Anda di halaman 1dari 11

Received: 1 Februari 2023 Accepted: 11 Februari J2023 Published: 11 Februari 2023

Cilpa Volume 8 (1) 2022


Cilpa : Jurnal Pendidkan Seni Rupa
https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index

PERAHU PINISI SEBAGAI INSPIRASI PENCIPTAAN KARYA SENI LOGAM

Andi Muh Fadlullah Akbar1, Triyono2


123
Prodi Pendidikan Seni Rupa,, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa,
fadilelsevt@gmail.com, triyono@ustjogja.ac.id

ABSTRAK

Perahu pinisi merupakan kapal layar yang dibuat oleh masya rakat pesisir Sulawesi Selatan
tepatnya di Kabupaten Bulukumba. Menurut sejarahnya, perahu pinisi tercipta dari serpihan kapal
pangeran Sawerigading yang karam diperairan Bulukumba setelah ia menjemput sang kekasih
yaitu Wacudai yang berada di daratan Cina. Dalam proses eksplorasi penulis melakukan riset
langsung ke lokasi pembuatan perahu sehingga penulis dapat mengambil sudut pandang yang
dinilai memiliki nilai estetik. Dimana penulis setelah mencari tau dengan pengharapan setelah
terciptanya karya seni logam yang mengeksplor bentuk perahu pinisi ini dapat menjadi inspirasi
dalam pembuatan karya-karya seni rupa lainnya dan banyak dikenal oleh masyarakat sekitar
bahwa Indonesia memilki sebuah sejarah perairan yang sangat dikenal oleh dunia. Metode
penciptaan ini menggunakan skema penciptaan yang terdiri dari Eksplorasi, Analisis Data,
Perancangan dan Perwujudan Karya.Perwujudan karya dengan metode ini menghasilkan sebuah
karya seni relief logam yang menggunakan media tembaga dan kuningan. Karya ini menceritakan
tentang bentuk prahu pinisi yang merupakan warisan budaya tak benda yang berasal dari
Kabupaten Bulukumba Provinsi Sulawesi Selatan. Karya ini diharapkan sebagai media edukasi dan
informasi terkait warisan budaya kemaritiman Indonesia

Kata Kunci : Perahu Pinisi, Kapal Layar, Perairan Indonesia, Pelaut Bugis, Kriya Logam

ABSTRACT

Pinisi boat is a sailing ship made by the coastal community of South Sulawesi, precisely in
Bulukumba Regency. Historically, the pinisi boat was created from the wreckage of the
Sawerigading prince's ship that sank in the waters of Bulukumba after he picked up his lover,
Wacudai, who was in mainland China. In the exploration process, the author conducted direct
research to the location of the boat so that the author could take a point of view that was considered
to have aesthetic value. Where the author after finding out with the hope that after the creation of
a metal artwork that explores the shape of this Pinisi boat can be an inspiration in making other
works of art and is widely known by the surrounding community that Indonesia has a history of
waters that are well known to the world. This method of creation uses a creation scheme consisting
of Exploration, Data Analysis, Design and Realisation of Work. The realisation of the work with this
method produces a metal relief artwork using copper and brass media. This work tells about the
shape of the pinisi boat which is an intangible cultural heritage originating from Bulukumba
Regency, South Sulawesi Province. This work is expected to be a medium of education and
information related to Indonesia's maritime cultural heritage.

Keywords: Pinisi Boat, Sailing Ship, Indonesian Waters, Bugis Sailor, Metal Craft

46 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


CILPA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Rupa
Vol. 8, No. 1, Januari 2023, pp. 46~56

