Anda di halaman 1dari 32

EMPAT PULUH CONTOH PERBUATAN SYIRIK

.
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah Subhanahu Wa
Taala. Mengamalkan tauhid merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah
diikrarkan oleh seorang muslim. Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah (tiada ilah selain Allah)
artinya secara esoterik maupun aplikatif adalah tiada sesuatupun yang diikuti aturannya,
dijauhi larangannya atau diibadati (disembah/diabdi) selain Allah. Orang yang bertauhid
disebut orang yang beriman. Lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik menurut bahasa artinya
bersekutu atau berserikat. Sedangkan syirik menurut istilah artinya menjadikan sekutu bagi
Allah, baik dalam Zat-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, maupun dalam ketaatan yang
seharusnya ditujukan hanya untuk Allah semata. Dan orang yang berbuat syirik disebut
orang musyrik (ada dua golongan). Sudah menjadi Sunnatullah bahwa pertentangan antara
tauhid vs syirik atau orang beriman vs orang musyrik akan selalu ada di segala zaman.
Semua rasul dari Nabi Adam 'alaihis salam hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam diutus Allah Subhanahu Wa Taaladengan misi yang sama yaitu menyeru umatnya
agar mereka beribadah (menyembah/mengabdi) kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatupun (thaghut), sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Taala:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Ibadatilah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu.... (QS. An-Nahl: 36)
Ibadatilah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun... (QS.
An-Nisa: 36)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (rasul-rasul)
yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
Perbuatan syirik merupakan kezaliman yang besar berdasarkan firman Allah Subhanahu
Wa Ta'ala:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu:

Al-jahlu

Dhaiful
iman
Taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta)

(lemahnya

(kebodohan)
iman)

Barangsiapa yang berbuat syirik maka hapuslah pahala segala amal perbuatannya,
berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (rasulrasul) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
...Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al-An'am: 88)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka dia telah berbuat dosa yang besar dan dosanya itu
tidak akan diampuni, berdasarkan firman AllahSubhanahu Wa Ta'ala:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa:
48)
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa: 116)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka Allah mengharamkan surga kepadanya, dan
tempatnya adalah neraka, berdasarkan firman-NyaSubhanahu Wa Ta'ala:
...Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orangorang zalim (musyrik) itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah: 72)
Orang-orang beriman tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang musyrik meskipun
anggota keluarga sendiri, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat
(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam. (QS. At-Taubah: 113)
Orang-orang musyrik itu halal darah dan hartanya, bahkan Allah memerintahkan untuk
membunuh mereka di mana saja menjumpai mereka, kecuali mereka bertaubat,
berdasarkan firman-Nya Subhanahu wa Taala:
...bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan

mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan... (QS. At-Taubah: 5)
Demikian juga Nabi Musa 'alaihis salam dulu memerintahkan kaumnya agar membunuh
orang-orang musyrik di antara mereka yang terlibat penyembahan patung anak lembu yang
terbuat dari emas, akan tetapi dibunuhnya mereka dalam hal ini justru sebagai bentuk
taubat mereka kepada Allah, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Taala:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
maka bertaubatlah kepada sang Pencipta yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal
itu adalah lebih baik bagimu pada sisi sang Pencipta yang menjadikan kamu; maka Dia
akan menerima taubatmu... (QS. Al-Baqarah: 54)
Khusus para pelaku syirik dari golongan Yahudi dan Nasrani, Allah menamakan
mereka ahli kitab (bukan orang musyrik) dan memerintahkan untuk memerangi mereka
sampai mereka membayar jizyah, yaitu pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah
Islam sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka, berdasarkan firman-Nya Subhanahu
wa Taala:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan rasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang)
yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. At-Taubah: 29)
Berikut 40 contoh perbuatan syirik berdasarkan keterangan dari Al Quran dan Hadits.
Jumlah 40 ini tidak bermaksud membatasi, tetapi hanya sekedar memberikan contoh saja,
yaitu sebagai berikut:

1. Sembahyang kepada makhluk tak bernyawa


Apakah makhluk itu murni disembah/dipuja atau hanya sebagai simbol
bagi rabb/ilah (tuhan) selain Allah, umpamanya menyembah/memuja patung, kuburan,
pohon, batu, matahari, bulan, bintang, dan lain-lain. Penyembahan/pemujaan terhadap
makhluk-makhluk tersebut adalah perbuatan syirik akbar karena telah mengada-adakan
dan mengibadati ilah selain Allah, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
(Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: "Patung-patung apakah
ini yang kamu tekun beribadat kepadanya?" (QS. Al-Anbiya: 52)
Mereka (Bani Israel) menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu (emas)
ini, hingga Musa kembali kepada kami." (QS. Thaha: 91)

Aku (burung Hudhud) mendapati dia (Ratu Balqis) dan kaumnya sujud kepada matahari,
tidak kepada Allah;... (QS. An-Naml: 24)
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat
menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (QS. AlA'raf: 191)
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,
(QS. An-Nisa: 117)

2. Mengaku sebagai Allah atau rabb/ilah (tuhan) selain


Allah
Arbab adalah bentuk jamak dari rabb yang berarti pengatur atau yang mengatur. Jadi, Rabb
(Allah)
adalah
Zat
Yang
mengatur
atau
Yang
menentukan
hukum.
Sedangkan alihah merupakan bentuk jamak dari ilah yang berarti segala sesuatu yang
diabdi, ditaati, atau disembah. Ilah bisa berupa manusia, barang, kesenangan atau hal-hal
yang mendatangkan kesenangan maupun ketenangan. Kalimat tauhid Laa ilaaha
illallah (tiada ilah selain Allah) artinya secara esoterik maupun aplikatif adalah tiada
sesuatupun yang diikuti aturannya, dijauhi larangannya atau diibadati (disembah/diabdi)
selain Allah dengan kepengaturan-Nya/ajaran-Nya sebagai Rabb. Dengan demikian siapa
saja yang mengaku sebagai Allah atau rabb/ilah selain Allah dengan tujuan atau alasan
apapun, maka ia telah melakukan perbuatan syirik akbar karena telah menduakan keesaan
Allah, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
(Fir'aun) berkata: "Akulah rabb-mu yang paling tinggi." Maka Allah mengazabnya dengan
azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Nazi'at: 24-25)
Dan barangsiapa yang mengatakan di antara mereka; Sesungguhnya aku adalah ilah
selain Allah maka Kami membalas dia dengan Jahannam, begitulah Kami membalas
orang-orang yang zalim (musyrik). (QS. Al-Anbiya: 29)
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan
kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
mengibadatiku selain Allah... (QS. Ali Imran: 79)

3. Mengaku sebagai anak Allah


Baik mengaku secara biologis maupun hanya sekedar kiasan, siapapun yang mengaku
sebagai anak Allah maka ia telah berbuat syirik akbar karena telah merendahkan Zat Khalik
ke level makhluk-Nya, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:

Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosadosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah
manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya... (QS. Al-Maidah: 18)
...mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki
dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan
Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-An'am: 100-101)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlash: 1-4)
Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan
agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya." (QS. Al-Isra: 111)
...Sesungguhnya Allah Ilah yang Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang
di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS. AnNisa: 171)

4. Mengatakan
mempunyai anak

atau

menetapkan

bahwa

Allah

Barangsiapa yang berbuat demikian berarti ia telah menyamakan sifat Allah dengan
makhluk-Nya dan tentu saja hal ini merupakan perbuatan syirik akbar, berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Taala:
Orang-orang Yahudi (Yaman) berkata: "Uzair itu anak Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu anak Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka,
bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. At-Taubah: 30)
Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (QS.
Al-Baqarah: 116)
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan
Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak-anak perempuan Allah)? (QS.
An-Najm: 19-20)

Katakanlah: "Jika benar Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad)
orang yang mula-mula memuliakan (anak itu)." Maha Suci Rabb Yang empunya langit dan
bumi, Rabb Yang empunya 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu. (QS. Az-Zukhruf: 8182)
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang lain) besertaNya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan
semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS.
Al-Mu'minun: 91-92)
...mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki
dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan
Dia
mengetahui
segala
sesuatu.
(QS.
Al-An'am:
100-101)
Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk
mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (QS.
An-Nahl: 57)

5. Mengatakan atau mengajarkan bahwa Allah ialah


Nabi Isa 'alaihis salamatau salah satu oknum Trinitas
Secara khusus hal ini ditujukan kepada orang-orang Nasrani yang mengatakan dan
mengajarkan bahwa Allah ialah Isa Al-Masih dan bahwa keduanya adalah oknum-oknum
Trinitas (Allah, Isa Al-Masih, Ruhul Qudus). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan
adanya orang-orang selain Nasrani yang berpandangan seperti itu. Barangsiapa yang
mengatakan, mengajarkan atau berpandangan bahwa Allah ialah Nabi Isa 'alaihis
salam atau salah satu oknum Trinitas, maka dia telah berbuat syirik akbar
berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al
Masih putera Maryam." Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalanghalangi kehendak Allah, jika Dia hendak membinasakan Al Masih putera Maryam itu
beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang berada di bumi kesemuanya?"... (QS. AlMaidah: 17)
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al
Masih putera Maryam", padahal Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, ibadatilah Allah

Rabb-ku dan Rabb-mu." Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)


Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka...
(QS. Al- Maidah: 72)
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang berkata: "Bahwasanya Allah salah seorang dari
yang Tiga (Trinitas)", padahal sekali-kali tidak ada ilah selain dari Ilah Yang Esa... (QS. AlMaidah: 73)
...Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu
mengatakan: "Tiga (Trinitas)", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Ilah Yang Maha Esa, Maha Suci Dia dari mempunyai anak... (QS. AnNisa: 171)

6. Menyembah malaikat atau nabi


menjadikan mereka sebagai arbab

tertentu

atau

Arbab adalah bentuk jamak dari rabb yang berarti pengatur atau yang mengatur. Jadi, Rabb
(Allah) adalah Zat Yang mengatur atau Yang menentukan hukum. Mengatur alam raya ini,
baik secara kauniy (hukum alam) maupun secara syariy (syariat) sepenuhnya merupakan
hak Allah sebagai Rabb, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Taala:
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-Anam: 57)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Karena itu, barangsiapa yang menyembah atau memuja malaikat atau nabi, atau
menjadikan mereka sebagai arbab (yang sebenarnya atau selain Allah), maka dia telah
berbuat syirik akbar karena hal itu berarti telah merampas sifat ketuhanan dari Allah dan
diberikan kepada malaikat atau nabi, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai
arbab. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut
agama) Islam? (QS. Ali Imran: 80)
...dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam, padahal mereka
hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa, tidak ada ilah selain Dia. Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah: 31)

7. Mengkultuskan dan mengagungkan orang-orang


saleh tertentu
Hal ini terutama kepada mereka yang sudah meninggal dunia, misalnya para penganut
Syiah yang mengkultuskan dan mengagungkan Ali bin Abu Thalib atau Husein bin Ali bin
Abu Thalib radhiyallahu 'anhum pada setiap ritual tertentu dengan melukai anggota badan
hingga berdarah-darah dan memanggil-manggil: "Ya Ali!" atau "Ya Husein!" secara
berulang-ulang sambil meratapi terbunuhnya mereka dan membenci serta mengutuk orangorang saleh lainnya yang dianggap menjadi lawan mereka pada masa itu.
Demikian juga mengkultuskan dan memuja-muja para wali. Pengkultusan inilah yang
mendorong sebagian besar kaum muslimin untuk berkunjung ke kuburan para wali. Meski
harus merogoh kocek dalam-dalam (padahal uangnya pas-pasan) dan menempuh
perjalanan yang jauh serta berpeluh, mereka tidak peduli karena mereka berkeyakinan
bahwa mengunjungi kuburan para wali adalah perbuatan yang memiliki keutamaan,
apalagi fenomena ini telah berlangsung sekian lama dan rutin dilakukan oleh sebagian
besar penduduk negeri. Diantara para pengunjung tersebut ada yang ingin segera dapat
jodoh, ingin punya momongan, ingin jadi orang kaya, ingin dagangannya laris, ingin sembuh
dari penyakit, dan sebagainya. Mereka yakin, keinginan atau cita-cita mereka bisa terkabul
dengan mengunjungi kuburan para wali dan di sana biasanya mereka mengambil
atau memuja benda-benda tertentu seperti air, tanah, keris, atau lainnya serta melakukan
sawer sebagai syarat agar keinginan mereka terkabul. Tidak masalah meskipun mereka
harus membayar mahal untuk syarat tersebut yang penting cita-cita mereka tercapai.
Manakala seseorang meyakini bahwa arwah orang-orang saleh yang dikultuskan/dipuja
tersebut bisa mendatangkan syafa'at dan pahala kepadanya, memberikan efek langsung di
dalam kehidupannya atau menyebabkan keinginannnya terkabul, maka dia telah berbuat
syirik akbar karena telah menafikan Allah sebagai Rabb Maha Pemberi rahmat,
berdasarkan firman-Nya Subhanahu wa Taala:
Orang-orang (saleh) yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb
mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmatNya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Rabb-mu adalah suatu yang (harus)
ditakuti. (QS. Al-Isra: 57)
...Dan orang-orang yang kamu seru selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis
kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau
mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari
kiamat mereka akan mengingkari kemusyirikanmu dan tidak ada yang dapat memberi
keterangan kepadamu sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui. (QS. Fathir:
13-14)

8. Menyembah atau memuja jin


Umpamanya ada orang mau membangun rumah, konon katanya di lokasi yang akan
dibangun rumah itu terdapat jin penunggunya, sehingga ketika hendak membangun rumah,
orang tersebut menuju lokasi itu (jin) dengan sesuatu hal berupa tumbal seperti: memotong
ayam lalu dikubur sebelum dibuat pondasi rumah dalam rangka supaya tidak digangu oleh
jin tersebut. Ini berarti jin tersebut adalah sesuatu yang dituju (diibadati) oleh pemilik rumah
dengan sesuatu (tumbal) dalam rangka tolak bala. Barangsiapa berbuat demikian atau
semisalnya (membakar kemenyan dan lain-lain untuk menyembah/memuja jin), maka dia
telah melakukan perbuatan syirik akbar karena telah menjadikan jin sebagai ilah selain
Allah (sekutu bagi Allah), berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya kemudian
Allah berfirman kepada malaikat: "Apakah mereka ini dahulu mengibadati kamu?" Malaikatmalaikat itu menjawab: "Maha Suci Engkau. Engkaulah pelindung kami, bukan mereka;
bahkan mereka telah mengibadati jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu." (QS.
Saba: 40-41)
Dan mereka (orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah-lah
yang menciptakan jin-jin itu... (QS. Al-An'am: 100)
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak
mengibadati syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu. (QS.
Yasin: 60)

9. Menuhankan atau menomorsatukan hawa nafsu


Hawa nafsu adalah kecenderungan untuk melakukan keburukan. Seseorang yang
menuhankan hawa nafsu (menjadikan hawa nafsu sebagai ilah-nya), ia mengutamakan
keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan demikian ia telah mentaati hawa
nafsunya dan menyembahnya (padahal tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah).
Jenis syirik ini amat berbahaya, karena manusia telah dikuasai hawa nafsunya. Sehingga ia
merasa dirinya di atas segalanya, bahkan ada yang mengaku dirinya sebagai ilah/rabb
(tuhan) yang harus disembah dan ditaati. Orang yang terjerumus kedalam syirik ini antara
lain: Qarun, orang yang terkaya pada zamannya. Juga Firaun yaitu orang yang
menuhankan dirinya karena kesombongan akan pangkat dan kekuasaan.
Menuhankan hawa nafsu jelas-jelas merupakan perbuatan syirik akbar, karena mereka
lebih mempercayai hawa nafsunya daripada Allah. Menuhankan hawa nafsu banyak
macamnya, umpamanya ada orang yang menginginkan suatu jabatan dengan harapan
jabatan/kekuasaan itu dapat mendapatkan kekayaan harta benda. Dengan berbagai cara

dia akan terus berusaha meraihnya walaupun caranya melanggar hukum Allah. Contoh
lainnya, korupsi atau mengambil harta secara batil. Jika ada orang yang terus-menerus
melakukan korupsi, apakah dia tahu atau tidak bahwa perbuatan itu dilarang Allah, berarti
dia lebih menuhankan atau menomorsatukan hawa nafsunya daripada Allah. Demikian pula
dengan perbuatan zina, memakan riba, main judi, dan perbuatan maksiat lainnya
yang dilakukan secara terus-menerus dan menganggapnya sebagai perbuatan yang wajar
(padahal Allah melarangnya). Itulah yang disebut menuhankan hawa nafsu.
AllahSubhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang perbuatan syirik ini:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya.
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. Al-Furqan: 43)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Menurut Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS. Al-Jatsiyah: 23, yang dimaksud dengan
"menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya" adalah orang itu bertindak berdasarkan hawa
nafsunya, apa yang ia anggap baik, maka ia akan kerjakan, dan apa yang ia anggap jelek,
maka ia akan tinggalkan. Dan ketika menafsirkan QS. Al-Furqan: 43, beliau berkata: "Kapan
saja dia menilai baik sesuatu dan melihatnya sebagai suatu kebaikan dari hawa nafsunya
sendiri, maka itulah agama dan madzhabnya."

10. Berdoa kepada selain Allah


Yaitu doa/permohonan (tholab) seperti memohon suatu kemanfaatan atau terhindar dari
suatu kemudharatan, apabila dipersembahkan atau dimintakan kepada selain Allah maka
termasuk perbuatan syirik akbar jika tidak terpenuhi padanya tiga syarat:
-Permohonan
tersebut
mampu
dikabulkan
oleh
orang
yang
-Orang
tersebut
masih
hidup,
-Orang tersebut hadir dan/atau mampu mendengarkan permohonan kepadanya.

diminta,
dan

Umpamanya berdoa/memohon kepada orang-orang yang telah mati, makhluk-makhluk


halus (hantu, gendoruwo, arwah gentayangan, dan sebagainya), dewa/dewi berhala, tuhantuhan fiktif, dan sebagainya. Mereka yang diminta ini sesungguhnya tidak dapat memberi
manfaat maupun mendatangkan mudharat (bahaya), karena itu berdoa/memohon kepada
mereka adalah perbuatan syirik akbar berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:

Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat
dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat (hal itu), maka
sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang zalim (musyrik). (QS.
Yunus: 106)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada selain Allah yang
tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat)
niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaanpemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf: 5-6)
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku
akan berdoa kepada Rabb-ku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa
kepada Rabb-ku. (QS. Maryam: 48)
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai
suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara
mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (QS. Saba: 22)
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj: 73)

11. Menjadikan sesuatu selain Allah sebagai perantara


dalam berdoa kepada Allah
Perbuatan seperti ini banyak dilakukan oleh orang-orang Syiah karena keyakinan dalam
ajarannya, yaitu bertawasul dengan menjadikan imam-imam mereka yang telah meninggal
dunia sebagai perantara dalam berdoa kepada Allah. Sesungguhnya dalam Islam, berdoa
cukup dilakukan langsung kepada Allah tanpa melalui perantara, sebagaimana firmanNya Subhanahu Wa Taala:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila
ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan
hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (QS.
Al-Baqarah: 186)

Dan Rabb-mu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.


Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku akan
masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina." (QS. Al-Mu'min: 60)
Barang siapa menjadikan sesuatu sebagai perantara antara dirinya dengan Allah, dia
memohon dan meminta kepadanya, sungguh dia telah berbuat syirik akbar karena dia telah
mengambil wali/pelindung (jamak: aulia) selain Allah, dengan syarat:
-Dia berkeyakinan bahwa Allah itu tidak akan menjawab doa orang yang memanjatkan doa
kepada-Nya secara langsung karena harus ada perantara antara Allah dengan makhluk
dalam doa; atau
-Meyakini bahwa Allah itu menjawab doa si perantara karena Allah itu membutuhkan
perantara; atau
-Meyakini bahwa si perantara itu memiliki hak yang wajib Allah tunaikan.
Umpamanya memohon pertolongan kepada orang mati di kuburan keramat, dia yakin orang
yang dimintai pertolongan tersebut bukan pencipta tetapi hanya penghubung antara dirinya
dengan Allah dan dia yakin Allah akan mengabulkan permohonannya setelah si
penghubung itu menyampaikan permohonannya kepada Allah. Hal ini seperti yang
dilakukan kaum musyrikin pada masa lalu sebagaimana yang disebutkan dalam firman
Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil aulia (pelindung-pelindung) selain Allah (berkata): "Kami tidak mengibadati
mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya." Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang
mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang
pendusta dan sangat ingkar. (QS. Az Zumar: 3)
Dan mereka mengibadati selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Yunus:
18)
Adapun bertawasul dengan doa orang lain yang masih hidup diperbolehkan, selama tidak
memenuhi syarat-syarat di atas. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu Wa Taala ketika
mengisahkan anak-anak Nabi Ya'qub 'alaihis salam:
Mereka berkata: "Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa
kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa)." Ya'qub berkata:

"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabb-ku. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf: 97-98)

12. Menjadikan sesuatu sebagai andad (tandingan)


bagi/selain Allah
Andad adalah bentuk jamak dari nidd yang secara bahasa berarti tandingan. Sedangkan
secara istilah, andad adalah sesuatu yang memalingkan manusia dari tauhid (Islam) atau
menjerumuskan seseorang kepada kekafiran atau kemusyrikan, baik itu jabatan, harta,
keluarga, adat-istiadat, nasionalisme, maupun apa saja. Umpamanya seorang ayah yang
sangat sayang kepada anaknya, sedang si anak tersebut dalam keadaan sakit, lalu ada
orang yang menyarankan kepada si ayah tersebut agar si anak yang lagi sakit itu dibawa ke
dukun. Dikarenakan saking sayangnya kepada si anak tersebut akhirnya si ayah datang ke
dukun dan mengikuti apa yang disarankan oleh si dukun tersebut. Selanjutnya ketika si
anak itu pengen dibelikan sepeda motor baru tapi si ayah tidak punya uang, karena saking
sayangnya kepada si anak, si ayah harus menghalalkan segala cara untuk memenuhi
keinginan anaknya tersebut seperti mencuri, korupsi, dan lain-lain. Maka dengan demikian
si anak tersebut telah memalingkan si ayah dari tauhid, dan berarti si anak telah menjadi
andad.
Demikian pula seorang hakim yang memutuskan perkara berdasarkan hukum
jahiliyah/thaghut
(hukum
buatan
manusia,
misal: KUHP)
di
sebuah
negara demokrasi (misal: NKRI), apakah si hakim sadar atau tidak bahwa hal itu
menyelisihi hukum Allah, tapi karena jabatan hakim yang dia jalani harus memutuskan
perkara berdasarkan hukum yang berlaku di negaranya (hukum jahiliyah/thaghut), maka ini
berarti si hakim telah menjadikan jabatannya sebagai andad.
Mengadakan/menjadikan sesuatu sebagai andad bagi/selain Allah adalah perbuatan syirik
akbar berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan andad (tandingantandingan) bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 22)
Dan di antara manusia ada orang-orang yang menjadikan andad (tandingan-tandingan)
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orangorang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang
yang berbuat zalim (syirik) itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat),
bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya
(niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah: 165)

Dalam sebuah hadits shahih diriwayatkan:


Ibnu Masud radhiyallahu anhu bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam: Wahai
Rasulullah, dosa apakah yang paling besar? Beliau shallallahu alaihi wa sallam
menjawab: Engkau menjadikan nidd (tandingan) bagi Allah padahal Dialah yang telah
menciptakanmu. (HR. Bukhari dan Muslim)

13. Mengaku mengetahui perkara yang ghaib


Yang dimaksud perkara ghaib, yaitu perkara yang tidak dapat dijangkau oleh panca indera.
Termasuk perkara ghaib adalah apa yang akan terjadi. Sesungguhnya yang mengetahui
perkara ghaib hanyalah Allah. Dia Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Katakanlah: "Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang
ghaib, kecuali Allah", dan mereka tidak mengetahui bila mereka akan dibangkitkan. (QS.
An-Naml: 65)
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (QS. Al-An'am: 59)
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (QS. Al-Hadid: 2223)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan
Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada
seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok.
Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Luqman: 34)
Dari
Ibnu
Umar radhiyallahu
sallam bersabda:

anhu, bahwa

Rasulullah shallallahu

alaihi

wa

"Kunci perkara ghaib itu ada lima, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya melainkan
Allah Taala; (1) Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok selain
Allah Taala, (2) tidak ada seorangpun mengetahui apa yang ada di dalam kandungan
selain Allah Taala, (3) tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat

selain Allah Taala, (4) tidak ada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati
selain Allah Taala, dan (5) tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan hujan akan turun
selain Allah Taala." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Kemudian Allah memberitahukan sebagian perkara ghaib lewat wahyu-Nya kepada rasul
yang Dia kehendaki. Dia Subhanahu Wa Ta'alaberfirman:
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(QS. Al-Jin: 26-27)
Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah menyatakan: Maka barangsiapa mengaku-ngaku
mengetahui perkara ghaib atau membenarkan orang yang mengaku-ngaku hal itu, maka
dia musyrik, kafir. Karena dia mengaku-ngaku menyamai Allah dalam perkara yang
termasuk kekhususan-kekhususan-Nya.
Pengetahuan tentang perkara yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah.
Menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.

