Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH BMR

TEKNOLOGI PERKAPALAN
BAB 8

GURU PENGAJAR : JARIAH FITRI S.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6


AULYA AHMAD CHAN
DHEA DALILA
JHONATAN BECKHAM
KHAIRIYATUL AINI
SYARIFAH ANNAILA YUSTI
YORI ADITTYA PRATAMA

KELAS : XI MIPA 5
A. Pemaknaan Kapal
makna kapal tersebut sebagai sebuah lambang kehidupan rumah tangga.
Sebagaimana layaknya sebuah kapal, rumah tangga tidak lepas dari
goncangan gelombang, badai, hujan, dan gejala-gejala alam di laut
lainnya. Kehidupan rumah tangga tidak pernah lepas dari gejolak yang
penuh dengan permasalahan rumah tangga. Sedih, gembira, dan marah
selalu menyertai dalam mengarungi mahligai tersebut.

Kapal kayu mini yang dijadikan simbol sebuah kapal disertai dengan
sepucuk surat berisikan syair-syair yang menerangkan tentang kapal yang
dibawa, mengisahkan tentang awal pertemuan si bujang dengan si gadis
menjalin tali kasih sayang hingga menjadi sepasang suami istri. Bait-bait
awal Syair Surat Kapal didahului dengan memperkenalkan kedua
pengantin sesudah pembukaan syair. Salah satu isi dari Syair Surat Kapal
adalah mengenai pertemuan dua sejoli yang sedang bersanding, seperti
kapan dan dimana mereka pertama kali bertemu hingga menjalin
hubungan secara serius menuju pelaminan. Setelah diceritakan sekilas
tentang pengantin, kemudian diceritakan bagaimana tanggapan keluarga
ketika ada keinginan hati dari anak laki-lakinya untuk membina rumah
tangga. Sebagai layaknya sebuah kapal tentu terdapat awak kapal yang
bekerja menjalankan kapal agar bisa berlayar seperti: (1) nakhoda, (2)
juru batu, (3) tukang kelasi, (4) tukang masak, (5) tukang cincu, dan (6)
juru mudi. Dan salah satu isi dari Syair Surat Kapal adalah adanya unsur
humoris.

Dahulu Syair Surat Kapal ditulis dengan menggunakan tulisan Arab


Gundul atau biasa disebut dengan Arab Melayu, karena pada saat itu
tulisan latin belum begitu dikenal oleh masyarakat Melayu Indragiri.
Namun pada saat ini sangat sulit untuk menemukan Syair Surat Kapal
yang masih bertuliskan Arab Melayu. Hal ini disebabkan oleh pengaruh
bahasa Indonesia atau bahasa-bahasa serapan lainnya. Hal ini bisa dilihat
dari beberapa syair yang ditulis oleh penyair pada masa sekarang.
Menurut cerita masyarakat setempat dahulu permaisuri sultan sering
mendengarkan putra mahkota dalam buaian syair-syair yang berisikan
nasehat dan cerita. Lama-kelamaan pembacaan syair menjadi kebiasaan
untuk didengarkan dikalangan istana hingga kalangan rakyat biasa.

Selain itu pembacaan syair juga dilakukan untuk menidurkan anak, dan
adapula berisikan tentang cerita sepasang sejoli yang hendak menikah,
terutama pada kalangan kerajaan.
Teks syair surat kapal pada zaman dahulu sangat panjang bisa terdiri dari
beratus-ratus bait hingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk
menyelesaikan membacanya, karena pada waktu itu pembacaan syair
surat kapal merupakan salah satu acara hiburan pada perhelatan
perkawinan yang ditunggu-tunggu oleh khalayak ramai, syair surat kapal
juga berisikan unsur romantik yang asik untuk disimak apalagi jika
pembacaan syair dilakukan dengan nada-nada yang khusus, seperti
senandung-senandung merdu yang enak didengar telinga. Saat ini syair
surat kapal hanya terdiri dari 30 sampai 60 bait saja. Perubahan ini terjadi
karena syair surat kapal tidak lagi sebagai hiburan pada perhelatan
pernikahan tetapi hanya sebagai sebatas pelengkap rangkaian adat-istiadat
dalam setiap adat pernikahan

B. Sejarah Teknologi Perkapalan Melayu


Bangsa Melayu dikisahkan dalam berbagai versi asal usulnya sebagai
bangsa yang datang dari daratan Asia dan menyebar di Kepulauan
Nusantara. Dalam versi lain menyebutkan Melayu menyebar dari
Kepulauan Nusantara ke daratan Asia, Selandia Baru, beberapa wilayah
Afrika dan Amerika. Migrasi bangsa Melayu itu dikisahkan terjadi ribuan
tahun sebelum masehi.

