: !
Artinya,Sulaik Al-Ghathafani datang pada hari Jumat, sementara
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam sedang berkhutbah, dia
pun duduk. Maka beliau langsung bertanya padanya, Wahai
Sulaik, bangun dan shalatlah dua rakaat, kerjakanlah dengan
ringan. Kemudian beliau bersabda, Jika salah seorang dari
kalian datang pada hari Jumat, sedangkan imam sedang
berkhutbah, maka hendaklah dia shalat dua rakaat, dan
hendaknya dia mengerjakannya dengan ringan. (HR. Al-Bukhari
no. 49 dan Muslim no. 875)
Artinya, Seorang laki-laki dari penduduk Nejd yang rambutnya
berdiri datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
kami mendengar gumaman suaranya, namun kami tidak dapat
memahami sesuatu yang dia ucapkan hingga dia dekat dari
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, ternyata dia bertanya
tentang Islam. Maka Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam menjawab,Islam adalah shalat lima waktu siang dan
malam. Dia bertanya lagi,Apakah saya masih mempunyai
kewajiban selain-Nya? Beliau menjawab, Tidak, kecuali kamu
melakukan shalat sunnah. (HR. Bukhari (46), Muslim (11/76))
Ketiga, hadis AbuWaqid Al Laitsi radhiyallahu
Anhu, beliau berkata,
Artinya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam ketika sedang
duduk bermajelis di Masjid bersama para sahabat datanglah tiga
orang. Yang dua orang menghadap Nabi shallallahu alaihi
wasallam dan yang seorang lagi pergi, yang dua orang terus
duduk bersama Nabishallallahu alaihi wasallam dimana satu
diantaranya nampak berbahagia bermajelis bersama
Nabi shallallahu alaihi wasallam (di depan), sedang yang kedua
duduk di belakang mereka, sedang yang ketiga berbalik pergi,
Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selesai bermajelis,
Beliau bersabda: Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga
orang tadi?Adapun salah seorang diantara mereka, dia meminta
perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua,
dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya.
Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah maka Allah pun
berpaling darinya.(HR. Bukhari (66) Muslim(2176))
Pengertian Shalat Tahiyatul Masjid
rakaat (HR Bukhari (1163) dan Muslim (714)). Begitu pula dalam
hadits yang lain,Hendaklah ia kerjakan dua rakaat, dan
hendaklah meringankanya. (HR Bukhari (931), Muslim (875)).
Jika seorang khatib hampir selesai khutbah, dan menurut dugaan
kuat jika ia mengerjakan shalat Tahiyatul Masjid akan ketinggalan
shalat wajib (shalat jumat), maka hendaknya ia berdiri untuk
mengerjakan shalat jumat, dan setelah selesai shalat Jumat
hendaknya ia jangan sampai langsung duduk tanpa mengerjakan
shalat tahiyatul masjid.
Masalah Keenam:
Masalah Kedelapan:
Referensi:
Ahkam Tahiyyatul Masjid, karya Muhammad bin Shalih AlKhuzaim
Ahkam Tahiyatul Masjid fil Fiqh Islami, karya Adil Mubarok AlMuthirat
Yang lebih utama Anda lakukan adalah langsung mengerjakan shalat tahiyyatulmasjid[1] agar tidak kehilangan kesempatan mendengarkan khutbah Jumat. Hal itu
dikarenakan menjawab adzan hukumnya sunnah[2], sedangkan mendengarkan
khuthbah Jumat adalah wajib[3]. Yang wajib mesti didahulukan daripada yang
sunnah. Wallaahu alam bish-shawwaab.
[abul-jauzaa perumahan ciomas permai, ciapus, ciomas, bogor - 13081434/22062013
00.15].
[1]
Apabila salah seorang dari kalian masuk masjid, hendaklah ia shalat dua rakaat sebelum duduk
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 444 & 1167, Muslim no. 714, Abu Daawud no. 467, dan yang
lainnya].
[2]
Inilah pendapat yang raajih dari dua pendapat yang beredar di kalangan ulama. Inilah pendapat
yang dipegang jumhur ulama.
Ulama Hanafiyyah dan sebagian Maalikiyyah berpendapat wajibnya mendengarkan dan menjawab
adzan dengan dalil :
"
" :
Dari Abu Saiid Al-Khudriy : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :
Apabila kalian mendengar adzan, maka katakanlah semisal apa yang dikatakan muadzdzin
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 611, Muslim no. 383, Abu Daawud no. 522, dan yang
lainnya].
