1. Pelabuhan Dumai
Pelabuhan Dumai merupakan salah satu Pelabuhan Utama di Provinsi Riau dan
mempunyai letak geografis yang menguntungkan karena merupakan pelabuhan alam yang
dilindungi oleh beberapa pulau antara lain Pulau Rupat , Pulau Payung dan Pulau Rampang
sehigga mempunyai perairan yang cukup dalam dan tenang dari terpaan ombak serta iklim
yang cukup menunjang sepanjang tahun.
Pelabuhan ini juga merupakan salah satu pelabuhan dengan terminal curah cair terbesar di
Indonesia. Jenis curah cair yang dikirim dari Pelabuhan yang dioperasikan oleh PT Pelabuhan
Indonesia I (Persero) atau Pelindo 1 ini adalah Crude Palm Oil (CPO) yang diekspor ke India,
China, dan Eropa. Sedangkan untuk curah kering yaitu Palm Kernel Ekspeller (PKE) dan
Palm Kernel Shell (PKS) banyak diekspor ke Asia Timur dan Eropa. Dengan diresmikannya
dermaga minyak II yang mampu menampung kapal tangki hingga ukuran 150.000 DWT,
Pelabuhan Dumai, Riau, menjadi pelabuhan terbesar di Asia Tenggara. Dermaga yang
dibangun oleh Caltex Pacific Indonesia itu menelan biaya 2,1 juta dollar AS. Sepanjang
daerah pantai Dumai terdapat beberapa pabrik minyak dan pengolahan minyak, maka dari itu
pelabuhan ini bisa juga disebut sebagai gerbang ekspor minyak Indonesia.
Kota Dumai yang letaknya strategis dan berada di tepi pantai timur pulau Sumatra
menyebabkan kota Dumai dijadikan sebagai pintu gerbang utama di Sumatra dengan fasilitas
pelabuhan terbesar di provinsi Riau. Pelabuhan Dumai merupakan salah satu pelabuhan utama
di provinsi Riau yang mempunyai letak geografis yang menguntungkan karena merupakan
pelabuhan alam yang dilindungi oleh beberapa pulau antara lain Pulau Rupat, Pulau Payung
dan Pulau Rampang sehingga mempunyai perairan yang cukup dalam dan tenang dari terpaan
ombak serta iklim yang cukup menunjang sepanjang tahun.
Kota Dumai identik dengan kota Pelabuhan, Pelabuhan Dumai telah beroperasi sejak tahun
1950-an sebagai pelabuhan untuk mengekspor minyak mentah dari provinsi Riau. Pada awal
sejarah perhubungan (laut) di Dumai dimulai dengan dibentuknya perwakilan pelabuhan
Belawan (PBB) pada tahun 1959, bermula dengan SOCAL menemukan sumber-sumber
minyak di Riau, konsekuensinya menuntut keberadaan fasilitas pelabuhan di Dumai untuk
pengkapalan hasil ekspolarasinya, maka pada tahun 1957 perusahaan ini membangun fasilitas
dermaga yang selesai pada tahun 1958 dan ekspor pertamanya dilakukan pada tanggal 15 Juli
1958 dengan Kapal S.S Runner. 1. Untuk mengetahui sejarah pelabuhan Kota Dumai. 2.
Untuk mengetahui perkembangan fisik pelabuhan Kota Dumai tahun 1980-2014. 3. Untuk
mengetahui perkembangan bongkar muat Pelabuahan kota Dumai.
dari Bandar Udara Hang Nadim. Pelabuhan ini menghubungkan kota Batam dengan
pelabuhan Tanah Merah, Singapore dengan jarak yang terdekat.
Pada saat ini hanya ada satu kapal ferry yang beoperasi, yaitu Batam Fast dengan jadwal
keberangkatan hampir tiap 2 jam mulai dari jam 6:00 pagi sampai jam 18:30 malam.
Pelabuhan ini banyak dipakai untuk mengangkut turis asing yang akan menginap di hotel-
hotel mewah di wilayah pantai Nongsa dan yang akan bermain golf pada saat akhir pekan.
Sejarah Pelabuhan Nongsa
Sekitar 1829, Nong Isa mendapatkan sebuah mandat dari Sultan Riau dan juga diberikan
perintah oleh Muda Riau VI agar memerintah pada kawasan Nongsa dan juga wilayah
sekitarnya. Surat mandat yang diberikan kepada Nong Isa tersebut dikeluarkan pada 22
Jumadil Akhir 1245 Hijriah atau tahun masehinya jatuh pada 18 Desember 1829. Tanggal
tersebut selanjutnya ditetapkan sebagai hari jadi Kota Batam.
Kompleks makam Nong Isa berada di atas sebuah bukit kecil di kawasan Kampung Nongsa
Pantai, Kelurahan Sambau, Kecamatan Nongsa, Kota Batam. Meskipun begitu, Nong Isa
tidak dimakamkan di kompleks tersebut, hanya anak-anak keturunan Nong Isa yang
disemayamkan di sana. Adapun makam Nong Isa hingga kini belum diketahui lokasi tepatnya.
Untuk bisa ke kompleks permakaman tersebut, Anda harus menaiki puluhan anak tangga. Di
kompleks permakaman ada semacam prasasti yang menjelaskan mengenai sejarah singkat
ditetapkannya hari jadi Kota Batam.