Dari sejarah migrasi orang Melayu sejak ribuan tahun lalu dapat
disimpulkan bahwa bangsa Melayu telah menguasai teknologi perkapalan
jauh daripada pengembangan yang dilakukan bangsa Eropa. Dilihat dari
letak wilayah kepulauan Melayu (Nusantara) sebagai jalur pedaganga
dunia, maka peradaban Melayu diwilayah ini dapat disebut peradaban
maritim. Teknologi awal perkapalan yang menggunakan tenaga angin dan
dayung, memungkinkan menjadikan jalur ini sebagai jalur yang potensial
karena sepanjang tahun angin bergerak dan lautan relatif teduh. Dengan
banyaknya kapal-kapal bangsa lain yang silih berganti melewati kawasan
ini, maka teknologi perkapalan di wilayah maritim tetap terus
berkembang. Sebagai wilayah kepulauan, maka pertumbuhan ekonomi
menjadi pesat dan berpusat di kawasan maritim atau pesisir seperti di
Bandar Pelabuhan. Untuk menyokong ekonomi yang kuat, mengharuskan
orang-orang Melayu tetap mengembangkan teknologi perkapalan.

C. Sejarah Perkapalan di Riau


Sebagian besar potensi kehidupan orang Melayu merujuk ke sungai,
misalnya berbagai ritual dan upacara turun mandi, berbual di tepian
mandi (mencarikan jodoh untuk anak atau keponakan), mandi balimau
dan lain sebagainya. Melayu Riau menjadikan sungai sebagai timang-
timangan negeri. Bagi mereka, rusak sungai sama dengan cerminan
rusaknya negeri.

Kawasan Riau yang dialiri empat sungai besar yaitu, sungai Kampar,
sungai Siak, sungai Rokan, dan sungai Indragiri, dengan saujana Riau
yang demikian tentu teknologi perkapalan sangat penting dan perlu
dikembangkan. Kapal menjadi pilihan utama untuk mobilitas orang Riau.
Sejalan dengan perkembangannya penamaan kapal di Riau amat banyak
janisnya. Di Riau kapal berukuran besar disebut dengan istilah jung.
Istilah ini dipakai untuk penyebutan kapal laut yang besar biasanya
dipakai untuk berdagang ataupun untuk berperang. Jung memuat beban
200-1500 ton dan mampu menempuh jarak antar Samudra. Jung dibuat
menggunakan kayu sebagai bahannya. Sepasang kemudi terpasang di
buritan. Di atas geladak dibangun sebuah rumah. Jung juga dikisahkan
dipakai oleh Laksamana Hang Tuah untuk menguasai Majapahit di pulau
Jawa.

D. Jenis-jenis Kapal
Pompong adalah alat transportasi laut yang biasa digunakan para
penumpang yang hendak ke pelantar tepi pantai berjejer di sepanjang
pelabuhan Sri Bintan Pura Kota Tanjungpinang, Pompong tersebut
berjumlah 70 buah yang beroperasi dari Tanjungpinang ke pelantar dan
sebaliknya.

Pompong atau boat kapal berukuran sedang, yang biasa digunakan oleh
sebagian besar nelayan di Kabupaten Lingga untuk mencari ikan,
membutuhkan keahlian khusus untuk membuatnya.

Para pembuat kapal pompong ini mengaku mendapatkan keahlian


tersebut secara turun menurun yang dibawa oleh para perantau dari
Sulawesi Selatan yang masuk ke Kabupaten Lingga, ratusan tahun yang
lalu.

Secara umum terdapat 3 jenis tipe kapal pompong yang biasa digunakan
di
perairan riau pesisir. Tipe kapal dibedakan berdasarkan muatan yang
dibawa.
Adapun tiga jenis tipe kapal tersebut adalah:
1. Kapal pompong nelayan adalah pompong yang digunakan nelayan
sebagai
kapal penangkap ikan. Seperti diketahui bahwa kapal pompong yaitu
kapal kayu
yang menggunakan mesin dalam, begitu juga dengan kapal pompong
nelayan ini
mesin diesel sebagai mesin penggeraknya. Secara umum tipe kapal
pompong nelayan
yang ada di perairan riau pesisir memiliki bentuk yang sama, kapal
tersebut
dilengkapi dengan palkah yang berisi jaring dan dilengkapi dengan box
tempat ikan

2. Kapal pompong barang di riau pesisir pada umumnya digunakan untuk


membawa barang-barang kebutuhan sehari-hari dan barang-barang hasil
bumi.
Barang-barang kebutuhan sehari-hari di bawa dari kota besar menuju
kota-kota kecil atau pulau-pulau kecil dan sebaliknya barang-barang hasil
bumi di bawa ke kota.
Kapal pompong barang umumnya memiliki ukuran yang lebih besar
kerena selain digunakan untuk kegiatan angkutan domestik juga di
gunakan sebagai alat angkutan kegiatan export-import Indonesia-
Malaysia.
3. Kapal pompong penumpang adalah kapal pompong yang digunakan
sebagai
alat tranportasi antar pulau. Kapal ini memiliki kecepatan yang lebih
tinggi
dibandingkan dari ke 2 tipe sebelumnya. Kebutuhan kapal pompong
sangat dibutuhkan, terutama untuk daerah-daerah pulau kecil atau daerah-
daerah terpencil karena jalur tranportasi darat masih belum memadai.

Anda mungkin juga menyukai