Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENELITIAN

P E M B U A T A N K AP A L P I N I S I

DISUSUN OLEH :

MAULIDYA AHMAD

HUKUM D 2021

UNIVERSITAS SULAWESI BARAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas


rahmat dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul “Pembuatan Kapal Phinisi”. Dalam
Karya Tulis ini dibahas mengenai sejarah dan proses
pembuatan Kapal Pinisi yang ada di Kabupaten Bulukumba.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan Karya Tulis ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas Bahasa Indonesia.

Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada dosen


pembimbing Bahasa Indonesia yaitu Ibu Alfianita S.pd, M.pd
karena telah banyak membatu selama pengerjaan Karya Tulis
ini. Selama penulisan Karya Tulis ini banyak sekali hambatan
yang penulis alami, namu berkat bantuan, dorongan sera
bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya Karya Tulis ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tetapi penulis menyadari bahwa
tidak tertutup kemungkinan bahwa didalamnya terdapat
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
para pembaca pada umumnya.

Majene, November 2021

Penulis

i
ABSTRAK

Penilitian ini berujuan untuk mengetahui mengapa di


Kabupaten Bulukumba tepatnya di Desa Ara menjadi tempat
pembuatan kapal pinisi, perkembangan pembuatan kapal pinisi
di Desa Ara dan dampak keberadaan pembuatan kapal pinisi
bagi masyarakat Desa Ara. Peneitian ini merupaka penelitian
sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan
kerja yakni pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, dan
hasil penulisan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa
Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi bermula dari
cerita mitos terdamparnya perahu yang ditumpangi oleh
Sawerdigan pecah dan terdampar ditiga daerah yaitu Bira,
Lemo-lemo, dan Desa Ara. Diluar dari cerita tersebut keadaan
geografis Desa Ara yang berada di pinggir pantai dan tidak
memungkinkan tanahnya digunakan untuk pertnian sehingga
mendorong masyarakatya untuk menekuni pekerjaan membut
perahu. Dari hasil membuat perahu itu dapat memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat Desa Ara. Dalam
perkembangannya, pasca tahun 1970-an kapal pinisi mengalami
perkembangan, dari segi alat-alat teknologi dalam
pembuatannya ataupun pengoperasiannya juga dari segi fungsi
kapal pinisi. Bagi masyarakat Desa Ara, pembuatan kapal
pinisi merupakan sebuah anugrah bagi mereka karena telah
memberi dampak bagi kehidupannya, baik dalam bidang
ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................... i

ABSTRAK......................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

1.2 Latar Belakang...........................................................1

1.3 Rumusan Masalah.......................................................2

1.3 Tujuan Penulisan........................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Sejarah Kapal Pinisi....................................................3

2.2 Proses Pembuatan Kapal Pinisi.................................... 3

2.3 Jenis Kapal Pinisi...................................................... 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.......................................6

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Kapal Pinis.........................6

3.3 Langkah Kerja Pembuatan Kapal Pinisi.........................7

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian..........................................................9

iii
BAB V PENUTUP

3.1 KESIMPULAN..........................................................17

3.2 SARAN.................................................................. .17

DAFTAR PUSTAKA........................................................18

LAMPIRAN....................................................................19

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia adalah seuah negara maritim dengan jumlah


pulaunya tercatat sebanyak 17.508 buah dangan uas
perairan 5,8 juta kilometer persegi dan panjang garis pantai
81.000 kilometer. Secara hisrotis juga tercatat bahwa pelaut
Indonesia telah berlayar hingga ke beberapa bagian luar
Indonesia. Beberapa kerajaan di Jawa, Sumatera, Sulawesi
dan Maluku pernah beraya dibidang kemaritiman. Hal itu
sekaligus menunjukkan betapa pentingnya industri maritim
Indonesia. Salah satu daerah yang potensial dalam
pengembangan kemaritiman adalah Sulwesi Selatan.

Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa suku Bugis


dikenal sebagai salah satu suku yang gemar melaut. Hal
tersebut menjadi warisan dari nenek moyang dan diwariskan
ke generasi selanjutnya. Dalam perkembangan selanjutnya
sebagian orang Bugis. meninggalkan kampung halamannya
pergi merantau ke berbagai wilayah dan negara. Mereka
berkreasi dan menciptakan dan mengembangkan
kebudayaannya.

Salah satu warisan dari nenek moyang yang masih ada


sampai sekarang adalah Kapal Pinisi. Kapal pinisi
merupakan kapal yang dipercaya sudah ada sejak tahun
1500-an. Kapal pinisi ini juga merupakan identitas bagi
bangsa Indonesia sebagai bangsa pelaut yang unggul. Kapal
Pinisi merupakan kapal kayu yang banyak dijumpai di
Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di Kabupaten
Bulukumba. Kapal Pinisi memiliki keunikan tersendiri yaitu
memakai dua tiang utama layar dan tujuh buah layar. Tiga
layar depan, dua tengah dan dua belakang.

Kapal ini dibuat oleh tangan-tangan ahli tanpa


menggunakan peralatan modern. Seluruh bagian kapalnya
terbuat dari kayu dan rangkaian tanpa menggunakan paku.
Meskipun demikian kapal pinisi yang telah membuktikan

1
keistimewaannya dengan mampu mengarungi lima benua.
Walaupun terbuat dari kayu, kapal ini mampu bertahan dari
terjangan ombak maupun badai di lautan lepas. Kapal Pinisi
adalah satu-satunya kapal kayu besar dari sejarah yang
masih diproduksi sampai sekarang. Oleh karena itu saya
akan membahas mengenai proses pembuatan kapal pinisi.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Jelaskan sejarah Kapal Pinisi ?

1.2.2 Bagaimana proses pembuatan Kapal Pinisi ?

1.2.3 Apa saja jenis Kapal Pinisi ?

1.3 TUJUAN PENULISAN

1.3.1 Untuk mengetahui sejarah kapal pinisi.

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan


kapal pinisi.

1.3.3 Untuk mengetahui jenis kapal pinis.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 SEJARAH KAPAL PINISI

Banyak sekali catatan sejarah yang mengulas tentang kapal


pinisi. Salah satunya adalah serat Babad La Galigo yang
merupakan salah satu dokumen sejarah terpanjang di dunia.
Catatan ini menyebutkan bahwa kapal pinisi pertama dibuat
oleh Sawerigandi seorang putrah mahkota Kerajaan Luwu
untuk berlayar menuju negeri Tiongkok denagn tujuan
hendak merantau dan meminang seorang putri Tiongkok
yang bernama We Cudai. Sayangnya dalam perjalanan
pulang ke Luwu, kapal ini harus berhadapan dengan badai
dan pecah menjadi tiga bagian yang menyebar ke daerah
Ara, Tanah Lemo serta Bira. Tiga daerah ini dipercaya
sebagai cikal bakal kelahiran kapal pinisi karena di tiga
tempat tersebut pecahan kapal Sawerigandi dirakit kembali
menjadi kapal baru yang saat ini disebut sebagai kapal
pinisi. Penamaan kapal pinisi ini masih menjadi misteri
sampai sekarang. Ada yang menyebut bahwa pinisi adalah
nama dari tiang kapal. Namun, ada juga yang menyebut
bahwa nama pinisi adalah nama seorang pelaut yang
merancang bentuk kapal.

2.2 PEMBUATAN KAPAL PINIS

Pembuatan salah satu kapal kebanggaan Indonesia ini


cenderung unik, karena berbeda dengan pembuatan kapal
pada umumnya. Nama teknik pembuatannya disebut
kerangka ditata usai lambung dibentuk.

Bahkan dalam pencarian bahan baku kayu untuk kapal harus


dicari hari baiknya, yakni harus mencari kayu di hari ke-5
dan ke-7 pada bulan yang sedang berjalan. Angka 5 dalam
berbahasa Bugis menyimbolkan naparilimai dalle’na, yang
berarti rezeki sudah di tangan. Sementara angka tujuh
menyimbolkan natujuangngi dalle’na, yang berarti selalu

3
mendapat rezeki. Akibat hutan sudah tidak selebat zaman
dahulu, maka kayu bukan lagi diperoleh dari hutan tapi
harus dibeli dari gudang kayu. Bahkan tidak jarang juga
didatangkan dari pulau lain di luar Sulawesi.

