.
Tauhid adalah konsep dalam aqidah Islam yang menyatakan keesaan Allah Subhanahu Wa
Taala. Mengamalkan tauhid merupakan konsekuensi dari kalimat syahadat yang telah
diikrarkan oleh seorang muslim. Kalimat tauhid Laa ilaaha illallah (tiada ilah selain Allah)
artinya secara esoterik maupun aplikatif adalah tiada sesuatupun yang diikuti aturannya,
dijauhi larangannya atau diibadati (disembah/diabdi) selain Allah. Orang yang bertauhid
disebut orang yang beriman. Lawan dari tauhid adalah syirik. Syirik menurut bahasa artinya
bersekutu atau berserikat. Sedangkan syirik menurut istilah artinya menjadikan sekutu bagi
Allah, baik dalam Zat-Nya, sifat-Nya, perbuatan-Nya, maupun dalam ketaatan yang
seharusnya ditujukan hanya untuk Allah semata. Dan orang yang berbuat syirik disebut
orang musyrik (ada dua golongan). Sudah menjadi Sunnatullah bahwa pertentangan antara
tauhid vs syirik atau orang beriman vs orang musyrik akan selalu ada di segala zaman.
Semua rasul dari Nabi Adam 'alaihis salam hingga Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa
sallam diutus Allah Subhanahu Wa Taaladengan misi yang sama yaitu menyeru umatnya
agar mereka beribadah (menyembah/mengabdi) kepada Allah dan tidak mempersekutukanNya dengan sesuatupun (thaghut), sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Taala:
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
Ibadatilah Allah (saja) dan jauhilah thaghut itu.... (QS. An-Nahl: 36)
Ibadatilah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun... (QS.
An-Nisa: 36)
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (rasul-rasul)
yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalanmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
Perbuatan syirik merupakan kezaliman yang besar berdasarkan firman Allah Subhanahu
Wa Ta'ala:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman: 13)
Ada tiga sebab fundamental munculnya perilaku syirik, yaitu:
Al-jahlu
Dhaiful
iman
Taqlid (ikut-ikutan secara membabi-buta)
(lemahnya
(kebodohan)
iman)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka hapuslah pahala segala amal perbuatannya,
berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan kepada (rasulrasul) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalanmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi. (QS. Az-Zumar: 65)
...Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang
telah mereka kerjakan. (QS. Al-An'am: 88)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka dia telah berbuat dosa yang besar dan dosanya itu
tidak akan diampuni, berdasarkan firman AllahSubhanahu Wa Ta'ala:
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala
dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar. (QS. An-Nisa:
48)
Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan
dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa
yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya. (QS. An-Nisa: 116)
Barangsiapa yang berbuat syirik maka Allah mengharamkan surga kepadanya, dan
tempatnya adalah neraka, berdasarkan firman-NyaSubhanahu Wa Ta'ala:
...Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah
mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orangorang zalim (musyrik) itu seorang penolongpun. (QS. Al-Maidah: 72)
Orang-orang beriman tidak boleh memintakan ampun bagi orang-orang musyrik meskipun
anggota keluarga sendiri, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada
Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat
(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni
neraka jahanam. (QS. At-Taubah: 113)
Orang-orang musyrik itu halal darah dan hartanya, bahkan Allah memerintahkan untuk
membunuh mereka di mana saja menjumpai mereka, kecuali mereka bertaubat,
berdasarkan firman-Nya Subhanahu wa Taala:
...bunuhlah orang-orang musyrikin itu di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah
mereka. Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan
mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk
berjalan... (QS. At-Taubah: 5)
Demikian juga Nabi Musa 'alaihis salam dulu memerintahkan kaumnya agar membunuh
orang-orang musyrik di antara mereka yang terlibat penyembahan patung anak lembu yang
terbuat dari emas, akan tetapi dibunuhnya mereka dalam hal ini justru sebagai bentuk
taubat mereka kepada Allah, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Taala:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu
telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu),
maka bertaubatlah kepada sang Pencipta yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal
itu adalah lebih baik bagimu pada sisi sang Pencipta yang menjadikan kamu; maka Dia
akan menerima taubatmu... (QS. Al-Baqarah: 54)
Khusus para pelaku syirik dari golongan Yahudi dan Nasrani, Allah menamakan
mereka ahli kitab (bukan orang musyrik) dan memerintahkan untuk memerangi mereka
sampai mereka membayar jizyah, yaitu pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah
Islam sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka, berdasarkan firman-Nya Subhanahu
wa Taala:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari
kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan rasulNya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang)
yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh
sedang mereka dalam keadaan tunduk. (QS. At-Taubah: 29)
Berikut 40 contoh perbuatan syirik berdasarkan keterangan dari Al Quran dan Hadits.
