Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAAN NY R DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR PADA SISTEM

OKSIGENASI
DI MURNI TEGUH MEMORIAL HOSPITAL

LAPORAN KASUS

 JUDUL

STASE PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN DASAR (PPKD)

   

Oleh :
Nama
NIM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLA TINGGI ILMU KESEHATAN MURNI TEGUH
TAHUN 2022

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL
NAMA 
NIM

                        Medan,  Tanggal/Bulan/Tahun

NAMA NAMA PERSEPTOR


MAHASISWA NAMA DOSEN PEMBIMBING

DAFTAR ISI

HALAMAN
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
RUMUSAN MASALAH
TUJUAN
BAB II TINJUAN PUSTAKA
TINJAUN TEORITIS SESUAIKAN DENGAN KASUS
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
ANALISA DATA
DIAGNOSA
INTERVENSI
IMPLEMENTASI 
EVALUASI
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN

BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Menurut (WHO) upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat dapat dilakukan dengan cara

memeliara kesehatan. Upaya kesehatan masyarakat meliputi peningkatan kesehatan(promotif), pencegahan

penyakit (preventif), dan penyembuhan (kuratif) gangguan mencapai derajat masyarakat yang optimal. Hal
ini diperlukan kesiapan keterampilan tenaga kesehatan dan didukung peran serta dari masyarakat.Sarana

dan prasarana pelayanan kesehatan yang mempertahankan hidup sehat harus dapat dilakukan sedini

mungkin agar hal yng dapat menyebabkan berbagai masalah yang dapat mengganggu pada sisstem organ

tubuh manusia, salah satunya system pernafasan. Jika diabaikan akan mengakibatkan keadaan yang dapat

menyebabkan kematian seseorang (Riyadi, 2019).

Menurut (WHO) pneumonia adalah termasuk penyakit yang menyebabkan kematian terbanyak Di

Dunia. Pneumonia membunuh 1,4 juta manusia. Diperkirakn angka kejadian pneumonia Di Negara

berkembang dengan angka kematian sebanyak 40 per 1000 jiwa (WHO, 2019).

Kejadian pneumonia cukup tinggi di dunia, yaitu sekitar 15%-20%. Pada usia lanjut angka kejadian

penumonia mencapai 25-44 kasus per 1000 penduduk setiap tahun. Insiden pneumonia akan meningkat

seiring dengan bertambahnya usia, dengan 81,2% kasus terjadi pada usia lanjut.

Presentase pneumonia Di Indonesia pada tahun 2018 meningkat hingga mencapai 49,45%, tahun 2019

sebanyak 49,23% dan tahun 2020 menurun hingga 39,38%, sehingga pneumonia masih menjadi salah satu

penyakit yang mematikan dan memiliki angka kejadian yang tinggi Di Indonesia (Depkes RI, 2020).

Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang berakibat buruk terhadap paru-paru disebabkan oleh virus,

bakteri dan jamur.Infeksi ini umumnya tersebar dari seseorang yang terpapar dilingkungan yang terdapat

tempat tinggal atau melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang terinfeksi, biasanya melalui

tangan atau menghirup tetesan air diudara (droplet) akibat batuk atau bersin (Nikmah, 2018).Bakteri yang

biasanya menyebabkan pneumonia adalah streptococcus dan mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang

menyebabkan pneumonia adalah adenoviruses, rhinivirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV)

dan para influenza virus (Anwar, 2019).

Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri,

virus, amur, parasite.Pneumonia juga disebabkan oleh bahan kimia dan papaaran fisik seperti suhu atau

radiasi (Djojodibroto, 2019). Pneumonia merupakan infeksi pada paru ruang bersifat akut.Penyebabnya

adalah bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa juga disebabkan
pengaruh dari penyakit lainnya (Wahyuningsih, 2020).

Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan

keseimbangan fisiologis maupun biologis dan psikologi yang tentunya untuk mempertahankan kehidupan

dan kesehatan.Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan menurut intensitas kegunaan, menurut sifat,

menurut bentuk, menurut waktu dan menurut subyek (Haswita&Reni, 2019).

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk

mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh. Oksigenasi merupakan proses

penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Akibat oksigenasi terbentuklah karbon

dioksida, energi, dan air. Walaupun begitu, penambahan CO2 yang melebihi batas normal

pada tubuh, akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel (Haswita

& Reni, 2019).

Angka kejadian pneumonia Di Sulawesi Tenggara diperkirakan terus meningkat. Penderita

pneumonia sebesar 3.051 kasus atau sekitar 11,61% dari perkiraan penderita. Angka ini

masih jauh dibawah target nasional sebesar 80%. Berdasarkan latar belakang diatas tersebut,

sehingga penulis tertarik untuk meneliti tentang “Asuhan Keperawatan Pada Ny.R Dengan

Diagnosa Medis Pneumonia Dalam Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi Di Murni Teguh

Memorial Hospital”

2. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny. R dengan gangguan kebutuhan dasar pada sistem oksigenasi ?

3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. r dengan gangguan kebutuhan dasar pada sistem

Oksigenasi

2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien pneumonia

2. Menetapkan diagnosis keperawatan pada klien pneumonia

3. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien pneumonia

4. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien pneumonia

5. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien pneumonia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. 2.1 Konsep Medis Konsep kebutuhan dasar


manusia

Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan

manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun biologis dan

psikologis yang tentunya untuk mempertahankan kehidupan dan

kesehatan.Manusia memiliki berbagai macam kebutuhan menurut intensitas

kegunaan, menurut sifat, menurut bentuk, menurut waktu dan menurut subyek

(Hawita&Reni, 2019).

Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan yang sangat primer dan

mutlak harus dipenuhi untuk memelihara homeostatis biologis dan

kelangsungan kehidupan setiap manusia. Apabila kebutuhan fisiologis ini

terpenuhi, maka seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan lain yang

lebih tinggi dan begitu seterusnya. Kebutuhan fisiologis ini mencakup :

Kebutuhan oksigen, kebutuhan cairan (minuman), kebutuhan nutrisi (makanan),

kebutuhan keseimbangan suhu tubuh, kebutuhan eliminasi, kebutuhan tempat

tinggal, pengaturan istirahat dan tidur, dan kebutuhan seksual (Haswita & Reni,

2019).
6
7

2. Konsep Oksigenasi

Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses

metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel tubuh.

Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau

fisika). Akibat oksigenasi terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air.

Walaupun begitu, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh,

akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivitas sel.

(Haswita & Reni, 2019).

a. Anatomi sistem pernapasan

Sistem pernapasan dibagi menjadi dua bagian, yaitu saluran napas bagian

atas dan saluran napas bagian bawah.

Saluran pernapasan atas :

1) Hidung

2) Sinus paranasalis

3) Faring

Saluran pernapasan bawah :

1) Laring

2) Trakea

3) Bronkus dan bronkeolus

4) Alveoli .
8

b. Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi

Terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi medulla dan pons dalam

kaitannya dengan kecepatan dan kedalaman pernapasan.Faktor-faktor yang

mempengaruhi pernapasan terangkum dalam penjelasan berikut.

1) Senyawa kimia

Faktor kimia paling penting yang berpengaruh terhadap pernapasan adalah

konsentrasi karbon dioksida, ion hydrogen, dan oksigen di dalam darah.

2) Refleksi inflasi

Reseptor peregangan pleura viseral sensitif terhadap tingkat peregangan

paru-paru.Selama inspirasi, impuls dari reseptor peregangan dikirim ke

DRG melalui saraf vagus di mana impuls tersebut menghambat rangkaian

impuls yang mengakibatkan inspirasi.Hal ini mendorong ekspirasi dan

mencegah terjadinya inspirasi dalam yang berlebihan yang mungkin

membahayakan paru-paru.

3) Pusat otak yang lebih tinggi

Impuls dari pusat otak yang lebih tinggi bisa mengubah irama sirkulasi

pernapasan.Impuls ini secara sadar (volunter) dihasilkan di otak besar,

seperti saat seseorang memilih untuk mengubah pola pernapasan menjadi

tenang, misalnya saat latihan relaksasi.

4) Temperatur tubuh

Peningkatan temperatur tubuh, seperti ketika seseorang melakukan olah

raga berat atau demam, dapat meningkatkan pernapasan.Sebaliknya,


9

penurunan temperature tubuh menurunkan tingkat pernapasan.(Puspasari,

2019).

a) Gaya hidup

Gaya hidup mempengaruhi satus oksigenasi, misalnya pada seorang

perokok dapat memperburuk penyakit arteri koroner dan pembuluh

darah arteri.Nikotin yang terkandung dalam rokok dapat menyebabkan

vasokontriksi pembuluh darah perifer dan pembuluh darah

coroner.Akibatnya, suplai darah ke jaringan menurun.

b) Status kesehatan

Pada orang yang mempunyai penyakit jantung ataupun penyakit

pernapasan, dapat mengalami kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan

oksigen tubuh.Sebalinya, pada orang sehat, sistem kardiovaskuler dan

sistem respirasi berfungsi dengan baik, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan oksigen secara adekuat.(Susanto dan Yuni, 2019).

c. Fisiologi sistem pernapasan

Fisiologi sistem pernapasan merupakan suatu proses kompleks atau

mekanisme yang berhubungan dengan fungsi sistem respirasi dalam

upayanya menjaga kestabilan internal tubuh. Organ yang sehat akan mampu

mengingat oksigen dengan maksimal dan menjalankan fungsinya dengan

baik.

1) Ventilasi

Ventilasi atau bernapas (breating) adalah suatu peristiwa pertukaran udara

antara lingkungan luar dan alveoli.Standarnya, udara atmosfir bertekanan


10

760 mmHg. Udara yang akan bergerak masuk atau keluar dari paru-paru

sangat tergantung pada tekanan alveoli.

2) Volume pernapasan

Total rata-rata kapasitas paru pria manusia dewasa adalah sekitar 6 liter

udara.Rata-rata laju pernapasan manusia adalah 30 hingga 60 napas per

menit saat lahir, turun menjadi 12-20 napas per menit ketika

dewasa.Pernapasan tidal adalah pernapasan normal.Volume tidal adalah

volume udara yang dihirup atau dihembuskan hanya dengan satu

napas.Volume paru dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagian dapat

dikontrol dan lainnya tidak dapat dikendalikan.

3) Pertukaran gas paru

Dengan pertukaran gas, paru-paru membentuk satu bagian penting jalur

transportasi oksigen dan karbon dioksida.Sisanya, pertukaran gas ini

melibatkan keseluruhan sistem kardiovaskuler (jantung, pembuluh darah,

dan darah) serta jaringan tubuh.

4) Pengaturan pernapasan

Ritme siklus pernapasan normal terjadi tanpa disadari (involuntary

breathing).Pusat dari pengendalian pernapasan secara involunter ini ada

pada batang otak.Pada batang otak, terdapat dua kelompok neuron dalam

medulla oblongata dan satu kelompok dalam pons otak yang bertugas

mengatur pernapasan.Kendali pernapasan ini dilakukan oleh area

motorik).

d. Masalah kebutuhan oksigen


11

1) Hipoksia

Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak

adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi

oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada

tingkat seluler Hipoksia dapat terjadi setelal 4-6 menit ventilasi berhenti

spontan.

a) Menurunnya hemoglobin

b) Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada puncak

gunung

c) Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracu

sianida

d) Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada

pneumonia

e) Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok

f) Kerusakan atau gangguan ventilasi

g) Tanda tanda hipoksia di antaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya

kemampuan konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam

sianosis, sesak napas, serta clubbing.

2) Hipoksemia

Hipoksemia merupakan keadaan di mana terjadi penurunan konsentrasi

oksigen dalam darah arteri (PaO,) atau saturasi O, ärteri (Sao) dia bawah

normal (normal PaO2, 85-100 mmHg, SaO, 95%).Pada neonatus, PaO2 <

50 mmHg atau Sao, < 88%, Pada dewasa, anak, dan bayi, PaO2 60

mmHg
12

atau Sao, < 90%.Keadaan ini disebabkan oleh gangguan ventilasi, perfusi,

difusi, pirau (shunt), atau berada pada tempat yang kurang oksigen.

Pada keadaan hipoksemia, tubuh akan melakakan kompensasi dengan

cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi

pembuluh darah, dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hipoksemia di

antaranya sesak napas, frekuensi x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta

sianosis.

3) Hiperkapnea

Secara harfiah hiperkapnea adalah berlebihnya (hiper) karbon dioksida

dalam jaringan. Mekanisme penting yang mendasari terjadinya

hiperkapnea adalah ventilasi alveolar yang inadekuat untuk jumlah CO₂

yang diproduksi atau dengan kata lain timbulnya retensi CO₂ di dalam

jaringan. (Tarwoto & Wartonah, 2019).

3. Pemantauan Respirasi

Pemantauan kondisi pasien merupakan hal yang sangat penting, karena dapat

membantu kita memperoleh informasi tentang kondisi fisik pasien. Jika terjadi

kegagalan dalam memantau kondisi pasien dalam beberapa menit akan

berakibat fatal bagi nyawa seseorang. Untuk itu kita membutuhkan alat yang

mampu memantau kondisi pasien secara kontinu.

Pemantauan kondisi pasien dapat dilakukan melalui detak jantung, respirasi,

tekanan darah dan lain sebagainya. Pemantauan kondisi pasien melalui repirasi

biasanya menggunakan spirometer. Alat ini mampu mendeteksi volume


13

pernapasan normal, namun kelemahannya alat ini belum terancang secara

kontinu untuk memantau pernapasan dan butuh biaya yang tinggi untuk

mendapatkannya.

Akibatnya alat ini sulit ditemukan pada rumah sakit dan puskesmas daerah,

sehingga banyak pasien yang tidak terpantau kondisinya. Oleh karena itu, untuk

mengatasi permasalahan ini, dibuat rancangan alat alternatif dengan desain

sederhana dan biaya yang relatif murah untuk memantau kondisi pasien secara

kontinu. Dengan menggunakan sensor suhu dan tekanan. alat ini akan

melakukan pemantauan perubahan kondisi pernapasan pasien secara kontinu.

Pemantauan dapat dilakukan dengan mengukur perubahan suhu dan tekanan

udara pernapasan disekitar hidung dan mulut, yakni antara udara masuk dan

keluar dari paru-paru. Metode yang digunakan untuk perhitungan dan

pengontrolan pemantauan kondisi pernapasan adalah fuzzy logic control yaitu

metode tsukamoto.

Sebelumnya beberapa penelitian yang sudah dilakukan peneliti sebelumnya,

diantaranya :

a. Suana (2012), dalam jurnal berjudul “Pengembangan Sensor Napas Berbasis

Serat Optik Plastik untuk Aplikasi Dalam Bidang Medis”. Membahas system

perancangan sensor napas menggunakan sensor suhu dan fiber optic. ini

dibuat dengan menerapkan prinsip tekukan makro (macrobending) pada

serat optic dan tidak terintegrasi dengan mikrokontroler.

b. Firmansyah (2012), dengan jurnal yang berjudul “Informasi Suhu Tubuh dan

Tingkat Respirasi Pasien Menggunakan Fasilitas SMS (Short Message

Service)”. Membahas bagaimana membangun alat dengan memantau suhu


14

tubuh dan respirasi pasien secara jarak jauh tanpa ada perubahan data selama

pengiriman. Input didapatkan dengan menggunakan sensor suhu dan sensor

B. Konsep Dasar Teori Pneumonia

1. Definisi Pneumonia

Pneumonia merupakan suatu proses peradangan dimana terdapat konsolidasi

yang disebabkan pengisian rongga alveoli oleh eksudat. Pertukaran gas tidak

dapat berlangsung pada daerah yang mengalami konsolidasi, begitupun

dengan aliran darah di sekitar alveoli, menjadi terhambat dan tidak berfungsi

maksimal.Hipoksemia dapat terjadi, bergantung pada banyaknya jaringan

paru- paru yang sakit (Somantri, 2019). Pneumonia merupakan proses

inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agens infeksius.

Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering menyebabkan kematian di

Amerika Serikat (Smeltzer & Bare, 2019).

Pneumonia adalah infeksi pernapasan akut yang berakibat buruk terhadap

paru- paru disebabkan oleh virus bakteri jamur.Infeksi ini umumnya tersebar

dari seseorang yang terpapar dilingkungan yang terdapat tempat tinggal atau

melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang terinfeksi, biasanya

melalui tangan atau menghirup tetesan air diudara (droplet) akibat batuk atau

bersin (Nikmah, 2018).Bakteri yang biasanya menyebabkan pneumonia

adalah streptococcus dan mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang

menyebabkan pneumonia adalah adenoviruses, rhinivirus, influenza virus,

respiratory syncytial virus (RSV) dan para influenza virus (Anwar, 2019).
15

Pneumonia adalah peradaangan parenkim paru yang disebabkan olehh

mikroorganisme seperti bakteri, virus, amur, parasite.Pneumonia juga

disebabkan oleh bahan kimia dan papaaran fisik seperti suhu atau radiasi

(Djojodibroto, 2019).

Pneumonia merupakan infeksi pada pru ang bersifat akut.Penyebabnya adalah

bakteri, virus, jamur, bahan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru, dan bisa

juga disebabkan pengaruh dari penyakit lainnya (Wahyuningsih, 2020).

2. Etiologi

Menurut Nurarif & Kusuma (2019) penyebaran infeksi terjadi melalui droplet

dan sering disebabkan olehStreptococcus pneumonie, melalui selang infus

oleh staphylococcusureus, sedangkan pada pemakaian ventilator disebabkan

oleh pseuodomonas aeruginosa dan enterobacter.Pada masa kini biasanya

terjadi karena perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan penyakit

kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik, yang tidak tepat.Setelah

masuk ke paru organisme bermultifikasi dan jika telah berhasil mengalahkan

mekanisme pertahanan paru, terjadilah pneumonia.

3. Kasifikasi pneumonia

Klasifikasi pneumonia dapat berdasarkan: anatominya, etiologinya,

gejala kliniknya ataupun menurut lingkungannya. Berdasarkan lokasi

anatominya, pneumonia dapat terbatas pada segmen, lobus, atau menyebar


16

(diffuse).Jika hanya melibatkan lobulus, pneumonia sering mengenai bronkus

dan bronkiolus sehingga sering disebut sebagai bronkopneumonia.

Mikroorganisme yang ditemui dari hasil isolasi spesimen sputum tidak selalu

berarti bahwa spesies yang ditemukan adalah penyebab pneumonianya,

terutama jika ditemukan E. coli atau H. Influenzae.Kuman komensal saluran

pernapasan bagian atas kadang-kadang dapat menyebabkan pneumonia karena

sifatnya telah berubah menjadi patogen.Dapat juga terjadi pneumonia yang

mempunyai etiologi bakteri multipel (Djojodibroto, 2019).

