Istilah Sistem Ketatanegaraan gabungan dari dua kata, yaitu: “Sistem” dan “Ketatanegaraan”.
Sistem berarti total yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional
antara bagian-bagian dari hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan
tersebut menimbulkan ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu
bagian tidak bekerja dengan baik yang mempengaruhi keseluruhnya itu.
Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata tata negara yang
artinya seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara,
dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara. Sedangkan menurut hukumnya, tata
negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan yang terletak pada sifat, bentuk,
tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah atau
Agak. Jadi dapat disingkat Ketatanegaran adalah segala sesuatu mengenai tata negara.
Pengertian itu, kamus online dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga
negara dalam pembinaan kehidupan bernegara.
Secara konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan orde baru
menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan pemerintah Negara Republik
Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:
Pada masa lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), kemudian
Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah Agung).
1). Memilih dan mengangkat presiden / mandatris dan wakil presiden untuk membantu presiden.
2). Memberikan mandat kepada presiden untuk melaksanakan Garis-Garis Besar Halauan Negara
(GBHN) dan putusan-putusan MPR lainnya.
d. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang seluruh anggotanya adalah anggota MPR
berkewajiban senantiasa mendukung tindakan-tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan
halauan Negara. Apabila DPR menganggap Presiden sungguh melanggar halauan Negara, maka
DPR menyampaikan memorandum untuk mengingatkan Presiden. Selain itu DPR memiliki
kewenangan mengatur Undang-Undang termasuk menetapkan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bersama-sama dengan Presiden.
e. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah badan yang bertanggung jawab tentang
keuangan negara yang melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah,
namun tidak berdiri di atas pemerintah. BPK memeriksa semua pelaksanaan anggaran dan
belanja negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.
Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen terhadap UUD
1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun sukses -t urut melalui Sidang
Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan tahun 2002.
3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel” sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di
amandemen).
4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kewenangan Presiden untuk
mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif
sehingga Presiden dapat menyusun hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen perubahan perubahan pula pada Sistem
Ketatanegaraan yang sebelumnya MPR memiliki kekuasaan yang tidak terbatas menjadi
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.
Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari tangan
Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang tersebut kepada DPR.
Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas posisi check and balances antara presiden
sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai lembaga legislatif.
3. Menerima dan membahas RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu
dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.
Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia sebagai Utusan daerah yang dipilih langsung melalui pemilihan umum.
c. Kewenangan DPD:
1. Mahkamah Konstitusi yang berdiri sendiri pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final.
2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan / atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.
Dalam masa pasca amandemen terdapat lembaga baru yakni KY (Komisi Yudisial).
f. Kewenangan KY:
2. pengawasan terhadap Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang
berada di bawah MA.
Dan Pasca Amandemen Anggota BPK dipilih DPR dengan pertimbangan pertimbangan DPD.
g. Kewenangan BPK setelah Amandemen UUD 1945:
1. Mengawasi dan mengawasi pengelolaan negara keuangan (APBN) dan daerah (APBD)
2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.
Setelah amandemen kewenangan dan tugas Presiden lebih dipertegas lagi tidak sama pada masa
sebelum amandemen.
seharusnya seharusnya.
3. Dalam hal ihwal kegentingan yang memmaksa, Presiden berhak menentukan Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.
4. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan berikut.
5. Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabu t.
3 .3 Kondisi Republik Indonesia dalam Sistem Doing Ketatanegaraannya pada Saat ini
Menurut Bapak Sulardi ( Dosen Hukum Tata Negara Universitas Muhammadiyah Malang) arah
pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN hilang dari peredarannya meskipun sudah
terdapat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional
2005-2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi yang hingga saat ini
belum ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan ketidakpastian masa depan
bangsa justru ada di depan mata dan menjauh dari nilai-nilai Pancasila.
Presidensial rakyat, yang berlaku sekarang, membawa konsekuansi bahwa presiden dipilih oleh.
Karena presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung jawab kepada rakyat dan konstitusi. Dengan
demikian, krisis ketatanegaraan terkait dengan arah pembanguan nasional ditentukan oleh
presiden dengan mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan menjelang pemilihan presiden.
Janji-janji yang seharusnya diwujudkan dalam visi dan misi RPJPN, yang dapat diurai menjadi
pembangunan jangka pendek dan jangka panjang.
Hasrat untuk menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR sebagai pembangun baru nasional
secara konstitusional telah tertutup. Bangsa ini sebaiknya melaksanakan dan melaksanakan
kesepakatan yang diwujudkan dari hasil perubahan UUD 1945. Kini presiden bukan lagi
bawahan MPR dan MPR bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat, sehingga tidak
mungkinlah yang melaksanakan MPR yang menyusun GBHN dan menyodorkan presiden untuk
melaksanakan. Inilah perubahan dari perubahan.