Anda di halaman 1dari 3

Paotere ᨄᨕᨚᨈᨙᨑᨙ adalah suatu pelabuhan warisan Kesultanan Gowa Tallo perahu yang

terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar, Sulawesi Selatan. Pelabuhan yang berjarak ± 5
km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan
tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kesultanan Gowa-Tallo
sejak abad ke XIV .Ketika Raja Tallo ke-2 Karaeng Same ri Liukang memberangkatkan sekitar 200
armada Perahu Phinisi ke Malaka.

Paotere. Paotere berasal dari Kata’otere’ yang berarti tarik tambang. Dulu, orangorang Mandar
menjadikan tempat ini sebagai tempat yang dikhususkan untuk membuat tali tambang. Pada
umumnya orang Makassar, Paotere lebih dikenal dibandingkan wilayah administratif lainnya di
kelurahan Busung. Selain namanya yang khas, di sekitar wilayah ini terdapat ritual yang biasa
dilakukan oleh warga setempat, khususnya para imam mesjid dan beberapa orang tua yang
masih memegang teguh adat mereka. Ritual tersebut dilakukan setiap malam jumat, selepas
shalat isya. Biasanya mereka melalukan doa selamatan di dalam mesjid. Setelah itu mereka
akan membawa bermacam-macam kue kedermaga untuk dibagikan kepada para awak perahu
atau para penumpang yang tengah beristirahat. Selain ritual tersebut, juga terdapat pelabuhan
rakyat yang ramai. Pelabuhan rakyat ini merupakan tempat berlabuhnya perahu-perahu dari
berbagai pulau yang ada di Sulawesi Selatan seperti Pulau Selayar, Pulau Barang Ca’di dan
Pulau-Pulau yang ada disekitar Pangkajene’ Kepulauan (Pangkep), bahkan ada juga perahu yang
berasal dari berbagai pulau di Indonesia seperti Pulau-Pulau yang ada di sekitar seperti Maluku,
NTT dan Surabaya. Berdasarkan cerita warga setempat, pelabuhan Ratu ini sudah ada sejak
abad ke 14 dan merupakan peninggalan kerajaan Gowa-Tallo. Konon, dulu pelabuhan Paotere
kerap didatangani sekitar dua ratus armada perahu yang berukuran besar.

Kapal kayu Pinisi telah digunakan di Indonesia sejak beberapa abad yang lalu,
diperkirakan kapal pinisi sudah ada sebelum tahun 1500an. Menurut naskah Lontarak I
Babad La Lagaligo pada abad ke 14, Pinisi pertama sekali dibuat oleh Sawerigading,
Putera Mahkota Kerajaan Luwu untuk berlayar menuju negeri Tiongkok hendak
meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai. Sawerigading berhasil ke negeri
Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri
Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan menggunakan
Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang besar
dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Beru dan Lemo-lemo.
Masyarakat ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi
perahu yang kemudian dinamakan Pinisi. Ada dua jenis kapal pinisi 1. Lamba atau
lambo. Pinisi modern yang masih bertahan sampai saat ini dan sekarang dilengkapi
dengan motor diesel (PLM). 2. Palari. adalah bentuk awal pinisi dengan lunas yang
melengkung dan ukurannya lebih kecil dari jenis Lamda.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, Paotere mengiringi perkembangan Makassar. Dalam buku
Makassar Doeloe, Makassar Kini, Makassar Nanti (Yayasan Losari, 2000), pelabuhan yang
berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat kota ini sudah beroperasi sejak abad ke-16.Selain sebagai
pelabuhan perahu-perahu rakyat, seperti Phinisi dan Lambo, pelabuhan ini juga masih dipakai
untuk bongkar muat barang dan pusat niaga para nelayan di mana dapat dilihat di sepanjang
jalan di pelabuhan berjejer toko-toko yang menjual berbagai macam jenis ikan kering,
perlengkapan nelayan, serta beberapa restoran seafood.

catatan sejarah menyebut bahwa pelabuhan Paotere dibangun oleh Raja Tallo ke-2, Karaeng
Same'ri Liukang (Samarluka) Daeng Marewa, yang memerintah pada abad ke-15. Paotere turut
jadi bukti hubungan antara kerajaan-kerajaan di Sulsel dengan Portugis. Meski sudah
disebutkan dalam catatan bendahara Kerajaan Portugis, Tomé Pires, yang berjudul Suma
Oriental.Yang  menyebut Makassar sebagai "pulau kaya rempah dan emas." Hingga saat ini
kejayaan pelabuhan ini juga tidak pudar. Karena setiap hari, perahu-perahu merapat membawa
berbagai jenis barang. Sementara daerah sekitar Paotere menjadi pusat seafood andalan.
Paotere akan tetap di fungsikan menjadi pelabuhan rakyat dalam melayani kapal kapal
kecil dan tradisonala lainnya. Selain terkenal dengan bongkar muat hasil tangkapan
ikannya, Pelabuhan Paotere dikenal dengan beberapa makanan khasnya seperti ikan
bakar dengan sambal cobe cobe. Sambal cobe cobe merupakan sambal khas
Makassar.

Ikan yang disajikanpun beragam, seperti ikan kerapu, ikana cepak, dan ikan baronang.
Ketiganya adalah menu andalan. Selain itu, ada juga makanan seafood lainnya seperti
kepiting udang, dan cumi cumi. Untuk oleh-oleh, ada juga ikan yang telah diawetkan
seperti ikan teri, ikan kakp merah, ikan asin. Ikan ikan olahan ini dapt kita jumpai di
sepanjang warung warung Paotere.

Anda mungkin juga menyukai