Kayu yang bagus adalah kayu yang besar dan sudah


berumur cukup tua. Setelah menemukan kayu yang bagus,
tahap selanjutnya adalah menebang kayu itu. Satelah kayu
ditebang, tidak langsung dipotong – potong menjadi balok-
balok besar untuk lunas atau papan untuk lambungnya.
Namun, sebelumnya kayu terlebih dahulu harus dikeringkan
beberapa lama, agar lebih mudah dipotong. Pemotongan
kayu pertama kali dilakukan oleh ahli pawang perahu yang
disebut Pantria Lopi.

Seperti yang terdapat pada kegiatan tradisional lainnya,


terdapat ritul khusus yang mengiringi proses pembuatan
Kapal Pinisi. Jajanan manis dan seekor ayam jago putih
selalau disiapkan sebagai sesaji dalam setiap ritual
tersebut. Filosofi yang terdapat pada kedua bahan sesaji itu
yakni jajanan manis sebagai lambang agar kapal selalu
diberikan keuntungan.

Selanjutnya, darah ayam jago dioleskan pada sisi bagian


bawah kapal sebagai simbol harapan agar tidak terjadi
perumpahan darah atau musibah yang memakan korban jiwa
di atas perahu tersebut.

Lalu ritual selanjutnya terdapat pada peletakkan lunas yang


mejadi pondasi berdirinya kapal ketika dalam proses
pembuatan. Lunas akan dihadapakan ke arah timur laut, hal
itu dipercaya sebagai simbol perwujudan lelaki perkasa dan
bagian belakangnya seagai wanita tangguh. Nantinya kedua
ujung lunas yang berlebihan akan dipotong dan diberikan
kepada Pantria Lopi. Potongan lunas bagian depan akan
dibuang ke laut sebagai simbol harapan ketika berlayar.
Sedangkan potongan lunas bagian belakang disimpan di
darat sebagai lambang meskipun kapal akan berlayar jauh
ke berbagai negeri namun akhirnya akan kembali ke daratan
dengan selamat.

4
Ritual adat tersebut diakhiri dengan doa-doa khusus kepada
Tuhan yang dipimpin langsung oleh Pantria Lopi.

2.3 JENIS KAPAL PINIS

Kapal pinisi biasanya terbagi dalam dua jenis, yanki pinisi


Lambda dan pinisi Palari. Untuk pinisi Lambda cenderung
lebih modern dibanding pinisi Palari.

Pinisi Lambda sudah dilengkapi dengan motor dieselatau


mesin. Jenis pinisi ini sudah tidak menggunakan tenaga
angin lagi. Sehingga kapal ini berjalan di laut tidak lagi
bergantung pada keberadaan angin. Dari sisi ukuran, pinis
Lambda juga cenderung lebih besar dari pinisi lainnya,
sehingga beban dan barang yang diangkut bisa lebih
banyak.

Sedangkan pinisi Palari, dikenal sebagai bentuk awal pinisi


yang berukuran 10 hingga 15 meter dengan daya angkut 30
ton. Pinisi Palari bergerak masi mengandalkan layar di
tengah laut berdasarkan kekuatan angin, dikenal dengan
pinisi tradisional.

Di masa lalu, baik pinisi Lambda maupun Palari, sama-sama


digunakan untk mengangkut barang dagangan atau sebagai
kapal nelayan untuk mencari ikan. Namun, sekarang kapal
pinisi kerap dijadikan sebagai kapal pesiar mewah.

BAB III

5
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pembuatan Kapal Pinisi dilakukan di tiga daerah yaitu


Desa Ara, Tana Beru dan Batu Lici. Daerah yang penulis
datangi untuk melaksanakan penelitian yaitu Desa Ara,
Kecematan Bonto Bahari, Kabupaten Bulukumba, Provinsi
Sulawesi Selatan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 09
Maret 2020.

