Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH MANAJEMEN KEPERAWATAN TERHADAP

KUALITAS RUANG SANTA AGNES


Margareta Rikawati1Peter Yordan,2,Plorentina Nopita3,Putra Ardhana4,Reza Fuad Zuama5
Program Studi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Pontianak , Jl.28 Oktober Siantan Hulu-Pontianak

Email:Leosantana@gmail.com
ABSTRAK

Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan
yang dinamisdan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam manajementersebut
mencakup kegiatan POAC, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber
daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang
komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses
keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Metode dalam penelitian ini menggunakan pre post test, dengan random sampling,menggunakan
desain observasional analitik,pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi,wawancara,serta
lembar quisioner
Hasil survey yang dilakukan menunjukan bahwa manajamen memiliki pengaruh terhadap standar
SAK pre test 0 post test 100 ,asuhan keperawatan berdasarkan SDKI pre test dengan nilai rata-rata 89,7
post test sebesar 100,optimal dalam mencuci tangan 5 moment pre test 88,9 dan post test 100, ada
pengaruh terhadap pelabelan, ada pengaruh terhadap tata tertib pasien baru
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh manajemen keperawatan terhadap standar
SAK, keperawatan berdasarkan SDKI, optimal dalam mencuci tangan 5 moment, pengaruh terhadap
pelabelan, dan tata tertib pasien baru
Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi pembaca,selanjutnya
penelitian dapat dijadikan wawasan dalam menangani pasien pada saat dilakukan general anastesi pada
pasien untuk menentukan tindakan yang tepat untuk dilakukan, serta pada hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai salah satu sumber data penelitian untuk penelitian selanjutnya dan dilakukan
penelitian lebih lanjut berdasarkan faktor lainnya, variabel berbeda dan juga lokasi yang berbeda.

Keywords: Manajemen,kualitas mutu pelayanan

ABSTRACT
Nursing management is a process of completing a job through dynamic and proactive planning in
carrying out an activity in the organization, in that management includes POAC activities, organizing,
directing and supervising by using resources effectively, efficiently and rationally in providing bio-
psycho-social services. Comprehensive spiritual care for individuals, families, and communities, both sick
and healthy through the nursing process to achieve the goals that have been set (Asmuji, 2012).
The method in this study used a pre post test, with random sampling, using an analytical
observational design, data collection using observation sheets, interviews, and questionnaire sheets.
The results of the survey conducted showed that management had an influence on the standard of
SAK pre test 0 post test 100, nursing care based on the IDHS pre test with an average value of 89.7 post
test of 100, optimal in washing hands 5 moments pre test 88.9 and post test 100, there is an effect on
labeling, there is an influence on the new patient's order.
The conclusion in this study is that there is an effect of nursing management on SAK standards,
nursing based on IDHS, optimal hand washing 5 moments, influence on labeling, and new patient
discipline.
Suggestions in this study are expected to add insight for readers, further research can be used as
insight in dealing with patients when general anesthesia is carried out on patients to determine the right
action to take, and the results of this study are expected to be used as a source of research data for
research. further and further research is carried out based on other factors, different variables and also
different locations.

Keywords: Management, quality of service quality

PENDAHULUAN
Pelayanan keperawatan di rumah sakit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan dasar
manusia, yang diberikan dalam bentuk asuhan keperawatan, dilakukan melalui proses
pengkajian terhadap penyebab utama tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia,
penentuan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan
pengevaluasian. Seluruh proses diatas disebut proses keperawatan (Asmuji, 2012).
Perawat sebagai salah satu profesi yang berperan penting dalam
penyelenggaraan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan di
rumah sakit merupakan bagian dari integral dari pelayanan kesehatan yang mempunyai
konstribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan rumah sakit. Sehingga setiap
upaya untuk peningkatan pelayanan rumah sakit juga diikuti upaya peningkatan
profesionalitas dan kualitas pelayanan keperawatan (Asmuji, 2012).
Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan
menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan
pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan
masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012).
Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamisdan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan di organisasi, di dalam manajementersebut mencakup
kegiatan POAC (Planning, Organizing, Actuating, Controling) terhadap staff, sarana,
dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi. Keempat fungsitersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar
manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperawatan yangbermutu, berdaya guna
dan berhasil guna bagi masyarakat (Nursalam, 2009).
Proses Manajemen Keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai
suatu metode pelaksanaan asuhan keperawatan secara SystemSional, sehingga
diharapkan keduanya saling menopang. Sebagaimana yang terjadi di dalam proses
keperawatan, di dalam Manajemen Keperawatan-pun terdiri dari pengumpulan data,
identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil. Metode penugasan
dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap asuhan
keperawatan pasien mulai dari masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktek
kemandirian perawat, ada kejelasan antara pembuat perencana asuhan dan pelaksana.
Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara
pasien dengan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan, dan
koordinasi asuhan keperawatan selama pasien dirawat (Nursalam, 2009).
Sebagai manajer kasus (case manager), perawat bekerja dalam tim asuhan
kesehatan multidisiplin dalam mempertimbangkan, memantau, dan mengevaluasi
keberhasilan rencana pemecahan kasus yang ada. Perawat manajer kasus memiliki
ketentuan yang berbeda pada tiap institusi atau lembaga. Ada yang menetapkan bahwa
perawat manajer kasus nantinya akan bekerja sama dengan staf perawat dan tenaga yang
diperlukan lainnya, dan ada pula yang menetapkan bahwa perawat manajer kasus tidak
lain adalah staf perawat itu sendiri yang sedang memecahkan suatu kasus berdasarkan
asuhan keperawatan (Berman, 2016).
METODE
Metode dalam penelitian ini menggunakan pre post test, dengan random sampling, menggunakan desain
observasional analitik,pengambilan data dengan menggunakan lembar observasi,wawancara,serta
lembar quisioner

HASIL
data dalam penelitian post test ini dikelompokkan data – datanya yang sejenis sesuai
dengan kriteria-kriteria yang dinilai untuk menjawab tujuan dengan menggunakan
metode penabelan dan naratif.
A. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dapat digunakan sebagai Acuan
dalam Penatalaksanaan 10 Besar Penyakit pada Bulan Januari-Desember 2021
No Objek Observasi Hasil Observasi
Ada Tidak Ada
1 Visi Ruangan 9 0
2 Misi umah Sakit 9 0
3 Standart asuhan keperawatan (SAK) 9 0
4 Standart Operasional prosedur (SOP) 9 0
5 Struktur organisasi ruangan 9 0
6 Ketersediaan format asuhan keperawatan dan rekam 9 0
medis keperawatan

8 BOR 9 0
9 ALOS 9 0
10 TOI 9 0
11 Indicator mutu ruangan 9 0
12 Mutu asuhan keperawatan diruangan 9 0
13 Tersedianya lembar balik mengenai tata tertib pasien 9 0
baru diruangan santa agnes
14 Tersedianya SAK 9 0

Tabel 4.1 Setelah Implementasi Pedoman Observasi Ruang Santa Agnes


No Pedoman Observasi N : (9) Min Max Mean
Ruang Santa Agnes
1 Baik 9 100 100 100
Data pengkajian di tabel post test dengan nilai rata-rata 100
B.Penerapan asuhan berdasarkan dengan SDKI
Tabel 4.2 Setelah Implementasi Pedoman Pelaksanaan Asuhan Keperawatan
No Pedoman Pelaksanaan N : (9) Min Max Mean
Asuhan Keperawatan
1 Pengkajian 9 90 100 95
2 Diagnosa 9 90 100 96,67
3 Intervensi 9 90 100 93,33
4 Implementasi 9 100 100 100
5 Evaluasi 9 100 100 100
6 Dokumentasi 9 100 100 100
Berdasarkan tabel diatas nilai post test rata sebesar 97,5
C. Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam pasien safety khusunya
mencuci tangan guna pencegahan Infeksi Nosokomial

