TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke
biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi,
2015).
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan di peredaran darah
diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan
seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2012).
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah
yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal pada
otak yang terganggu (WHO, 2012).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan
oksigen di jaringan otak. Stroke nonhemoragik dapat disebabkan oleh trombosis dan
emboli, sekitar 80-85% menderita penyakit stroke non-hemoragik dan 20% persen sisanya
adalah stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh pendarahan intraserebrum hipertensi
dan perdarahan subarachnoid (Wilson & Price, 2016).
Stroke non hemoragik adalah terjadinya sumbatan pada pembuluh darah sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, trombosis otak,
aterosklerosis, dan emboli serebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang
timbul akibat pembentukkan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang
dikarenakan oleh penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya
hidup, rusak atau hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron), dan hipertensi
(Murtaqib, dalam Hartanti, 2020)
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis
mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi sirkulasi saraf otak. Istilah stroke
biasanya digunakan secara spesifik untuk menjelaskan infark serebrum (Nurarif & Hardhi,
2015).
4
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan di peredaran
darah diotak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga
mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2012).
Stroke adalah disfungsi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah
fokal pada otak yang terganggu (WHO, 2012).
Stroke non hemoragik adalah tanda klinis disfungsi atau kerusakan jaringan otak yang
disebabkan kurangnya aliran darah ke otak sehingga mengganggu kebutuhan darah dan
oksigen di jaringan otak. Stroke nonhemoragik dapat disebabkan oleh trombosis dan emboli,
sekitar 80-85% menderita penyakit stroke non-hemoragik dan 20% persen sisanya adalah
stroke hemoragik yang dapat disebabkan oleh pendarahan intraserebrum hipertensi dan
perdarahan subarachnoid (Wilson & Price, 2016).
Stroke non hemoragik adalah terjadinya sumbatan pada pembuluh darah sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah pada jaringan otak, trombosis otak, aterosklerosis,
dan emboli serebral yang merupakan penyumbatan pembuluh darah yang timbul akibat
pembentukkan plak sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah yang dikarenakan oleh
penyakit jantung, diabetes, obesitas, kolesterol, merokok, stress, gaya hidup, rusak atau
hancurnya neuron motorik atas (upper motor neuron), dan hipertensi (Murtaqib, dalam
Hartanti, 2020)
2. Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak ).
Trombus yang lepas dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih distal
disebut embolus.
2. Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
Emboli merupakan 5-15 % dari penyebab stroke. Dari penelitian epidemiologi
didapatkan bahwa sekitar 50 % dari semua serangan iskmik otak, apakah yang
permanen atau yang transien, diakibatkan oleh komplikasi trombotik atau embolik
dari ateroma, yang merupakan kelainan dari arteri ukuran besar atau sedang, dan
sekitar 25 % disebabkan oleh penyakit pembuluh darah kecil di intyrakranial dan
20 % oleh emboli jantung. Emboli dapat terbentuk dari gumpalan darah,
kolesterol, lemak, fibrin trombosit, udara ,tumor, metastase, bakteri, benda asing
3. Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
5
(Smeltzer C. Suzanne, 2012, hal 2131)
3. Patofisiologi
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum (Hypoksia
karena gangguan paru dan jantung). Arterosklerosis sering/cenderung sebagai
faktor penting trhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau
darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau
terjadi turbulensi. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus
menyebabkan oedema dan nekrosis diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh
darah.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolus maka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak. Kekurangan selama
1 menit dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron-neuron area kemudian
di sebut infark.
Kekurangan O2 pada awalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena
henti jantung / hipotensi ) / hipoksia karena proses anemia / kesulitan bernafas.
Jika neuron hanya mengalami iskemik,maka masih ada peluang untuk
menyelamatkannya. Suatu sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan
suatu infark disekitar zona yang mengalami kekurangan O2. Stroke karena
embolus merupakan akibat dari bekuan darah, lemak dan udara, emboli pada otak
kebanyakan berasal dari jantung.
Sindrom neuron vaskuler yang lebih penting terjadi pada stroke trombotik
dan embolik karena keterlibatan arteri serebral mediana (Hudak, G. 2016).
4. Klasifikasi
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik
dan proses patologik (kausal):
1. Berdasarkan manifestasi klinis
a. Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA) Gejala
neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak akan
menghilang dalam waktu 24 jam.
b. Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological
Deficit (RIND) Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam
waktu lebih lama dari 24 jam, tapi tidak lebih dari seminggu.
6
c. Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation) Gejala
neurologik makin lama makin berat.
d. Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke) Kelainan neurologik
sudah menetap, dan tidak berkembang lagi.
2. Berdasarkan kausal
a. Stroke Trombotik Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan
pada pembuluh darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh
darah yang besar dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah
besar trombotik terjadi akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya
gumpalan darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh
tingginya kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein(LDL).
Sedangkan pada pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran
darah ke pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan
hipertensi dan merupakan indikator penyakit aterosklerosis.
b. Stroke Emboli/Non Trombotik Stroke emboli terjadi karena adanya
gumpalan dari jantung atau lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi
penyumbatan pembuluh darah yang mengakibatkan darah tidak bisa
mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.
7
afasia (kehilangan berbicara).
c. Gangguan persepsi
Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan
penglihatan perifer dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan
kehilangan sensori.
d. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).
Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier,
inkontinensia urinarius peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari
kerusakan otak bilateral), Inkontinensia urinarius dan defekasiyang berlanjut
(dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang
terkena:
1). Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah
2). Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi,
gangguan penglihatan
3). Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
6. Komplikasi
Setelah mengalami stroke pasien mungkin akan mengalmi komplikasi, komplikasi
ini dapat dikelompokan berdasarkan:
a. Berhubungan dengan immobilisasi, infeksi pernafasan, nyeri pada daerah
tertekan, konstipasi dan thromboflebitis.
8
b. Berhubungan dengan paralisis nyeri pada daerah punggung, dislokasi sendi,
deformitas dan terjatuh
c. Berhubungan dengan kerusakan otak, epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrocephalus
Individu yang menderita stroke berat pada bagian otak yang mengontrol respon
pernapasan atau kardiovaskuler dapat meninggal.
7. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang
a. CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
b. Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau
obstruksi arteri
c. Pungsi Lumbal
- menunjukan adanya tekanan normal
- tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
d. MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
f. Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
g. Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
(DoengesE, Marilynn,2017 hal 292)
8. Penatalaksanaan medis
a. Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
b. Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi.
(Smeltzer C. Suzanne, 2016, hal 2131)
9
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien
sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan
kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau
gangguan fungsi otak yang lain.
d. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti
koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
e. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
2. Pengkajian Fokus:
a. Aktivitas dan istirahat
1). Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) ,
kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
b. Sirkulasi
1). Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung ,
endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
10
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara usus( ileus
paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada
muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
11
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/
kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global /
kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi
lateral
c. Nyeri / kenyamanan
1). Data Subyektif:
- Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
2). Data obyektif:
- Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
d. Respirasi
1). Data Subyektif:
- Perokok ( factor resiko )
e.Keamanan
1) Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif:
- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
(Doenges E, Marilynn, 2018 hal 292)
A. Diagnose
1. Bersihan jalan napas tidak efektif
2. Gangguan mobilitas fisik D. 0054
3. Gangguan persepsi sensori 0085
12
4. Gangguan komunikasi verbal D. 0119
5. Defisit perawatan diri D.0109
6. Risiko perfusi cerebral tidak efektif D.0017
7. Resiko deficit nutrisi D. 0032
8. Risiko gangguan integritas kulit/jaringan D.0139
9. Risiko cedera D. 0136
10. Risiko aspirasi D.0006
3. Intervensi
Tabel 2.2 Intervensi keperawatan
13
napas (pada
neonates)
14
yang berkurang, mendengar 2. Diskusikan perasaan dan respons
bisikan terhadap halusinasi
berlebihan atau
meningkat Rasional: mengetahui perasaan dan
terdistrosi Verbalisasi respons pasien terhadap
melihat bayanan halusinasi
Penyebab meningkat Edukasi
Verbalisasi
merasakan 3. Anjurkan berbicara pada orang
1. Gangguan yang percaya untuk memberi
sesuatu melalui
penglihatan indra perabaan dukungan dan umpan balik
meningkat korektif terhadap halusinasi
2. Gangguan Rasional|: memberikan kenyamanan
Verbalisasi
pendengaran merasakan kepada pasien untuk
sesuatu melalui memceritakan isi halusinasi yang
3. Gangguan di rasakan
indra
penghiduan penciuman Kolaborasi
4. Gangguan perabaan meningkat
4. Kolaborasi pemebrian obat
Verbalisasi
5. Hipoksia serebral antipsikotik dan antiansietas,jika
merasakan
perlu
6. Penyalahgunaan zat sesuatu melalui
Rasional: untuk mengurangi dan
indra
7. Usia lanjut mengotrol respons terjadinya
pengecapan
halusinasi
8. Pemajanan toksin meningkat
Distorsi Sensori
lingkungan meningkat
Gejala dan Tanda Perilaku
Halusinasi
Mayor
meningkat
Respon sesuai
Subjektif stimulus
membaik
1. Mendengar suara
bisikan atau melihat
bayangan
2. Merasakan sesuatu
melalui indera
perabaan,
penciuman,
perabaan, atau
pengecapan
Objektif
1. Distorsi sensori
2. Respons tidak
15
sesuai
3. Bersikap seolah
melihat,
mendengar,
mengecap, meraba,
atau mencium
sesuatu
16
intubasi, berkomuni 3) Mengurangi kecemasan dan
krikotirodektomi
kasi secara kebingungan pada saat
7. Hambatan individu
(mis. ketakutan, verbal komunikasi
kecemasan, merasa
maupun 4) Mengurangi isolasi sosial dan
malu, emosional,
kurang privasi) isyarat meningkatkan komunikasi yang
8. Hambatan
efektif
pskiologis (mis.
gangguan 5) Memberi semangat pada klien
psikotik,gangguan
agar lebih sering melakukan
konsep diri,harga
diri rendah, komunikasi
gangguan emosi)
6) Melatih klien belajar bicara
hambatan lingkunagan
(mis.Ketidakcukupan secara mandiri dengan baik dan
informasi,ketiadaan benar
orang terdekat,
ketidaksesuaian
budaya, bahasa asing)
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tidak mampu
berbicara atau
mendengar
2. Menunjukan respon
tidak sesuai
5 D.0109 Defisit Setelah dilakukan Dukungan perawatan diri 1.11348
Perawatan Diri. tindakan Tindakan
Definisi : keperawatan selama
Observasi
Tidak mampu 3x24 jam
melakukan atau diharapkan 1. Monitor tingkat kemandirian
Rasional: mengetahui tingkat
menyelesaikan aktivitas perawatan diri kemndirian pasien dalam
perawatan diri
meningkat L.11103 berpakian, mandi, makan dan
Penyebab toilet.
17
1. Gangguan Kriteria Hasil : Terapeutik
muskuloskeletal
Gejala dan Tanda Kemampuan 1. Fasilitasi kemandirian, bantu jika
Mayor tidak mampu melakukan
mandi perawatan diri
Subjektif meningkat Rasional: memberikan
kemandirian pada pasein
1. Menolak Kemampuan Edukasi
melakukan
mengenakan
perawatan diri 1. Anjurkan melakukan perawatan
Objektif pakaian diri secara konsisten sesuai
meningkat kemampuan
1. Tidak mampu Rasional: untuk melatih kemandirian
mandi/mengena Kemampuan pasien
kan
pakaian/makan/ makan
ke toilet/berhias meningkat
secara mandiri
2. Minat Kemampuan
melakukan ketoilet
perawatan diri (BAB/BAK)
kurang meningkat
Kondisi Klinis Terkait
1. Stroke
2. Cedera medula
spinalis
3. Depresi
4. Arthritis
reumatoid
Retardasi mental
5. Delirium
6. Demensia
7. Gangguan
amnestik
8. Skizofrenia dan
gangguan
psikotik lain
9. Fungsi
penilaian
terganggu
18
Definisi:… keperawatan 3x24 sebab gangguan perfusi jaringan
5. Diseksi arteri
6. Embolisme
7. Endokarditis infektif
8. Fibrilasi atrium
9. Hiperkolesterolemia
10. Hipertensi
11. Dilatasi
kardiomiopati
12. Koagulasi
intravaskular
diseminata
19. Hidrosefalus
20
20.Infeksi otak (mis.