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara kepulauan, sering disebut sebagai negara maritim yang sebagian
besar dikelilingi oleh lautan. Indonesia memiliki kapal layar yang sangat legendaris pada suatu
waktu dalam sejarahnya dan sangat diakui oleh UNESCO. Kapal layar merupakan sebuah perahu
pinisi yang digunakan oleh Putra Mahkota Kerajaan Luwu bernama Sawerigading pada abad ke-14.
Pada abad ke-14 pangeran sawerigading melakukan pelayaran ke negeri Cina untuk menjemput
sang pujaan hati yaitu Wecudai menggunakan kapal layar, setelah ia menjemput sang pujaan hati
dan akan kembali ke kerajaan Luwu ia berlayar melalui perairan Bulukumba dan karam, pada saat
itu masyarakat pesisir Bulukumba melihat ada serpihan kapal sehingga mereka berinisiatif untuk
mencari serpihan tersebut disepanjang pesisir pantai hingga ditemukanlah serpihan kapal tersebut
di tiga desa yaitu Ara, Bira dan Tanah Lemo. Setelah itu masyarakat pesisir bulukumba ini
menyatukan kembali serpihan kapal tersebut dan diberi nama Pinisi.
Perahu pinisi merupakan kapal layar yang terbuat dari kayu dan memiliki tujuh buah layar dan
digerakan oleh tenaga angin. Sebuah keistimewaan yang ditonjolkan oleh perahu pinisi terdapat
pada tiangnya yang diamana tiang pada kapal layar umumnya berjumlah satu sedangkan pada
perahu pinisi tiang utamanya berjumlah dua. Dengan tiang utama yang berjumlah dua yang sering
disebut dengan tiang agung maka perahu pinisi mendapatkan tenaga lebih besar apabila
dibandingkan dengan perahu yang hanya memiliki satu tiang. Keistimewaan lainnya yang dimiliki
oleh perahu pinisi terletak pada keseimbangan dan kestabilan kapal, pada perahu pinisi tingkat
kestabilan atau keseimbangan sangatlah tinggi dikarenakan proses konstruksi yang telah diatur
sedemikian rupa secara turun-temurun sehingga kualitas yang dihasilkan tetap terjaga dan
berkualitas (Ridwan:2019). Sebelum pembuatan perahu ini orang-orang Ara, Tanah Lemo dan Bira
harus melakukan beberapa ritual adat yang diwariskan oleh nenek moyang dan mereka percayai
membawa keselamatan bagi yang menggunakan perahu itu nantinya. Upacara ritual juga masih
mewarnai proses pembuatan perahu ini, orang Bulukumba memiliki keyakinan bahwa hari yang
paling baik untuk mencari kayu yaitu hari ke lima dan hari ke tujuh pada bulan yang berjalan. Angka
lima (naparilimai dalle’na) yang artinya rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka tujuh
(natujuangngi dale’na) artinya selalu dapat rezeki. Setelah mendapat hari baik kepala tukang yang
disebut “punggawa” memimpin pencarian tersebut. Kapal pinisi memiliki dua tiang layar utama dan
tuju h tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang. Dua tiang
utama ini berdasarkan dua kalimat syahadat dan tujuh buah layar merupakan jumlah dari surah Al-
fatihah. Pinisi adalah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan
tujuh helai layar dan juga memiliki makna nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengarungi
tujuh samudera besar di dunia.
Dalam proses pembuatan perahu pinisi memiliki bebrbagai aspek estetik yang dapat diangkat
kedalam sebuah karya seni diantaranya adalah proses ritual adat yang dilakukan sebelum membuat
dan setelah membuat perahu pinisi ini. Yang pertama yaitu Annakbang kalabiseang yang artinya
menebang lunas ritual ini dilakukan guna memohon izin restu pada kekuatan gaib agar merelakan
kayunya untuk ditebang. Upacara kedua yaitu annattara yaitu menyambung lunas yang merupakan
symbol “pertemuan” ayah dan ibu sebagai terciptanya janin yang selanjutnya akan diproses
menjadi bayi dalam bentuk perahu. Upacara yang ketiga dalam proses pembuatan perahu yaitu
ammosi upacara ini merupakan symbol kelahiran sang bayi (perahu) setelah diproses selama
beberapa bulan sejak terbentuknya janin perahu pada upacara annattara. Untuk memperkenalkan
serta melestarikan perahu pinisi sebagai warisan nyata kemaritiman Indonesia pada jaman

47 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


Perahu Pinisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam
Andi Muh Fadlullah Akbar, Triyono

dahulu, maka tujuan dari penulisan karya seni logam ini adalah 1) Mengembangkan motif perahu
pinisi dalam proses penciptaan karya seni logam 2) Memvisualisasikan bentuk perahu pinisi dalam
karya seni logam dan 3) Memperkenalkan serta melestarikan perahu pinisi sebagai warisan nyata
kemaritiman Indonesia pada jaman dahulu.

METODE PENELITIAN
Metode penciptaan karya seni ini menggunakan metode skema penciptaan yaitu eksplorasi,
analisis data, perancangan karya dan perwujudan karya. Ekspolasi merupakan pencarian pada
sebuah peciptaan karya seni. Eksplorasi yang digunakan penulis untuk pengamatan, pembelajaran,
pengalaman serta memusatkan beragam ide pada penciptaan karya seni dengan tema Perahu Pinisi
Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam. Analisis data pada penciptaan karya seni ini
menggunakan dua jenis data yaitu primer dan sekunder. Data primer yang digunakan dengan
melakukan informasi dari buku sebagai bentuk pencarian inspirasi dan data sekunder dengan
mencari informasi melalui buku, jurnal dan internet terkait dengan perahu pinisi. Dari hasil
observasi yang telah dilakukan penulis maka dilanjutkan dengan perancangan karya yang akan
penulis buat sebagai perwujudan karya seni logam.
Adapun tahapan yang dibuat dalam proses perwujudan yaitu ; a) pengkajian sumber buku,
media sosial, diskusi agar lebih memahami karya yang akan dibuat, b) membuat sketsa karya seni
logam dengan tema perahu pinisi sebagai inspirasi penciptaan karya seni logam, c) perenungan dan
menganalisis bentuk obyek yang dibuat serta terus mengkaji dan meninmbang imajinasi konsep
yang diciptakan, d) persiapan alat dan bahan, e) kondisikan tempat berkarya agar mendukung
proses penciptaan, f) memindahkan sketsa yang sudah dibuat di logam, g) memberi warna objek
dan gambar yang telah dibuat, h) memberi stektur dan volume objek yang dibuat, i) memberi detail
objek dan j) finishing.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Perahu pinisi merupakan kapal layar yang terbuat dari kayu dan memiliki tujuh buah layar dan
digerakan oleh tenaga angin. Sebuah keistimewaan yang ditonjolkan oleh perahu pinisi terdapat
pada tiangnya yang diamana tiang pada kapal layar umumnya berjumlah satu sedangkan pada
perahu pinisi tiang utamanya berjumlah dua. Dengan tiang utama yang berjumlah dua yang sering
disebut dengan tiang agung maka perahu pinisi mendapatkan tenaga lebih besar apabila
dibandingkan dengan perahu yang hanya memiliki satu tiang. Keistimewaan lainnya yang dimiliki
oleh perahu pinisi terletak pada keseimbangan dan kestabilan kapal, pada perahu pinisi tingkat
kestabilan atau keseimbangan sangatlah tinggi dikarenakan proses konstruksi yang telah diatur
sedemikian rupa secara turun-temurun sehingga kualitas yang dihasilkan tetap terjaga dan
berkualitas (Ridwan:2019).
Perahu pinisi merupakan sebuah identitas masyarakat Sulawesi Selatan yang diamana
masyarakat Sulawesi Selatan sangat dikenal dengan julukan pelaut ulung pada abad ke XVIII. Hal itu
dibuktikan ketika masyarakat Bugis Makassar melakukan pelayaran ke Australia hanya untuk
menangkap ikan dan taripang yang dimana hal tersebut merupakan manifestasi bahwa jiwa bahari
masyarakat Sulawesi Selatan sudah ada dari jaman dahulu (Fatmawati, 1998:47).
Pada era saat ini banyak masyarakat yang mulai melupakan sebuah kebudayaan atau karya
yang diwariska oleh pendahulunya, salah satunya adalah perahu pinisi yang dimana tidak banyak
masyarakat di Indonesia yang tahu terkait asal, bentuk dan proses pembuatan perahu pinisi
tersebut.
P-ISSN: 2355-9691; E-ISSN: 2809-2260 ❒ 48
CILPA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Rupa
Vol. 8, No. 1, Januari 2023, pp. 46~56