Makam itu pun sering didatangi masyarakat untuk berziarah, bahkan salah satu puncak
perayaan ulang tahun Kota Batam ialah berziarah di kompleks permakaman ini. Nisan-nisan
di komplek permakaman tersebut ditutupi kain berwarna kuning, warna kebanggaan orang
Melayu. Suasana yang teduh dan khusyuk amat terasa di tempat ini, belum lagi hutan-hutan
kecil yang mengelilingi permakaman semakin membuat suasana semakin asri. Nong Isa juga
merupakan salah satu tokoh asli masyarakat Pulau Batam, berkat hasil kerja kerasnya dia
mampu memajukan daerah Nongsa pada awal berdirinya Kota Batam. Nongsa juga dikenal
dengan pelabuhan yang sangat banyak disinggahi para pedagang yang ingin menuju ke
Singapura dan Malaysia.
3. Pelabuhan Sri Bintan Pura
Pelabuhan Sri Bintan Pura adalah pelabuhan nasional dan internasional yang berada di
kota Tanjung Pinang yaitu di pantai barat pulau Bintan, provinsi Kepulauan Riau. Pelabuhan
ini menghubungkan kota Tanjung Pinang dengan pelabuhan-pelabuhan di sebelah utara
(pelabuhan Lobam dan pelabuhan Bulang Linggi), dengan kepulauan di sebelah barat, seperti
pelabuhan Tanjung Balai (pulau Karimun), pelabuhan Telaga Punggur di pulau Batam, serta
kepulauan di sebelah selatan seperti pulau Lingga dan Singkep. Untuk pelayaran ke luar
negeri, pelabuhan Sri Bintan Pura juga mempunyai jalur perhubungan ke Singapura
(HarbourFront dan Tanah Merah) serta Malaysia (Stulang Laut).
Mulai tanggal 15 Juli 2018, pembayaran pas masuk ke Pelabuhan Sri Bintan Pura,
Tanjungpinang, Kepulauan Riau harus secara non tunai atau menggunakan electronic money
(e-money).
Saat ini, pembayaran menggunakan e-money di pelabuhan Sri Bintan Pura baru diterapkan
untuk tiket pas masuk pelabuhan.E-Pass telah diterapkan di Pelabuhan SrI Bintan Pura
Tanjungpinang. Sistem e-pass tersebut dilakukan di terminal Domestik dan Internasional
Pelabuhan Sri Bintan Pura. Sistem e-pass merupakan pilot project bagi Pelabuhan yang ada di
Indonesia dan merupakan sebuah system non tunai yang pertama diterapkan di pelabuhan di
seluruh Indonesia.
Pelabuhan Sri Bintan Pura Masih Dalam Tahap Renovasi
Beberapa jenis kapal yang mempunyai jalur pelayaran dari dan ke pelabuhan Sri Bintan
Pura antara lain adalah: kapal ferry Sentosa, kapal Merbau, dan lain-lain. Perahu motor
pompong juga dipakai untuk menghubungkan kota ini dengan pulau Penyengat yang jaraknya
cukup dekat (10 sampai 15 menit).
Sejarah Pelabuhan Sri Bintan Pura
Pada awal perkembangannya, pelabuhan yang dikenal sebagai pelabuhan Tanjung Pinang
adalah pelabuhan Sri Bintan Pura yang ada saat ini, dengan sarana dan fasilitasnya dibangun
pada tahun 1925 dengan konstruksi kayu pada masa penjajahan Belanda. Peresmian nama Sri
Bintan Pura dilakukan pada tanggal 21 Januari 1984 oleh Direktur Jendral Perhubungan Laut,
bapak Pongky SoepaIjo bertepatan dengan peresmian terminal penumpang. Nama Sri Bintan
Pura bermakna " Pintu gerbang Kepulauan Riau yang permai dan terletak: dipulau Bintan
yang gemerlapan ", Mengapa diperlukan re- desain terminal penumpang kapallaut Sri Bintan
Pura? Pertama, lokasi terminal penumpang kapal laut Sri Bintan Pura yang terletak dijalan
Samudra No.1 berada dipusat kota. Dengan perkembangan kota Tanjung Pinang dewasa ini
yang begitu pesat yang semula disana hanya terdapat gedung pemerintahan, kantor, toko dan
pasar, sekarang ditambah dengan kehadiran pusat-pusat perbelanjaan yang lengkap
fasilitasnya, seperti Bintan Mall dan Bintan Plaza serta hotel-hotel yang berdiri ditengah-
tengah kota. Sehingga keadaan kota semakin padat dan sesak yang nantinya akan
menimbulkan dampak negatif seperti kesemrautan, kemacetan, kebisingan dan polusi udara
Kondisi terminal penumpang kapal laut Sri Bintan Pura ini merupakan kawasan
perkotaan yang sangat sukar untuk dikembangkan kearah darat dimana samping kiri dan
kanan dari lokasi tersebut sudah direklamasi oleh para investor, maka pelabuhan Sri Bintan
Pura tidak dapat menyesuaikan diri lagi dengan perkembangan zaman. Sebagai sebuah kota
dengan latar belakang sejarah yang berakar pada budaya Melayu, bahwa semaju apapun,
ditambah kemungkinan arus globalisasi dengan sistem keterbukaannya, Kota Tanjung Pinang
tidak boleh kehilangan identitas jati dirinya yang berakar pada budaya Melayu
Kedua, dengan adanya peningkatan j umlah penduduk dan pendatang mengakibatkan
jumlah dari pengguna fasilitas terminal penumpang bertambah pula sehinngga disaat musim
liburan terminal penumpang menjadi penuh dan sesak, dan tidak nyaman dikarenakan fungsi
bangunan tidak dapat lagi menampung dan memenuhi kebutuhan pada pengguna Lahan parkir
yang kecil dan ruang-ruang dalam bangunan tidak dapat mendukung aktivitas pelayaran
secara baik, aman dan nyaman.