Pada pasien yang penyakitnya sangat parah, sering ditemukan

penyebabnya adalah bakteri bersama dengan virus.Berdasarkan gejala

kliniknya, pneumonia dibedakan menjadi pneumonia klasik dan pneumonia

atipik.Adanya batuk yang produktif adalah ciri pneumonia klasik, sedangkan

pneumonia atipik mempunyai ciri berupa batuk nonproduktif.Peradangan paru

pada pneumonia atipik terjadi pada jaringan interstisial sehingga tidak

menimbulkan eksudat. Menurut lingkungan kejadiannya, pneumonia dibedakan

menjadi: pneumonia community-acquired, hospital-acquired, serta pneumonia

pada pasien immunocompromised. Pembagian ini dibuat untuk memudahkan

dalam menentukan kemungkinan jenis mikroorganisme penyebabnya

(Djojodibroto, 2019).

4. Patofisiologis

Menurut Muttaqin (2019) proses perjalanan penyakit dimulai

dariadanya beberapa faktor yang menyebabkan aspirasi berulangdiantaranya:

obstruksi mekanik saluran pernafasan karena aspirasibekuan darah, pus,


17

makanan dan tumor bronkus. Adanya sumberinfeksi, daya tahan saluran

pernafasan yang terganggu, sehinggamenimbulkan tanda dan gejala seperti

edema trakeal/faringeal,peningkatan produksi sekret sehingga menimbulkan

batuk produktifefektif.Dari tanda dan gejala tersebut maka muncul masala

keperawatan ketidak efektifan bersihan jalan nafas.

Peradangan pada bronkus yang menyebar pada parenkim paru

jugamenyebabkan terjadinya konsolidasi pengisisian rongga alveoli

oleheksudat menimbulkan penurunan jaringan efektif paru, dan

kerusakanmembran alveoli-kapiler, hal ini menimbulkan gejala sesak

nafas.Penggunaan obat bantu nafas dan pola nafas tidak efektif. Dari

tandaterebut maka muncul masalah keperawatan gangguan pertukaran

gas.Konsolidasi pengisian rongga paru oleh eksudat menimbulkan

reaksisitemis: bakterimia/viremia, anoreksia, mual, demam, perubahan

beratbadan, dan kelemahan. Sehingga dapat menimbulkan tanda dan

gejalapeningkatan laju metabolisme umum, intake nutrisi tidak adekuat,tubuh

makin kurus, ketergantungan aktivitas sehari-hari, kurangpemenuhan isirahat

dan tidur, kecemasan dan pemenuhan informasi.Dari tanda dan gejala tersebut

maka timbul masalah keperawatan yaitupemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan, gangguan pemenuhanActivity Daily Living(ADL), gangguan

pemenuhan istirahat dan tidur,kecemasan, ketidaktahuan/pemenuhan

informasi dan hipertermi.

5. Manifestasi Klinis
18

Menurut Suriadi dan Yuliani (2019) tanda dan gejala penyakit penoumonia

sebagai berikut :

a. Pneumonia virus

Demam tinggi, batuk parah, malaise, sedangkan batuk biasanya bersifat

tidak produktif pada awal penyakit, sedikit mengi ataukrekles terdengar

pada auskultasi.

b. Pneumonia bacterial

Demam, malaise, pernafasancepatdan dangkal,batuk, nyeridada

seringdiperberatdengannafasdalam, nyeri dapat menyebar keabdomen dan

menggigil.

c. Pneumonia aptical

Demam, menggil, sakit kepala, malaise, anoreksia, myalgia diikuti dengan

rhinitis, sakit tenggorokan, batuk kering keras, padaawalnya batuk tidak

produktif, kemudian bersputum seremukoid,sampai mukopulen atau bercak

darah, krekles dan krepitasi halus diberbagai area paru.

6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk mendiagnosa penyakit secara lebih tepat maka

diperlukanpemeriksaan penunjang. (Muttaqin,2019)Foto thoraks sebaiknya

dibuat posterior anterior dan lateral untukmelihat keberadaan konsolidasi

rotrokardial sehingga lebih mudahuntuk menentukan lobus yang

terkena.Densitasnya bergantung pada intensitas eksudat dan hampir selalu

adabronhogram pada masa akut, biasanya tidak ada pengecilan lobus

yangterkena sedangkan pada masa resolusi mungkin ada atelektasis


19

sebabeksudat menyebabkan obstruksi.Gambaran konsolidasi tidak selalu

mengisi seluruh lobus karena mulaidari perifer gambar kosolidasi hampir selalu

berbatasan denganpermukaan pleura viselaris maka dari itu dapat mudah dilihat

denganfoto lateral.

7. Penatalaksanaan

Menurut Muttaqin (2019) Penatalaksanaan penyakit pneumonia sebagai

berikut:

a. Posisikan klien semi fowler dengan sudut 45o

b. Pemberian O2 yang adekuat

c. Pemberian IV line untuk hidrasi tubuh secara umum

d. Pemberian antibiotik terpilih

8. 2.1 Konsep Keperawatan (Teori)


Pengkajian Keperawatan

Pengkajian Menurut Muttaqin (2019) fokus pengkajian pada Pneumonia berdasarkan sistem tubuh manusia

adalah :

a) B1 Breathing/ Sistem Pernafasan

1) Inspeksi : Sesak nafas, peningkatan frekuensi nafas, dan menggunakan otot bantu pernafasan.

2) Palpasi : Vokal fremitus menurun

3) Perkusi : Bunyi pekak

4) Auskultasi : Suara nafas ronkhi

b) B2 Blood/ Sistem Kardiovaskuler

1) Inspeksi : Adanya paru dan kelemahan fisik


20

2) Palpasi : Denyut nadi perifer melemah

3) Perkusi : Batas jantung mengalami pergeseran

4) Auskultasi : Tekanan darah biasanya normal

c) B3 Brain/ Sistem persarafan

Kesadaran biasanya compos mentis, adanya sianosis perifer apabila gangguan perfusi jaringan berat

d) B4 Bladder/ Sistem perkemihan

Pengukuran volume output urine berhubungan dengan intake cairan. Klien diinformasikan agar terbiasa

dengan urine yang berwarna jingga pekat dan berbau yang menandakan fungsi ginjal masih normal sebagai

eksresi karena meminum OAT terutama Rifampisin.

e) B5 Bowel/ Sistem pencernaan & Eliminasi

Klien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu makan, dan penurunan berat badan.

f) B6 Bone/ Sistem integument

Gejala yang muncul antara lain yaitu kelemahan, kelelahan, insomnia, pola hidup menetap, dan jadwal

olahraga tidak teratur.