meningitis, ensefalitis,
abses serebri)
21
Rasional: kebutuhan jumlah kalori
dan kesimbnagan asupan nutrisi yang
dibutuhkan tubuh trpenuhi seperti zat
besi
1. Anjurkan menggunakan
pelembab (mis.lotion,serum)
Rasional: untuk menjaga
kelembaban pada kulit kering
1. Ketidaknormalan
profil darah
2. Perubahan orientasi
afektif
3. Perubahan sensasi
4. Disfungsi autoimun
5. Disfungsi biokimia
6. Hipoksia jaringan
7. Kegagalan
mekanisme
pertahanan tubuh
8. Malnutrisi
9. Perubahan fungsi
psikomotor
10. Perubahan fungsi
kognitif
23
Kondisi Klinis Terkait
1. Kejang
2. Sinkop
3. Vertigo
4. Gangguan
penglihatan
5. Gangguan
pendengaran
6. Penyakit parkinson
7. Hipotensi
8. Kelainan nervus
vestibularis
9. Retardasi mental
24
mencegah terjadi nya aspirasi
3. Hindari memberi makan melalui
selang gastrointestinal,jika residu
banyak
Rasional: mencegah terjadinya
asprasi
4. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan bentuk perbandingan yang terencana dan sistematis
antara hasil akhir yang diamati dengan tujuan atau kriteria hasil yang sudah dibuat pada
perencanaan. Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan yang melibatkan klien dan
tenaga kesehatan lainnya (Asmadi, 2018).
Perumusan evaluasi keperawatan meliputi empat komponen yang dikenal dengan
istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien), objektif (data hasil
pemeriksaan), analisis data (pembandingan data dengan teori), dan perencanaan, hasil
yang diharapkan dari asuhan keperawatan pada pasien ulkus diabetikum sesuai dengan
diagnosa dan keriteria hasil,tujuan yang hendak tercapai, tercantum pada rencana
intervensi yang akan diberikan (Hartono, 2019).
25
Terapi ini dilakukan dengan anggota keluarga merekam suatu pengalaman yang
cukup berharga dengan pasien selama 10 menit hal ini mmenunjukkan hasil yang
signifikan terhadap penurunan kesadaran pasien karea pengaruh pengalaman yang
membekas pada memori pasien nantinya akan meningkatkan korteks pendengaran
secara aktif (Mohammadi dkk., 2019). Terapi FAST dilakukan dengan 3 sesi yakni
Sesi pertama selama 1 menit, menceritakan mengenai awal dari pasien mengalami
penurunan kesadaran termasuk waktu dan tempat pasien mengalami serangan
stroke. Sesi dua ( 4 menit) menceritakan kenangan indah bersama dengan pasien,
sesi ketiga (5 menit), keluarga diminta berbicara hal apa yang akan dilakukan
ketika pasien sadar dan mendorong pemulihan pasien mereka diminta berbricara
dengan kata kata yang menjanjikan (Mohammadi dkk.,2019). Sebelum sesi dimulai
nilai GCS pasien terlebih dahulu diukur begitupun juga di akhir sesi nilai GCS
pasien kembali di ukur.
b. Tujuan Range Of Motion (ROM) Menurut (Harna, 2018) tujuan ROM sebagai
berikut :
26
Cirila Aripratiwi, selama tiga Intervensi 0,010 (nilai p <α ) Hasil
JonHafan hari uji yang signifikan
Sutawardana, Mulia membuktikan bahwa ada
Hakam pengaruh FAST dalam
meningkatkan kesadaran
pasien stroke. FAST
dapat dijadikan terapi
nonfarmakologi untuk
membantu proses
pemulihan kesadaran
pada pasien stroke.
perubahan dengan
memfasilitasi redistribusi
sumber daya otak, ,
maka temuan ini
27
memberikan landasan
untuk mengkarakterisasi
kontribusi unik dari
intervensi FAST dan
dapat menginformasikan
pengembangan strategi
pengobatan baru.
29
prosedur tindakan pada pasien/keluarga, dilanjutkan dengan menanyakan kesiapan
keluarga dan pasien sebelum dilakukan tindakan, kemudian dilanjutkan ke fase kerja
yaitu memulai merekam suara keluarga. Sesi 1 selama 1 menit, menceritakan
mengenai awal dari pasien mengalai penurunan kesadaran termasuk waktu dan tepat
pasien mengalami serangan stroke. Sesi dua ( 4 menit) menceritakan kenangan indah
bersama dengan pasien. Sesi ketiga (5 menit), keluarga diminta berbicara hal apa yang
akan dilakukan ketika pasien sadar dan mendorong pemulihan pasien mereka diminta
bebricara engan kata kata yang menjanjikan. Tahap Pada Pasien:Posisikan Pasien
senyaman mungkin, lakukan pemeriksaan GCS pada pasien, putar audio dan letakkan
berada didekat telinga pasien, putar audio selama 10 menit. Setelah selesai ukur
kembali nilai GCS pasien membereskan dan kembalikan alat ke tempat semula,
mencuci tangan, mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
30