Anda di halaman 1dari 4

Di Depan Gerbang Kematian

Posted in___ INAN APRIAN RAUF

Kematian, salah satu rahasia ilmu ghaib yang hanya diketahui oleh Allah ta’ala. Allah telah
menetapkan setiap jiwa pasti akan merasakannya. Kematian tidak pandang bulu. Apabila sudah tiba
saatnya, malaikat pencabut nyawa akan segera menunaikan tugasnya. Dia tidak mau menerima
pengunduran jadwal, barang sedetik sekalipun. Karena bukanlah sifat malaikat seperti manusia, yang
zalim dan jahil.

Manusia tenggelam dalam seribu satu kesenangan dunia, sementara ia lalai mempersiapkan diri
menyambut akhiratnya. Berbeda dengan para malaikat yang senantiasa patuh dan mengerjakan
perintah Tuhannya. Duhai, tidakkah manusia sadar. Seandainya dia tahu apa isi neraka saat ini juga
pasti dia akan menangis, menangis dan menangis. SubhanAllah, adakah orang yang tidak merasa
takut dari neraka. Sebuah tempat penuh siksa. Sebuah negeri kengerian dan jeritan manusia-manusia
durhaka. Neraka ada di hadapan kita, dengan apakah kita akan membentengi diri darinya ? Apakah
dengan menumpuk kesalahan dan dosa, hari demi hari, malam demi malam, sehingga membuat hati
semakin menjadi hitam legam ? Apakah kita tidak ingat ketika itu kita berbuat dosa, lalu sesudahnya
kita melakukannya, kemudian sesudahnya kita melakukannya ? Sampai kapan engkau jera ?

Sebab-sebab su’ul khatimah

Saudaraku seiman mudah -mudahan Allah memberikan taufik kepada Anda- ketahuilah bahwa su’ul
khatimah tidak akan terjadi pada diri orang yang shalih secara lahir dan batin di hadapan Allah.
Terhadap orang-orang yang jujur dalam ucapan dan perbuatannya, tidak pernah terdengar cerita
bahwa mereka su’ul khotimah. Su’ul khotimah hanya terjadi pada orang yang rusak batinnya, rusak
keyakinannya, serta rusak amalan lahiriahnya; yakni terhadap orang-orang yang nekat melakukan
dosa-dosa besar dan berani melakukan perbuatan-perbuatan maksiat. Kemungkinan semua dosa itu
demikian mendominasi dirinya sehingga ia meninggal saat melakukannya, sebelum sempat bertaubat
dengan sungguh-sungguh.

Perlu diketahui bahwa su’ul khotimah memiliki berbagai sebab yang banyak jumlahnya. Di antaranya
yang terpokok adalah sebagai berikut :

Berbuat syirik kepada Allah ‘azza wa jalla. Pada hakikatnya syirik adalah ketergantungan hati kepada
selain Allah dalam bentuk rasa cinta, rasa takut, pengharapan, do’a, tawakal, inabah (taubat) dan lain-
lain.

Berbuat bid’ah dalam melaksanakan agama. Bid’ah adalah menciptakan hal baru yang tidak ada
tuntunannya dari Allah dan Rasul-Nya. Penganut bid’ah tidak akan mendapat taufik untuk
memperoleh husnul khatimah, terutama penganut bid’ah yang sudah mendapatkan peringatan dan
nasehat atas kebid’ahannya. Semoga Allah memelihara diri kita dari kehinaan itu.
Terus menerus berbuat maksiat dengan menganggap remeh dan sepele perbuatan-perbuatan maksiat
tersebut, terutama dosa-dosa besar. Pelakunya akan mendapatkan kehinaan di saat mati, disamping
setan pun semakin memperhina dirinya. Dua kehinaan akan ia dapatkan sekaligus dan ditambah
lemahnya iman, akhirnya ia mengalami su’ul khotimah.

Melecehkan agama dan ahli agama dari kalangan ulama, da’i, dan orang-orang shalih serta ringan
tangan dan lidah dalam mencaci dan menyakiti mereka.

Lalai terhadap Allah dan selalu merasa aman dari siksa Allah. Allah berfirman yang artinya, “Apakah
mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga). Tiadalah yang merasa aman dari azab
Allah kecuali orang-orang yang merugi” (QS. Al A’raaf [7] : 99)

Berbuat zalim. Kezaliman memang ladang kenikmatan namun berakibat menakutkan. Orang-orang
yang zalim adalah orang-orang yang paling layak meninggal dalam keadaan su’ul khotimah. Allah
berfirman yang artinya, “Sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang
zalim” (QS. Al An’aam [6] : 44)
Berteman dengan orang-orang jahat. Allah berfirman yang artinya, “(Ingatlah) hari ketika orang yang
zalim itu menggigit dua tangannya, seraya berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan yang
lurus bersama Rasul. Kecelakaan besarlah bagiku, kiranya aku dulu tidak menjadikan si fulan sebagai
teman akrabku” (QS. Al Furqaan [25] : 27-28)

Bersikap ujub. Sikap ujub pada hakikatnya adalah sikap seseorang yang merasa bangga dengan amal
perbuatannya sendiri serta menganggap rendah perbuatan orang lain, bahkan bersikap sombong di
hadapan mereka. Ini adalah penyakit yang dikhawatirkan menimpa orang-orang shalih sehingga
menggugurkan amal shalih mereka dan menjerumuskan mereka ke dalam su’ul khotimah.

Demikianlah beberapa hal yang bisa menyebabkan su’ul khotimah. Kesemuanya adalah biang dari
segala keburukan, bahkan akar dari semua kejahatan. Setiap orang yang berakal hendaknya
mewaspadai dan menghindarinya, demi menghindari su’ul khotimah.