Jumlah 40 ini tidak bermaksud membatasi, tetapi hanya sekedar memberikan contoh saja,
yaitu sebagai berikut:
Aku (burung Hudhud) mendapati dia (Ratu Balqis) dan kaumnya sujud kepada matahari,
tidak kepada Allah;... (QS. An-Naml: 24)
Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhada-berhala yang tak dapat
menciptakan sesuatupun? Sedangkan berhala-berhala itu sendiri buatan orang. (QS. AlA'raf: 191)
Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan
menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka,
(QS. An-Nisa: 117)
Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan
kekasih-kekasih-Nya." Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosadosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah
manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya... (QS. Al-Maidah: 18)
...mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki
dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan
Dia mengetahui segala sesuatu. (QS. Al-An'am: 100-101)
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang
setara dengan Dia." (QS. Al-Ikhlash: 1-4)
Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempunyai
sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong dan
agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebesar-besarnya." (QS. Al-Isra: 111)
...Sesungguhnya Allah Ilah yang Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang
di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (QS. AnNisa: 171)
4. Mengatakan
mempunyai anak
atau
menetapkan
bahwa
Allah
Barangsiapa yang berbuat demikian berarti ia telah menyamakan sifat Allah dengan
makhluk-Nya dan tentu saja hal ini merupakan perbuatan syirik akbar, berdasarkan firman
Allah Subhanahu wa Taala:
Orang-orang Yahudi (Yaman) berkata: "Uzair itu anak Allah" dan orang-orang Nasrani
berkata: "Al Masih itu anak Allah". Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka,
bagaimana mereka sampai berpaling? (QS. At-Taubah: 30)
Mereka (orang-orang kafir) berkata: "Allah mempunyai anak". Maha Suci Allah, bahkan apa
yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (QS.
Al-Baqarah: 116)
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al Lata dan al Uzza, dan
Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak-anak perempuan Allah)? (QS.
An-Najm: 19-20)
Katakanlah: "Jika benar Yang Maha Pemurah mempunyai anak, maka akulah (Muhammad)
orang yang mula-mula memuliakan (anak itu)." Maha Suci Rabb Yang empunya langit dan
bumi, Rabb Yang empunya 'Arsy, dari apa yang mereka sifatkan itu. (QS. Az-Zukhruf: 8182)
Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada ilah (yang lain) besertaNya, kalau ada ilah beserta-Nya, masing-masing ilah itu akan membawa makhluk yang
diciptakannya, dan sebagian dari ilah-ilah itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha
Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu, Yang mengetahui semua yang ghaib dan
semua yang nampak, maka Maha Tinggilah Dia dari apa yang mereka persekutukan. (QS.
Al-Mu'minun: 91-92)
...mereka membohong (dengan mengatakan): "Bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki
dan perempuan", tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi
dari sifat-sifat yang mereka berikan. Dia Pencipta langit dan bumi. Bagaimana Dia
mempunyai anak padahal Dia tidak mempunyai isteri. Dia menciptakan segala sesuatu; dan
Dia
mengetahui
segala
sesuatu.
(QS.
Al-An'am:
100-101)
Dan mereka menetapkan bagi Allah anak-anak perempuan. Maha Suci Allah, sedang untuk
mereka sendiri (mereka tetapkan) apa yang mereka sukai (yaitu anak-anak laki-laki). (QS.
An-Nahl: 57)
tertentu
atau
Arbab adalah bentuk jamak dari rabb yang berarti pengatur atau yang mengatur. Jadi, Rabb
(Allah) adalah Zat Yang mengatur atau Yang menentukan hukum. Mengatur alam raya ini,
baik secara kauniy (hukum alam) maupun secara syariy (syariat) sepenuhnya merupakan
hak Allah sebagai Rabb, sebagaimana firman-Nya Subhanahu wa Taala:
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-Anam: 57)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak
mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Karena itu, barangsiapa yang menyembah atau memuja malaikat atau nabi, atau
menjadikan mereka sebagai arbab (yang sebenarnya atau selain Allah), maka dia telah
berbuat syirik akbar karena hal itu berarti telah merampas sifat ketuhanan dari Allah dan
diberikan kepada malaikat atau nabi, berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Taala:
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan para nabi sebagai
arbab. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di waktu kamu sudah (menganut
agama) Islam? (QS. Ali Imran: 80)
...dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam, padahal mereka
hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa, tidak ada ilah selain Dia. Maha suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan. (QS. At-Taubah: 31)
dia akan terus berusaha meraihnya walaupun caranya melanggar hukum Allah. Contoh
lainnya, korupsi atau mengambil harta secara batil. Jika ada orang yang terus-menerus
melakukan korupsi, apakah dia tahu atau tidak bahwa perbuatan itu dilarang Allah, berarti
dia lebih menuhankan atau menomorsatukan hawa nafsunya daripada Allah. Demikian pula
dengan perbuatan zina, memakan riba, main judi, dan perbuatan maksiat lainnya
yang dilakukan secara terus-menerus dan menganggapnya sebagai perbuatan yang wajar
(padahal Allah melarangnya). Itulah yang disebut menuhankan hawa nafsu.
AllahSubhanahu Wa Ta'ala berfirman tentang perbuatan syirik ini:
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya.
Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. Al-Furqan: 43)
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya dan
Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran
dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan
memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran? (QS. Al-Jatsiyah: 23)
Menurut Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS. Al-Jatsiyah: 23, yang dimaksud dengan
"menjadikan hawa nafsunya sebagai ilah-nya" adalah orang itu bertindak berdasarkan hawa
nafsunya, apa yang ia anggap baik, maka ia akan kerjakan, dan apa yang ia anggap jelek,
maka ia akan tinggalkan. Dan ketika menafsirkan QS. Al-Furqan: 43, beliau berkata: "Kapan
saja dia menilai baik sesuatu dan melihatnya sebagai suatu kebaikan dari hawa nafsunya
sendiri, maka itulah agama dan madzhabnya."
diminta,
dan
Dan janganlah kamu memohon kepada selain Allah, yang tidak dapat memberi manfaat
dan tidak pula mendatangkan bahaya kepadamu, jika kamu berbuat (hal itu), maka
sesungguhnya kamu, dengan demikian, termasuk orang-orang yang zalim (musyrik). (QS.
Yunus: 106)
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang memohon kepada selain Allah yang
tiada dapat memperkenankan (doa)nya sampai hari kiamat dan mereka lalai dari
(memperhatikan) doa mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat)
niscaya sembahan-sembahan itu menjadi musuh mereka dan mengingkari pemujaanpemujaan mereka. (QS. Al-Ahqaf: 5-6)
Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu seru selain Allah, dan aku
akan berdoa kepada Rabb-ku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa
kepada Rabb-ku. (QS. Maryam: 48)
Katakanlah: "Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak
memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai
suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara
mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (QS. Saba: 22)
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan
seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas
sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat
lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. Al-Hajj: 73)
"Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabb-ku. Sesungguhnya Dia-lah Yang
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Yusuf: 97-98)
anhu, bahwa
Rasulullah shallallahu
alaihi
wa
"Kunci perkara ghaib itu ada lima, tidak ada seorangpun yang mengetahuinya melainkan
Allah Taala; (1) Tidak ada seorangpun yang mengetahui apa yang akan terjadi esok selain
Allah Taala, (2) tidak ada seorangpun mengetahui apa yang ada di dalam kandungan
selain Allah Taala, (3) tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan terjadinya hari Kiamat
selain Allah Taala, (4) tidak ada seorangpun yang mengetahui di bumi mana dia akan mati
selain Allah Taala, dan (5) tidak ada seorangpun yang mengetahui kapan hujan akan turun
selain Allah Taala." (HR. Bukhari dan Ahmad)
Kemudian Allah memberitahukan sebagian perkara ghaib lewat wahyu-Nya kepada rasul
yang Dia kehendaki. Dia Subhanahu Wa Ta'alaberfirman:
(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya.
(QS. Al-Jin: 26-27)
Syaikh Shalih Al Fauzan hafidzahullah menyatakan: Maka barangsiapa mengaku-ngaku
mengetahui perkara ghaib atau membenarkan orang yang mengaku-ngaku hal itu, maka
dia musyrik, kafir. Karena dia mengaku-ngaku menyamai Allah dalam perkara yang
termasuk kekhususan-kekhususan-Nya.
Pengetahuan tentang perkara yang ghaib merupakan salah satu hak istimewa Allah.
Menisbatkan hal tersebut kepada selain-Nya adalah syirik akbar.
Allah
atau
Allah memiliki hak-hak yang khusus. Di antara hak khusus bagi Allah adalah hak tasyri,
yakni menetapkan syariat yang wajib dijalani oleh makhluk-Nya. Di antara perkara tasyri
adalah penetapan halal dan haram. Tiada yang berhak menghalalkan dan mengharamkan
selain Allah. Tidak ada seorangpun yang boleh menghalalkan kecuali yang telah dihalalkan
oleh Allah dan tidak mengharamkan kecuali yang diharamkan oleh Allah. Dia Subhanahu
Wa Taala berfirman:
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) selain Allah yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah: 87)
Katakanlah: "Terangkanlah kepadaku tentang rezki yang diturunkan Allah kepadamu, lalu
kamu jadikan sebagiannya haram dan (sebagiannya) halal." Katakanlah: "Apakah Allah
telah memberikan izin kepadamu (tentang ini) atau kamu mengada-adakan saja terhadap
Allah?" (QS. Yunus: 59)
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara
dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah.
Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah
beruntung. (QS. An-Nahl: 116)
Dan barangsiapa yang taat kepada penetap syariat selain Allah maka dia telah
menjadikannya sebagai sekutu bagi Allah, berarti dia telah terjatuh ke dalam kesyirikan.
Bahkan dalam sebuah ayat, seseorang disebut musyrik hanya karena turut serta
menghalalkan bangkai, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Taala:
Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan.
Sesungguhnya syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah
kamu; dan jika kamu menuruti mereka (menghalalkan bangkai), sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An'am: 121) (QS. Al-Anam: 121)
Tentang ayat ini Al Hakim dan yang lainnya meriwatkan dengan sanad yang shahih dari
Ibnu Abbas: Bahwa orang-orang membantah kaum muslimin tentang sembelihan dan
pengharaman bangkai, mereka berkata: Kalian makan apa yang kalian bunuh
(sembelihan) dan tidak makan dari apa yang Allah bunuh (yaitu bangkai), maka Allah
berfirman: Dan jika kamu menuruti mereka (menghalalkan bangkai), sesungguhnya kamu
tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
Allah Subhanahu Wa Taala berfirman dalam sebuah Hadits Qudsi:
"Semua yang telah Aku berikan pada hamba itu halal (hukum asal), Aku ciptakan hambahamba-Ku ini dengan sikap yang lurus, tetapi kemudian datanglah syaitan kepada
mereka. Syaitan ini kemudian membelokkan mereka dari agamanya, dan mengharamkan
atas mereka sesuatu yang Aku halalkan kepada mereka, serta mempengaruhi supaya
mereka mau menyekutukan Aku dengan sesuatu yang Aku tidak turunkan keterangan
padanya." (HR. Muslim)
Jadi, menghalalkan apa yang diharamkan Allah atau mengharamkan apa yang dihalalkan
Allah adalah perbuatan syirik akbar karena telah merampas hak khusus Allah dalam
menetapkan halal dan haram.
Ketika seseorang terjebak dalam perilaku memecah belah agama hal tersebut disejajarkan
dengan mempersekutukan sesuatu dengan Allah dan keluar dari keikhlasan ibadah karena
tidak memelihara semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya sebaik-baiknya.
Perbuatan itu dianggap sebagai mengganti agama fitrah dengan agama sesat dan karena
menjadikan agama fitrah menjadi beberapa agama dan mazhab, sebagaimana telah
dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Nasrani, Majusi, para penyembah berhala, dan para
pemeluk agama yang salah.
Perpecahan mengakibatkan konsep Islam, konsep yang datangnya dari Allah dan rasulNya, tidak dapat terlaksana secara kaffah (paripurna). Secara rasional konsep apapun
didunia ini baik yang haq maupun yang batil menghendaki penganutnya untuk bersatu agar
konsepnya berjalan dan tidak mengalami kehancuran.
Karena mengaku sebagai bagian dari umat Islam tetapi berbuat seperti apa yang diperbuat
kaum musyrikin maka para pemilik perilaku memecah belah agama ini dimasukkan dalam
golongan mereka. Disejajarkan dengan para penyembah tuhan-tuhan selain Allah.
Menyembah Allah tetapi meminta kepada selain Allah atau sebaliknya meminta kepada
Allah tetapi menyembah selain Allah. Dengan demikian maka para pemecah-belah agama
Allah adalah para pelaku syirik akbar, hal ini sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa
Ta'ala:
...dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orangorang yang memecah-belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiaptiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. Ar-Rum:
31-32)
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu, dan Aku
adalah Rabb-mu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul
itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap
golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). Maka
biarkanlah mereka dalam kesesatannya sampai suatu waktu. (QS. Al-Mu'minun: 52-54)
Orang-orang yang tidak mau membayar zakat pada dasarnya mereka itu menuhankan
harta benda. Padahal Allahlah yang memberikan rizki kepada mereka. Karena itu, mereka
yang tidak mau membayar zakat digolongkan sebagai para pelaku syirik akbar berdasarkan
firman AllahSubhanahu Wa Ta'ala:
...Dan kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, (yaitu) orangorang yang tidak menunaikan zakat dan mereka kafir akan adanya (kehidupan) akhirat.
(QS. Fushilat: 6-7)
Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu,
harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan rasul-Nya dan dari
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (QS. At-Taubah: 24)
memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orangorang yang kafir. (QS. Al-Maidah: 44)
Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka: "Tahanlah
tanganmu (dari berperang), dirikanlah sembahyang dan tunaikanlah zakat!" Setelah
diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebahagian dari mereka (golongan munafik)
takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari itu
takutnya... (QS. An-Nisa: 77)
Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya. Dan mereka mempertakuti
kamu dengan (sembahan-sembahan) yang selain Allah? Dan siapa yang disesatkan Allah
maka tidak seorangpun pemberi petunjuk baginya. (QS. Az-Zumar: 36)
Takut kepada selain Allah yang tidak termasuk syirik:
-Takut karena sebab-sebab yang dapat dirasakan atau dilihat oleh panca indera, seperti
takut kepada pencuri atau musuh. Takut seperti ini tidaklah termasuk syirik, dengan syarat
tidak mengantarkan seseorang untuk meninggalkan perintah Allah.
