Anda di halaman 1dari 5

Al-Qur'an Menurut Ahlusunnah dan Mu'tazilah dan Tokohnya

Penulis: kelompok 8
Anggun Futri Sulanda
Nessa Latifatul Ilma
Rodiyah Maharani
Siti Rokayah
Windi Indriani

Sekolah Tinggi Stai Ma'arif jambi

ABSTRAK
Abstrak ini di tulis dengan bahasa indonesia dalam abstrak berisi tentang latar belakang
masalahnya,tujuan masalahnya,dan kesimpulan yang di dapat.

A.PENDAHULUAN
Dalam pembahasan mengenai Al-Qur'an menurut Ahlussunah dan Mu'tazilah dan Tokohnya.karena Al-
Qur-an dan As-Sunnah adalah satu-satunya sumber untuk mengambil atau mempelajari ‘aqidah
Islam.Mu'tazilah merupakan sebuah kelompok yang meyakini bahwa akal lebih tinggi daripada dalil.
B.PEMBAHASAN
Dalam pembahasan ini yang akan di paparkan adalah tentang: Al-Qur'an menurut Ahlussunah,dan
tentang tokoh- tokoh yang ada di dalamnya.

1.Alquran menurut Ahlusunnah


Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar pertama bagi mereka,
karena Al-Qur-an dan As-Sunnah adalah satu-satunya sumber untuk mengambil atau mempelajari ‘aqidah
Islam. Seorang Muslim tidak boleh mengganti keduanya dengan yang lain. Oleh karena itu, apa yang telah
ditetapkan oleh Al-Qur-an dan As-Sunnah wajib diterima dan ditetapkan oleh seorang Muslim, dan apa
yang dinafikan (ditolak) oleh keduanya, maka wajib bagi seorang Muslim untuk menafikan dan
menolaknya. Tidak ada hidayah dan kebaikan melainkan dengan cara berpegang teguh kepada Al-Qur-an
dan As-Sunnah.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ض&اَل اًل‬ َ ‫ْص هَّللا َ َو َر ُس&ولَهُ فَقَ& ْد‬


َ ‫ض& َّل‬ ِ ‫&رةُ ِم ْن َأ‬
ِ ‫مْر ِه ْم ۗ َو َم ْن يَع‬ َ &َ‫ضى هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َأ ْمرًا َأ ْن يَ ُكونَ لَهُ ُم ْال ِخي‬
َ َ‫َو َما َكانَ لِ ُمْؤ ِم ٍن َواَل ُمْؤ ِمنَ ٍة ِإ َذا ق‬
‫ُمبِينًا‬

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang
urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah ia telah sesat
dengan kesesatan yang nyata.” [Al-Ahzaab: 36]

Sikap orang yang beriman kepada Allah Azza wa Jalla dan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam harus
mendengar dan taat, serta tidak boleh menolak apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menyatakan bahwasanya orang yang enggan dan
menolak untuk mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak dikatakan beriman.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ َ‫فَاَل َو َربِّكَ اَل يُْؤ ِمنُونَ َحتَّ ٰى ي َُح ِّك ُموكَ فِي َما ش ََج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم اَل يَ ِجدُوا فِي َأ ْنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِم َّما ق‬
‫ضيْتَ َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬

“Maka demi Rabb-mu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikanmu hakim
dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka
terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [An-Nisaa’: 65]

Allah Azza wa Jalla juga memerintahkan orang-orang yang beriman untuk kembali kepada Al-Qur-an dan
As-Sunnah, manakala mereka berselisih, dalam menentukan jalan keluar dari apa yang mereka
perselisihkan. Simaklah firman-Nya berikut ini:

َ ِ‫َي ٍء فَ ُر ُّدوهُ ِإلَى هَّللا ِ َوال َّرسُو ِل ِإ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر ۚ ٰ َذل‬
‫ك َخ ْي ٌر َوَأحْ َسنُ تَْأ ِوياًل‬ ْ ‫فَِإ ْن تَنَازَ ْعتُ ْم فِي ش‬

“Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali-kanlah ia kepada Allah (Al-Qur-an) dan
Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu
adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” [An-Nisaa’: 59]

