Anda di halaman 1dari 8

3 .

1 Pengertian Sistem Ketatanegaraan

Istilah Sistem Ketatanegaraan gabungan dari dua kata, yaitu: “Sistem” dan “Ketatanegaraan”.
Sistem berarti total yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan fungsional
antara bagian-bagian dari hubungan fungsional terhadap keseluruhannya, sehingga hubungan
tersebut menimbulkan ketergantungan antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu
bagian tidak bekerja dengan baik yang mempengaruhi keseluruhnya itu.

Dan Ketatanegaraan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata tata negara yang
artinya seperangkat prinsip dasar yang mencakup peraturan susunan pemerintah, bentuk negara,
dan sebagainya yang menjadi dasar peraturan suatu negara. Sedangkan menurut hukumnya, tata
negara adalah suatu kekuasaan sentral yang mengatur kehidupan yang terletak pada sifat, bentuk,
tugas negara dan pemerintahannya serta hak dan kewajiban para warga terhadap pemerintah atau
Agak. Jadi dapat disingkat Ketatanegaran adalah segala sesuatu mengenai tata negara.

Pengertian itu, kamus online dapat diartikan sebagai suatu bentuk hubungan antar lembaga
negara dalam pembinaan kehidupan bernegara.

3 .2 Sistem Ketatanegaraan di Republik Indonesia

Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Sebelum Amandemen UUD 1945

Sistem Ketatanegaran sebelum Amandemen UUD 1945 Pelaksanaan kekuasaan


Negaranya dilakukan dengan pembagian (bukan pemisahan) tugas atau fungsi dari masing-
masing penyelenggara Negara .

Secara konstitusional sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan orde baru
menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan pemerintah Negara Republik
Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:

1) Kekuasaan menjalankan peraturan-undangan Negara, disebut juga kekuasaan eksekutif


dilakukan oleh pemerintah (dalam hal ini adalah Presiden)
2) Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah, disebut juga
kekuasaan konsultatif dilakukan oleh Dewan Pertimbangan Agung

3) Kekuasaan membentuk Perundang-undangan Negara atau kekuasaan legislatif dilakukan


oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan Presiden

4) Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara, disebut kekuasaan eksaminatif


atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan

5) Kekuasaan mempertahankan perudang-undangan Negara atau kekuasaan Yudikatif,


dilakukan oleh Mahkamah Agung (CST Kansil: 1978,83).

Pada masa lembaga tertingginya adalah MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat), kemudian
Presiden, DPA (Dewan Pertimbangan Agung), DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), BPK (Badan
Pemeriksa Keuangan), dan MA (Mahkamah Agung).

MPR (Majelis Permusyawaratan Rakyat) rakyat sebagai penjelmaan seluruh Indonesia


yang dimana MPR-lah pemegang kekuasaan tertinggi Negara dan pelaksana kedaulatan rakyat
sedangkan MPR diisi oleh fraksi-fraksi seperti Fraksi ABRI, Fraksi Karya Pembangunan dan
lain-lain. MPR memiliki kewenangan untuk:

1). Memilih dan mengangkat presiden / mandatris dan wakil presiden untuk membantu presiden.

2). Memberikan mandat kepada presiden untuk melaksanakan Garis-Garis Besar Halauan Negara
(GBHN) dan putusan-putusan MPR lainnya.

3). Anggotahentikan presiden sebelum habis masa jabatannya.

4). Menetapkan Undang-Undang Dasar dan Mengubah Undang - Undang Dasar,

5). Meminta dan penilaian pertanggung jawaban Presiden.

b. Presiden penyelenggara kekuasaan negara tertinggi di bawah MPR, yang melakukan


kewajibannya dibantu oleh satu orang presiden presiden (pasal 4 UUD 1945). Presiden tunduk
dan bertanggung jawab kepada MPR dan pada akhir masa jabatannya (5 tahun) memberikan
pertanggungjawaban atas pelaksanaan GBHN yang ditetapkan UUD 1945 dan MPR di hadapan
sidang MPR.

c. DPA (Dewan Pertimbangan Agung) adalah badan penasehat pemerintah yang


berkewajiban memberi jawaban atas pertanyaan presiden. Disamping itu DPA berhak
mengajukan usul dan wajib mengajukan pertimbangan kepada presiden.

d. DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) yang seluruh anggotanya adalah anggota MPR
berkewajiban senantiasa mendukung tindakan-tindakan Presiden dalam rangka pelaksanaan
halauan Negara. Apabila DPR menganggap Presiden sungguh melanggar halauan Negara, maka
DPR menyampaikan memorandum untuk mengingatkan Presiden. Selain itu DPR memiliki
kewenangan mengatur Undang-Undang termasuk menetapkan Undang-Undang Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bersama-sama dengan Presiden.

e. BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) adalah badan yang bertanggung jawab tentang
keuangan negara yang melaksanakan tugasnya terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah,
namun tidak berdiri di atas pemerintah. BPK memeriksa semua pelaksanaan anggaran dan
belanja negara dan hasil pemeriksaannya diberitahukan kepada DPR.

f. MA (Mahkamah Agung) ada badan yang melaksanakan kekuasaan kehakiman yang


melaksanakan tugasnya, terlepas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan pengaruh-pengaruh
lainnya. Tugas Mahkamah Agung adalah memberikan pertimbangan-pertimbangan dalam bidang
hukum baik baik maupun tidak kepada lembaga-lembaga tinggi negara, juga memberikan
nasehat hukum kepada presiden / kepala negara untuk memberikan / menerima grasi. Disamping
itu Mahkamah Agung berwenang berwenang seorang pengusaha hanya terhadap peraturan-
peraturan perundangan di bawah .
b. Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Setelah Amandemen UUD 1945

Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen terhadap UUD
1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun sukses -t urut melalui Sidang
Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000, 2001, dan tahun 2002.

Adapun Latar Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945:

1. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang bertumpu pada


kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada
tidak melakukan pemeriksaan dan pengesahan.

2. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada


pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945 adalah eksekutif yang
memiliki kekuasaan dominan berada di tangan presiden dilengkapi dengan berbagai hak
konstitusional yang lazim disebut hak prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan
rehabilitasi) dan kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan bentuk Undang-undang.

3. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel” sehingga dapat
menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di
amandemen).

4. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kewenangan Presiden untuk
mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga memegang kekuasaan legislatif
sehingga Presiden dapat menyusun hal-hal penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.

Perubahan pada UUD 1945 setelah amandemen perubahan perubahan pula pada Sistem
Ketatanegaraan yang sebelumnya MPR memiliki kekuasaan yang tidak terbatas menjadi
kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.

Kewenangan MPR setelah Amandemen UUD 1945 :

1. Majelis Permusyawaratan Rakyat mengubah dan menentukan Undang-undang Dasar.

2. Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan / atau Wakil Presiden.


3. Majelis permusyawaratan Rakyat hanya dapat menjadi anggota. Presiden dan / atau Wakil
Presiden dalam masa jabatanya menurut Undang-Undang Dasar.

Amandemen juga mencabut kekuasaan untuk membuat Undang - Undang dari tangan
Presiden dan memberikan kekuasaan untuk membuat Undang - Undang tersebut kepada DPR.
Sehingga jelas bahwa amandemen ingin mempertegas posisi check and balances antara presiden
sebagai lembaga eksekutif dan DPR sebagai lembaga legislatif.

b. Kewenangan DPR setelah Amandemen UUD 1945:

1. Membentuk undang-undang yang dibahas dengan presiden untuk mendapatkan


persetujuan bersama.

2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan peraturan-undang.

3. Menerima dan membahas RUU yang diajukan DPD yang berkaitan dengan bidang tertentu
dan mengikutsertakannya dalam pembahasan.

4. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan DPD.

5. Melaksanakan pengawasan terhadap UU, APBN, serta kebijakan pemerintah, dan


sebagainya.

Pergeseran lain adalah terbentuknya lembaga perwakilan Dewan Perwakilan Daerah Republik
Indonesia sebagai Utusan daerah yang dipilih langsung melalui pemilihan umum.

c. Kewenangan DPD:

1. Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia dapat mengajukan kepada Dewan


Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Rancangan undang-undang yang berkaitan dengan
otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, Pemesanan dan pemekaran serta penggabungan
daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan
dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah.
2. Memberikan pertimbangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia
Rancangan undang-undang anggaran pendapatan dan belanja negara dan Rancangan undang-
undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan, dan agama.

d. Kewenangan MA setelah Amandemen UUD 1945:

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, undang-undang peraturanundangan di bawah


undang-undang-undang, dan mempunyai kewenangan lainnya yang diberikan oleh undang-
undang.

2. mengajukan tiga orang anggota hakim konstitusi.

3. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

e. Kewenangan MK setelah Amandemen UUD 1945:

1. Mahkamah Konstitusi yang berdiri sendiri pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final.

2. Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan / atau Wakil Presiden menurut UUD 1945.

Dalam masa pasca amandemen terdapat lembaga baru yakni KY (Komisi Yudisial).

f. Kewenangan KY:

1. pengawasan terhadap Hakim agung di Mahkamah Agung.

2. pengawasan terhadap Hakim pada badan peradilan di semua lingkungan peradilan yang
berada di bawah MA.

Dan Pasca Amandemen Anggota BPK dipilih DPR dengan pertimbangan pertimbangan DPD.
g. Kewenangan BPK setelah Amandemen UUD 1945:

1. Mengawasi dan mengawasi pengelolaan negara keuangan (APBN) dan daerah (APBD)

2. Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan DPD dan ditindaklanjuti oleh aparat
penegak hukum. Berkedudukan di ibukota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi.

Setelah amandemen kewenangan dan tugas Presiden lebih dipertegas lagi tidak sama pada masa
sebelum amandemen.

h. Kewenangan Presiden setelah Amandemen UUD 1945:

1. Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada Dewan Perwakilan


Rakyat.

2. Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang

seharusnya seharusnya.

3. Dalam hal ihwal kegentingan yang memmaksa, Presiden berhak menentukan Peraturan
Pemerintah sebagai Pengganti Undang-undang.

4. Peraturan Pemerintah itu harus mendapat persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam
persidangan berikut.

5. Jika tidak mendapat persetujuan maka Peraturan Pemerintah itu harus dicabu t.

3 .3 Kondisi Republik Indonesia dalam Sistem Doing Ketatanegaraannya pada Saat ini

Menurut Bapak Sulardi ( Dosen Hukum Tata Negara Universitas Muhammadiyah Malang) arah
pembangunan ini mulai tak terarah sejak GBHN hilang dari peredarannya meskipun sudah
terdapat Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Visi pembanguan nasional
2005-2025 adalah Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Visi yang hingga saat ini
belum ditemukan wujudnya. Alih-alih terwujud, keresahan dan ketidakpastian masa depan
bangsa justru ada di depan mata dan menjauh dari nilai-nilai Pancasila.

Presidensial rakyat, yang berlaku sekarang, membawa konsekuansi bahwa presiden dipilih oleh.
Karena presiden dipilih oleh rakyat, dia bertanggung jawab kepada rakyat dan konstitusi. Dengan
demikian, krisis ketatanegaraan terkait dengan arah pembanguan nasional ditentukan oleh
presiden dengan mewujudkan janji-janji yang dia kampanyekan menjelang pemilihan presiden.
Janji-janji yang seharusnya diwujudkan dalam visi dan misi RPJPN, yang dapat diurai menjadi
pembangunan jangka pendek dan jangka panjang.

Hasrat untuk menghadirkan GBHN yang disusun oleh MPR sebagai pembangun baru nasional
secara konstitusional telah tertutup. Bangsa ini sebaiknya melaksanakan dan melaksanakan
kesepakatan yang diwujudkan dari hasil perubahan UUD 1945. Kini presiden bukan lagi
bawahan MPR dan MPR bukan lagi pemegang dan pelaksana kedaulatan rakyat, sehingga tidak
mungkinlah yang melaksanakan MPR yang menyusun GBHN dan menyodorkan presiden untuk
melaksanakan. Inilah perubahan dari perubahan.

Anda mungkin juga menyukai