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya mengetahui cara cuci tangan 6 langkah 9 0

2 Saya mengetahui tujuan cuci tangan 6 langkah 9 0

3 Saya selalu cuci tangan 6 langkah sebelum menyentuh 9 0


pasien
4 Saya selalu cuci tangan 6 langkah sebelum melakukan 9 0
tindakan aseptik / bersih
5 Saya selalu cuci tangan 6 langkah setelah tangan 9 0
terkena cairan tubuh pasien
7 Saya selalu cuci tangan 6 langkah setelah menyentuh 9 0
segala sesuatu didalam ruangan pasien
8 Saya selalu mencuci tangan dengan air setelah 5 kali 9 0
mencuci tangan dengan handrub
9 Saya selalu mencuci tangan setiap berpindah dari pasien 9 0
ke pasien
10 Saya Selalu mencuci tangan 6 langkah setelah dan 9 0
sebelum memakai sarung tangan / handscoon

Tabel 4.3 Setelah Impelemtasi Lembar Observasi 5 Momen Cuci Tangan 6


Langkah
No Lembar Observasi 5 N : (9) Min Max Mean
Momen Cuci Tangan 6
Langkah
1 Baik 9 100 100 100
Berdasarkan tabel diatas hasil post test dengan 9 responden yang diambil sebagai
sampel dengan nilai sebesar 100
D. Belum optimalnya prosedur pemberian obat dalam pasien safety
khusunya mengenai identifikasi pasien.

No Prosedur Pemberian Obat Ya Tidak


1. Benar pasien
a. Meminta pasien untuk menyebutkan nama dan 9 0
tanggal lahir.
b. Mengecheck gelang identitas pasien menggunakan 9 0
minimal 2 identifikasi (tanggal lahir dan alamat).

2. Benar dosis 9 0
Melakukan konfirmasi ulang antara dosis dengan resep
yang dianjurkan.

3. Benar jenis obat


a. Memeriksa label obat. 9 0
b. Memeriksa order obat yang diresepkan. 9 0

4. Benar waktu
a. Memeriksa bahwa memberikan dosis pada waktu 9 0
yang tepat.
b. Mengkonfirmasi ketika dosis terakhir diberikan. 9 0
5. Benar cara pemberian 9 0
Memeriksa kembali kesesuaian jenis obat serta rute
pemberian obat sebelum diberikan kepada pasien.

6. Benar dokumen 9 0

Tabel 4.4 Setalah Implementasi Lembar Observasi Pemberian Obat


No Lembar Observasi N : (9) Min Max Mean
Pemberian Obat
1 Baik 9 100 100 100

Berdasarkan tabel diatas hasil post test dengan 9 responden yang diambil sebagai
sampel dengan nilai sebesar 100
E.Belum optimalnya informasi tentang tata tertib pasien baru dengan lembar
balik
No Objek Observasi Hasil Observasi
Ada Tidak Ada
1 Visi Ruangan 9 0
2 Misi umah Sakit 9 0
3 Standart asuhan keperawatan (SAK) 9 0
4 Standart Operasional prosedur (SOP) 9 0
5 Struktur organisasi ruangan 9 0
6 Ketersediaan format asuhan keperawatan dan rekam 9 0
medis keperawatan

8 BOR 9 0
9 ALOS 9 0
10 TOI 9 0
11 Indicator mutu ruangan 9 0
12 Mutu asuhan keperawatan diruangan 9 0
13 Tersedianya lembar balik mengenai tata tertib pasien 9 0
baru diruangan santa agnes
14 Tersedianya SAK 9 0

