[2]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan mendapatkan
petunjuk yang sempurna, dan kelak di akhirat akan mendapatkan rasa aman.
Allah Azza wa Jalla berfirman.
Di antara permohonan kita yang paling banyak adalah memohon agar ditunjuki
jalan yang lurus.
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, yaitu jalannya orang-orang yang telah
Engkau beri nikmat kepada mereka.” [Al-Faatihah: 6-7]
Yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada, dan orang-orang yang shalih.
Sebagaimana firman Allah Azza wa Jalla
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), maka mereka itu akan
bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, (yaitu)
para Nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang
shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baik-nya.” [An-Nisaa': 69]
Kita juga memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar terhindar dari
jalan orang-orang yang dimurkai Allah dan jalan orang-orang yang sesat, yaitu
jalannya kaum Yahudi dan Nasrani.
[3]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dihilangkan
kesulitan dan kesedihannya di dunia dan akhirat.
Seseorang tidak dikatakan bertakwa kepada Allah kalau dia tidak bertauhid.
Orang yang bertauhid dan bertakwa akan diberikan jalan keluar dari berbagai
masalah hidupnya.[3]
[4]. Orang yang mentauhidkan Allah, maka Allah akan menjadikan dalam
hatinya rasa cinta kepada iman dan Allah akan menghiasi hatinya dengannya
serta Dia menjadikan di dalam hatinya rasa benci kepada kekafiran, kefasikan
dan kedurhakaan.
[5]. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk mendapatkan ridha Allah, dan
orang yang paling bahagia dengan syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi
wa sallam adalah orang yang mengatakan áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ dengan
penuh keikhlasan dari dalam hatinya.
[6]. Orang yang bertauhid kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dijamin masuk
Surga.
“Barangsiapa yang mati dan ia mengetahui bahwa tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar melainkan Allah, maka ia masuk Surga.” [4]
[7]. Orang yang bertauhid akan diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala
kemenangan, pertolongan, kejayaan dan kemuliaan.
Allah Azza wa Jalla berfirman
“Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya
Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Muhammad: 7]
“Dan Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal shalih bahwa Dia sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
mengubah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi
aman sentosa. Mereka tetap beribadah kepada-Ku dengan tidak
mempersekutukan Aku dengan sesuatu apapun. Tetapi barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” [An-
Nuur: 55]
[8]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diberi kehidupan
yang baik di dunia dan akhirat.
[10]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla dengan ikhlas, maka
amal yang sedikit itu akan menjadi banyak.
Allah Azza wa Jalla berfirman
“Yang menciptakan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.”
[Al-Mulk: 2]
Dalam ayat yang mulia tersebut, Allah Azza wa Jalla menyebutkan dengan
“amal yang baik”, tidak dengan “amal yang banyak”. Amal dikatakan baik atau
shalih bila memenuhi 2 syarat, yaitu: (1) Ikhlas, dan (2) Ittiba’ (mengikuti
contoh) Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallm. Sebagaimana disebutkan
dalam hadits bahwa kalimat áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááåõ pada hari Kiamat lebih
berat di-bandingkan langit dan bumi dengan sebab ikhlas.
[11]. Mendapat rasa aman. Orang yang tidak bertauhid, selalu was-was, dalam
ketakutan, tidak tenang. Mereka takut kepada hari sial, atau punya anak lebih
dari dua, takut tentang masa depan, takut hartanya lenyap dan seterusnya.
[12]. Tauhid merupakan penentu diterima atau ditolaknya amal kita. Sempurna
dan tidaknya amal seseorang ber-gantung pada tauhidnya. Orang yang beramal
tapi tidak sempurna tauhidnya, misalnya riya, tidak ikhlas, niscaya amalnya
akan menjadi bumerang baginya, bukan mendatangkan kebahagiaan baik itu
berupa shalat, zakat, shadaqah, puasa, haji dan lainnya. Syirik (besar) akan
menghapus seluruh amal.
[13]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan diringankan dari
perbuatan yang tidak ia sukai dan dari penyakit yang dideritanya. Oleh karena
itu, jika seorang hamba menyempurnakan tauhid dan keimanannya, niscaya
kesusahan dan kesulitan dihadapinya dengan lapang dada, sabar, jiwa tenang,
pasrah dan ridha kepada takdir-Nya.
[a]. Penyakit yang diderita itu adalah suatu ketetapan dari Allah Azza wa Jalla.
Dan penyakit adalah sebagai cobaan dari Allah.
[b]. Hal itu disebabkan oleh perbuatan dosa dan maksiyat yang ia kerjakan.
[c]. Hendaklah ia meminta ampun dan kesembuhan kepada Allah Azza wa Jalla,
serta meyakini bahwa Allah Azza wa Jalla sajalah yang dapat
menyembuhkannya.
[15]. Orang yang bertauhid kepada Allah Azza wa Jalla akan dimudahkan untuk
melaksanakan amal-amal kebajikan dan meninggalkan kemungkaran, serta
dapat menghibur seseorang dari musibah yang dialaminya.
“Ya Allah…, dan aku minta kepada-Mu agar Engkau menjadikan setiap
ketetapan (qadha) yang telah Engkau tetapkan bagiku merupakan suatu
kebaikan.” [7]
Salah satu rukun iman adalah iman kepada qadha’ dan qadar, yang baik dan
yang buruk. Dengan mengimani hal ini niscaya setiap apa yang terjadi pada diri
kita akan ringan dan mendapat ganjaran dari Allah apabila kita sabar dan ridha.
[16]. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas dan benar akan
dilapangkan dadanya.
[17]. Orang yang mewujudkan tauhid dengan ikhlas, jujur dan tawakkal kepada
Allah dengan sempurna, maka akan masuk Surga tanpa hisab dan adzab.