9. Riwayat Keperawatan

Pengkajian riwayat keperawatan pada pasien dengan kebutuhan oksigen meliputi

: Ada atau tidaknya riwayat gangguan pernafasan seperti sinusitis, kondisi akibat
21

polip, hipertropi tulang hidung, tumor, influenza, dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernafasan.

Hal – hal yang harus diperhatikan yaitu keadaan infeksi kronis dari hidung, nyeri pada sinus, otitis media,

nyeri tenggorokan, suhu tubuh meningkat hingga 38,5 derajat celsius, nyeri kepala, lemah, dan adanya edema.

10. Pola Batuk dan Produksi Sputum

Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk termaksud batuk kering, keras, dan

kuat dengan suara mendesing, berat, dan berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit

kanker. Juga dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan saat batuk kronis

dan produktif serta saat pasien sedang makan, merokok, atau saat malam hari.

11. Sakit Dada

Pengkajian terhadap sakit dada untuk mengetahui bagian yang sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan

rasa sakit, perubahan nyeri dada apabila posisi pasien berubah, serta apakah ada kelainan saat inspirasi dan

ekspirasi.

12. Pengkajian Fisik

a) Inspeksi : Apakah nafas spontan melalui nasal, oral dan selang endotrakeal atau tracheostomi, serta

kebersihan dan adanya sekret, pendarahan, edema, dan obstruksi mekanik. Kemudian menghitung frekuensi

pernafasan dan apakah pernafasan bradipnea, takhipnea. Apakah sifat pernafasan abdominal dan torakal,

kemudian irama pernafasan apakah ada perbandingan antara


22

inspirasi dan ekspirasi, pernafasan teratur atau tidak dan pernafasan cheyne stokes.

b) Palpasi : adanya nyeri tekan, peradangan setempat, pleuritis, adanya edema, dan benjolan pada dada.

Gerakan dinding dada apakah simetris atau tidak, jika ada kelainan paru adanya getaran suara atau fremitus

vokal yang jelas mengeras atau melemah.

c) Perkusi : untuk menilai suara perkusi paru normal (sonor) atau tidak normal (redup).

d) Auskultasi : untuk menilai adanya suara nafas seperti bunyi nafas vesikuler dan bunyi nafas bronkhial.

Bunyi nafas tambahan seperti bunyi ronkhi, suara wheezing dan sebagainya.

13. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan SDKI 2017 Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan Pneumonia,

yaitu :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif

a) Penyebab

(1) Fisiologis

a) Spasme jalan napas

b) Hipersekresi jalan napas

c) Disfungsi neuromuskuler

d) Benda asing dalam jalan napas

e) Adanya jalan napas buatan

f) Sekresi yang tertahan


23

g) Hyperplasia dinding jalan napas

h) Proses infeksi

i) Respon alergi

j) Efek agen farmakologi (mis. Anastesi)

(2) Situasional

a) Merokok aktif

b) Merokok pasif

c) Terpajan polutan

b) Gejala dan tanda mayor

(1) Subjektif

a) (tidak tersedia )

(2) Objektif

b) Batuk tidak efektif

c) Tidak mampu batuk

d) Sputum berlebih

e) Mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering

f) Mekonium dijalan napas (pada neonates)

c) Gejala dan Tanda minor

(1) subjektif

a) Dipsnea

b) Sulit bicara

c) Ortopnea

(2) objektif
24

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Frekuensi napas berubah

d) Pola napas berubah

2) Pola napas tidak efektif

3) hipertermia

4) Defisit nutrisi

14. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

a) Luaran Utama : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

1) Definisi

Bersihan jalan nafas adalah kemampuan membersihkan secret atau obsruksi jalan nafas untuk

mempertahankan jalan nafas tetap paten.

2) Ekspektasi : Meningkat

3) Kriteria Hasil

(a) Batuk efektif meningkat

(b) Produksi sputum menurun

(c) Mengi menurun

(d) Wheezing menurun

(e) Mekonium (pada neonates) menurun

(f) Dipsnea menurun

(g) Ortopnea menurun

(h) Sulit bicara menurun

(i) Sianosis menurun


25

(j) Gelisah menurun

(k) Frekuensi napas membaik

(l) Pola napas membaik

b) Luaran Tambahan

a) Kontrol gejala

b) Pertukaran gas

c) Respons alergi local

d) Respons alergi sitemik

e) Respons ventilasi mekanik

f) Tingkat infeksi

15. Perencanaan/Intervensi Keperawatan

a) Latihan batuk efektif Observasi

(1) Identifikasi kemampuan batuk

(2) Monitor adanya retensi sputum

(3) Monitor tanda-tanda gejala infeksi saluran napas

(4) Monitor ouput cairan (mis jumlah dan karakteristik )

Terapeutik

(1) Atur posisi semi fowler

(2) Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien

(3) Buang sekret pada tempat sputum Edukasi

(1) Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif


26

(2) Anjurkan tarik napas dalam melalui hidung selama 4 detik,ditahan selama 2 detik. Kemudian dikeluarkan

dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan) selama 6 detik

(3) Anjurkan mengulangi tarik napas dalam hingga 3 kali

(4) Anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas dalam yang ke 3

Kolaborasi

1) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik

b) pemantauan respirasi Observasi

1) Monitor frekuensi,irama,kedalaman dan upaya napas

2) Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,hiperventilasi)

3) Monitor kemampuan batuk efektif

4) Monitor adanya produksi sputum

5) Monitor adanya sumbatan jalan napas

6) Auskultasi bunyi napas

7) Monitor saturasi oksigen

8) Monitor hasil x-ray toraks Terapeutik

1) Dokumentasikan hasil pemantauan Edukasi

1) Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan

2) Informasikan hasil pemantauan,jika perlu


27

a. Pelaksanaan/Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah pemberian asuhan keperawatan secara nyata berupa serangkaian sistematis berdasarkan

perencanaan untuk mencapai hasil yang optimal.Pada tahap ini perawat menggunakan segala kemampuan yang

dimiliki dalam melaksanakan tindakan keperawatan terhadap pasien baik secara umum maupun secara khusus

pada pasien Pneumonia pada pelaksanaan ini perawat melakukan fungsinya secara independen, interdependen,

dan dependen.Pada fungsinya independen adalah mencakup dari setiap kegiatan yang diprakarsai oleh perawat

itu sendri sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Pada fungsi interdependen adalah

dimana fungsi yang dilakukan dengan bekerjasama dengan profesi disiplin ilmu lain dalam keperawatan

maupun pelayanan kesehatan, sedangkan fungsi dependen adalah fungsi yang dilakukan oleh perawat

berdasarkan atas pesan orang lain (Jitpwiyono & Kristianasari, 2020).