Tanda-tanda husnul khotimah

Tanda-tanda husnul khotimah cukup banyak. Di sini kami menyebutkan sebagian di antaranya saja :

Mengucapkan kalimat tauhid laa ilaaha illallaah saat meninggal. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Barangsiapa yang akhir ucapan dari hidupnya adalah laa ilaaha illallaah, pasti
masuk surga” (HR. Abu Dawud dll, dihasankan Al Albani dalam Irwa’ul Ghalil)

Meninggal pada malam Jum’at atau pada hari Jum’at. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Setiap muslim yang meninggal pada hari atau malam Jum’at pasti akan Allah lindungi dari
siksa kubur” (HR.Ahmad)
Meninggal dengan dahi berkeringat. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang
mukmin itu meninggal dengan berkeringat di dahinya” (HR. Ahmad, Tirmidzi dll. dishahihkan Al
Albani)

Meninggal karena wabah penyakit menular dengan penuh kesabaran dan mengharapkan pahala dari
Allah, seperti penyakit kolera, TBC dan lain sebagainya

Wanita yang meninggal saat nifas karena melahirkan anak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Seorang wanita yang meninggal karena melahirkan anaknya berarti mati syahid. Sang anak
akan menarik-nariknya dengan riang gembira menuju surga” (HR. Ahmad)

Munculnya bau harum semerbak, yakni yang keluar dari tubuh jenazah setelah meninggal dan dapat
tercium oleh orang-orang di sekitarnya. Seringkali itu didapatkan pada jasad orang-orang yang mati
syahid, terutama syahid fi sabilillah.

Mendapatkan pujian yang baik dari masyarakat sekitar setelah meninggalnya. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam pernah melewati jenazah. Beliau mendengar orang-orang memujinya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Pasti (masuk) surga” Beliau kemudian bersabda, “kalian
-para sahabat- adalah para saksi Allah di muka bumi ini” (HR. At Tirmidzi)

Melihat sesuatu yang menggembirakan saat ruh diangkat. Misalnya, melihat burung-burung putih
yang indah atau taman-taman indah dan pemandangan yang menakjubkan, namun tidak seorangpun di
sekitarnya yang melihatnya. Kejadian itu dialami sebagian orang-orang shalih. Mereka
menggambarkan sendiri apa yang mereka lihat pada saat sakaratul maut tersebut dalam keadaan
sangat berbahagia, sedangkan orang-orang di sekitar mereka tampak terkejut dan tercengang saja.

Bagaimana kita menyambut kematian?

Saudara tercinta, sambutlah sang kematian dengan hal-hal berikut :

Dengan iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Akhir, dan takdir
baik maupun buruk.
Dengan menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya di masjid secara berjama’ah bersama kaum
muslim dengan menjaga kekhusyu’an dan merenungi maknanya. Namun, shalat wanita di rumahnya
lebih baik daripada di masjid.

Dengan mengeluarkan zakat yang diwajibkan sesuai dengan takaran dan cara-cara yang disyari’atkan.

Dengan melakukan puasa Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala.

Dengan melakukan haji mabrur, karena pahala haji mabrur pasti surga. Demikian juga umrah di bulan
Ramadhan, karena pahalanya sama dengan haji bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dengan melaksanakan ibadah-ibadah sunnah, yakni setelah melaksanakan yang wajib. Baik itu shalat,
zakat, puasa maupun haji. Allah menandaskan dalam sebuah hadits qudsi, “Seorang hamba akan terus
mendekatkan diri kepada-Ku melalui ibadah-ibadah sunnah, hingga Aku mencintai-Nya”

Dengan segera bertobat secara ikhlas dari segala perbuatan maksiat dan kemungkaran, kemudian
menanamkan tekad untuk mengisi waktu dengan banyak memohon ampunan, berdzikir, dan
melakukan ketaatan.

Dengan ikhlas kepada Allah dan meninggalkan riya dalam segala ibadah, sebagaimana firman Allah
yang artinya, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus” (QS. Al Bayyinah [98] : 5)

Dengan mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Hal itu hanya sempurna dengan mengikuti ajaran Nabi, sebagaimana yang Allah firmankan yang
artinya, “Katakanlah, ‘Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu’. Allah Maha pengampun lagi Maha penyayang” (QS. Ali Imran [3] :
31)

Dengan mencintai seseorang karena Allah dan membenci seseorang karena Allah, berloyalitas karena
Allah dan bermusuhan karena Allah. Konsekuensinya adalah mencintai kaum mukmin meskipun
saling berjauhan dan membenci orang kafir meskipun dekat dengan mereka.

Dengan rasa takut kepada Allah, dengan mengamalkan ajaran kitab-Nya, dengan ridha terhadap
rezeki-Nya meski sedikit, namun bersiap diri menghadapi Hari Kemudian. Itulah hakikat dari takwa.

Dengan bersabar menghadapi cobaan, bersyukur kala mendapatkan kenikmatan, selalu mengingat
Allah dalam suasana ramai atau dalam kesendirian, serta selalu mengharapkan keutamaan dan karunia
dari Allah. Dan lain-lain
(dicuplik dari Misteri Menjelang Ajal, Kisah-Kisah Su’ul Khatimah dan Husnul Khatimah,
penerjemah Al Ustadz Abu ‘Umar Basyir hafizhahullah). Semoga sholawat dan salam terlimpahkan
kepada Nabi kita Muhammad, kepada sanak keluarga beliau dan para sahabat beliau.

Wassalam Alaikum

INAN APRIAN RAUF

Inan_aufklarung@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai