Anda di halaman 1dari 3

Sejarah kota jakarta

Sejak 1956, tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta. Sebelum ditetapkan
sebagai ibu kota dan berkembang menjadi kota terbesar Indonesia, wilayah yang saat ini
dinamakan Jakarta mempunyai riwayat yang sangat panjang. Riwayatnya sebagai tempat hunian
manusia dimulai ketika digunakan sebagai pemukiman sederhana pada zaman prasejarah. Hal
ini dapat diketahui dari situs-situs kepurbakalaan prasejarah yang ada di Jakarta. Kemudian
pada masa kekuasaan Kerajaan Tarumanegara, atau sekitar abad ke-5 Masehi, wilayah ini
dikenal bernama Sunda Kelapa. Sejak saat itu, Sunda Kelapa sempat beberapa kali mengalami
perubahan nama dan terus tumbuh sebagai kota pusat perdagangan hingga akhirnya menjadi
kota pusat kekuasaan seperti sekarang ini. Baca juga: Sejarah Nama Jakarta Asal-usul nama
Jakarta Antara tahun 397-1527, wilayah yang saat ini disebut Jakarta masih bernama Sunda
Kelapa dan berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu. Pada 1527, Pangeran Fatahillah dari
Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Pergantian
nama tersebut diperkirakan terjadi pada 22 Juni, yang kemudian diperingati setiap tahunnya
sebagai hari jadi Kota Jakarta. Jayakarta mengalami perubahan nama menjadi Batavia saat VOC
menguasai wilayah ini pada 1619. Dalam sejarahnya, nama Batavia mempunyai masa hidup
yang sangat lama, yakni hingga tiga abad lebih (1619-1942). Saat pendudukan Jepang di
Indonesia dimulai pada 1942, nama Batavia diganti menjadi Djakarta atau Djakarta Tokubetsu
Shi. Barulah setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai
dengan meninggalkan nama Jepangnya. Baca juga: Sejarah Museum Nasional Indonesia Sejarah
Kota Jakarta Pada periode Kerajaan Tarumanegara, Jakarta yang masih menggunakan nama
Sunda Kelapa tumbuh menjadi sebuah kota pusat perdagangan. Menurut kesaksian para musafir
Portugis, Sunda Kelapa dipimpin oleh pejabat-pejabat tinggi seperti Tumenggung Sang Adipati
dan syahbandar. Kelimpahan hasil perdagangan itulah yang memikat bangsa Portugis di Malaka
untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Namun, sebelum rencana itu berjalan, Pangeran
Fatahillah lebih dulu merebut Sunda Kelapa pada 1527 dan mengubah namanya menjadi
Jayakarta. Perdagangan di Jayakarta pun semakin ramai hingga timbul persaingan di antara
pedagang-pedagang Eropa, khususnya Portugis, Belanda, dan Inggris. Orang-orang Eropa
tersebut saling berlomba untuk memperoleh konsesi dari penguasa setempat untuk mendirikan
kantor dagang. Pada 1619, Belanda memindahkan kantor serikat dagang VOC dari Banten ke
Jayakarta. Baca juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Sejarah, Perkembangan, dan
Isinya Setelah itu, Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia dan dijadikan sebagai pusat
kekuasaan Belanda di Indonesia. Batavia pun direncanakan dibangun menyerupai kota-kota di
Belanda yang berbentuk blok dan masing-masing dipisahkan oleh kanal. Seiring berjalannya
waktu, Kota Batavia diperluas dan fasilitas perkotaannya senantiasa ditambah. Pembentukan
Kota Batavia seringkali menyangkut kebutuhan untuk mendatangkan orang-orang dari berbagai
bangsa untuk bekerja di sana. Upaya inilah yang dari awalnya telah menjadikan Batavia, yang
kemudian berkembang menjadi Jakarta, sebagai suatu kancah percampuran bangsa. Pada 1959,
status Kota Jakarta mengalami perubahan dari kotapraja menjadi daerah tingkat satu yang
dipimpin oleh gubernur. Kemudian pada 1961, statusnya diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota
(DKI).

