Di susun oleh :
TRI MULYANI
22030055
38
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
Tn.I dengan gangguan kebutuhan dasar oksigenasi di ruang edelweis RSUD dr.
R goeteng taroenadibrata, mulai dari pengkajian sampai diagnose keperawatan.
Pembahasan ini, penulis mencoba untuk mengaitkan antara referensi yang
didapat tentang pasien dengan kondisi pasien.
A. Pengkajian
Pada bab ini penulis akan membahas tentang asuhan keperawatan pada
Tn.I
dengan gangguan kebutuhan oksigenasi di ruang edelweis RSUD dr. R goeteng
taroenadibrata.
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen ke dalam sistem baik
secara
kimin maupun fisika dimana oksigen sendiri merupakan gas tidak berwarna dan
tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan hidup dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel relaksasinya,
menghasilkan energi. Karbondioksida dan air lewat proses bernapas yaitu
peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) serta
menghembuskan udara yang banyak mengandung korbondioksida (CO 2)
sebagai sisa dari oksida yang rekur dari tubuh (Kusnanto, 2016). Kebutuhan
oksigen diperlukan untuk proses kehidupan. Oksigen sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh.
Masalah kebutuhan Oksigen merupakan masalah utama dalam pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Hal ini telah terbukti pada seseorang yang
kekurangan oksigen akan mengalami hipoksia dan akan terjadi kematian.
Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus terpenuhi karena jika kebutuhan oksigen
dalam tubuh berkurang, maka akan terjadi kerusakan pada jaringan otak dan
apabila hal itu berlangsung lama akan menimbulkan kematian. system yang
39
berperan dalam proses pemenuhan kebutuhan adalah system pernapaan,
persarafan,dan kardiovaskuler (Andina & Yuni, 2017).
c) Bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam tubuh manusia dan
tidak menimbulkan gangguan, kadang bisa menyebabkan terbentuknya
abses
Peluang terbentuknya suatu abses akan meningkat jika :
a) Terdapat kotoran atau benda asing di daerah tempat terjadinya infeksi
b) Daerah yang terinfeksi mendapatkan aliran darah yang kurang
c) Terdapat gangguan sistem kekebalan, Bakteri tersering penyebab abses
adalah Staphylococus Aureus.
Pasien mendapatkan penanganan infus Nacl 0,9 Habis dalam 20 menit, 5
jam kmd, NaCI 0.9 % merupakan cairan infus yang mengandung NaCl 0.9%.
Infus ini digunakan untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit pada
dehidrasi. Ion natrium adalah elektrolit utama pada cairan ekstraselular yang
diperlukan dalam distribusi cairan dan elektrolit lainnya. Injeksi ketorolac 1
amp 2x50g, Ketorolac merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid
(OAINS) yang memiliki bentuk sediaan tablet dan suntik, Ketorolac bekerja
dengan cara menghambat produksi senyawa kimia yang bisa menyebabkan
peradangan dan rasa nyeri (National Institute of Health, 2021), Injeksi
Ranitidine 2x1 amp 2x30mg Ranitidine dengan rumus molekul C13H22N4O3S.
HCl merupakan antagonis reseptor histamin H2 yang menghambat produksi
asam lambung (Naim, 2016).
Perawat juga memberikan terapi oksigen nasalkanul 5ltr/menit pada
pasien. Nasal kanula/binasal kanula, nasal kanula merupakan alat yang
sederhana dan dapat memberikan oksigen dengan aliran 1-6 liter/menit dan
konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%. terapi oksigen adalah tindakan
pemberian oksigen melebihi pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO 2 >
21 %. Tujuan terapi oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan
mencegah respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja
napas dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO 2 > 60% mmHg atau
SaO2>90% (Tarwoto dan Wartonah, 2015).
42
.
B. Diagnosa keperawatan
1. Diagnosa keperawatan yang di temukan pada kasus nyata yang sesuai dengan
teori
Pola nafas tidak efektif adalah Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (SDKI, 2016). Untuk etiologi yang ditegakan
penulis menegakan kecemasan karena pada data hasil pengkajian di dapatkan
pasien sesak napas karena takut akan di operasi dibuktikan dengan terlihat
bernapas dengan cepat RR: 28x/menit, pernapasan cuping hidung SpO2 : 91%.
tubuh akan bereaksi dengan respons fight-or-flight. Disampaikan (Fahlevi,
2021) mekanisme respons tubuh saat menghadapi stres tersebut menyebabkan
kelenjar adrenal meningkatkan produksi hormon adrenalin dan hormon stres
kortisol. ketika hormon adrenalin dan kortisol diproduksi secara masif, denyut
jantung ikut meningkat, Hal ini karena organ tersebut memompa darah ke
seluruh tubuh secara lebih cepat.
43
Penyebab pola napas tidak efektif menurut (SDKI,2016) adalah Depresi
pusat pernapasan, hambatan upaya napas (mis. nyeri saat bernapas, kelemahan
otot pernapasan), deformitas dinding dada, deformitas tulang dada, gangguan
neuromuscular, gangguan neurologis (mis. elektroensefalogram [EEG] positif,
cedera kepala ganguan kejang), maturitas neurologis, penurunan energi,
obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi,
kerusakan inervasi diafragma (kerusakan saraf CS ke atas), cedera pada medula
spinalis, efek agen farmakologis, kecemasan. Gejala dan Tanda Mayor pola
napas tidak efektif menurut SDKI, 2016 Subjektif Dispnea, Objektif
Penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal (mis. takipnea. bradipnea, hiperventilasi kussmaul cheyne-stokes).
Gejala dan Tanda Minor pola napas tidak efektif menurut (SDKI, 2016)
Subjektif Ortopnea, Objektif Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping hidung,
diameter thoraks anterior posterior meningkat, ventilasi semenit menurun,
kapasitas vital menurun, tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi menurun,
ekskursi dada berubah. Pola napas tidak efektif pada Tn.I di tandai dengan
pasien mengatakan sesak napas karena takut akan di operasi terlihat bernapas
dengan cepat RR: 28x/menit, pernapasan cuping hidung SpO2: 91%.
2. Diagnosa keperawatan yang tidak di temukan pada kasus nyata tetapi ada di
konsep teori, terdiri dari :
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2017) bersihan jalan napas tidak
efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. Penyebab terjadinya bersihan
jalan napas tidak efektif adalah fisiologis, spasme jalan napas, hipersekresi jalan
napas, disfungsi neuromuskuler, benda asing dalam jalan napas, adanya jalan
napas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas, proses
44
infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (mis. anastesi). Situasional
merokok aktif, merokok pasif, terpajan polutan. Pada bersihan jalan napas tidak
efektif terdapat tanda gejala mayor dan minor yaitu gejala tanda mayor dan
minor terdiri dari data objektif batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum
berlebih, mengi, wheezing dan / atau ronkhi kering, mekonium di jalan nafas
pada neonatus. gejala dan tanda minor subjektif dyspnea, sulit bicara, ortopnea
objektif gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah, pola
napas berubah.
3. Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus nyata tetapi tidak ada di
45
Gangguan pola tidur adalah Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur
akibat faktor eksternal (PPNI, 2017). Penyebab gangguan pola tidur antara lain
hambatan lingkungan (mis. kelembapan lingkungan sekitar, suhu lingkungan),
kurang kontrol tidur, kurang privasi, restraint fisik, ketiadaan teman tidur, tidak
familiar dengan peralatan tidur. Adapun gejala dan tanda mayor subyektif
mengeluh sulit tidur, mengeluh sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur,
mengeluh pola tidur berubah, mengeluh istirahat tidak cukup. gejala dan tanda
minor subjektif mengeluh kemampuan beraktivitas menurun. Dalam diagnosa
tersebut perawat salah mendiagnosa, seharusnya diagnosa yang benar adalah
ansietas. Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menhadapi ancaman (PPNI,
2016).
Menurut (PPNI, 2017) Defisit nutrisi adalah Asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhikebutuhan metabolisme. Penyebab Defisit nutrisi antara lain
ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan mencerna makanan,
46
ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient, peningkatan kebutuhan metabolism,
faktor ekonomi (mis, finansial tidak mencukupi), faktor psikologis (mis, stres,
keengganan untuk makan). Gejala dan tanda mayor objektif berat badan
menurun minimal 10% di bawah rentang ideal. Gejala dan tanda minor subjektif
cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, nafsu makan menurun.
objektif bising usus hiperaktif, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah,
membran mukosa pucat, sariawan, serum albumin turun, rambut rontok
berlebihan, diare.
47
BAB V
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan penulis pada Tn.I diperoleh data
bahwa diagnosa medis Tn.I adalah Pola nafas tidak efektif dengan keluhan
saat pengkajian pasien mengatakan Pasien mengatakan sesak napas Diagnosa
keperawatan yang dirumuskan pada kasus Tn.I dengan gangguan Oksigenasi,
ditemukan Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kecemasan Gangguan
pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur, Defisit nutrisi
berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan. Intervensi
keperawatan yang dirumuskan untuk diagnosa Pola nafas tidak efektif adalah
monitor pola napas (frekuensi), posisikan semi fowler, berikan oksigen
melalui nasal kanul, Implementasi untuk diagnosa Pola nafas tidak efektif
dilakukan selama 2x24 jam Melakukan Memonitor pola napas (frekuensi ).
Memberikan oksigen nasal kanul 5 liter, Memposisikan posisi semi fowler.
Evaluasi pada catatan perkembangan pasien menggunakan SOAP dengan
diagnose Pola nafas tidak efektif, Gangguan pola tidur, Defisit nutrisi.
B. Saran
1. Rumah Sakit
Perlu adanya kerjasama antara ruangan dengan bagian tenaga
kesehatan yang lain untuk mengatasi masalah yang ada pada pasien.
Perawat dalam melakukan pengkajian kepada pasien hendaknya lebih teliti
48
sehingga data yang didapat benar-benar sesuai dengan yang diharapkan dan
untuk menghindari kesalahan penentuan diagnose keperawatan.
2. Mahasiswa
Lebih termotivasi untuk mencari informasi atau menambah
pengetahuan dan wawasan dari buku atau tenaga kesehatan sehingga dapat
mencegah atau menangani gangguan kenyamanan dan keamanan ini.
49
DAFTAR PUSTAKA
Anggarsari, Y. D., Setyorini, Y., & Rifai, A. (2018). Studi Kasus Gangguan
Pola Napas Tidak Efektif Pada Pasien Efusi Pleura. Interest:
Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2).
50