Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KDP


OKSIGENASI

Disusun Oleh:
ANITA VEBIANI
NIM. 211133001

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PROESI NERS
2021/2022
VISI DAN MISI

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

VISI
"Menjadi Institusi Pendidikan Ners yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di
Tingkat Regional Tahun 2020"

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang
Berbasis  Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
IPTEK dan Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Ners yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan kerjasama baik lokal maupun regional.
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN
PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN KDP
OKSIGENASI

Telah mendapat persetujuan dari Pembimbing Akademik


(Clinical Teacher) dan Pembimbing Klinik (Clinical Instructure).
Telah disetujui pada :
Hari :
Tanggal :

Mengetahui,

Pembimbing akademik pembimbing klinik


A. Konsep Dasar Oksigenasi

1. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan
manusia. Dalam tubuh, oksigen berperan penting di dalam metabolisme sel.
Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi tubuh,
salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik (Budyasih, 2019) .
Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam system (kimia atau
fisika). Oksigen merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat
dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Pemberian O2 Binasal merupakan
pemberian oksigen melalui hidung dengan kanula ganda (Eki, 2017) .
Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh dalam kehidupan sehari-
hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh beberapa factor seperti fisiologis,
perkembangan, perilaku, dan lingkungan (Ernawati,2012) .

2. Etiologi
a) Faktor fisiologis
- Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluaran
napas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan
transport O2 terganggu.
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi,demam,ibu hamil, luka.
- Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, musculoskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis
seperti TB paru.
b) Faktor perkembangan
- Bayi prematur
- Bayi dan toodler
- Anak usia sekolah dan pertengahan
- Dewasa tua
c) Faktor prilaku
- Nutrisi
- Latihan fisik
- Merokok
- Penyalahgunaan substansi kecemasan
d) Faktor lingkungan
- Tempat kerja
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut (Haswita & Reni, 2017)

3. Patofisiologi
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar
dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen
tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas
sebagai benda asing yang menimbulkan pengeluaran mukus. Proses difusi
(penyaluran oksigen dari alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan
ketidakefektifan pertukaran gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi,
maka kerusakan pada transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload,
preload, dan kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas
(Sasmi, 2016).
Pathway
4. Tanda dan Gejala
Menurut Kusnanto. (2016).
a) Bunyi nafas abnormal
b) Batuk tak efektif atau tidak ada batuk
c) frekuensi irama kedaaman pernafasan abnormal
d) Ketidakmapuan untuk mengeluarkan sekresi Jalan nafas
e) Dispenea
f) Pernaasan sukar atau berhati-hati

5. Komplikasi
a) Hypoxia
Merupakan kondisi ketidak cukupan oksigen dalam tubuh, dari gas yang
diinspirasi ke jaringan.
b) Hyperventilasi
Jumlah udara dalam paru berlebihan. Sering disebut hyperventilasi elveoli, sebab
jumlah udara dalam alveoli melebihi kebutuhan tubuh, yang berarti bahwa CO2
yang dieliminasi lebih dari yang diproduksi → menyebabkan peningkatan rata –
rata dan kedalaman pernafasan.
c) Hypoventilasi
Ketidak cukupan ventilasi alveoli (ventilasi tidak mencukupi kebutuhan tubuh),
sehingga CO2 dipertahankan dalam aliran darah. Hypoventilasi dapat terjadi
sebagai akibat dari kollaps alveoli, obstruksi jalan nafas, atau efek samping dari
beberapa obat.
d) Kussmaul’s ( hyperventilasi)
Peningkatan kecepatan dan kedalaman nafas biasanya lebih dari 20 x per menit.
Dijumpai pada asidosisi metabolik, dan gagal ginjal.
e) Apneu
Henti nafas , pada gangguan sistem saraf pusat

6. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Pradana, F. A. A. (2019).
a) Pemeriksaan Fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien
b) Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler alveolar
dan keadekuatan oksigenasi.
c) Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
d) Pemeriksaan sinar x dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, dan proses-proses abnormal
e) Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsi dan airan atau sampel sputum benda asing yang
menghambat Jalan nafas
f) Endoskopi
Untuk melihat lokasi ke rusakan dan ada nya lesi
g) CT-scan
Untuk mengidentifikasi adanya massa abnormal

7. Penatalaksanaan Medik
Menurut Ambara, Y. (2019)
a) Pemantauan Hemodinamika
b) Pengobatan bronkodilator
c) Melakukan tindakan Nebulizer untuk membantu mengencerkan secret
d) Memberikan kanul nasal dan masker untuk membantu pemberian oksigen jika di
perlukan
e) Penggunaan ventilator mekanik
f) Fisioterapi dada

B. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian Keperawatan
a. Biodata pasien (umur, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan)
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara
fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk
mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap terjadinya masalah/penyakit,
dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.
b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu oleh
klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang riwayat keluhan utama

c. Riwayat perkembangan
1) Neonatus : 30 - 60 x/mnt
2) Bayi : 44 x/mnt
3) Anak : 20 - 25 x/mnt
4) Dewasa : 15 - 20 x/mnt
d. Riwayat kesehatan keluarga
Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang mengalami
masalah penyakit yang sama.
e. Riwayat social
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor alergen dll.
f. Riwayat Keperawatan
Pengkajain riwayat keperawatan pada masalh kebutuhan oksigen
meliputi; ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan hidung dan
tenggorokan), seperti epistaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan, penyakit
rematik akut, sinusitis akut, hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah
dan kanker), obstruksi nasal ( akibat polip, hipertropi tulang hidung, tumor, dan
influenza), dan keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada
tahap pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
keadaan infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5 0 C, sakit
kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.
g. Pola batuk dan Produksi sputum
Tahap pengkajian pola batuk dilakukan dengan cara menilai apakah batuk
termasuk batuk kering, keras, dan kuat dengan suara mendesing, berat dan
berubah-ubah seperti kondisi pasien yang mengalami penyakit kanker. Juga
dilakukan pengkajian apakah pasien mengalami sakit pada bagian tenggorokan
saat batuk kronis dan produktif serta saat dimana pasien sedang makan,
merokok, atau saat malam hari. Pengkajian terhadap lingkungan tempat tinggal
pasien ( apakah berdebu, penuh asap, dan adanya kecenderungan
mengakibatkan alergi) perlu dilakukan. Pengkajian sputum dilakukan dengan
cara memeriksa warna, kejernihan, dan apakah bercampur darah terhadap sputum
yang dikeluarkan oleh pasien.
h. Sakit Dada
Pengkajian terhadap sakit dada dilakukan untuk mengetahui bagian yang
sakit, luas, intensitas, faktor yang menyebabkan rasa sakit, perubahan nyeri dada
apabila posisi pasien berubah, serta ada atau tidaknya hubungan antara waktu
inspirasi dan ekspirasi dengan rasa sakit.
i. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi, pengkajian ini meliputi:
a) Pertama, penentuan tipe jalan napas, seperti menilai apakah napas spotan
melalui hidung, mulut, oral, nasal, atau menggunakan selang endotrakeal
atau trachcostomi, kemudian menentukan status kondisi seperti kebersihan,
ada atau tidaknya sekret, pendarahan, bengkak, atau obstruksi mekanik;
b) Kedua, perhitungan frekuensi pernapasan dalam waktu satu menit
( umumnya wanita bernapas lebih cepat) yaitu 20 kali permenit orang
dewasa, kurang dari 30 kali permenit pada anak-anak, pada bayi
pernapasan kurang dari 50 kali per menit.
c) Ketiga, pemeriksaan sifat pernapasan, yaitu torakal, abdominal dan
kombinasi dari keduanya.
d) Keempat, pengkajian irama pernapasan, yaitu menelaah masa inspirasi dan
ekspirasi. Pada keadaan normal ekspirasi lebih lama dari inspirasi yaitu 2:1
pada orang sesak napas ekspirasi lebih cepat. Dalam keadaan normal
perbandingan frekuensi pernapasan dan prekuensi nadi adalah 1:1
sedangkan pada orang yang keracunan barbiturat perbandinganya adalah
1:6.     Kaji ritme/irama pernapasan yang secara normal adalah reguler atau
irregular.
 cheyne stokes yaitu pernapasan yang cepat kemudian menjadi lambat dan kadang
diselingi apnea.
 kusmaul yaitu pernapasan yang cepat dan dalam, atau pernapasan biot yaitu
pernapasan yang ritme maupun amplitodunya tidak teratur dan diselingi periode apnea
e)Kelima, pengkajian terhadap dalam/ dangkalnya pernapasan. Pada
pernapasan dangkal dinding toraks hampir kelihatan tidak bergerak ini
biasanya dijumpai pada pasien penderita emfisema.
2) Palpasi
Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi kelainan seperti nyeri tekan
yang dapat timbul akibat luka, peradangan setempat, metastasis tumor ganas,
pleuritis, atau pembengkakan dan benjolan pada dada. Melalui palpasi dapat
diteliti gerakan dinding toraks pada saat ekspirasi dan inspirasi terjadi. Kelainan
pada paru, seperti getaran suara atau fremitus vokal, dapat dideteksi bila
terdapat getaran sewaktu pemeriksa meletakkan tangannya sewaktu pasien
berbicara. Getaran yang terasa oleh tangan pemeriksa dapat juga ditimbulkan
oleh dahak dalam bronkus yang bergetar pada waktu inspirasi dan ekspirasi atau
oleh pergeseran antara membran pleura pada pleuritis.
3) Perkusi
Pengkajian ini dilakukan untuk mengkaji suara normalnya suara perkusi
paru. Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ
yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara
perkusi ada dua jenis yaitu:
a) Suara perkusi normal
 Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya
bergaung dan bersuara rendah.
 Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
 Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat
musical.
b) Suara perkusi abnormal
 Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan
dan timbul pada bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.
 Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada
perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya berisi jaringan.
4) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas
normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan napas dari laring ke
alveoli dan bersifat bersih.
Jenis suara napas normal adalah:
a) Bronchial
Sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara yang
melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan
yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada
jeda di antara kedua fase tersebut (E > I). Normal terdengar di atas trachea atau
daerah lekuk suprasternal.
b) Bronkovesikular
Merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular. Suaranya
terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutup oleh
dinding dada.

c) Vesikular
Merdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
Jenis suara napas tambahan adalah:
a) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara
nyaring, musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan
napas yang menyempit.
b) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara
terdengar perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan
dengan sekresi kental dan peningkatan produksi sputum.
c) Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara
kasar, berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura.
Sering kali pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
d) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
 Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter
suara meletup, terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di
alveoli atau bronkhiolus. Suara seperti rambut yang digesekkan.
 Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah,
kasar, suara gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan
napas yang besar. Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
j. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk mengkaji status, fungsi dan oksigenasi
pernapasan pasien. Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain :
- Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap
- Tes struktur sistem pernapasan : sinar- x dada, bronkoskopi, scan paru
- Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernapasan : kultur
kerongkongan, sputum, uji kulit torakosintesis
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
b. Gangguan pertukaran gas (D.0003)
c. Pola nafas tidak efektif (D.0005)

3. Intervensi Keperawatan
No Luaran keperawatan Intervensi Rasional
DX.
1 Bersihan jalan nafas Latihan batuk efektif Observasi: kemampuan
(L.01001) (I.01006) batuk secara efektif guna
- Batuk efektif meningkat (5) Observasi: identifikasi memudahkan pengeluaran
- Produksi sputum menurun kemampuan batuk sputum
(5)
- Mengi menurun (5) Mandiri: atur posisi Mandiri: membantu
- Frekuensi nafas membaik semi-fowler atau fowler memaksimalkan ekspansi
(5) paru dan memudahkan
Edukasi: jelaskan pernafasan.
tujuan dan prosedur
batuk efektif Edukasi: memberikan
pemahaman mengenai
Kolaborasi: kolaborasi manfaat tindakan yang
pemberian mukolitik dilakukan
atau ekspektoran, juka
perlu. Kolaborasi: dapat
mengencerkan sputum lebih
efektif.
2 Pertukaran gas (L.01003) Pemantauan respirasi Observasi: sebagai
- Tingkat kesadaran (I.01014) pengakjian awal pada
meningkat (5) masalah oksigenasi
- Dispnea menurun (5) Observasi: monitor pernafasan
- PO2 & POC2 membaik (5) frekuensi,irama,kedala
- Warna kulit membaik (5) man dan upaya napas Mandiri: pemantauan
respirasi berkala berguna
Mandiri: atur interval untuk menentukan tindakan
pemantauan respirasi selanjutnya yang akan
sesuai kondisi pasien diberikan

Edukasi: jelaskan Edukasi: memberikan


tujuan dan prosedur pemahaman mengenai
pemantauan manfaat tindakan yang
dilakukan

3 Pola nafas (L.01004) Manajemen jalan nafas Observasi: melihat


- Ventilasi semenit (I.01011) keadekuatan pernafasan
meningkat (5)
- Tekanan inspirasi dan Obeservasi: monitor Mandiri: dapat
ekspirasi meningkat (5) pola nafas (frekuensi, memaksimalkan pernafasan
- Penggunaan otot bantu kedalaman, usaha dan membuka jalan nafas
pernafasan menurun (5) nafas) lebih baik
- Frekuensi nafas membaik
(5) Mandiri: pertahankan Edukasi: dapat menjaga
kepatenan jalan nafas kebutuhan cairan pasien
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust jika Kolaborasi: dapat
curiga trauma servikal) memaksimalkan kapasitas
serapan oksigen paru – paru
Edukasi: anjurkan meningkat
asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak ada
kontra indikasi

Kolaborasi: kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Ambara, Y. (2019). Konsep Kebutuhan Dasar Oksigenasi. 6-53

Budyasih, S.(2019). Asuhan Keperawatan Pada Kebutuhan Oksigen,


Fakultas Ilmu Kesehatan, UMP,2019.

Eki. (2017). Asuhan Keperawatan Gangguan Pmemenuhan Kebutuhan


Oksigen Pada Pasien Dengan Congestive Heart Failure (CHF) di
IRNA Penyakit Dalam RSUP DR. M. Djamil Padang Tahun 2017.
Padang; Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang.

Haswita & Reni, 2017. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Tim Kusnanto.
(2016). Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Oksigen. Surabaya;
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga.

PPNI, 2017, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan


Indikator Diagnostik, Cetakan III, Jakarta : DPP PPNI

Pradana, F. A. A. (2019). Pada Pasien Dengan Gangguan Oksigenasi.


(201902040042).

Tim Pokja SDKI PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Tim Pokja SIKI PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.


Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Tim Pokja SLKI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai