bagian pulaunya adalah batas wilayah Indonesia. Sebelum deklarasi
tersebut, batas teritorial Indonesia hanya 3 mil dari garis pantai.

3.      Pelabuhan Belawan


Pelabuhan Belawan termasuk pelabuhan tua di Indonesia yang telah berkembang sejak awal
Masehi. Peran pelabuhan ini sangat penting tertama dalam kegiatan ekspor tembakau Deli.
Pengembangan Pelabuhan Belawan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 telah menjadikan
pelabuhan ini menjadi satu-satunya pelabuhan terbesar di Sumatera serta salah satu pelabuhan
induk di Hindia Belanda yang digunakan untuk kegiatan ekspor-impor. Hingga kini, Pelabuhan
Belawan masih menjadi pelabuhan andalan di Sumatera.
 
4.      Pelabuhan Teluk Bayur & Tambang Batu Bara Ombilin
Pelabuhan Teluk Bayur adalah salah satu pelabuhan yang ada di kota Padang, provinsi Sumatra
Barat, Indonesia. Pelabuhan ini awalnya bernama Emmahaven yang dibangun sejak zaman
kolonial Belanda antara tahun 1888-1893. Pelabuhan Teluk Bayur berfungsi sebagai pintu
gerbang antar pulau serta arus keluar masuk barang ekspor-impor.
 
5.      Pelabuhan Tanjung Priok
 Pelabuhan Tanjung Priok merupakan pelabuhan terbesar di Jakarta. Memiliki letak yang
strategis dan terhubung dengan berbagai pelabuhan lain membuat Tanjung Priok menjadi
gerbang utama distribusi ekspor-impor di Indonesia. Tanjung Priok juga menjadi pelabuhan
andalan bagi para penumpang untuk pergi ke berbagai tujuan. Saat ini terdapat tiga terminal di
Tanjung Priok yang melayani berbagai kebutuhan, yaitu terminal peti kemas, terminal
penumpang, dan terminal kendaraan. Suasana ramai dari penumpang dan awak kapal yang nyaris
tak pernah berhenti ditambah crane-crane dan tumpukan peti kemas di setiap sudut pelabuhan
membuat Tanjung Priok disebut sebagai pelabuhan tersibuk.
6.      Pendirian Batavia oleh VOC
Sebelum berada di bawah kekuasaan Sunda abad ke-12, tempat ini bernama ‘Sunda Kelapa’.
Pada 22 Juni 1527, pasukan gabungan Kesultanan Demak-Cirebon dibawah pimpinan Fatahillah
menyerang dan berhasil menguasai Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi ‘Jayakarta’.
Pada tahun 1619, VOC dibawah pimpinan J.P. Coen menyerang kerajan Banten dan merebut
Jayakarta. Melalui kesepakatan De Heeren Zeventien (Dewan 17) dari VOC, Jayakarta berubah
nama menjadi ‘Batavia’ pada tahun 1621. Pada tahun 1942, Hindia Belanda jatuh ke tangan
Jepang, Batavia diganti namanya menjadi ‘Djakarta’.
 
7.      Pelabuhan Sunda Kelapa
Pelabuhan Sunda Kelapa adalah pelabuhan tradisional yang masih digunakan hingga sekarang
karena posisinya yang strategis di Teluk Jakarta.
 
8.      Pelabuhan Makassar
Pada tahun 1530, kerajaan Gowa dan Tallo membuat pelabuhan baru untuk menampung
perdagangan. Pelabuhan tersebut berkembang pesat. Melihat pelabuhan ini sebagai ancaman,
pada tahun 1660 Kolonial Belanda melakukan serangan. Pada tahun 1669, keluarnya perjanjian
Bongaya menandai jatuhnya pelabuhan tersebut ke tangan Belanda. Tetapi pada akhirnya,
pelabuhan tersebut dapat diambil kembali oleh rakyat Indonesia dari tangan Belanda.
 
9.      Pelabuhan Cirebon
Pelabuhan Cirebon dibangun tahun 1865, dan diperluas dengan pembangunan kolam pelabuhan
dan perdagangan pada tahun 1890. Tahun 1927, Pelabuhan Cirebon masih berada di dalam
struktur organisasi Pelabuhan Semarang, kemudian pada tahun 1957 berada di bawah Pelabuhan
Tanjung Priok. Sejak tahun 1983 Pelabuhan Cirebon menjadi salah satu cabang pelabuhan PT
Pelabuhan Indonesia II (Persero).
 
10.  Pelabuhan Tanjung Perak
Pelabuhan Tanjung Perak berfungsi sebagai kolektor dan distributor barang. Karena letaknya
yang strategis dan didukung oleh dataran gigir atau hinterland yang potensial maka Tanjung
Perak juga merupakan pusat pelayaran Interinsulair kawasan Timur Indonesia.
 
11.  Pelabuhan Tanjung Emas
Pelabuhan Tanjung Emas dahulu berupa sungai kecil/kali Semarang yang menjadi satu-satunya
urat nadi pengangkutan barang dengan perahu dari kapal yang berlabuh di laut lepas. Pelabuhan
Semarang berdiri pada abad ke-19. Walaupun sudah ada penambahan fasilitas, namun masih
terbatas untuk disandari kapal-kapal berukuran besar. Sejak 1970, arus kapal dan barang yang
melalui pelabuhan ini meningkat setiap tahun.
BAB 3. PENUTUP

      A.    Kesimpulan

Jadi, tidak bisa dibantahkan lagi bahwa sesungguhnya Indonesia terlahir sebagai Negara maritim.
Hal ini terbukti dari berbagai fakta sejarah yang ada, serta bukti kejayaan nenek moyang kita
pada masa kerajaan – kerajaan, ditambah dengan peninggalan – peninggalan sejarah yang
semakin menguatkan fakta tersebut. Namun keadaan maritim Indonesia saat ini justru mengalami
kemunduran yang signifikan, dikarenakan visi maritim tidak lagi  jelas sehingga tidak mampu
masyarakat Indonesia melihat potensi dari posisi strategis nusantara.

Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita kembali kepada visi maritim yang dulu seperti
diterapkan nenek moyang kita, karena sejatinya Indonesia menyandang predikat “Negara
Maritim” atau negara kepulauan. Sehingga dengan mengoptimalkan letak strategis dari Indonesia
dan kekayaan sumber daya bahari yang  melimpah, maka bukan mustahil jika Indonesia akan
menjadi bangsa yang disegani dan diperhitungkan di dunia dalam bidang maritim layaknya di
masa kejayaannya dulu.

      B.     Saran

Sebaiknya pemerintah bersama pemimpin – pemimpin lainnya menciptakan persepsi kelautan


yang  tepat bagi bangsa Indonesia, yakni laut sebagai tali kehidupan dan masa depan bangsa.
Dengan persepsi demikian tersebut dapat memacu kesadaran akan arti penting maritim dalam
pembangunan nasional.

Beberapa fungsi laut yang seharusnya menjadi pertimbangan pemerintah dalam menetapkan
kebijakan-kebijakan berbasis maritim adalah; laut sebagai media pemersatu bangsa, media
perhubungan, media sumberdaya, media pertahanan dan keamanan sebagai negara kepulauan
serta media untuk membangun pengaruh ke seluruh dunia, yang tujuan akhirnya tentulah
penguasaan laut nasional yang dapat menegakkan harga diri bangsa.

Anda mungkin juga menyukai