-Takut yang sifatnya tabiat, seperti takut dari binatang buas, takut terbakar, takut tenggelam
dan lain-lain. Takut seperti ini juga tidak termasuk bentuk syirik kepada Allah atau maksiat
kepada-Nya.
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)
telah mengangkat orang tersebut sebagai rabb, ilah dan menjadikannya sebagai sekutu
Allah.
Dalam tafsirnya II/172, Ibnu Katsir berkata, Karena kalian berpaling dari perintah Allah dan
syariat-Nya kepada kalian, kepada perkataan selain Allah dan kalian mendahulukan
undang-undang selain-Nya atas syariat-Nya, maka ini adalah syirik. Sebagaimana firman
Allah, 'Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb
selain Allah.'
Syaikh Asy-Syanqithi dalam tafsir Adhwaul Bayan IV/91 saat menafsirkan ayat, "Dia tidak
mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum" (QS. Al-Kahfi: 26),
mengatakan bahwa orang-orang yang mengikuti hukum-hukum para pembuat undangundang selain apa yang disyariatkan Allah, mereka itu musyrik kepada Allah. Pemahaman
ini diterangkan oleh ayat-ayat yang lain seperti firman Allah tentang orang yang mengikuti
tasyri (aturan-aturan) setan yang menghalalkan bangkai dengan alasan sebagai
sembelihan Allah:
Dan janganlah kalian memakan hewan-hewan yang tidak disebutkan nama Allah saat
menyembelihnya karena sesungguhnya hal itu termasuk kefasikan. Dan sesungguhnya
setan-setan itu benar-benar membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu, dan jika kamu mentaati mereka, sesungguhnya kamu tentulah termasuk
orang-orang yang musyrik. (QS. Al-An'am: 121)
Allah menegaskan mereka itu musyrik karena mentaati para pembuat keputusan yang
menyelisihi hukum Allah. Kesyirikan dalam masalah ketaatan dan mengikuti tasyri
(peraturan-peraturan) yang menyelisihi syariat Allah inilah yang dimaksud dengan
beribadah kepada setan dalam ayat, Bukankah Aku telah memerintahkan kepada kalian
wahai Bani Adam supaya kalian tidak menyembah (beribadah kepada) setan?
Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagi kalian. Dan beribadahlah kepada-Ku. Inilah
jalan yang lurus (QS. Yasin: 60-61).
Berdasarkan uraian di atas, maka jelaslah bahwa mentaati hukum penguasa yang
menyelisihi hukum Allah adalah perbuatan syirik akbar. Sebagai contoh, mentaati dan
mendukung hukum penguasa yang melarang pemakaian jilbab bagi kaum wanita, mentaati
dan mendukung hukum penguasa yang membolehkan orang kafir menjadi pemimpin atas
kaum
muslimin,
dan
lain-lain.
Sebagaimana diketahui bahwa dalam sistem demokrasi, salah satu tugas pemerintah dan
wakil-wakil rakyat (DPR/parlemen) adalah membuat hukum/undang-undang yang bukan
berdasarkan hukum Allah. Ini berarti pemerintah dan wakil-wakil rakyat telah merampas hak
khusus Allah yaitu menetapkan hukum (lihat no. 19), dengan kata lain mereka adalah arbab
(rabb-rabb) selain Allah yang memberlakukan hukum/undang-undang buatan mereka
kepada manusia. Nah, dengan demikian maka memilih/mengangkat pemerintah atau wakilwakil rakyat melalui pemilu dalam sistem demokrasi pada hakekatnya sama saja dengan
memilih/mengangkat arbab (rabb-rabb) selain Allah. Hal ini berdasarkan firmanNya Subhanahu Wa Taala:
Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai arbab (rabb-rabb)
selain Allah, dan (juga mereka menjadikan rabb kepada) Al Masih putera Maryam; padahal
mereka hanya disuruh beribadah kepada Ilah yang Esa; tidak ada ilah (yang berhak
diibadati dengan benar) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.
(QS. At-Taubah: 31)
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buahbuahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan andad (tandingantandingan) bagi Allah, padahal kamu mengetahui. (QS. Al-Baqarah: 22)
Apakah mereka mempunyai syuraka (sekutu-sekutu) yang mensyariatkan untuk
mereka dien (peraturan/undang-undang) yang tidak diizinkan Allah? Sekiranya tak ada
ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan. Dan
sesungguhnya orang-orang yang zalim (musyrik) itu akan memperoleh azab yang amat
pedih. (QS. Asy-Syura: 21)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia menerangkan yang sebenarnya dan Dia
Pemberi keputusan yang paling baik." (QS. Al-An'am: 57)
...Menetapkan hukum itu hanyalah hak Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak
mengibadati selain Dia. Itulah dien(peraturan/hukum) yang lurus, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui." (QS. Yusuf: 40)
...dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan hukum
(keputusan)." (QS. Al-Kahfi: 26)
Jika memilih/mengangkat pemerintah atau wakil-wakil rakyat tersebut disertai dengan
harapan bahwa mereka dapat membuat hukum/undang-undang yang lebih baik bagi rakyat
atau dapat menjalankan hukum/undang-undang yang sudah ada dengan baik, tanpa peduli
apakah hukum-hukum tersebut menyelisihi hukum Allah atau tidak, maka perbuatan ini
termasuk perbuatan syirik akbar berdasarkan keterangan ayat-ayat tersebut khususnya QS.
At-Taubah: 31 dan QS. Yusuf: 40.
perbuatan syirik akbar, hal ini antara lain karena salah satu ayat dalam kitab Tadzkirah
(halaman 436) menyatakan:
"Kamu (MGA) di sisi-Ku (Allah) memiliki kedudukan seperti anak-anak-Ku."
Ayat yang diklaim MGA sebagai wahyu dari Allah tersebut palsu karena mensifati Allah
seperti makhluk-Nya yaitu mempunyai anak (sekalipun dalam arti kiasan) dan hal ini
bertentangan dengan ayat-ayat Allah dalam Al Quran (lihat no. 3 dan 4 di atas, mengaku
sebagai anak Allah, mengatakan atau menetapkan bahwa Allah mempunyai anak adalah
perbuatan syirik akbar).
Oleh karena itu, jika ada yang mengaku dapat menahan kehendak Allah dengan kekuatan
tertentu, umpamanya seorang pawang hujan, dia mengaku dapat memindahkan atau
mencegah/menahan turunnya hujan dengan ritual tertentu atau dengan menaruh bendabenda tertentu pada tempat tertentu, maka dia telah terjerumus ke dalam perbuatan syirik
akbar, termasuk orang-orang yang mempercayai pengakuan tersebut. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan
kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?"
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang
berserah diri. (QS. Az-Zumar: 38)
dan (aku berlindung kepada Allah) dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang
menghembuskan (nafas) pada buhul-buhul, (QS. Al-Falaq: 4)
Maksudnya wanita-wanita tukang sihir yang mengikat benda-benda sihirnya (jimat, tumbal,
boneka voodoo, dll) dan meniup pada buhul-buhulnya pada saat membaca mantra (Tafsir
Al Qurthubi XX/257). Seandainya sihir itu tidak memiliki hakekat tentu Allah tidak menyuruh
kita
untuk berlindung
kepada-Nya
dari
pengaruh
sihir
itu.
Bahkan
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun pernah tersihir. Diriwayatkan dari
Aisyah radhiyallahu anha, bahwa Nabi pernah terkena sihir, sehingga sihir itu membuatnya
seakan-akan melakukan sesuatu padahal beliau tidak melakukannya. Kemudian beliau
berkata kepada Aisyah pada suatu hari: Aku kedatangan dua malaikat, salah satunya
duduk di dekat kepalaku dan satunya lagi duduk di dekat kakiku, lalu malaikat itu berkata:
"Sakit apa orang ini?" Malaikat yang satunya berkata: Dia tersihir. Malaikat itu berkata:
"Siapa yang menyihirnya?" Malaikat yang satunya menjawab: Labid bin Al Asham dengan
sisir dan rambut dibungkus dengan pelepah kurma lalu dimasukkan ke sumur dzarwan.
(HR. Bukhari).
Mengerjakan sihir adalah perbuatan syirik, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu:
Barangsiapa membuat suatu ikatan (bundelan), kemudian meniupnya, maka dia telah
melakukan sihir. Dan barangsiapa yang melakukan sihir, maka dia telah berbuat syirik.
Barangsiapa yang menggantungkan sesuatu (jimat) pada dirinya, maka dirinya akan
dijadikan bersandar kepadanya. (HR. Nasai)
Oleh karena mengerjakan sihir adalah perbuatan kufur akbar, maka syirik yang dimaksud
dalam
hadits
tersebut
adalah syirik
akbar. Hal
inidiperkuat
dengan
sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Jundub radhiyallahu anhu tentang
hukuman bagi tukang sihir:
"Hukuman bagi tukang sihir adalah dipenggal dengan pedang." (HR. Tirmidzi dan
Daruquthni)
25.
Percaya
pada
khurafat/takhayul
pantangan,
mitos
dan
Banyak orang yang takut tidak selamat mengenakan baju hijau saat berkunjung ke pantai
selatan, karena dianggap pantangan yang tidak disukai oleh Nyi Roro Kidul. Di sisi lain
masyarakat juga masih takut tidak selamat bila melakukan pesta pernikahan di bulan Suro
(Muharram). Mereka menganggap bulan Suro sebagai bulan yang keramat. Padahal
keselamatan manusia itu tidak terletak pada tradisi atau keyakinan seperti itu, tapi berada di
tangan Allah yang akan diberikan kepada orang yang taat menjalankan kitab-Nya,
sebagaimana firman-Nya Subhanahu Wa Ta'ala:
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan
keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelapgulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke
jalan yang lurus. (QS. Al-Maidah: 16)
Percaya pada pantangan yang disertai keyakinan adanya sesuatu selain Allah yang akan
mendatangkan mudharat (bahaya) jika pantangan tersebut dilanggar, maka kepercayaan
ini termasuk syirik akbar, hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
Dan mereka mengibadati selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka
itu adalah pemberi syafa'at kepada kami di sisi Allah." Katakanlah: "Apakah kamu
mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di
bumi?" Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan. (QS. Yunus:
18)
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Apakah yang telah diturunkan Rabb-mu?" Mereka
menjawab: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu," (QS. An-Nahl: 24)
Adapun mitos adalah cerita-cerita bohong tentang suatu hal seperti asal-usul tempat, alam,
manusia dan sebagainya yang mengandung arti mendalam dan diungkapkan dengan cara
gaib. Sedangkan definisi khurafat adalah ajaran atau keyakinan yang tidak mempunyai
landasan kebenaran, disebut pula takhayul. Hukum percaya kepada mitos dan khurafat
adalah syirik. Adapun klasisikasi syirik akbar atau syirik asghar tergantung pada jenis
khurafat dan mitos serta pengamalan dari kepercayaan tersebut. Salah satu contoh mitos
dan khurafat yang dikategorikan syirik akbar seperti keyakinan akan keberadaan Nyi Rodo
Kidul sebagai penguasa pantai selatan, bahkan sampai melakukan ritual nadranan
(ruwatan) meminta manfaat dan tolak bala kepada Nyi Roro Kidul. Khurafat dan mitos ini
adalah syirik akbar yang mengeluarkan pelakunya dari Islam. Allah Subhanahu Wa
Ta'ala berfirman:
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan
bumi?" Niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku
tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan
kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika
Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmat-Nya?"
Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang
berserah diri. (QS. Az-Zumar: 38)