Baca Juga  Prinsip Ahlus Sunnah Tentang Dien Dan Iman


Imam Mujahid (wafat th. 103 H) rahimahullah berkata ketika menafsirkan ayat ini: “Kembali kepada Allah
maksudnya adalah kembali kepada kitab Allah Azza wa Jalla. Sedangkan kembali kepada Rasul maksudnya
adalah kembali kepada Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Penafsiran seperti ini juga
dilakukan oleh para ulama Salaf lainnya.[1]
Hal terbesar yang membedakan antara Salaf dengan yang lain dari golongan pelaku bid’ah (ahli bid’ah)
adalah, Salaf menghormati dan menjunjung tinggi Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sunnah bagi
mereka adalah penjelas, penafsir dan pengurai Al-Qur-an, baik dalam bidang ‘aqidah maupun syari’ah.
Oleh karena itu, Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengambil lahiriyah hadits, tidak menakwilkan serta tidak
menolaknya dengan argumentasi yang lemah, sebagaimana ahli kalam yang mengatakan, bahwa hadits-
hadits itu adalah hadits-hadits Ahad yang tidak bisa dijadikan sebagai dasar ilmu dan keyakinan. Ucapan
ahli kalam ini sesat dan menyesatkan.

Imam asy-Syafi’i rahimahullah melihat bahwa di dalam syari’ah, kedudukan As-Sunnah adalah seperti Al-
Qur-an. Apa yang ditetapkan dalam As-Sunnah adalah seperti apa yang ditetapkan di dalam Al-Qur-an, dan
apa yang diharamkan oleh As-Sunnah sama dengan apa yang diharamkan oleh Al-Qur-an. Sebabnya adalah
karena keduanya berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala.
2.ALQUR'AN MENURUT MU' TAZILAH
Mu'tazilah merupakan sebuah kelompok yang meyakini bahwa akal lebih tinggi daripada dalil.
Bahwasanya akal itu lebih diutamakan daripada Al-qur'an dan hadis. Apabila suatu hal tersebut dapat
diterima oleh akal, maka hal tersebut sesuai dengan sunnah. Tetapi jika pemikiran tersebut tidak sesuai
dengan akal, maka mereka menolak pemikiran tersebut, meskipun hal tersebut terdapat dalam Al-qur'an
dan hadis. Dilihat dari pemaparan tentang pemikiran mu'tazilah diatas, bahwa akal merupakan satu-
satunya sandaran pemikiran mereka. Sedangkan golongan ahlusunnah menggabungkan metode Al-qur'an
maupun hadis dan akal dalam mencari hukum atau aturan yang benar sesuai syari'at. Bisa dikatakan
bahwa golongan mu'tazilah tidak berpegang teguh pada sunah Rasulullah Saw. Padahal setiap muslim
harus berpegang teguh pada aqidah. Orang yang hanya berpegang pada akal akan menyimpang dari
syari'at. Mereka tidak akan mendapatkan petunjuk kebenaran jika hanya mengandalkan akalnya saja.
Karena kemampuan akal untuk berfikir mencari kebenaran itu sangatlah terbatas.

Pada dasarnya mereka memiliki kecerdasan, ketekunan, keistiqomahan dalam belajar tetapi mereka
gagal. Apa penyebabnya?
Meskipun mereka diberi kecerdasan, tetapi mereka tidak diberikan kebeningan hati atau kesucian hati.
Golongan mu'tazilah berpendapat bahwa Al-qur'an itu adalah makhluk. Berbeda dengan Ahlusunnah yang
mengatakan bahwa Al-qur'an bukanlah makhluk, tetapi Al-qur'an adalah firman Allah Swt.
Kenapa golongan mu'tazilah mengatakan bahwa Al-qur'an itu makhluk ?
Karena yang namanya makhluk itu tidak sempurna, makhluk mempunyai perbedaan pendapat masing-
masing, sama halnya dengan golongan mu'tazilah.
Mu'tazilah berpendapat bahwa Al-qur'an merupakan suatu perkataan yang terdiri dari huruf dan suara,
maksudnya disamakan dengan perkataaan makhluk didalam kesehariannya. Jika Al-qur'an itu hanya terdiri
dari perkataan yang baru diucapkan, maka Al-qur'an itu sifatnya adalah baru. Sementara Ahlusunnah
berpendapat bahwa Al-qur'an itu adalah kalam Allah Swt dan sifat Allah yang qadim, bukan suatu makhluk
yang baru. Selain itu mu'tazilah juga berpendapat bahwa sifat-sifat kalam Al-qur'an bukanlah sifat Dzat,
melainkan sifat-sifat perbuatan makhluk. Maka dari itu, golongan mu'tazilah mengatakan Al-qur'an disebut
makhluk.