b. Evaluasi Keperawatan

Menurut Dermawan (2019) evaluasi adalah membandingkan suatu hasil/perbuatan dengan standar untuk

tujuan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan tercapai. Tujuan evaluasi antara lain:

a) Untuk menentukan perkembangan kesehatan pasien

b) Untuk menilai efektivitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan keperawatan yang diberikan

c) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan


d) Sebagai tanggung jawab dan tanggung gugat dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan

e) Untuk penentuan masalah teratasi, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP

dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:

1) Subjective adalah informasi yang berupa ungkapan yang didapat dari pasien setelah tindakan diperbaiki

2) Objektif adalah informasi yang didapat melalui hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang dilakukan

oleh perawat setelah dilakukan tindakan

3) Analisa data adalah membandingkan antara informasi subjektif dan objektiv dengan tujuan dan kriteria

hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi dan tidak tertasi.

4) Planing adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisa.

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA….. 

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. R
Umur : 68 Thn
Agama : protestan
Jenis Kelamin : perempuan
Status : menikah
Pendidikan : D3
Pekerjaan :PNS
Suku/Bangsa : Batak/ Indonesia
Alamat : DUSUN II KEL SIDOMULYO
KEC AEK KUO
Tanggal Masuk : 27 september 2022
Tanggal :29 september 2022
Pengkajian
No. Register : 1604077767
Diagnosa Medis : Dyspenu ec Pneumonia

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : HELIMAN JEBARYLSON SARAGIH
Umur : 32 th
Hub. dengan Pasien : Anak
Pekerjaan : wiraswasta
Alamat : DUSUN II KEL SIDOMULYO KEC
AEK KUO
2. Status Kesehatan
a. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama:
Saat MRS    : sesak nafas sudah sejak 1 minggu terakhir, memberat dalam 2 hari ini, batuk berdahak
(+),demam meriang (+), mual muntah (+), nyeri perut pada ulu hati (+), mencret (-), bak (+).
Saat ini    : sesak nafas
2)   Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Posisi semi fowler, pemberian oksigen 2l/I, nebuliser

b. Status Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami : pnemonia
2. Pernah dirawat    : 
Alergi        : ceftriaxone
3. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll): tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga :asma
5. Diagnosa Medis dan Terapi : penumonia
Diagnosa medis: pneumonia
Terapi medis:

1. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a. Pola Bernapas
Sebelum sakit    : Sesak
Saat sakit        :sesak
a. Pola makan-minum 
Sebelum sakit    : baik
Saat sakit        : tidak selera makan
Intake : masih mau dari mulut
a. Pola Eliminasi
Sebelum sakit    : baik
BAB : 1-2 x sehari
BAK : 3 – 5 x sehari
Saat sakit        :
BAB : 1-2 x/ hari
BAK :3 x sehari
a.  Pola aktivitas dan latihan
Sebelum sakit    : masih bisa aktif
Saat sakit       : sesak saat beraktifitas
a. Pola istirahat dan tidur 
Sebelum sakit       : mudah tidur
Saat sakit         : susah tidur
a. Pola Berpakaian
Sebelum sakit     : baik
Saat sakit        : baik
a. Pola rasa nyaman 
Sebelum sakit      :  masih nyaman melakukan aktiftas
Saat sakit           : susah melakukan aktifitas
    Pola Aman 
Sebelum sakit         : baik
Saat sakit          : baik 
a. Pola Kebersihan Diri
Sebelum sakit      : mandiri
Saat sakit       : dibantu sebagian oleh keluarga
         Pola Komunikasi  
Sebelum sakit    :  baik
Saat sakit         : baik
a. Pola Beribadah
Sebelum sakit    : baik
Saat sakit       : baik
a. Pola Produktifitas
Sebelum sakit     : masih bisa keladang
Saat sakit       : sudah dirumah saja
a. Pola Rekreasi
Sebelum sakit    : tidak ada
Saat sakit        :  tidak ada
a. Pola Kebutuhan Belajar
Sebelum sakit      : tidak ada
Saat sakit        : tidak ada
1. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : tampak lemas, gelisah, dyspnea, tidak nyaman, dan nyeri daerah pemasangan wsd
b. Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma (Silahkan dipilih)
c. GCS    : Eye:4        Verbal:5        Motorik:6
Tanda-tanda Vital : hr 94 x/menit td 108/65 mmhg rr 27 x/menit,spo2 96 % , suhu 37, vas : 2.terpasang oksigen 3l/I

d. Keadaan fisik 
1. Kepala  dan leher   
Kepala :  simetris
Wajah : simetri
Mata : ikterik-/anemia-
Hidung : cuping hidung (+)
Mulut :  tidak ada kelainan
Leher :  kgb-

1. Dada 
 Paru
Inspeksi: ireguular 
Palpasi : tidak ada benjolan
Perkusi : tampak suara tambahan
Auskultasi : tampak suara tambahan, ronchi (+)
 Jantung
Inspeksi, palpasi : Baik
Auskultasi : baik
Palpasi: baik
Perkusi : baik
1. Payudara dan ketiak : massa-, kgb-
1. Abdomen     
Inspeksi : baik
Auskultasi : baik peristaltic (+)
Palpasi : baik
Perkusi : baik
1. Genetalia : baik
1.  Integumen : kering ,
1. Ekstremitas
 Atas : 5/5
 Bawah :5/5
1. Neurologis          
 Status mental dan emosi : stabil
 Pengkajian saraf kranial: tidak dilakukan
 Pemeriksaan reflex”: tidak dilakukan
2. Pemeriksaan Penunjang
 Data laboratorium yang berhubungan pada 13 Januari 18
 Pemeriksaan radiologi : hasil xray thorax: cardiomegali
 Pemeriksaan penunjang diagnostik lain: td: 153/100mmhg, hr: 104x/i, rr: 25x/i, temp: 38,8c, sao2: 96%
on room air, skala nyeri : 1, leukosit : 16,97 trombosit : 75 hb: 11.3, sgot 71.0, ur 147, cr 5,36, na 133,
kgd 147mg/dl, hba1c 11.1, pt 17.4, pct 48.58,