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sejarah Singkat Kota Jakarta", Klik untuk
baca: https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/23/110000479/sejarah-singkat-kota-
jakarta?page=all.
Penulis : Widya Lestari Ningsih
Editor : Nibras Nada Nailufar

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:


Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Sejak 1956, tanggal 22 Juni ditetapkan sebagai hari jadi Kota Jakarta. Sebelum ditetapkan
sebagai ibu kota dan berkembang menjadi kota terbesar Indonesia, wilayah yang saat ini
dinamakan Jakarta mempunyai riwayat yang sangat panjang. Riwayatnya sebagai tempat hunian
manusia dimulai ketika digunakan sebagai pemukiman sederhana pada zaman prasejarah. Hal
ini dapat diketahui dari situs-situs kepurbakalaan prasejarah yang ada di Jakarta. Kemudian
pada masa kekuasaan Kerajaan Tarumanegara, atau sekitar abad ke-5 Masehi, wilayah ini
dikenal bernama Sunda Kelapa. Sejak saat itu, Sunda Kelapa sempat beberapa kali mengalami
perubahan nama dan terus tumbuh sebagai kota pusat perdagangan hingga akhirnya menjadi
kota pusat kekuasaan seperti sekarang ini. Baca juga: Sejarah Nama Jakarta Asal-usul nama
Jakarta Antara tahun 397-1527, wilayah yang saat ini disebut Jakarta masih bernama Sunda
Kelapa dan berada di bawah kekuasaan kerajaan Hindu. Pada 1527, Pangeran Fatahillah dari
Demak berhasil merebut Sunda Kelapa dan mengubah namanya menjadi Jayakarta. Pergantian
nama tersebut diperkirakan terjadi pada 22 Juni, yang kemudian diperingati setiap tahunnya
sebagai hari jadi Kota Jakarta. Jayakarta mengalami perubahan nama menjadi Batavia saat VOC
menguasai wilayah ini pada 1619. Dalam sejarahnya, nama Batavia mempunyai masa hidup
yang sangat lama, yakni hingga tiga abad lebih (1619-1942). Saat pendudukan Jepang di
Indonesia dimulai pada 1942, nama Batavia diganti menjadi Djakarta atau Djakarta Tokubetsu
Shi. Barulah setelah Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, nama Jakarta tetap dipakai
dengan meninggalkan nama Jepangnya. Baca juga: Sejarah Museum Nasional Indonesia Sejarah
Kota Jakarta Pada periode Kerajaan Tarumanegara, Jakarta yang masih menggunakan nama
Sunda Kelapa tumbuh menjadi sebuah kota pusat perdagangan. Menurut kesaksian para musafir
Portugis, Sunda Kelapa dipimpin oleh pejabat-pejabat tinggi seperti Tumenggung Sang Adipati
dan syahbandar. Kelimpahan hasil perdagangan itulah yang memikat bangsa Portugis di Malaka
untuk membangun benteng di Sunda Kelapa. Namun, sebelum rencana itu berjalan, Pangeran
Fatahillah lebih dulu merebut Sunda Kelapa pada 1527 dan mengubah namanya menjadi
Jayakarta. Perdagangan di Jayakarta pun semakin ramai hingga timbul persaingan di antara
pedagang-pedagang Eropa, khususnya Portugis, Belanda, dan Inggris. Orang-orang Eropa
tersebut saling berlomba untuk memperoleh konsesi dari penguasa setempat untuk mendirikan
kantor dagang. Pada 1619, Belanda memindahkan kantor serikat dagang VOC dari Banten ke
Jayakarta. Baca juga: Museum Perumusan Naskah Proklamasi: Sejarah, Perkembangan, dan
Isinya Setelah itu, Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia dan dijadikan sebagai pusat
kekuasaan Belanda di Indonesia. Batavia pun direncanakan dibangun menyerupai kota-kota di
Belanda yang berbentuk blok dan masing-masing dipisahkan oleh kanal. Seiring berjalannya
waktu, Kota Batavia diperluas dan fasilitas perkotaannya senantiasa ditambah. Pembentukan
Kota Batavia seringkali menyangkut kebutuhan untuk mendatangkan orang-orang dari berbagai
bangsa untuk bekerja di sana. Upaya inilah yang dari awalnya telah menjadikan Batavia, yang
kemudian berkembang menjadi Jakarta, sebagai suatu kancah percampuran bangsa. Pada 1959,
status Kota Jakarta mengalami perubahan dari kotapraja menjadi daerah tingkat satu yang
dipimpin oleh gubernur. Kemudian pada 1961, statusnya diubah menjadi Daerah Khusus Ibukota
(DKI).

Anda mungkin juga menyukai