Dalam hadits di atas ada perintah
mengkonsekuensikan kewajiban.
untuk
menjawab
adzan,
dan
perintah
asalnya
"
Dari Abdullah (bin Masuud), ia berkata : Termasuk kasarnya tabiat adalah engkau mendehgar
muadzdzin, namun engkau tidak mengatakan (menjawab) apa yang ia katakan [Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Syaibah 1/228 (2/384) no. 2383].
Pendalilan di atas dijawab sebagai berikut :
Perintah itu asalnya memang mengkonsekuensikan kewajiban selama tidak ada dalil yang
memalingkannya dari hukum asal tersebut (menjadi sunnah). Dan di sini, ada dalil yang
memalingkannya, yaitu :
" :
:
"
Dari Anas bin Maalik, ia berkata : Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam pernah hendak
menyerang satu daerah ketika terbit fajar. Beliau menunggu suara adzan, jika beliau mendengar
suara adzan maka beliau menahan diri. Namun jika beliau tidak mendengar, maka beliau
menyerang. Lalu beliau shallallaahu alaihi wa sallam pun mendengar seorang laki-laki berkata
(mengumandangkan adzan) : Allaahu akbar Allaahu akbar. Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda : Di atas fithrah. Kemudian ia (muadzdzin) berkata : Asyhadu an laa ilaaha
illallaah, asyhadu an laa ilaaha illallaah. Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda : Ia keluar dari
api neraka. Lalu beliau shallallaahu alaihi wa sallam melihat siapakah laki-laki itu, dan ternyata ia
seorang penggembala kambing [Diriwayatkan oleh Muslim no. 382, At-Tirmidziy no. 1618, Abu
Daawud no. 2634, dan yang lainnya].
Dalam hadits ini, beliau shallallaahu alaihi wa sallam tidak menjawab dengan kalimat semisal yang
diucapkan muadzdzin.
.
Dari Tsalabah bin Abi Maalik Al-Quradhiy : Bahwasannya orang-orang (para shahabat dantaabiiin)
di jaman Umar bin Al-Khaththaab mengerjakan shalat sunnah hingga Umar keluar. Ketika Umar
keluar dan duduk di atas mimbar, muadzdzin mengumandangkan adzan. Tsalabah berkata : Kami
duduk dan berbincang-bincang. Apabila muadzdzin telah diam (selesai) dan Umar berdiri untuk
berkhuthbah, kami pun diam dan tidak ada seorang pun di antara kami yang berbicara
[Diriwayatkan oleh Maalik 1/446 no. 247; shahih].
Atsar ini menunjukkan bahwa para shahabat dan taabiiin dulu tidak menganggap mendengarkan
dan menjawab adzan sebagai kewajiban, karena mereka berbincang-bincang saat
dikumandangkannya adzan. Mereka baru berhenti saat adzan telah selesai dan khaathib mulai
berkhuthbah.
Adapun atsar Ibnu Masuud radliyallaahu anhu yang di atas adalah lemah karena keterputusan
antara Al-Musayyib bin Raafi dengan Ibnu Masuud radliyallaahu anhu [Jaamiut-Tahshiil no. 768].
[3]
Dalilnya adalah :
Allah taala berfirman :
Dan apabila dibacakan Al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang
agar kamu mendapat rahmat [QS. Al-Araaf : 204].
" :
"
Dari Samurah bin Jundab : Bahwasannya Nabiyullah ashallallaahu alaihi wa sallam pernah
bersabda : Hadirilah adz-dzikr (khuthbah) dan mendekatlah kepada imam. Sesungguhnya ada
seorang laki-laki yang senantiasa menjauhkan diri darinya, hingga ia pun diakhirkan menuju surga
walaupun ia (ditakdirkan) memasukinya [Diriwayatkan oleh Abu Daawud no. 1108, Ahmad 5/10,
dan yang lainnya; hasan].
:
Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam, beliau bersabda : Apabila engkau
berkata kepada saudaramu : diamlah pada hari Jumat saat imam sedang berkhutbah, maka
engkau telah berbuat sia-sia [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 934, Muslim no. 851, Abu
Daawud no. 1112, dan yang lainnya].
Hadits
ini
menunjukkan
wajibnya
mendengarkannya.Wallaahu alam.
menghadiri
khuthbah
dan
diam
untuk