Sebuah bentuk yang dihadirkan oleh perahu pinisi merupakan bentukan kedua dari
bentukan kedua atau hasil reparasi dari serpihan kapal Sawerigading kala itu yang disatukan
kembali dan menjadi sebuah mahakarya warisan yang sangat megah.
Dalam penciptaan karya seni logam ini penulis memiliki inspirasi atau ide gagasan agar
karya yang dihasilkan menjadi acuan atau inspirasi untuk seniman lainnya dan bertujuan agar
pengerjaan karya yang dibuat tidak asal-asalan, karya yang dihasilkan dapat lebih maksimal dan
tertata, pesan yang disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh penikmatnya. Pencarian
sebuah ide dapat diperoleh dari banyak cara, yaitu seperti mengamati objek yang menarik
seputar perahu pinisi, mengangkat dari karya yang sudah ada sebelumnya atau karya seni yang
belum pernah diciptakan Menciptakan sebuah karya yang sudah ada bukan berarti mewujudkan
karya yang serupa tetapi mengangkat nilai seni yang terkadung didalam sebuah karya tersebut.
Kajian dari penciptaan karya yang memberikan sebuah inspirasi dari ide gagasan ini memiliki
sumber yang tidak hanya terikat dengan referensi buku, jurnal atau dalam bentuk tertulis saja,
tetapi juga dalam bentuk karya seni yang sudah ada. Pengkajian bermula dari ketertarikan penulis
pada perahu pinisi yang ada di Kabupaten Bulukumba dengan memuat tentang makna yang
terkandung dalam tradisi tersebut. Tujuan dari penciptaan karya seni logam tugas akhir ini juga
untuk mengenalkan warisan budaya yang ada di Kabupaten Bulukumba kepada masyarakat luas,
agar dapat terus mengenal dan menghargai warisan budaya yang ada di Indonesia.

Gambar 1. Lopi pinisi


(Sumber: flickr, 2019)

Mulai dari pencarian tema yang tepat dalam hal ini penulis mengangkat tema perahu pinisi
dalam proses penciptaan karya seni logam setelah menentukan tema dilanjutkan dengan proses
literasi atau pencarian sumber-sumber tertulis terkait objek yang telah ditentukan, setelah itu
dilanjutkan dengan melihat bentuk asli dari sebuah perahu pinisi dan mencari sudut pandang yang
dinilai mampu dijadikan sebuah karya setelah itu melihat kembali dokumentasi-dokumentasi yang
ada terkait perahu pinisi, setelah semua telah dilakukan dilanjutkan dengan pembuatan sketsa
kasar untuk menjadi bahan dasar dalam proses pengkaryaan setelah itu dilanjutkan dengan
membuat sebuah desain yang nantinya akan diaplikasikan kedalam sebuah media yang telah
ditentukan dalam hal ini adalah media logam ataupun kuningan, dan tahap terakhir setelah seluruh
rangkaian proses telah dilaksanakan yaitu masuk ke proses perwujudan dimana penulis atau
pengkarya akan mengeksplor media yang digunakan dengan tema yang telah ditentukan.

49 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


Perahu Pinisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam
Andi Muh Fadlullah Akbar, Triyono

Gambar 2. Skema penelitian


(Sumber: penulis)

Skema diatas merupakan sebuah landasan dalam proses berkarya sehingga apa yang
tercipta pada karya tersebut memiliki berbagai nila didalamnya dan dapat diterima oleh para
penikmat kesenian. Sebuah nilai estetik dan pemaknaan yang baik pada sebuah karya sangat lah
mendukung baik itu secara nilai jual maupun secara pesan yang akan disampaikan, terkadan
banyak karya yang lahir akibat sebuah ketidak sengajaan dan tidak memiliki arti yang berarti
sehingga banyak dari orang awam yang melihat akan tetapi susah untuk menerima maksud dari
karya tersebut. Maka dari itu skema dalam penciptaan sangatlah diperlukan untuk menunjang
sebuah karya yang akan lahir.

Perancangan

Dari hasil analisis data dan informasi yang bentuknya direpresentasikan ke sketsa kasar
melalui desain motif dan pola. Hasil dari proses analisis dan kajian yang dilakukan oleh penulis
dalam melihat objek yang dijadikan konsep ialah cerita terkait perahu pinisi dan divisualisasikan
kedalam bebrapa sketsa lalu dikerjakan dalam kertas setelah itu diaplikasikan ke media tembaga
dan kuningan dengan menjiplaknya.
Adapun beberapa desain yang dipilih oleh penulis dan telah disetujui menjadi motif dalam
proses penciptaan karya kriya logam, sebagai berikut :
1. Sketsa 1

Gambar 3. sketsa 1
(Sumber. Penulis, 2022)
Sketsa pertama dengan judul “Menua dan mati”, judul ini dipilih karena dinilai dapat
menjelaskan maksud dari sketsa yang dibuat oleh penulis sedangkan sketsa ini dipilih oleh

P-ISSN: 2355-9691; E-ISSN: 2809-2260 ❒ 50


CILPA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Rupa
Vol. 8, No. 1, Januari 2023, pp. 46~56

penulis dikarenakan keinginan penulis untuk memvisualisasikan akhir dari sebuah perahu pinisi
yang konon katanya perahu pinisi tersebut tidak pernah karam selama melakukan pelayaran di
seluruh dunia. Dari kisah tersebut penulis mencoba mengambil bebrapa figur dan
mengembangkannya sehingga menjadi suatu kesatuan yang memiliki nilai keindahan dan makna
yang luas. Dalam sketsa yang digambarkan oleh penulis terlihat jelas sebuah bentuk dari perahu
pinisi yang usang dan berada diatas batu karang, dari penggambaran itulah penulis menafsirkan
sebuah bentuk akhir dari sebuah perahu pinisi. Hal tersebut tidak terlepas dari unsur-unsur
keindahan dalam seni rupa yakni unity yang memiliki kekuatan harmoni dan tidak terlepas dari
proporsi pemaknaannya.
2. Sketsa 2

Gambar 4. sketsa 2
(Sumber. Penulis, 2022)

Sketsa ke dua berjudul “awal mula”, judul ini dipilih dikarenakan melihat dari sketsa
tersebut yang merupakan sebuah bayi perahu yang baru akan menyentuh lautan lepas sehingga
penulis memberi judul “Awal Mula”. Sedangkan sketsa ini dipilih oleh penulis dikarenakan
kekaguman akan ilmu pengetahuan alami yang telah turun temurun diwariskan kepada setiap
generasi dalam proses pembuatan pinisi, sebagaimana yang diketahui bahwa perahu pinisi tidak
memiliki cetak biru dalam proses pembuatannya. Sehingga harapan dari penulis karya ini dapat
menggambarkan bentuk awal dari kemegahan perahu pinisi. Disisi lain perwujudan sketsa ini
merupakan sebuah bentuk apresiasi yang besar sebab arsitektur dan furniture serta ukurannya
yang tidak mempengaruhi fungsi dari perahu pinisi tersebut.
3. Sketsa 3

Gambar 5. sketsa 3
(Sumber. Penulis, 2022)

51 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


Perahu Pinisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam
Andi Muh Fadlullah Akbar, Triyono

Sketsa ketiga berjudul “Persembahan”, persembahan memiliki banyak arti yang sering kali
disampaikan oleh manusia terhadap manusia yang lainnya dari dasar itulah penulis memilih
judul “persembahan”. Persembahan yang dimaksud oleh penulis disini ialah persembahan
sebuah maha karya yang sangat indah yang dibuat oleh sebuah bangsa kepada negerinya, sketsa
ini diharapkan menjadi perwujudan dari rasa kecintaan dari masyarakat Kabupaten Bulukumba
kepada negara tercinta yang dimana setiap warga negara sudah seharusnya memberikan
persembahan terbaik kepada negara tercinta. Sketsa ini dipilih oleh penulis dikarenakan
bebrapa aspek dan figure yang ada dalam sketsa ini antara lain tangan dan perahu yang
menggambarkan sebuah pemberian dari seseorang kepada suatu hal yang dianggapnya
merupakan sebuah keharusan sebagai makhluk social.

Perwujudan
Ada beberapa tahapan setelah rancangan konsep dibuat dansudah diacc, penulis memindahakan
motif ke logam tembaga . Berikut beberapa tahapan dalam perwujudan karya:
Proses Pembuatan Karya Dokumentasi
1. Langkah awal dalam proses penciptaan karya
yaitu membuat sketsalalu menjiplak sketsa ke
logam tembaga. Alat yang digunakan dalam
proses pemindahan sketsa ke media logam
adalah pulpen.

2. Tahap selanjutnya yaitu menyodet logam


dengan pola yang telah dibuat menggunakan
alat sodet ataupun alat lainnya yang bersifat
tumpul. Bagian ini dilakukan untuk membuat
objek utama menjadi timbul.

3. Selanjutnya menitik bagian luar pola atau biasa


disebut pointilist pada logam tembaga untuk
membuat begraund

4. Setelah proses penyodetan dan pointtilis


dilanjutkan ke langkaah selanjutnya yaitu
memberikan atau mensterilkan logam tembaga
dengan air aki atau accu bagian ini sangat
diperlukan untuk mensterilkan logam dari
jamur yang menempel.

P-ISSN: 2355-9691; E-ISSN: 2809-2260 ❒ 52


CILPA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Rupa
Vol. 8, No. 1, Januari 2023, pp. 46~56

5. Setelah melakukan proses sterilisasi kemudian


dilanjutkan dengan mebersikan ulang logam
tembaga dengan sabun cuci piring sehingga
benar-benar bersih sebelum melakukan
pewarnaan menggunakan SN agar warna tidak
berubah saat pencelupan

6. Proses selanjutnya mengoleskan woodstain


pada kuningan dan SN pada tembaga untuk
mendapatkan warna gelap yang baik. Dalam
proses pewarnaan ini penulis mencoba
menggunakan woodstain sebagai bahan
pewarna kuningan untuk lebih mengeksplor
bahan-bahan pewarna yang cocok dengan sifat
media tersebut.

7. Proses selanjutnya iyalah membersihkan


bagian motif yang ingin ditonjolkan
menggunakan braso sehingga menampakkan
warna emas pada motif tersebut. Dalam
proses membraso ini dilakukan dengan
menggunakan kapas, kain lap dan sebagainya
untuk menggosok bagian nyang ingin
ditonjolkan.

Hasil Karya dan Deskripsi Karya


Pemaparan karya dihadirkan dalam bentuk pertanggungjawaban apa yang telah dibuat oleh
seniman. Pemaparan karya meliputi foto karya, data karya yang berupa judul, ukuran, media dan
tahun pembuatan serta deskripsi karyanya

1. Karya 1

Gambar 6. Judul: Pelaut Ulung


Ukuran : 44 x 36 cm, Ukir Logam, 2022
(Sumber. Penulis, 2022)

53 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


Perahu Pinisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam
Andi Muh Fadlullah Akbar, Triyono

Deskripsi Karya
Masyarakat Bugis Makassar dikenal dengan julukan pelaut ulung yang tersebar diseluruh Dunia.
Hal itu tidak jauh daripada keberadaan perahu pinisi yang merupakan kapal layar kebanggan
masyarakat bugis makassar. Kapal layar itulah yang membawa masyarakat bugis Makassar
mengarungi samudra hingga dikenal sebagai pelaut ulung yang mendunia.

2. Karya 2

Gambar 7. Judul: Awal mula


Ukuran : 36 x 55 cm, Ukir Logam, 2022
(Sumber. Penulis, 2022)
Deskripsi Karya
Dalam proses pengkonsepan karya ini penulis merasa memiliki sebuah tanggung jawab
untuk memperlihatkan bentuk dari perahu pinisi tidak hanya pada saat perahu itu berlayar
dengan gagah berani tapi juga pada saat perahu itu lahir dan akan masuk dalam dunia yang luas.

3. Karya 3

Gambar 8. Judul: Persembahan


Ukuran : 36 x 55 cm, Ukir Logam, 2022
(Sumber. Penulis, 2022)

Dalam karya ini penulis mencoba mengambil sudut pandang yang lebih menonjolkan
sebuah bentuk pemberian sebuah bangsa terhadap negaranya, dalam karya ini terdapat dua
figur yaitu perahu pinisi dan tangan yang melambangkan sebuah pemberian dan penghargaan
terhadap sesuatu yang bernilai. Nilai sebuah pemberian yang seringkali dimunculkan oleh setiap
manusi merupakan salah satu bentuk dari sikap kedermawanan para pelaut Bugis Makassar
yang dimana sikap rendah hati dan toleransi yang tinggi menghantarkan mereka kepa suatu
karya abadi yaitu perahu pinisi.

P-ISSN: 2355-9691; E-ISSN: 2809-2260 ❒ 54


CILPA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Seni Rupa
Vol. 8, No. 1, Januari 2023, pp. 46~56

SIMPULAN
Setelah melewati beberapa tahapan proses penciptaan karya seni kriya dan akhirnya dapat
menghsilkan karya seni kriya logam. Dengan mengolah bahan dan memanfaatkan alat yang ada.
Sehingga dapat diseimpulkan sebagai berikut:
1. Objek yang telah diambil menjadi dasar ide penciptaan karya seni kriya logam yaitu salah satu
salah satu warisan sejarah yang ada di Indonesia dan penulis terinspirasi dari tempat
pembuatan perahu pinisi yang bertempat di provinsi Sulawesi Selatan.
2. Kearifan lokal dan warisan budaya yang dipertahankan oleh masyarakat kabupaten
Bulukumba menjadi landasan kuat penulis untuk mengangkat tema perahu pinisi dalam
penciptaan karya kali ini, sehingga penulis dapat memperkenalkan perahu pinisi lebuh jauh
dan lebih luas.
3. Teknik Dalam penciptaan karya seni kriya logam ini penulis memilih dan lebih berani
menciptakan karya dengan teknik menyodet.
Untuk menghasilkan karya yang baik atau maksimal, penulis melakukan pengamatan melalui
karya-karya yang sudah ada baik itu dari media cetak ataupun media sosial agar dapat mempelancar
proses penciptaan karya seni kriya logam tersebut.

Acknowledgment
Terima kasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada Kaprodi Pendidikan Seni Rupa UST
Yogyakarta yang memfasilitasi dan dukungan akses publikasi ilmiah. Terima kasih kepada
pengelola dan pengrajin Perahu Pinisi yang telah memberikan keleluasan akses dalam penggalian
dan penelitian hingga tahapan proses analisis hasil, dan triangulasi expert. Tak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada semua tim penyusun artikel publikasi ilmiah ini serta support pihak
publisher Jurnal Cilpa (Prodi Pendidikan Seni Rupa UST).

DAFTAR PUSTAKA
Indonesia, Bahasa, Bahasa Indonesia, Basis Data, Riset Operasi, Sistem Operasi, and Bahasa
Indonesia and others, "Pameran Seni Rupa", Gurupendidikan.Com, 2020.

Raharjo Timbul, (2011) Seni Kriya & Kerajinan. Program Pascasarjana Institud Seni Yogyakarta.

Salman Sofyan, Sukarman. B, Hasnawati, Muh. Muhaemin. 2020. “PENGETAHUAN DASAR SENI
RUPA”. Badan penerbit UNM, Makassar.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2009. Nirmana: Elemen-elemen Seni dan Desain (edisi ke-2). Yogyakarta:
Jalasutra.
Sunaryo S. Hudi dan A. Sri Bandono, 1998. Pengetahuan TeknologiKerajinan Logam 1, Jakarta : CV
Giri Mulyo.

Umar, Andi Fatmawati, Spektrum Sejarah Budaya Dan Tradisi Bulukumba (Makassar: Hasanuddin
University Press, 2005), pp. 47-60.

Etnis.Id , Ritual Dalam Pembuatan Kapal Pinisi Menjadi Saksi Ketangguhan, Etnis - Warta Identitas
Bangsa, 2019.

55 ❒ Journal homepage: https://jurnal.ustjogja.ac.id/index.php/cilpa/index


Perahu Pinisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Seni Logam
Andi Muh Fadlullah Akbar, Triyono

Kurniasari, Nendah, Christina Yuliaty, and Nurlaili Nurlaili, "DIMENSI RELIGI DALAM PEMBUATAN
PINISI", Jurnal Sosial Ekonomi Kelautan Dan Perikanan, 8 (2013), 75.

Makassar Zona Ini Sejarah Singkat Kapal Pinisi Yang Mendunia, Zonamakassar. Com, 2019.

Malalota, M. Junus, 1995, Ensiklopedia Suku Bangsa Di Indonesia, Jakarta: Dapartemen Pendidikan
Dan Kebudayaan.

Flickr, Kapal layar pinis-Pinisi sailing ship, flickr.com, 2013.

Pahamify, Sejarah Kapal Pinisi, Sang Pengarung Samudra Legendaris - Pahamify | Belajar Jadi
Seru!, Pahamify | Belajar Jadi Seru!, 2019.

Ridwan, Wahyuddin, "BENTUK KAPAL PINISI SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS DENGAN
MEDIA TANAH LIAT", Journal.Uny.Ac.Id, 2020.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2008.

Tribunwiki, Sejarah Kapal Phinisi, Kapal Tradisional Bugis Makassar, Tribun Timur, 2019.

P-ISSN: 2355-9691; E-ISSN: 2809-2260 ❒ 56

Anda mungkin juga menyukai