com Materi 8
Terlepas dari apa motivasi para pengusaha ini dalam mencantumkan label secara “asal”, yang
jelas bagi konsumen Muslim, keberadaan label tidak resmi ini berpotensi menyesatkan bahkan
menipu. Karena pencantuman label tersebut tanpa melalui pengujian oleh badan yang
berkompeten untuk memastikan bahwa benar-benar produk di dalamnya HALAL.
Produsen yang akan mencantumkan label halal harus memiliki sertifikat halal lebih dulu. Tanpa
sertifikat halal MUI, izin pencatuman label halal tidak akan diberikan pemerintah. Sampai saat
ini memang belum ada aturan yang menetapkan bentuk logo halal yang khas, sehingga pada
umumnya produsen mencetak tulisan halal dalam huruf latin dan/arab dengan bentuk dan
warna yang beragam.
Akan tetapi beberapa produsen sudah membuat logo halal dengan bentuk logo MUI dengan
mencantumkan nomor sertifikat halal yang dimilikinya. Hal ini dirasakan lebih aman untuk
produsen karena masih cukup banyak produk yang beredar di pasaran yang mencantumkan
label halal tanpa memiliki sertifikat halal MUI.
Sejumlah kasus penggunaan label/logo halal palsu ditemukan di beberapa daerah, di antaranya
di Nusa Tenggara Barat, Lampung, Jawa Tengah, Kalimantan Tengah, DKI Jakarta dan daerah
lainnya.
Salah satu temuan terkini adalah di Kalimantan Tengah. Menurut Ketua Tim Perlindungan Halal
Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Tengah, Rahmat Junaidi, Kota Waringin Timur
merupakan salah satu daerah yang cukup tinggi pelanggaran terhadap pemakaian logo halal ini.
Bahkan di sejumlah toko dan pasar swalayan di Kota Sampit, selain makanan berlabel halal
illegal, ditemukan pula makanan yang sudah kedaluwarsa.
www.PusatHalal.com Page 1
Sementara itu, masih menurut Rahmat, di Kabupaten Kapuas, angka temuan produk pangan
yang berlabel halal tapi palsu cukup tinggi. Ada 31 sampel yang yang diambil dari lima toko dan
dua pasar swalayan yang mencantumkan label halal tapi palsu.
Pengusaha makanan yang menggunakan label halal secara illegal, kata Rahmat, tidak boleh lagi
menggunakan label tersebut sebelum memiliki sertifikat halal. Apabila tetap menggunakan
label halal sebelum memiliki sertifikat halal, maka akan ditindak dan produk makanannya
ditarik dari pasaran. Masih maraknya penggunaan label halal secara ilegal di daerah ini, ujar
Rahmat, disebabkan kurangnya sosialisasi dari aparat terkait.
Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia
(LPPOM MUI) Lukmanul Hakim mengakui saat ini memang banyak produk dengan label halal
palsu . Jumlah produk yang berlabel halal palsu angkanya cukup tinggi yaitu 40 hinggga 50
persen dan ini adalah produk-produk yang telah mendapat registrasi sehat dan baik dari Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Dengan beredarnya logo/label halal palsu tersebut tentu saja yang dirugikan adalah konsumen
Muslim. Oleh karena itu konsumen perlu memahami informasi tentang produk yang akan
dikonsumsinya supaya tidak terjebak dalam produk yang tidak halal dan keragu-raguan atau
syubhat. Cara yang paling mudah adalah dengan teliti membaca label/logo yang melekat pada
kemasan produk.
Berikut ini diuraikan beberapa hal yang perlu diteliti oleh konsumen sebelum memutuskan
untuk mengonsumsi suatu produk yang kami kutip dari majalah Jurnal Halal.
1. Pahami Bahasa dan Tulisan pada Produk.
Ini langkah pertama yang harus diperhatikan oleh konsumen adalah memahami bahasa
atau tulisan. Hal ini sangat perlu karena Indonesia saat ini tengah kebanjiran produk impor
baik legal maupun illegal. Meskipun aturan yang berlaku mewajibkan produsen
mencantumkan informasi yang dapat dipahami oleh konsumen pada umumnya, namun
pada kenyataannya ada produk yang beredar di pasaran dengan tulisan atau bahasa yang
sama sekali tidak dapat dipahami. Langkah konsumen yang terbaik dalam menghadapi
produk seperti ini adalah menghindarinya.
www.PusatHalal.com Page 2
Indonesia, kemudian memproduksi produk yang persis sama di pabrik lain di luar negeri.
Padahal sertifikat halal MUI yang diberikan hanya kepada produk yang diproduksi di
Indonesia.
Pada kasus lain, ada produsen yang sudah dikenal masyarakat luas sebagai produsen produk
bersertifikat halal kemudian mengeluarkan produk baru yang tidak disertifikasi halal.
Konsumen yang tidak teliti akan otomatis beranggapan bahwa produk apa pun yang
dihasilkan oleh perusahaan tersebut pasti halal. Hal-hal seperti ini tentunya menyesatkan
konsumen. Oleh karena itu teliti nama produk, produsen dan alamat produksinya.
Kami sangat menganjurkan konsumen Muslim Indonesia untuk mempunyai pengetahuan yang
memadai tentang produk-produk yang meragukan kehalalannya walaupun sudah ada logo halal
pada kemasannya. Teliti sebelum membeli.
Dapatkan materi-materi sosialisasi halalan toyyiban dalam bentuk pdf, power point, video dan
lainnya di www.PusatHalal.com.
~ Pusat Informasi, Pendidikan dan Komunitas Halalan Toyyiban ~
Sa
www.PusatHalal.com Page 3