14. Menghalalkan yang diharamkan


mengharamkan yang dihalalkan Allah

Allah

atau

Allah memiliki hak-hak yang khusus. Di antara hak khusus bagi Allah adalah hak tasyri,
yakni menetapkan syariat yang wajib dijalani oleh makhluk-Nya. Di antara perkara tasyri
adalah penetapan halal dan haram. Tiada yang berhak menghalalkan dan mengharamkan
selain Allah. Tidak ada seorangpun yang boleh menghalalkan kecuali yang telah dihalalkan
oleh Allah dan tidak mengharamkan kecuali yang diharamkan oleh Allah. Dia Subhanahu
Wa Taala berfirman:
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) selain Allah yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah: 87)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu
kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah

telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap
Allah?" (QS. Yunus: 59)
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung. (QS. An-Nahl: 116)
Dan barangsiapa yang taat kepada penetap syariat selain Allah maka dia telah
menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah, berarti dia telah terjatuh ke dalam kesyirikan.
Bahkan dalam sebuah ayat, seseorang disebut musyrik hanya karena turut serta
menghalalkan bangkai, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala:
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu; dan jika kamu menuruti mereka (menghalalkan bangkai), sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An'am: 121) (QS. Al-Anam: 121)
Tentang ayat ini Al Hakim dan yang lainnya meriwatkan dengan sanad yang shahih dari
Ibnu Abbas: Bahwa orang-orang membantah kaum muslimin tentang sembelihan dan
pengharaman bangkai, mereka berkata: Kalian makan apa yang kalian bunuh
(sembelihan) dan tidak makan dari apa yang Allah bunuh (yaitu bangkai), maka Allah
berfirman: Dan jika kamu menuruti mereka (menghalalkan bangkai), sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi:
"Semua yang telah Aku berikan pada hamba itu halal (hukum asal), Aku ciptakan hambahamba-Ku ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada
mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan
atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya
mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan
padanya." (HR. Muslim)
Jadi, menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan
Allah adalah perbuatan syirik akbar karena telah merampas hak khusus Allah dalam
menetapkan halal dan haram.

15. Memecah-belah agama Allah

Ketika seseorang terjebak dalam perilaku memecah belah agama hal tersebut disejajarkan
dengan mempersekutukan sesuatu dengan Allah dan keluar dari keikhlasan ibadah karena
tidak memelihara semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya sebaik-baiknya.
Perbuatan itu dianggap sebagai mengganti agama fitrah dengan agama sesat dan karena
menjadikan agama fitrah menjadi beberapa agama dan mazhab, sebagaimana telah
dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, para penyembah berhala, dan para
pemeluk agama yang salah.
Perpecahan mengakibatkan konsep Islam, konsep yang datangnya dari Allah dan rasulNya, tidak dapat terlaksana secara kaffah (paripurna). Secara rasional konsep apapun
didunia ini baik yang haq maupun yang batil menghendaki penganutnya untuk bersatu agar
konsepnya berjalan dan tidak mengalami kehancuran.
Karena mengaku sebagai bagian dari umat Islam tetapi berbuat seperti apa yang diperbuat
kaum musyrikin maka para pemilik perilaku memecah belah agama ini dimasukkan dalam
golongan mereka. Disejajarkan dengan para penyembah tuhan-tuhan selain Allah.
Menyembah Allah tetapi meminta kepada selain Allah atau sebaliknya meminta kepada
Allah tetapi menyembah selain Allah. Dengan demikian maka para pemecah-belah agama
Allah adalah para pelaku syirik akbar, hal ini sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa
Ta'ala:
...dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orangorang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiaptiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Rum:
31-32)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Rabb-mu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul
itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka
biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. (QS. Al-Mu'minun: 52-54)

16. Tidak mau membayar zakat


Jika dilihat secara syariah, zakat merupakan kewajiban dan termasuk dalam rukun Islam
yang kadarnya sama dengan kadar Syahadat, Sholat, dan Puasa Ramadhan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Jika mereka (kaum musyrikin) bertaubat, mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka
(mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama... (QS. At-Taubah: 11)

Orang-orang yang tidak mau membayar zakat pada dasarnya mereka itu menuhankan
harta benda. Padahal Allahlah yang memberikan rizki kepada mereka. Karena itu, mereka
yang tidak mau membayar zakat digolongkan sebagai para pelaku syirik akbar berdasarkan
firman AllahSubhanahu Wa Ta'ala:
...Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orangorang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.
(QS. Fushilat: 6-7)
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah: 24)

17. Takut kepada selain Allah


Maksudnya takut yang tersembunyi (dalam hati manusia), yakni takut dari suatu
kemampuan khusus yang diyakini dimiliki oleh selain Allah, padahal kemampuan tersebut
hanya dimiliki oleh Allah. Takut yang tersembunyi bisa berupa takut kepada berhala atau
patung, thaghut, mayat, hantu atau yang ghaib (tidak terlihat mata) dari bangsa jin atau
manusia (arwah gentayangan) bahwa mereka bisa membahayakan atau menimpakan
sesuatu yang dibenci, misalnya adanya keyakinan sebagian masyarakat bahwa sebagian
dari para wali yang telah meninggal dunia atau orang-orang yang ghaib itu bisa melakukan
dan mengatur suatu urusan serta mendatangkan mudharat (bahaya). Karena keyakinan ini,
mereka menjadi takut kepada para wali atau orang-orang ghaib tersebut.
Takut termasuk tingkatan agama yang tertinggi dan teragung. Barangsiapa yang
memalingkannya kepada selain Allah maka sungguh dia telah menyekutukan Allah dengan
syirik akbar. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan
tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat tinggal
orang-orang yang zalim (musyrik). (QS. Ali Imran: 151)
Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan
kawan-kawannya, karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS. Ali Imran: 175)
...Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan
janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak

memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 44)
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik)
takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu
takutnya... (QS. An-Nisa: 77)
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti
kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah
maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar: 36)
Takut kepada selain Allah yang tidak termasuk syirik:
-Takut karena sebab-sebab yang dapat dirasakan atau dilihat oleh panca indera, seperti
takut kepada pencuri atau musuh. Takut seperti ini tidaklah termasuk syirik, dengan syarat
tidak mengantarkan seseorang untuk meninggalkan perintah Allah.
-Takut yang sifatnya tabiat, seperti takut dari binatang buas, takut terbakar, takut tenggelam
dan lain-lain. Takut seperti ini juga tidak termasuk bentuk syirik kepada Allah atau maksiat
kepada-Nya.

18. Berhukum/memutuskan perkara dengan selain


hukum Allah
Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Maidah: 50, hanya ada dua pilihan hukum di dunia
ini yaitu hukum Allah (Al Quran & Sunnah) atau tandingannya yang disebut dengan hukum
jahiliyah/thaghut (hukum buatan manusia yang menyelisihi hukum Allah, misal: UUD 1945,
hukum adat, KUHP, dll). Orang yang berhukum kepada thaghut sedang ia masih mengaku
beriman, maka pengakuan seperti ini adalah pengakuan dusta sebagaimana keadaan
orang-orang munafik yang disebutkan dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman
kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu?
Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengkufuri
thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang
sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: 'Marilah kamu (tunduk) kepada hukum
yang telah Allah turunkan dan kepada hukum Rasul', niscaya kamu lihat orang-orang
munafik menghalangi dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu. (QS. An-Nisa: 60-61)
Pengertian "thaghut" dalam ayat di atas adalah siapa saja (orang atau lembaga) yang
memutuskan perkara dengan selain hukum Allah. Allah telah menamakan orang-orang

yang berhukum/memutuskan perkara dengan selain syariah-Nya sebagai orang-orang yang


kafir, zalim (musyrik), dan fasik sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
...Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 44)
...Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang zalim(musyrik). (QS. Al-Maidah: 45)
...Barangsiapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka
mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Maidah: 47)
Berdasarkan ayat-ayat di atas, maka barangsiapa yang berhukum/memutuskan perkara
dengan selain hukum Allah atau yang disebut dengan hukum jahiliyah/thaghut (tandingan
bagi hukum Allah), menurut sebagian ulama, untuk mengkafirkannya tidak perlu disyaratkan
adanya sikap istihlal (membolehkan berhukum dengan selain hukum Allah) karena vonis
Allah pada ketiga ayat tersebut sudah sangat jelas dan tegas maknanya (ayatayat muhkamat) sehingga tidak lagi memerlukan takwil apapun. Siapa saja yang
melakukannya (hakim, jaksa, penyidik, kepala negara, kepala daerah, kepala suku, ketua
adat, atau lainnya) maka ia telah berbuat syirik akbar dan kafir, bagaimanapun ia
melakukannya, baik disertai sikap istihlal maupun tidak. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak
akan mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka,
kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Dan yang
demikian itu adalah mudah bagi Allah. (QS. An-Nisa: 168-169)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36)
...Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab dan ingkar terhadap sebahagian yang
lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan
kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa
yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat. (QS. Al- Baqarah: 85)
...Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka
hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat termasuk orang-orang yang merugi. (QS. AlMaidah: 5)

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (rasul-rasul)


yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)

19. Membuat hukum yang menandingi dan menyelisihi


hukum Allah
Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa
Ta'ala:
Katakanlah: "Sesungguhnya aku berada di atas hujjah yang nyata (Al Quran) dari Tuhanku,
sedang kamu mendustakannya. Tidak ada padaku apa (azab) yang kamu minta supaya
disegerakan kedatangannya. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan
yang sebenarnya dan Dia Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-An'am: 57)
Kamu tidak mengibadati yang selain Allah kecuali hanya (mengibadati) nama-nama yang
kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu
keteranganpun tentang nama-nama itu. Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia
telah
memerintahkan
agar
kamu
tidak
mengibadati
selain
Dia.
Itulah dien (peraturan/hukum) yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui."
(QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Seorang hamba Allah tidak patut menghukumi sesuatu dengan selain hukum/syariat Allah,
sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
...Tiadalah patut Yusuf menghukum saudaranya menurut dien (peraturan/undang-undang)
raja,... (QS. Yusuf: 76)
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36)
Barangsiapa (penguasa: eksekutif, legislatif, raja, ketua adat, dll) yang membuat dan
menetapkan hukum/undang-undang selain syariat Allah untuk hamba-hamba-Nya dan
mewajibkan mereka berhukum dengannya, maka tidak diragukan lagi, penguasa tersebut
telah berbuat syirik akbar karena telah menjadikan dirinya sebagai rabb selain Allah dan
sekutu bagi Allah dalam menetapkan hukum/undang-undang, berdasarkan firmanNya Subhanahu Wa Ta'ala:

Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)

20. Mentaati hukum penguasa yang menyelisihi hukum


Allah
Allah telah menyebut orang-orang yang membuat hukum/undang-undang selain syariat
Allah sebagai arbab (rabb-rabb) selain Allah dan sekutu bagi Allah (lihat no. 19). Allah juga
menyebut rakyat yang mentaati hukum/undang-undang buatan para penguasa yang
menghalalkan dan/atau mengharamkan sesuatu (tanpa izin Allah, menyelisihi hukum Allah)
sebagai para penyembah arbab tersebut, sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
Sudah lama diketahui bahwa ibadah kaum Yahudi dan Nasrani kepada para pendeta dan
ahli ibadah mereka berbentuk ketaatan kepada mereka dalam penghalalan yang haram dan
pengharaman yang halal. Hal ini telah diterangkan dalam hadits Adi bin Hatim yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi (3095), Ibnu Jarir (16631-16633), Baihaqi (X/116), Thabrani
dalam Al Kabir (XVII/92) dan lainnya. Dalam hadits tersebut disebutkan, Mereka tidaklah
menyembah mereka, namun jika para pendeta menghalalkan sesuatu yang haram mereka
ikut menghalalkannya, dan jika para pendeta mengharamkan sesuatu yang halal mereka
ikut mengharamkannya."
Pengarang Fathul Majid (hal. 79) mengatakan tentang ayat tersebut, Dengan ini jelaslah
bahwa ayat tersebut menunjukkan siapa yang mentaati selain Allah dan rasul-Nya serta
berpaling dari mengambil Al Kitab dan As Sunnah dalam menghalalkan apa yang
diharamkan Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan Allah dan mentaatinya dalam
bermaksiat kepada Allah dan mengikutinya dalam hal yang tidak dizinkan Allah, maka ia

telah mengangkat orang tersebut sebagai rabb, ilah dan menjadikannya sebagai sekutu
Allah.
Dalam tafsirnya II/172, Ibnu Katsir berkata, Karena kalian berpaling dari perintah Allah dan
syariat-Nya kepada kalian, kepada perkataan selain Allah dan kalian mendahulukan
undang-undang selain-Nya atas syariat-Nya, maka ini adalah syirik. Sebagaimana firman
Allah, 'Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb
selain Allah.'
Syaikh Asy-Syanqithi dalam tafsir Adhwaul Bayan IV/91 saat menafsirkan ayat, "Dia tidak
mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum" (QS. Al-Kahfi: 26),
mengatakan bahwa orang-orang yang mengikuti hukum-hukum para pembuat undangundang selain apa yang disyariatkan Allah, mereka itu musyrik kepada Allah. Pemahaman
ini diterangkan oleh ayat-ayat yang lain seperti firman Allah tentang orang yang mengikuti
tasyri (aturan-aturan) setan yang menghalalkan bangkai dengan alasan sebagai
sembelihan Allah:
Dan janganlah kalian memakan hewan-hewan yang tidak disebutkan nama Allah saat
menyembelihnya karena sesungguhnya hal itu termasuk kefasikan. Dan sesungguhnya
setan-setan itu benar-benar membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu, dan jika kamu mentaati mereka, sesungguhnya kamu tentulah termasuk
orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An'am: 121)
Allah menegaskan mereka itu musyrik karena mentaati para pembuat keputusan yang
menyelisihi hukum Allah. Kesyirikan dalam masalah ketaatan dan mengikuti tasyri
(peraturan-peraturan) yang menyelisihi syariat Allah inilah yang dimaksud dengan
beribadah kepada setan dalam ayat, Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian
wahai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah (beribadah kepada) setan?
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian. Dan beribadahlah kepada-Ku. Inilah
jalan yang lurus (QS. Yasin: 60-61).
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa mentaati hukum penguasa yang
menyelisihi hukum Allah adalah perbuatan syirik akbar. Sebagai contoh, mentaati dan
mendukung hukum penguasa yang melarang pemakaian jilbab bagi kaum wanita, mentaati
dan mendukung hukum penguasa yang membolehkan orang kafir menjadi pemimpin atas
kaum
muslimin,
dan
lain-lain.

21. Memilih/mengangkat pemerintah atau wakil-wakil


rakyat melalui pemilu dalam sistem demokrasi

Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem demokrasi, salah satu tugas pemerintah dan
wakil-wakil rakyat (DPR/parlemen) adalah membuat hukum/undang-undang yang bukan
berdasarkan hukum Allah. Ini berarti pemerintah dan wakil-wakil rakyat telah merampas hak
khusus Allah yaitu menetapkan hukum (lihat no. 19), dengan kata lain mereka adalah arbab
(rabb-rabb) selain Allah yang memberlakukan hukum/undang-undang buatan mereka
kepada manusia. Nah, dengan demikian maka memilih/mengangkat pemerintah atau wakilwakil rakyat melalui pemilu dalam sistem demokrasi pada hakekatnya sama saja dengan
memilih/mengangkat arbab (rabb-rabb) selain Allah. Hal ini berdasarkan firmanNya Subhanahu Wa Taala:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan andad (tandingantandingan) bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 22)
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-An'am: 57)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah dien(peraturan/hukum) yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Jika memilih/mengangkat pemerintah atau wakil-wakil rakyat tersebut disertai dengan
harapan bahwa mereka dapat membuat hukum/undang-undang yang lebih baik bagi rakyat
atau dapat menjalankan hukum/undang-undang yang sudah ada dengan baik, tanpa peduli
apakah hukum-hukum tersebut menyelisihi hukum Allah atau tidak, maka perbuatan ini
termasuk perbuatan syirik akbar berdasarkan keterangan ayat-ayat tersebut khususnya QS.
At-Taubah: 31 dan QS. Yusuf: 40.

22. Meyakini atau menyebarkan ajaran yang menyelisihi


ayat-ayat Allah
Ada pemikiran/ajaran yang menyatakan bahwa aspek-aspek Islam seperti soal jilbab,
potong tangan, qishash, rajam, jenggot, dan jubah merupakan cerminan kebudayaan Arab
sehingga tidak wajib diikuti, karena itu hanyalah ekspresi lokal particular Islam di Arab saja.
Demikian antara lain yang disampaikan oleh Koordinator Jaringan Islam Liberal (JIL)
melalui sebuah artikel karyanya yang berjudul: "Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam"
(Kompas, 18 September 2002).
Sebagaimana diketahui bahwa jilbab, potong tangan, qishash, rajam, dan jenggot
merupakan perkara-perkara yang diperintahkan Allah dan rasul-Nya untuk ditegakkan.
Pemikiran/ajaran Koordinator JIL tersebut bertentangan dengan firman Allah Subhanahu
Wa Ta'ala:
Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang
mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi
mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan
rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al-Ahzab: 36)
Dalam hal ini, Koordinator JIL telah memposisikan dirinya sebagai rabb selain Allah dan
orang-orang yang mengikuti pemikiran/ajarannya disebut sebagai orang-orang yang
mengikuti rabb selain Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya Subhanahu Wa
Ta'ala:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah dien(peraturan/hukum) yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Dengan demikian maka meyakini atau menyebarkan ajaran yang menyelisihi ayat-ayat Allah
termasuk perbuatan syirik akbar. Demikian pula dengan keyakinan para penganut
Ahmadiyah yang menyatakan bahwa kitab Tadzkirah berisi wahyu-wahyu dan kasyaf-kasyaf
yang diterima Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dari Allah, maka keyakinan ini termasuk

perbuatan syirik akbar, hal ini antara lain karena salah satu ayat dalam kitab Tadzkirah
(halaman 436) menyatakan:
"Kamu (MGA) di sisi-Ku (Allah) memiliki kedudukan seperti anak-anak-Ku."
Ayat yang diklaim MGA sebagai wahyu dari Allah tersebut palsu karena mensifati Allah
seperti makhluk-Nya yaitu mempunyai anak (sekalipun dalam arti kiasan) dan hal ini
bertentangan dengan ayat-ayat Allah dalam Al Quran (lihat no. 3 dan 4 di atas, mengaku
sebagai anak Allah, mengatakan atau menetapkan bahwa Allah mempunyai anak adalah
perbuatan syirik akbar).

23. Percaya adanya kekuatan tertentu yang dapat


menahan kehendak Allah
Kehendak Allah itu pasti terlaksana, tidak ada sesuatupun yang dapat menahannya, juga
kekuasaan-Nya sempurna meliputi segala sesuatu. Apa yang Allah kehendaki pasti akan
terjadi, meskipun manusia berupaya untuk menghindarinya, dan apa yang tidak
dikehendaki-Nya, maka tidak akan terjadi, meskipun seluruh makhluk berupaya untuk
mewujudkannya. Hal ini berdasarkan firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada
sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir
biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan
tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)." (QS. Al-An'am: 59)
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya.
Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian
itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu
jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri, (QS. Al-Hadiid: 2223)
Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada
seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak
seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana. (QS. Fathir: 2)
Sebagian ulama seperti penulis tafsir Al Jalalain mengatakan bahwa "rahmat" yang
dimaksud pada ayat tersebut adalah rizki dan hujan (lihatTafsir Al Jalalain, Jalaluddin
Muhammad bin Ahmad Al Muhalla dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abi Bakr As Suyuthi,
hal. 434, Maktabah Ash Shofaa, cetakan pertama, tahun 1425 H).

Oleh karena itu, jika ada yang mengaku dapat menahan kehendak Allah dengan kekuatan
tertentu, umpamanya seorang pawang hujan, dia mengaku dapat memindahkan atau
mencegah/menahan turunnya hujan dengan ritual tertentu atau dengan menaruh bendabenda tertentu pada tempat tertentu, maka dia telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik
akbar, termasuk orang-orang yang mempercayai pengakuan tersebut. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan
kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?"
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang
berserah diri. (QS. Az-Zumar: 38)

24. Menjadi tukang sihir


Sihir adalah ungkapan tentang ikatan-ikatan buhul, jampi-jampi (mantra), dan hembusanhembusan tukang sihir yang bisa menimbulkan suatu bahaya bagi orang yang disihirnya,
diantaranya bisa menghilangkan nyawa, menyakiti, menghilangkan akal, ada yang
menyebabkan muncul ikatan yang sangat kuat (seperti pelet, gendam, dll) dan ada yang
menyebabkan berpalingnya seseorang dari orang yang lain (lihat syarah Riyadhus
Shalihin oleh Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al 'Utsaimin hal. 264 cet. Darul Atsar).
Mengerjakan sihir adalah perbuatan kekafiran (kufur akbar), berdasarkan firman
Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman
(dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak
kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan
(sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan: "Sesungguhnya kami hanya cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir". Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat
itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan
isterinya. Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirnya kepada
seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang tidak
memberi mudharat kepadanya dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka
telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah
baginya keuntungan di akhirat, dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual
dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 102)

dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembuskan (nafas) pada buhul-buhul, (QS. Al-Falaq: 4)
Maksudnya wanita-wanita tukang sihir yang mengikat benda-benda sihirnya (jimat, tumbal,
boneka voodoo, dll) dan meniup pada buhul-buhulnya pada saat membaca mantra (Tafsir
Al Qurthubi XX/257). Seandainya sihir itu tidak memiliki hakekat tentu Allah tidak menyuruh
kita
untuk berlindung
kepada-Nya
dari
pengaruh
sihir
itu.
Bahkan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun pernah tersihir. Diriwayatkan dari
Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi pernah terkena sihir, sehingga sihir itu membuatnya
seakan-akan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya. Kemudian beliau
berkata kepada Aisyah pada suatu hari: Aku kedatangan dua malaikat, salah satunya
duduk di dekat kepalaku dan satunya lagi duduk di dekat kakiku, lalu malaikat itu berkata:
"Sakit apa orang ini?" Malaikat yang satunya berkata: Dia tersihir. Malaikat itu berkata:
"Siapa yang menyihirnya?" Malaikat yang satunya menjawab: Labid bin Al Asham dengan
sisir dan rambut dibungkus dengan pelepah kurma lalu dimasukkan ke sumur dzarwan.
(HR. Bukhari).
Mengerjakan sihir adalah perbuatan syirik, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu:
Barangsiapa membuat suatu ikatan (bundelan), kemudian meniupnya, maka dia telah
melakukan sihir. Dan barangsiapa yang melakukan sihir, maka dia telah berbuat syirik.
Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (jimat) pada dirinya, maka dirinya akan
dijadikan bersandar kepadanya. (HR. Nasai)
Oleh karena mengerjakan sihir adalah perbuatan kufur akbar, maka syirik yang dimaksud
dalam
hadits
tersebut
adalah syirik
akbar. Hal
inidiperkuat
dengan
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Jundub radhiyallahu anhu tentang
hukuman bagi tukang sihir:
"Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang." (HR. Tirmidzi dan
Daruquthni)

25.
Percaya
pada
khurafat/takhayul

pantangan,

mitos

dan

Banyak orang yang takut tidak selamat mengenakan baju hijau saat berkunjung ke pantai
selatan, karena dianggap pantangan yang tidak disukai oleh Nyi Roro Kidul. Di sisi lain
masyarakat juga masih takut tidak selamat bila melakukan pesta pernikahan di bulan Suro
(Muharram). Mereka menganggap bulan Suro sebagai bulan yang keramat. Padahal
keselamatan manusia itu tidak terletak pada tradisi atau keyakinan seperti itu, tapi berada di

tangan Allah yang akan diberikan kepada orang yang taat menjalankan kitab-Nya,
sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelapgulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 16)
Percaya pada pantangan yang disertai keyakinan adanya sesuatu selain Allah yang akan
mendatangkan mudharat (bahaya) jika pantangan tersebut dilanggar, maka kepercayaan
ini termasuk syirik akbar, hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan mereka mengibadati selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Yunus:
18)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Rabb-mu?" Mereka
menjawab: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu," (QS. An-Nahl: 24)
Adapun mitos adalah cerita-cerita bohong tentang suatu hal seperti asal-usul tempat, alam,
manusia dan sebagainya yang mengandung arti mendalam dan diungkapkan dengan cara
gaib. Sedangkan definisi khurafat adalah ajaran atau keyakinan yang tidak mempunyai
landasan kebenaran, disebut pula takhayul. Hukum percaya kepada mitos dan khurafat
adalah syirik. Adapun klasisikasi syirik akbar atau syirik asghar tergantung pada jenis
khurafat dan mitos serta pengamalan dari kepercayaan tersebut. Salah satu contoh mitos
dan khurafat yang dikategorikan syirik akbar seperti keyakinan akan keberadaan Nyi Rodo
Kidul sebagai penguasa pantai selatan, bahkan sampai melakukan ritual nadranan
(ruwatan) meminta manfaat dan tolak bala kepada Nyi Roro Kidul. Khurafat dan mitos ini
adalah syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan
kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?"
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang
berserah diri. (QS. Az-Zumar: 38)

26. s/d 40. BERSAMBUNG INSYAA ALLAH....


.

Anda mungkin juga menyukai