Berdasarkan tabel diatas hasil post test dengan 9 responden yang diambil sebagai
sampel dengan nilai sebesar 100
Pembahasan
Pada bab ini peneliti akan memaparkan pembahasan dari 5 masalah yang
ditemukan dengan adanya pembahasan ini untuk menjawab tujuan yang ingin
dicapai peneliti, selanjutnya untuk melihat hubungan-hubungan yang saling
berkaitan berdasarkan rumusan masalah,yang dibahas berdasarkan 5 poin dalam
bentuk narasi sebagai berikut:
rumusan masalah,yang dibahas berdasarkan 5 poin dalam bentuk narasi sebagai berikut

A. Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang dapat digunakan sebagai Acuan


dalam Penatalaksanaan 10 Besar Penyakit pada Bulan Januari-Desember 2021

hasil observasi ruangan santa agnes dimana didapatkan nilai minimum dan nilai
maksimum 100 dan rata-ratanya adalah 100. Pada hal ini rata-rata hasil observasi
ruangan santa agnes tergolong baik dan sudah mendapatkan implementasi dari
mahasiswa profesi keperawatan.
Standar merupakan uraian pernyataan tingkat kerja yang diinginkan, sehingga kualitas
struktur, proses dan hasil dapat dilihat. Standar Asuhan Keperawatan (SAK)
menggambarkan tingkat kompeten dari asuhan yang diberika oleh perawat melalui
proses keperawatan, mencakup: pengkajian, diagnosis, intervensi, implementasi,
evaluasi dan dokumentasi. SAK berarti pernyataan kualitas yang diinginkan dan dapat
dinilai pemberian asuhan keperawatan terhadap pasien. Hubungan antara kualitas dan
standar menjadi dua hal yang saling berkaitan, karena melalui standar dapat dijadikan
sebagai bukti pelayanan meningkat atau memburuk (Nursalam, 2011).

B. Penerapan asuhan berdasarkan dengan SDKI

Pada data diatas pada survey pedoman pelaksanaan asuhan keperawatan dari
pengkajian sampai dokumentasi mendapatkan rata-rata 97,5 yang tergolong baik.
Setelah mendapatkan implementasi perawat ruang santa agnes mulai menerapkan
diagnose berdasarkan SDKI dan menerapkan intervensi sesuai dengan SIKI. Dapat
terlihat dari rata-ratanya yaitu mengalami kenaikan setelah dilakukan implementasi.
Dalam memberikan pelayanan kesehatan salah merupakan salah satu indikator
Keberhasilan rumah sakit ditentukan oleh pemberian asuhan keperawatan yang
berkualitas. Asuhan keperawatan merupakan salah satu wujud bukti kinerja perawat.
Diagnosis yang didokumentasikan dalam proses asuhan keperawatan masih perlu
dievaluasi, karena masih adanya keragaman dalam merumuskan masalah yang
disebabkan beragamnya pendidikan keperawatan, pengetahuan perawat, bahkan
perbedaan standar acuan yang digunakan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan satu perawat di Vincentius singkawang
bahwa perawat belum menerapkan diagnosis keperawatan berdasarkan SDKI (Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia), SLKI (Standar Luaran Keperawatan Indonesia) dan
SIKI (Standar Intervensi Keperawatan Indonesia). Hasil pengkajian didapat bahwa
perawat belum pernah mendapatkan sosialisasi penerapan buku SDKI, SLKI dan SIKI,
sehingga belum dapat di terapkan di rumah sakit. Hasil pengamatan dan pendampingan
pengisian dokumentasi keperawatan, masih banyak ditemukan perawat yang belum
mengetahui standar dokumentasi keperawatan.
C... Belum optimalnya kepatuhan perawat dalam pasien safety khusunya mencuci
tangan guna pencegahan Infeksi Nosokomial

hasil observasi 5 momen cuci tangan 6 langkah didapatkan nilai minimum dan nilai
maksimum 100 dengan rata-rata 100. Pada hal ini didapatkan kenaikan hasil observasi
yang sebelumnya 80 setelah diberikan edukasi menjadi 100, dimana perawat ruang santa
agnes perlahan merubah sikapnya untuk selalu menerapkan mencuci tangan sebelum
dan sesudah tindakan.
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2016, prevalensi nasional
berprilaku benar dalam cuci tangan masih dalam taraf yang sangat memprihatinkan.
Masih ada 76.8% petugas kesehatan yang tidak melakukan cuci tangan. Padahal cuci
tangan adalah langkah yang paling mudah dan sangat penting yang dapat dilakukan
untuk pengendalian infeksi di rumah sakit. Sementara itu, standar akreditasi rumah sakit
tahun 2011 sudah menetapkan bahwa setiap rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman hand hygiene yang diterbitkan dan diterima secara umum serta menerapkan
program hand hygiene yang efektif.

D. Belum Belum optimalnya pemberian pelabelan seperti prosedur


pemberian obat dalam pasien safety khusunya mengenai identifikasi
pasien ,label rekam medis,label pada bokal obat

hasil observasi pemberian obat didapatkan nilai minimum dan nilai maksimum
100 dan rata-rata 100. Pada hal ini pemberian pelaabelan pada obat sudah dilaksanakan
yang dibantu oleh mahasiswa profesi keperawatan sehingga meningkatkan 6 benar
dalam pemberian obat.
Identifikasi Pasien Hasil penelitian terkait identifikasi pasien menunjukkan lebih dari
setengah perawat telah menerapkan kebijakan atau prosedur dalam mengidentifikasi
pasien dalam pemberian obat. Namun dirasa masih kurang efektif karena di bokal obat
hanya tersedia nomor bed saja, perawat yang belum mengidentifikasi pemberian obat
menggunakan dua identitas pasien, misalnya menggunakan nama dan nomor rekam
medis seperti yang telah ditulis digelang identitas pasien, serta tepat obat yang
diberikan.

Perawat masih menggunakan nomor kamar atau nomor tempat tidur dalam
pemberian obat. Proses identifikasi pasien harus dilakukan sejak dari awal pasien masuk
rumah sakit dan akan selalu dikonfirmasi terutama dalam pemberian obat. Tindakan
pemberian obat menjadi salah satu tindakan penting seorang perawat dalam
menjalankan peran kolaborasinya. Saat memberikan obat pada pasien perawat perlu
memperhatikan aspek enam tepat yang meliputi: tepat pasien (right client), tepat obat
(right drug), tepat dosis (right dosis), tepat waktu (right time), tepat cara (right route)
dan tepat dokumentasi (right documentation) (Yunie Armiyat 2019). Oleh karena itu
perlu dibuat pelabelan mengenai informasi obat yang jelas guna untuk menghidari
terjadinya risiko yang membahayakan kepada pasien terutama pasien anak yang berada
di santa agnes.

E.Belum optimalnya informasi tentang tata tertib pasien baru dengan lembar
balik

Setelah dilakukan post test didapatkan data dengan nilai 100 yang mana
sebelumnya belum ada alat peraga berupa lembar balik tentang tata tertib pasienMenurut
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Dalam pelayanan
kesehatan, setiap pasien mempunyai tata tertib sebagai pasien di rumah sakit.
Hak dan Kewajiban pasien diatur dalam Undang- Undang No. 36 tahun 2009
tentang Kesehatan. Macam-macam hak pasien meliputi hak atas informasi, hak
memberikan persetujuan tindakan medis, hak atas rahasia kedokteran dan hak atas
pendapat kedua. Sedangkan kewajiban pasien adalah memberikan informasi yang benar
kepada dokter, mematuhi anjuran dokter atau perawat, memberi imbalan jasa yang
layak dan tidak memaksakan keinginan agar dilaksanakan oleh dokter apabila
berlawanan dengan kebebasan dan keluhan profesi dokter. Dengan dibuatnya media
lembar balik diharapkan pasien baru mampu memahami dan menerapkan tata tertib
beserta hak dan kewajiban selama berada di ruang santa agnes.
Perawat masih menggunakan nomor kamar atau nomor tempat tidur dalam
pemberian obat. Proses identifikasi pasien harus dilakukan sejak dari awal pasien masuk
rumah sakit dan akan selalu dikonfirmasi terutama dalam pemberian obat. Tindakan
pemberian obat menjadi salah satu tindakan penting seorang perawat dalam
menjalankan peran kolaborasinya. Saat memberikan obat pada pasien perawat perlu
memperhatikan aspek enam tepat yang meliputi: tepat pasien (right client), tepat obat
(right drug), tepat dosis (right dosis), tepat waktu (right time), tepat cara (right route)
dan tepat dokumentasi (right documentation) (Yunie Armiyat 2019). Oleh karena itu
perlu dibuat pelabelan mengenai informasi obat yang jelas guna untuk menghidari
terjadinya risiko yang membahayakan kepada pasien terutama pasien anak yang berada
di santa agnes.
Keterbatasan penelitian
a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini belum mewakili semua faktor-faktor
yang mempengaruhi manajemen

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pembahasan maka terdapat beberapa kesimpulan
yaitu:
1.Pembuatan SAK terhadap ruangan dari 10 terbesar penyakit pada tahun 2021
2.Perawat ruang santa agnes berusaha untuk menerapkan diagnosa sesuai dengan
SDKI
3.Perawat ruang santa agnes lebih menerapkan safety terhadap diri sendiri dengan
cara mencuci tangan dalam 5 moment yang tertera
4.Memberikan pelabelan pada box obat untuk identifikasi pasien
5.Memberikan lembar balik terhadap ruangan untuk memberikan edukasi terhadap
pasien baru

B. Saran
Berdasarkan hasil dari pengkajian dan evaluasi management keperawatan di
ruang Santa Agnes RS Santo Vincentius Singkawang mahasiswa Ners Poltekkes
Pontianak yang sudah berjalan dengan baik, disarankan untuk dipertahankan agar
meningkatkan pelayanan kepada pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Hendriana, Y., & Pranatha, A. (2020). Standar nursing language berbasis nanda, noc, dan nic
terhadap kualitas pengisian dokumentasi keperawatan. nurscope: Jurnal Penelitian dan
Pemikiran Ilmiah Keperawatan, 5(2), 26. Https://doi.org/10.30659/nurscope.5.2.26-31

Magdalena EL. 2014. Tingkat Pengetahuan Pasien Rawat Inap Tentang Sistem Pembayaran
Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan di RSUD Sukoharjo
Tahun 2014. [Karya Tulis Ilmiah]. Karanganyar : STIKes Mitra Husada

Nasrul Sani F, Pratiwi Rissa M. the Corelation Between Nurse Motivation and the Compliance
Level At Hand Washing. 2017;14:0–7.

Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi 2012. Jakarta: PT Rineka Cipta.

SDKI, H.J., & Ahmad,A.M. (2018). Penerapan Standar Keselamatan Pasien Di Rumah
Sakit Umum Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Kesehatan PoltekkeTernate.

Simamora, R. H., Bukit, E., Purba, J. M., & Siahaan, J. (2017). Penguatan kinerja perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan melalui pelatihan ronde keperawatan di rumah sakit royal
prima medan. Jurnal pengabdian kepada masyarakat, 23(2), 300–304.

Valentina. (2017).Pelaksanaan Standar Ketepatan Identifikasi Pasien Rawat Inap Di Rumah


Sakit Sinar Husni Medan Tahun 2017. Jurnal Ilmiah Perekam Dan Informasi Kesehatan
Imelda. Vol 2. Hal 327-329.

Anda mungkin juga menyukai