3.2 Alat dan Bahan Pembuatan Kapal Pinisi

3.2.1 Alat

Adapun peralatan yang dimiliki oleh para pembuat


kapal masih terbatas kepada peralatan tradisional
seperti :

1) Gergaji. 7) Tali.
2) Kapak. 8) Pahat kecil.
3) Bor kecil. 9) Palu kayu.
4) Bor tangan. 10) Syehmat.
5) Palu-palu. 11) Singkolo.
6) Penjepit.

Selain peralatan tradisional adapula peralatan


modern yang kerap digunakan oleh para pembuat
Kapal Pinisi seperti :

1) Chain saw (Gergaji masin).


2) Ketam listrik.
3) Bor listrik.
4) Chain block (Alat untuk mengukir).

3.2.2 Bahan

6
Adapun bahan-bahan tradisional yang diperlukan
pekerja seperti :

1) Pasak kelli sebagai penyambung antar papan.


2) Pasak tulang sebagai penghubung papan
dengan tulang dalam pembuatanrangka perahu.
3) Pasak lunas sebagai lunas dengan papan
pengikat.
4) Lem yang terbuat dari bahan kulit kayu dan
air yang ditumbuk, berfungsi merapatkan
sambungan papan secar permanent.
5) Lepa merupakan dempul dari campuran kapur
dan minyak kelapa lalu dikentalkan, berfungsi
menutup lubang papan.

3.3 Langkah Kerja Pembuatan Kapal Pinisi

Ada beberapa tahap yang dilakukan dalam membuat


Perahu Pinisi dengan cara-cara tradisional. Tiap tahap ada
perhitungan-perhitungan tersendiri yang dimiliki Suku
Bugis.

3.3.1 Tahap Pertama

Tahap pertama yang dilakukan dengan menentukan


hari baik untuk mencari kayu. Biasanya hari baik
untuk mencari kayu jatuh pada hari ke-5 dan ke-7 di
bulan yang sedang berjalan.

3.3.2 Tahap Kedua

Pada tahap kedua ada beberapa langkah dan


keunikan saat pengerjaanya. Tahap kedua
merupakan proses menebang, mengeringkan dan
memotong kayu. Selanjutnya kayu atau bahan baku
dirakit menjadi sebuah perahu dengan memasang
lunas, papan, mendumpul dan memasang tiang
layar. Penggabugan kayu-kayu pembuatan kapal,
tidak menggunakan perekat seperti lem khusus kayu
maupun paku. Tapi menggunakan pasak kayu,
sehingga membuat bagian-bagian bisa menyatu.

7
Pada saat peletakan lunas, harus disertai dengan
proses khusus. Saat dilakukan pemotongan, lunas
diletakkan menghadap timur laut. Setelah selesai
diberi mantra, bagian yang dipotong ditandai
dengan pahat. Pemotongan dilakukan menggunakan
gergaji dan dan harus dilakukan tanpa bolah
berhenti. Itulah kenapa untuk pemotongan harus
dikerjakan oleh orang-orang bertenaga. Demikian
selanjutnya setiap tahapan selalu melalui ritual
tertentu.

3.3.3 Tahap Ketiga

Proses pada tahap pertama dan kedua harus


melalui beberapa langkah yang panjang dan
membutuhkan waktu hingga berbulan-bulan. Untuk
tahap ketiga dari merpakan langkah terakhir dari
pembuatan Kapal Pinisi. Pada tahap terkhir ini
peluncuran perahu ke laut. Sebelum perahu
diluncurkan ke laut ada upacara-upacara adat yang
harus dilakukan. Pada tahap ini upacara adat yang
dilaksanakan maccera lopi (mensucikan perahu)
yang ditandai dengan penyembelihan binatang. Jika
Kapal Pinisi berbobot kurang dari 100 ton, maka
binatang yang disembelih adalah seekor kambing.
Tapi, jika perahu bobotnya lebih dari 100 ton,
binatang yang disembelih adalah sapi.

BAB IV

8
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

4.1 HASIL PENELITIAN

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecematan Bonto Bahari adalah salah satu


Kecematan yang berada Kabupaten Bulukumba
Timur. Kecematan Bonto Bahari merupakan pusat
daerah industri perahu/kapal rakyat terbesar yang
ada di Kabupaten Bulukumba. Kawasan industri
kapal rakyat Bonto Bahari terletak kurang lebih 20
km dari pusat ibukota Kabupaten Bulukumba. Desa
Ara merupakan salah satu tempat diproduksinya
Kapal Pinisi.

4.1.2 Sistem Perekrutan Tenaga Kerja

Perekrutan tenaga kerja dalam pembuata Kapal


Pinisi berawal dari seorang punggawa oleh
pengusaha perahu (juragan), perekrutan ini sifatnya
hanya bersifat sementara karena adanya ikatan kerja
antara juragan dan punggawa yang bersifat kontra,
yaitu hubungan kerja yang terbatas pada jangka
waktu pekerjaan. Adapun sistem perekrutan lain
mengenai punggawa dan sistem kepercayaan selama
bekerja. Perekrutan punggawa oleh juragan
didasarkan pada kemampuan dari punggawa itu
sendiri, kemampuan itu antara lain adalah :

1) Kemampuan dalam membuat kapal.


2) Kemampuan dalam menyelesaikan pekerjaan
secara baik dan rapi.
3) Kemampuan dalam menyelesaikan kapal tepat
waktu.
4) Kemampuan memimpin kelompok kerja.
5) Kemampuan dalam mencari dan mendidik
pekerja lainnya.
6) Kemampuan spritual.
Selain kemampuan yang dimiliki oleh punggawa
faktor utama yang juga menjadi faktor determinan

9
dalam perekrutan punggawa adalah kedekatan
emosional, seperti seringtidaknya bekerjasama
dengan pengusaha yang akan merekrutnya serta
adanya hubungan kekeluargaan diantara mereka.
Punggawa ini sendiri termasuk salah satu
pemimpin informal dikarenakan adanya jabatan
punggawa yang diperoleh bukan melalui
pengangkatan birokrasi (pemilihan), akan tetapi
status punggawa tersebut diperoleh karena keahlian
khusus seperti teknis pada pembuatan kapal dan
mendapatkan pemesanan.
Adapun peran dalam hal ini tugas-tugas dari
seorang punggawa, yaitu sebagai berikut :
Sebagai pemimpin teknis dalam pembuatan kapal
Sebagai guru bagi sawi di lokasi pembuatan kapal
Sebagai tokoh yang memiliki kemampuan spiritual
(magis), dimana hal ini digunakan pada saat upacara
pembuatan kapal dan proses peluncuran (penarikan)
kapal
1) Mendesain bentuk dan besar kapal sesuai
dengan pesanan.
2) Memperkerjakan / merekrut sawi.
3) Mengorganisir dan mengontrol pekerjaan sawi.
4) Mempersiapkan pekerjaan yang akan dilakukan
oleh sawi.
5) Menilai hasil pekerjaan sawi.
6) Memberikan upah / gaji sawi.
Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa peran dari punggawa merupakan
peran yang hampir seluruhnya dikendalikan oleh
dirinya sendiri dengan kata lain peran sentral,
dimana punggawa berlaku sebagai arsitek (otak) dari
pembuatan kapal tersebut, tanpa adanya keterlibatan
langsung dari punggawa ini maka pembuatan kapal
tidak akan berjalan sesuai rencana. Pekerjaan
sebagai punggawa juga tidak bisa diserahkan kepada
yang tidak berpengalaman dalam hal pembuatan
kapal.

4.1.3 Buruh/Pekerja (Sawi)

10
Buruh / pekerja adalah seorang pekerja teknis
dalam pembuatan kapal yang diperintahkan dan
dalam pengawasan langsung oleh punggawa. Dalam
kasus ini sawi ditempatkan pada tingkatan (strata)
pekerjaan yang ketiga / paling rendah. Hal ini
dikarenakan sawi sendiri dibawahi oleh
kepemimpinan juragan dan punggawa. Pada proses
pembuatan kapal, sawi ini memiliki upah yang paling
sedkit dibandingkan denga tingkatan (strata)
pekerjaan yang lainnya, tidak hanya itu dalam
pelaksanaanya sawi memiliki pekerjaan yang sangat
banyak dibandingkan dengan juragan dan punggawa.
Adapun peran dalam hal ini tugas-tugas dari sawi,
yaitu sebagai berikut :

1) Mengolah bahan baku yang ada untuk


digunakan dalam pembuatan kapal.
2) Mengerjakan segala pekerjaan teknis
pembuatan kapal dimulai dari : memotong
kayu, menghaluskan kayu, membor, menyusun
papan, memasang baut, mengerjakan rangka
kapal, membuat kamar dan beberapa ruang lain
yang dibutuhkan, dan merekatkan papan dengan
bahan yang tersedia.
3) Mengerjakan rancangan kapal dengan izin dari
punggawa.
4) Mencari sawi lain yang ingin dipekerjakan
dalam proses pembuatan kapala dengan izin
punggawa.

Berdasarkan dari penjelasan di atas, dapat


disimpulkan bahwa peran dari sawi dalam pembuatan
kapal adalah sebagai mesin pekerja. Hal ini
dikarenakan sawilah yang mengerjakan semua proses
pelaksaanan teknis pembuatan kapal, mulai dari awal
sampai proses selesainya kapal. Adapun tahapan dari
pekerjaan sawi yaitu :

1) Pemasangan lunas.
2) pemasangan Linggi depan.

11
3) Pemasangan Linggi belakang.
4) Susun papan.
5) pemasangan tulang kapal.
6) Pemasangan gading kapal.
7) Lepa.
8) Pemasangan Kalang geladak.
9) Pemasangan balok-balok pinggir.
10) Pembuatan dek.
11) Pembuatan kamar.
4.1.4 Analisis Sistem Bagi Hasil Industri Pembuatan
Kapal Pinisi

Industri pembuatan kapal Pinisi merupakan usaha


yang dalam pembuatannya mempunyai ukuran yang
sangat bervariasi, berukuran mulai dari 50-800 ton.
Sehingga, dalam penelitian ini penulis hanya
mengambil sampel dari industri pembuatan kapal
Haji Ully Boat dengan tonase 400 ton, perahu dengan
ukuran ini dikerjakan pada bulan 4 tahun 2016
sampai bulan 4 tahun 2018 (selama dua tahun).
Berikut ini, akan dijelaskan secara terinci analisis
pendapatan industri pembuatan kapal Pinisi dengan
mengambil kasus ukuran 400 ton sebagai urain
kasus.

Berikut uraian kasus HRM selaku juragan dalam


pembuatan perahu pinisi dengan ukuran 400 ton,
panjang 36 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 4,2
meter dengan jumlah sawi 10 orang dan 2 orang
punggawa dengan nilai borongan sebesar Rp.
145.000.000 per bulannya. Dengan harga total Rp.
13.000.000.000 menggunakan dua mesin kapal yaitu
mesin utama 300 PK dan mesin cadangan 260 PK.
Nilai kontrak dalam pembuatan kapal tersebut
sebesar Rp. 7.500.000.000 dimana klien (pemesan)
yang memesan kapal ini berasal dari Turki. Adapun
analisis pendapatan dari pembuatan kapal tersebut
secara terinci mulai dari investasi, biaya dan

12
pendapatan, serta akan diperoleh sistem bagi
hasilnya, sebagai berikut :

1. Investasi

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran


atau pembelanjaan penanam-penanam modal atau
perusahaan untuk membeli barang-barang modal
dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-
barang dan jasa yang tersedia dalam
perekonomian (Sadono, 1997). Investasi adalah
biaya awal yang dikeluarkan pada saat awal
menjalankan suatu usaha. Tujuan utama investasi
adalah untuk memperoleh 72 macam manfaat
berupa laba. Di dalam menjalankan usahanya,
HRM memiliki investasi yang sangat menunjang
pengoperasian usahanya. Dikarenakan dapat
meningkatkan produksi pembuatan kapal. Adapun
jenis dan biaya investasi yang dimiliki oleh HRM
pada Industri pembuatan kapal, dapat diihat pada
tabel di bawah ini :

Tabel. Jenis Investasi dari Usaha Pembuatan


Kapal Pinisi Ukuran 400 Ton.

N Nama Alat Jumlah Harga/Satuan Nilai Total


O
1. Mesin 1 15.000.000 15.000.000
Chain Saw
besar
2. Mesin 2 2.500.0000 5.000.000
Chain Saw
kecil
3. Mesin 2 475.000 950.000
Serun
4. Mesin 3 375.000 1.125.000
Gurinda
5. Mesin 2 425.000 850.000
Profil
6. Mesin Bor 6 450.000 2.700.000
7. Palu-palu 10 150.000 1.500.000
besar
8. Palu-palu 10 100.000 1.000.000

13
sedang
9. Palu-palu 5 75.000 375.000
kecil
10 Gergaji 10 95.000 950.000
. manual
11 Kampak 10 175.000 1.750.000
.
12 Pahat 10 85.000 850.000
.
Nilai total investasi 32.050.000
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2018

Berdasarkan dari tabel 10 di atas, menunjukkan


bahwa nilai investasi yang paling tinggi pada
usaha pembuatan kapal Pinisi HRM dengan
ukuran 400 ton di Kelurahan Tanah Lemo adalah
mesin Chain Saw (besar) dengan jumlah 1 buah
dan mempunyai nilai total sebesar Rp.
15.000.000, dan yang paling rendah adalah palu-
palu kecil yang berjumlah 5 buah sebesar Rp.
375.000. Sehingga, 73 dapat disimpulkan bahwa
total investasi industri pembuatan perahu pinisi
dengan ukuran 400 ton adalah sebesar Rp.
32.050.000.

2. Penerimaan

Penerimaan adalah jumlah nilai kontrak


pembuatan kapal yang disepakati pada negoisasi
awal. Adapun jumlah penerimaan dalam
pembuatan kapal Pinisi dengan ukuran kapal 400
ton yang dikerjakan oleh HRM dan kelompok
kerjanya adalah sebesar Rp.7.500.000.000,
dimana nilai ini telah disepakati sebelum
pembuatan kapal Pinisi dan menjadi nilai kontrak
dari kapal tersebut. Penerimaan pada proses
pemenuhan masa produksi suatu kapal Pinisi
untuk setiap bulannya diberikan sebesar Rp.
145.000.000 pada awal bulan dan pertengahan
bulan, jadi total selama 1 bulan sebesar Rp.
290.000.000. Dapat disimpulkan bahwa perkiraan

14
penerimaan selama 2 tahun adalah sebesar Rp.
6.960.000.000.

Biaya operasional adalah salah satu faktor


penentu kelancaran menjalankan suatu usaha. Hal
ini dikarenakan besarnya tingkat produktivitas
dan kelancaran dari pembuatan kapal Pinisi,
tergantung pada berapa besar biaya yang
dikeluarkan selama pembuatan kapal dan
besarnya biaya yang dikeluarkan untuk
menjalankan suatu usaha industri pembuatan
kapal.

3. Pendapatan

Pendapatan usaha merupakan hasil dari total


penerimaan (TR) dikurangi dengan semua biaya
yang dikeluarkan selama proses produksi
berlangsung (TC). Pendapatan usaha HRM dalam
pembuatan perahu dengan ukuran 400 ton dapat
dilihat pada tabel 15 berikut :

Tabel. Nilai total pendapatan dari pembuatan


perahu ukuran 400 ton

No. Jeis Biaya Nilai (Rp)


1. Total penerimaan (TR) 7.500.000.000
2. Total biaya (TC) 5.158.855.000
Pendapatan (TR-TC) 2.341.145.000
Sumber : Data Primer yang telah diolah, 2018

Berdasarkan dari tabel di atas, menunjukkan


bahwa nilai pendapatan atau keuntungan bersih
dari HRM dalam pembuatan kapal Pinisi dengan
ukuran 78 400 ton adalah sebesar Rp.
2.341,145.000, nilai ini diperoleh setelah nilai
total penerimaan (TR) dalam hal ini nilai kontrak
pembuatan perahu sebesar Rp. 7.500.000.000
dikurangi dengan nilai total biaya (TC) yang
dikeluarkan dalam pembuatan kapal Pinisi dengan
ukuran 400 ton di Kelurahan Tanah Lemo yang
berjumlah Rp. 5.158.855.000.

15
4. Sistem Bagi Hasil

Sistem bagi hasil dari industri pembuatan kapal


Pinisi dihasilkan berdasarkan kepada peran dan
fungsi dari juragan, punggawa, dan sawi.
Hubungan yang terjalin antara ketiganya tidak
terlepas dari kata saling membutuhkan satu sama
lain, serta memiliki peran dan fungsi yang
berbedabeda sesuai dengan keterampilan dari
masing-masing. Adapun uraian kasus HRM dalam
pembuatan kapal Pinisi dengan ukuran 400 ton,
panjang 36 meter, lebar 9 meter, dan tinggi 4,2
meter dengan jumlah sawi 10 orang dan 2 orang
punggawa dengan nilai borongan sebesar Rp.
145.000.000 dengan lama pengerjaan 2 tahun
dengan keuntungan bersih dari pembuatan sebesar
Rp. 2.254.200.000.

16
BAB V

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitia yang dilakukan di Kabpaten Bulukumba


Kapal Pinisi sebagai lambang Kabupaten Bulumkumba
(Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce), kita dapat
menarik beberapa kesimpulan yaitu :

3.1.1 Kapal Pinisi dijadikan sebagai lambang Kabupaten


Bulukumba karena daerah Bulukumba adalah daerah
maritim sehingga masyarakatnya terkenal sebagai
pelaut, masyarakat Bulukumba juga terkenal sebagai
“Panrita Lopi” atau ahli membuat perahu. Salah
satunya adalah Kapal Pinisi.

3.1.2 Perahu Pinisi merupakan salah satu karya terbesar


yang pernah dibuat oleh masyarakat Bulukumba dan
menjadi kebanggaan masyarakat Bulukumba
tersendiri, layar 7 buah yang terdapat pada Kapal
Pinisi memiliki makna pada saat di buat lambang
tersebut jumlah kecematan yang ada di Kabupaten
Bulukumba berjumlah 7 kecematan tetapi setelah
terjadi pemekaran maka jumlah kecematan menjadi
10 kecematan, dan tulisa aksara lontara yang ada
pada sis perahu memiliki makna bahwa di Kabupaten
Bulukumba terdapat dua suku besar yang hidup
saling berdampingan dan mejaga adat satu sama lain.

3.2 SARAN

Saya mengharapkan kepada masyarakat Desa Ara agar tetap


mempertahankan potensi yang telah dimiliki dan
mengoptimalkan penggunaan sumber daya alam yang ada.
Masyarakat juga dapat mengembangkan ide-ide yang
selanjutnya dapat membantu dalam pengembangan potensi.
Di samping itu, kami juga mengharapkan kepada pemerintah
agar mampu membantu masyarakat yang telah memiliki
potensi untuk mengembangkan apa yang telah ada.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/search?
q=sejarah+kapal+pinisi&oq=SEJAR&aqs=chrome.0.69i59j69i5
7j0i433i512l6j0i131i433i512j0i433i512.3451j0j15&sourceid=c
hrome&ie=UTF-8

https://www.google.com/search?
q=proses+pembuatan+kapal+pinisi&oq=PROSES+PEMBUATA
N+KAPAL+&aqs=chrome.3.69i57j0i512l9.18219j0j9&sourceid
=chrome&ie=UTF-8

18
LAMPIRAN

1.4 FOTO DOKUMENTASI

19

Anda mungkin juga menyukai