Mu'tazilah menganut qadariyah, yaitu paham mengingkari atau menolak takdir Allah Swt. Dan menurut
pemikiran mereka, bahwa pelaku dosa besar bukanlah orang mukmin dan bukan orang kafir, melainkan
orang fasiq ( posisinya ditengah-tengah orang mukmin dan orang kafir). Jadi apabila pelaku dosa besar
meninggal dunia dan belum sempat bertaubat, maka ia akan masuk kedalam neraka secara kekal. Tetapi
siksaan yang diterima oleh pelaku dosa besar tersebut lebih ringan daripada orang-orang kafir.

Menurut mereka bahwa sifat-sifat Allah menyebabkan banyaknya Dzat Allah, padahal Allah itu satu.
Bahkan mereka ingin menghilangkan sifat-sifat Allah, karena mereka mengatakan bahwa sifat-sifat Allah
itu sama dengan Dzat itu sendiri. Oleh karena itu, mereka menolak Asma Wa Shifat Allah atau mereka
menyebut Allah itu tidak mempunyai sifat. Sedangkan menurut Ahlussunnah, Allah memiliki sifat-sifat
karena perbuatan-perbuatannya. Mereka juga mengatakan bahwa tuhan maha mengetahui, melihat,
berkuasa, menghendaki dan sebagainya. Ahlussunnah berpendapat bahwa sifat sifat allah itu tidak dapat
di bandingkan dengan sifat-sifat manusia.

C.Tokoh-Tokoh yang terkait dengan Al-Qur'an dan Mu' tazilah

a.Wasil Bin Atha


Wasil Bin Atha merupakan pionir ajaran mu'tazilah. Ada tiga ajaran pokok yang dicetuskan oleh Wasil bin
Atha, yaitu paham al-manzilah bain al-manzilatain, paham qadariyah (yang diambilnya dari ma'bad dan
gailan, dua tokoh aliran qadariyah), dan paham peniadaan sifat-sifat Tuhan. Dua dari tiga ajaran itu
kemudian menjadi doktrin ajaran Mu'tazilah, yaitu al manzilah bain al-manzilatain dan peniadaan sifat-
sifat Tuhan.

b.Abu Huzail al-Allaf


Abu Huzail al-'Allaf (wafat. 235 H), seo inirang pengikut Wasil bin Atha, mendirikan sekolah Mu'tazilah
pertama dikota Bashrah (Irak). Melalui sekolah ini, pemikiran Mu'tazilah sempat menjadi madzhab resmi
Negara. Abu Huzail al-Allaf adalah seorang filosof islam.
Ia banyak mengetahui falsafah Yunani dan memudahkannya untuk menyusun ajaran-ajaran Mu'tazilah
yang bercorak filsafat dan rasionalitas. Diantaranya menjelaskan mengenai pengertian Nafy sebagai-sifat.

Ia menjelaskan bahwa "Tuhan Maha Mengetahui" dengan pengetahuannya dan pengetahuannya itu
adalah dzat-Nya bukan sifat, Tuhan Maha Kuasa dengannya dan kekasaannya itu juga bukan sifatnya dan
begitu seterusnya.

penjelasan dari keberadaan Abu Huzail untuk menghindari yang qadim, karena kepemimpinan itu penting
ada sifat (dalam arti sesuatu yang melekat di luar dzat Tuhan), bermanfaat untuk membantu kemusyrikan.

d.Al-Jubba'i
Al-Jubba'I adalah menemukan guru Abu Hasan al- Asy'ari para pendiri aliran Asy'ariah. Pendapatnya yang
masyhur adalah mengenai kalam Allah, sifat Allah, kewajiban manusia, dan daya akal. Ia mengatakan
bahwa Allah tidak memiliki sifat.
An-Nazzam Pendapatnya yang terpenting adalah mengenai keadilan Tuhan. Karena Tuhan itu Maha adil,
maka ia tidak berlaku untuk berlaku dzalim. Pendapatnya ini lebih ekstrim dari gurunya, Al-Allaf.Jika Al-
Allaf mengatakan bahwa Tuhan Tuhan yang Maha Kuasa kepada hambanya, maka An-Nazzam menegaskan
bahwa hal itu tidak mungkin, bahkan Tuhan tidak memiliki kemampuan untuk melakukan dzalim.
Ia berpendapat bahwa perbuatan dzalim hanya dilakukan oleh orang yang bodoh dan tidak sempurna,
sedangkan Tuhan jauh dari keadaan yang demikian.

e.Al-Jahiz
Al- Jahiz Abu Usman bin Bahar mengemukakan kepercayaan akan hukum alam yang oleh aliran
Mu'tazilah disebut Sunatullah. Ia menjelaskan bahwa perbuatan-perbuatan manusia terwujud sepenuhnya
oleh manusia itu sendiri, melainkan ada pengaruh hukum alam.
Mu'amar bin Abbad.Pendapatnya tentang kepercayan pada hukum alam dan pendapatnya sama dengan
Al-Jahiz. Ia mengatakan bahwa Tuhan hanya menciptakan benda-benda materi.The something that coming
on benda-benda itu adalah hasil dari hukum alam. Contohnya, jika sebuah batu dilontarkan ke air maka
gelombang air yang dihasilkan oleh batu yang dilempar merupakan hasil dari kreasi batu itu sendiri bukan
hasil ciptaan atau kehendak Tuhan.Bisyr al-Mu'tamir. Ajarannya yang penting menyangkut
pertanggungjawaban perbuatan manusia. Seorang yang berdosa besar kemudian, lalu mengulangi lagi
perbuatan dosa besar, akan mendapan siksa ganda, meskipun ia telah menerapkan atas dosa yang
terdahulu.

f.Abu Musa al-Mudraro


Al-Mudrar dianggap sebagai pemimpin Mu'tazilah yang sangat ekstrim, karena pendapatnya yang mudah
mengkafirkan orang lain. Menurut Asy Syahrastani, Al-Mudrar menuduh semua orang kafir yang
mempercayai keqadiman Al-qur'an. Al Mudrar juga mengatakan bahwa di akhirat Allah tidak dapat
dilihat.Ajaran Mu'tazilah pada dasarnya adalah lebih dari akal pada wahyu, sehingga mereka rasionalitas.
Dan pada faktanya didalam diri aliran mereka sendiri banyak sekali perbedaan pandangan pokok. Dan itu
salah satu bukti bahwa dokktrin dan pandangan mereka bisa dikatakan sesat dan menyesatkan. Seperti
pandangan bahwa semua perbuatan manusia tidak ada sangkut pautnya dengan Tuhan.

D.KESIMPULAN
Ahlus Sunnah wal Jama’ah menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai dasar pertama bagi mereka,
karena Al-Qur-an dan As-Sunnah adalah satu-satunya sumber untuk mengambil atau mempelajari ‘aqidah
Islam. Seorang Muslim tidak boleh mengganti keduanya dengan yang lain.
Mu'tazilah merupakan sebuah kelompok yang meyakini bahwa akal lebih tinggi daripada dalil.
Bahwasanya akal itu lebih diutamakan daripada Al-qur'an dan hadis. Apabila suatu hal tersebut dapat
diterima oleh akal, maka hal tersebut sesuai dengan sunnah.

Buku:
Di kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit
Pustaka Imam Asy-Syafi’i, Po Box 7803/JACC 13340A Jakarta, Cetakan Ketiga
Referensi:https://almanhaj.or.id/3260-mengambil-lahiriyah-al-quran-dan-as-sunnah-merupakan-
prinsip-dasar-ahlus-sunnah-wal-jamaah.htmlengarang Tulisan Terbaru Arif Rahman Hakim Sarung Batik
Arif Rahman Hakim
Pengusaha, Penulis dan Editor di Pecihitam.org
Pengurus PWCINU dan LAZIZNU Okinawa
KATEGORI Mu'tazilah

Jurnal:427H/Juni 2006M] Jepang Tahun 2017


1]. Tafsiiruth Thabari (IV/154, no. 9884- 9886) dan Tafsiir Ibni Katsiir (I/568).
[2]. Lihat Manhajul Imaam asy-Syafi’i fii Itsbaatil ‘Aqiidah (I/86).

Anda mungkin juga menyukai