ANALISA DATA
INTERPRETASI
No DATA MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
Virus/bakteri/jamur ( penyebab )
DS:
DO: Saluran nafas dalam
sesak nafas sudah sejak 1 minggu
terakhir, memberat dalam 2 hari Gangguan pembersihan di paru-paru
ini, batuk berdahak (+),demam
meriang (+), mual muntah (+), Radang bronkial pada bronkus
nyeri perut pada ulu hati (+)
1 Peningkatan produksi mukus Bersihan jalan nafas tidak efektif
DS :
sekret
dyspnea, gelisah, hr : 104x/I, hasil
thorax : cardiomegaly, sao2: 96%. Bersihan jalan nafas tidak efektif

Virus/bakteri/jamur ( penyebab )
DS:
DO: Saluran nafas dalam
Pasien dengan riwayat penyakit
diabetes mellitus, nyeri daerah Gangguan pembersihan di paru-paru
Kedua lutut sakit terutama bila
berjalan lama. Radang bronkial pada bronkus
2 Resiko infeksi
DS : Resiko Infeksi
, leukosit : 16,97 trombosit : 75
hb: 11.3, sgot 71.0, ur 147, cr 5,36,
na 133, kgd 147mg/dl, hba1c 11.1,
pt 17.4, pct 48.58,

Virus/bakteri/jamur ( penyebab )
DS:
DO: Saluran nafas dalam
Pasien mengeluhkan demam
meriang, mual muntah, Gangguan pembersihan di paru-paru
3 DS : Hipertermi
tempt : 38.8c, td: 153/100 mmhg, Radang bronkial pada bronkus
leukosit : 16.97, hba1c : 11.1,
pasien dengan diabetes mellitus Hipertermi
*Wajib 5 masalah keperawatan diangkat
DAFTAR  DIAGNOSA KEPERAWATAN / MASALAH KOLABORATIF BERDASARKAN
PRIORITAS
TANGGAL
No TANGGAL / JAM DITEMUKAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Ttd
TERATASI

1.Bersihan jalan nafas tidak efektif


1. 2. Resiko Infeksi
3. Hipertermi
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. 2. Resiko Infeksi
3. Hipertermi
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif
3 2. Resiko Infeksi
3. Hipertermi

RENCANA TINDAKAN  KEPERAWATAN


Rencana Perawatan
Hari/ No Intervensi
No Ttd
Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Wajib dibuat minimal 3 EBN/Jurnal/Hasil
Penelitian
1 1 Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama 3 x (I.01011)
24 jam maka diharapkan Tindakan:
bersihan jalan napas Observasi:
membaik dengan kriteria □ Monitor pola napas
hasil: (frekuensi, kedalaman,
Bersihan jalan napas usaha napas)
(L.01001) □ Monitor bunyi napas
□ Batuk efektif meningkat tambahan (mis. gurgling,
(5) mengi, wheezing, ronchi
□ Produksi sputum kering)
menurum (5) □ Monitor sputum (jumlah,
Rencana Perawatan
Hari/ No Intervensi
No Ttd
Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Wajib dibuat minimal 3 EBN/Jurnal/Hasil
Penelitian
□ Wheezing menurun (5) warna, aroma)
□ Dispnea menurun (5) Terapeutik:
□ Gelisah menurun (5) □ Pertahankan kepatenan
□ Frekuensi napas membaik jalan napas dengan headtilt dan chin-lift (jawthrust jika
(5) curiga trauma
□ Pola napas membaik (5) servical)
□ Posisikan semi-fowler
atau fowler
□ Berikan minum hangat
□ Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
□ Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
□ Lakukan hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
□ Keluarkan sumbatan
2 2 Tujuan :  Observasi:
Setelah dilakukan tindakan  Monitor tanda gejala infeksi lokal dansistemik
keperawatan 3 x24 jam  Terapeutik
resiko infeksi menurun.  Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
Kriteria Hasil:  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontakdengan
 Demam menurun pasien dan lingkungan pasien
 Nyeri menurun  Pertahankan teknik aseptik pada pasienberisiko
Kadar sel putih membaik tinggiEdukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
Anjurkan meningkatkan asupan cairan
3 3 1. Observasi
 Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
dehidrasi terpapar lingkungan panas
penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine
2. Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering
jika mengalami hiperhidrosis (keringat
berlebih)
Rencana Perawatan
Hari/ No Intervensi
No Ttd
Tgl Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Wajib dibuat minimal 3 EBN/Jurnal/Hasil
Penelitian
 Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu

IMPLEMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN


Hari/ Jam Evaluasi Ttd
No Dx Tgl/ Tindakan Keperawatan Keperawatan
Jam
1,2,3, 27 sep 1.monitor TTV S: sesak nafas sudah sejak 1 minggu terakhir,
4 2022 2. monitor aktifitas memberat dalam 2 hari ini, batuk berdahak
3. Monito hasil lab (+),demam meriang (+), mual muntah (+), nyeri perut
3. Kolaborasi pemberian pada ulu hati (+)
antibiotik, pemberian
nebulisasi

O : tempt : 38.8c, td: 153/100 mmhg, leukosit :


16.97, hba1c : 11.1, pasien dengan diabetes mellitus
Dyspnea, gelisah, hr : 104x/I, hasil thorax : cardiomegaly,
sao2: 96%.

A : Bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko infeksi ,


hipertermi

P: intervensi masih teratasi sebagian.


Hari/ Jam Evaluasi Ttd
No Dx Tgl/ Tindakan Keperawatan Keperawatan
Jam
1,2,3, 28 sep 1.monitor TTV S: sesak nafas sudah sejak 1 minggu terakhir,
2022 2. monitor aktifitas memberat dalam 2 hari ini, batuk berdahak
3. Monito hasil lab (+),demam meriang (+), mual muntah (+), nyeri perut
3. Kolaborasi pemberian pada ulu hati (+)
antibiotik, pemberian
nebulisasi

O : tempt : 38.8c, td: 153/100 mmhg, leukosit :


16.97, hba1c : 11.1, pasien dengan diabetes mellitus
Dyspnea, gelisah, hr : 104x/I, hasil thorax : cardiomegaly,
sao2: 96%.

A : Bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko infeksi ,


hipertermi

P: intervensi masih teratasi sebagian.


1,3 30 sep 1.monitor TTV S: sesak nafas sudah berkurang, batuk minimal,
2022 2. monitor aktifitas demam-, nyeri ulu hati-
3. Monito hasil lab
3. Kolaborasi pemberian
antibiostik, tindakan O : tempt : 37,6, td: 153/100 mmhg, leukosit : 10,15,
wsd,gizi, anti analgetik hba1c : 11.1, pasien dengan diabetes mellitus
Dyspnea, gelisah, hr : 104x/I, hasil thorax : cardiomegaly,
sao2: 96%.

A : Bersihan jalan nafas tidak efektif,

P: intervensi masih teratasi sebagian.

Tanda tangan, Mengetahui,


Nurse Muda, Perseptor Klinik

(Nama + Gelar) (Nama + Gelar)


NIM :
BAB 4

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan Studi Kasus melalui pendekatan proses keperawatan kesimpulan sebagai berikut :

1. Dalam pengkajian keperawatan Ny. R semua aspek bio, psiko, sosial, spiritual, dan kultural harus dikaji dan

melibatkan kerja sama keluarga untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat karena setiap individu memberikan

respon yang berbeda-beda terhadap stimulus baik internal maupun eksternal sehingga membutuhkan kejelian dalam

menilai setiap respon atau gejala yang di tampakkan oleh klien serta memerlukan kepekaan dan kemampuaan khusus

dalam menginterpretasikan dan menganalisa data pada klien dengan penumonia.

2. Pada tahap diagnosa keperawatan, penulis menegakkan diagnosa keperawatan berdasarkan data-data yang didapatkan

pada klien sesuai dengan kondisi dan keadaan klien pada saat itu serta berdasarkan teori yang ada, kemudian

diperioritaskan berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Maslow dan keluhan klien yang betul-betul mengancam

kesehatan klien. Diagnosa yang diangkat berdasarkan data yang diperoleh yaitu bersihan jalan napas tidak efektif, resiko

infeksi, dan Hipertermi.

3. Pada tahap perencanaan, penulis membuat dan menyusun rencana tindakan yang disusun berdasarkan aplikasi dari

teori SDKI, dan disesuaikan dengan kebutuhan dan masalah klien untuk mengatasi masalah pada pasien

pneumonia berdasarkan ilmu dan prosedur tindakan keperawatan.

4. Pada tahap implementasi dalam melakukan asuhan keperawatan, disesuaikan dengan rencana tindakan asuhan

keperawatan yang dibuat berdasarkan aplikasi teori SDKI, SLKI, dan SIKI sehingga tidak terjadi kesenjangan

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan.

5. Pada tahap evaluasi, setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 5 hari dan kemudian dievaluasi akhir

dengan hasil bersihan jalan nafas tidak efektif, resiko infeksi, dan hipertermi yang dialami pasien teratasi.
4.2 Saran

Untuk klien agar selalu menjaga keadaannya, terutama agar selalu mematuhi program

dietnya, terutama minum obat secara teratur sesuai dengan indikasi yang di anjurkan serta chek up

kerumah sakit / puskesmas terdekat di lingkungan tempat tinggal serta menjalankan program

perawatan lanjut seperti istirahat, makan-makanan yang dianjurkan pada klien dengan kasus

pneumonia, dan mengkonsumsi obat secara teratur untuk pemulihan dan proses penyembuhan.

  

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Klien : Klien Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : EGC.

Aminingsih Endrawati & Ariasti. (2019). Keperawatan Medikal Bedah Klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan.
Jakarta: EGC.

Dermawan, D. (2019).Proses Keperawatan Perencanaan Konsep Dan Kerangka Kerja. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dianasari. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta

: CV Trans Info Media.

Dinas kesehatan provinsi Sulawesi Tenggara. (2021). Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara 2019. Kendari : Dinkes pada
tanggal 22 Maret 2021, di www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFILKESPROVINSI2016/28 Sultra
2016.pdf.

Djojodibroto. (2019). Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Untuk Penanggulangan
Pneumonia. Jakarta : CV Trans Info Media.
Ghofar. (2018). Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak pada Pasien dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas.
Jurnal STIKES Baptis Kediri 2085- 2091.

Haswita, & Reni. (2019). Konsep Dasar Kebutuhan Oksigenasi. Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari
http://repository.poltekkestjk.ac.id/445/3/BAB%20II.pdf.

Hidayat, A. A. (2019). Pengantar Kebtuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Jitowiyono, A., & Kristianasara, W. (2020). Penatalaksanaan Asuhan Keperawatan Dengan Pendekatan NANDA NIC
NOC. Yogyakarta : Nuha Medika.

Kementrian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2019. Jakarta: Kemenetrian Kesehatan RI 2019.

Kowalak. (2019). Mudahnya Belajar Sistem Imun. Yogyakarta : Nuha Medika. Mutaqqin, Arif. (2019). Asuhan
Keperawatan Kliendengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.


Nikmah. (2018). Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University Press. Notoatmodjo, S. (2019).
Promosi Kesehatan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :

Rineka Cipta.

Nurarif, A. H. & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan
Nanda Nic-Noc Edisi Revisi 1. Yogyakarta: MediAction.

Nursalam. (2020). Konsep Dan Penerapan Metedologi Penelitian Ilmu Keperawatan

: Pedoman Skripsi, Tesis, Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pranowo, (2019). Penatalaksanaan Bersihan Jalan Nafas Kasus Tuberkulosis Paru Di RSP. Ario
Wirawa. Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari http://ejournal.bsi.ac.id.

Riyadi. (2019).SikapManusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta Pustaka Pelajar.

Somantri. (2019). Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indiktor Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI

PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi
1. Jakarta : DPP PPNI
Wahyuningsih. (2020). Asuhan Keperawatan An. B Denga Gangguan Sistem Pernapasan : Pneumonia
Di Ruang Anggrek RSUD Surakarta. Diperoleh pada tanggal 10 Februari 2021 dari
http://eprints.ums.ac.id

Werdhani. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem Pernafasan.

Diperoleh tanggal 22 Maret 2021, dari http://tb.rg-adguard.net/public.php.

WHO. (2019). Angka kejadian Pneumonia Di Dunia. Diperoleh tanggal 23 Januari 2021, dari
http://ejournal.bsi.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai