Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

DI RS SANTO VINCENTIUS
SINGKAWANG

Disusun Oleh:
PUTRA ARDHANA
NIM. 211133028

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK
TAHUN 2021/2022

A, Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2017).

Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Prawirohardjo, 2018).

Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Prawirohardjo, 2019).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit ( Dep.kes RI, 2018).

Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.

2. Tanda dan Gejala

1. Tanda–tanda permulaan persalinan yang terjadi beberapa minggu sebelum


persalinan adalah :
a. Lightening / settling / dropping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul.
Pada primigravida terjadi saat 4–6 minggu terakhir kehamilan, sedangkan pada
multigravida terjadi saat partus mulai.
b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
c. Perasaan sering atau susah kencing (polakisuria), karena kandung kemih tertekan
oleh bagian terbawah janin.
d. Perasaan sakit perut dan dipinggang karena kontraksi lemah dari uterus.
e. Serviks menjadi lebih lembek dan mulai mendatar, sekresinyapun akan bertambah
bisa bercampur darah (Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
2. Tanda–tanda pasti persalinan yang terjadi beberapa saat sebelum persalinan
adalah :
 Terjadinya his persalinan yang bersifat :
1.) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2.) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin besar.
3.) Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
 Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks.
 Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan dengan
pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam
kemudian.
 Pada pemeriksaan dalam serviks telah mendatar dan pembukaan telah ada
(Departemen Kesehatan Jawa Tengah, 2004).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan persalinan dan kelahiran
 Usia Ibu
 Berat badan ibu
 Jarak kelahiran
 Berat bayi dan usia gestasi
 Posisi fetus
 Kondisi selaput ketuban
 Tempat menempelnya plasenta dan Faktor psikologi
3.Penyebab

Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sapaio akhirnya mulai
berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bayi
dilahirkan.

Penyebab peningkatan aktivitas uterus yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi


sedikitnya ada 2 kategori pengaruh utama yang menyebabkan timbulnya puncak kontraksi
yang berperan dalam persalinan :

4. Faktor Hormonal Yang Menyebabkan Peningkatan Kontraksi Uterus

a. Rasio Estrogen Terhadap Progesteron

Progesteron menghambat kontraksi uterus selama kehamilan, sedangkan


estrogen cenderung meningkatkan derajat kontraktilitas uterus, sedikitnya terjadi
karena estrogen meningkatkan jumlah gap jungtion antara sel-sel otot polos
uterus yang berdekatan.

Baik estrogen maupun progesteron disekresikan dalam jumlah yang secara


progresif makin bertambah selama kehamilan, tetapi mulai kehamilan bulan ke-
7 dan seterusnya sekresi estrogen terus meningkat sedangkan sekresi progesteron
tetap konstan atau mungkin sedikit menurun. Oleh karena itu diduga bahwa rasio
estrogen terhadap progesteron cukup meningkat menjelang akhir kehamilan,
sehingga paling tidak berperan sebagian dalam peningkatan kontraksi uterus.

b. Pengaruh oksitosin pada uterus

Oksitosin merupakan suatu hormon yang disekresikan oleh neurohipofise


yang secara khusus menyebabkan kontraksi uterus. 3 alasan peranan oksitosin :
1) Otot uterus meningkatkan jumlah reseptor-reseptor oksitoksin, oleh karena
itu meningkatkan responnya terhadap dosis oksitosin yang diberikan
selama beberapa bulan terakhir kehamilan.

2) Kecepatan sekresi oksitosin oleh neurohipofise sangat meningkat pada saat


persalinan.

3) Iritasi oleh regangan pada serviks uteri, dapat menyebabkan kelenjar


hipofise posterior meningkatkan sekresi oksitosinnya.

c. Pengaruh Hormon Fetus Pada Uterus

Kelenjar hipopisis fetus juga mensekresikan oksitoksin yang jumlahnya


semakin meningkat, dan kelenjar adrenalnya mensekresikan sejumlah besar
kortisol yang merupakan suatu stimulan uterus. Selain itu, membran fetus
melepaskan prostagladin dalam kosentrasi tinggi pada saat persalinan.
Prostagladin meningkatkan intensitas kontraksi uterus.

5. Faktor Mekanis Yang Meningkatkan Kontraktilitas Uterus

a. Regangan otot-otot uterus

Regangan sederhana otot-otot polos meningkatkan kontraktilitas otot-otot


tersebut. Selanjutnya regangan intermitten seperti yang terjadi berulang-ulang
pada uterus karena pergerakan fetus juga meningkatkan kontraksi otot polos.

b. Regangan atau iritasi serviks

Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada
korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi
iogenik sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.
4. Patofisiologi

1) Kala I (kala pembukaan)


a. Tanda dan gejala :
 His sudah Adekuat
 Penipisan dan pembukaan serviks sekurang – kurangnya 3 cm
 Keluar cairan dari vagina dalam bentuk lendir bercampur darah
b. His dianggap Adekuat bila :
 His bersifat teratur, minimal 2x tiap 10 menit dan berlangsung sedikitnya 40
detik
 Uterus mengeras pada waktu kontraksi, sehingga tidak didapatkan cekungan
lagi bila dilakukan penekanan diujung jari
 Serviks membuka.
c. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase :
1) Fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lembut
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
2) Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni :
a) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm
b) Fase dilaktasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan brlangsung
sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c) Fase diselarasi : pembukaan menjadi lambat kembali. Dalam waktu 2 jam
pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap ( 10 cm )
Fase – fase tersebut dijumpai pada primigavida. Pada multigrafida pun terjadi
demikian, akan tetapi fase laten, aktif, dan diselerasi terjadi lebih pendek.
Pemeriksaan dalam
1) perabaan serviks
a. lunak dan pendataran serviks
b. masih tebal atau tipis
c. pembukaan dan arah serviks
2) ketuban
a. sudah pecah atau belum
b. pembukaan hampit lengkap : pecahkan ketuban
3) bagian terendah dan posisinya
a. leopold 3 dan 4
b. kepala : keras, bulat teraba sutura
c. letak kepala : penurunan kadar bidang hodge, ada caput succadeneum atau
tidak, berapa besarnya
d. bokong dikenal : lunak, deminatornya tulang sacrum
4) sifat flour albus
5) keadaan patologis : tumor, kekakuan serviks, halangan penurunan bagian terendah
Pemeriksaan dalam idealnya dilakukan minimal 4 jam sekali
Bidang Hodge : untuk menentukan sampai dimanakah bagian terendah janin turun
dalam panggul
H I : bidang hodge yang sudah dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis dan promontorium
H II : sejajar dengan hodge I, setinggi bagian bawah simfisis
H III : sejajar hodge I, II, setinggi spina ischiadica kiri dan kanan
H IV : sejajar bidang hodge I,II,III setinggi os coccigeus
2) Kala II
Persalinan kala II dimilai ketika pembukaan lengkap dan berakhir dengan
lahirnya seluruh janin
Tanda dan gejala :
 Ibu ingin meneran
 Perineum menonjol
 Vulva dan anus membuka
 Meningkatnya pengeluaran darah dan lendir
 Kepala telah turun didasar panggul
Pada kala II his menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2-3 menit sekali,
kepala janin biasanya sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan
pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa
meneran. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 45 –60 menit, dan multipara
15-30 menit.
3) Kala III (kala uri)
a. Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya
plasenta.
b. Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II
c. Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)
Pelepasan plasenta
a. Menurut Matthew Duncan : dimulai dari pinggir plasenta (margina)
b. Menurut Schutze : dimulai dari tengah
c. Kombinasi keduanya
Cara Menguji
a. Perasat Kustner
Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri → fundus uteri taki pusat masuk kembali
→ belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas

b. Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan → tali
pusat tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas
c. Peerasat Strassinan
Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok
fundus uteri terasa getaran : belum lepas
Tanda pelepasan plasenta
a. Perubahan entuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan
perubahan ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU
berada dibawah umbilikus.
Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus
menjadi globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi
kanan ). Biasanya plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1
jam.
b. Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat
keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.
c. Semburan darah tiba – tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba
menandakan bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika
plasenta memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a) Perdarahan
b) Kelengkapan plasenta
c) Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d) Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e) Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
f) Pemberian uterotunika bila perlu
g) Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta


a) Perdarahan peurperium berkepanjangan
b) Bahaya infeksi
c) Polip plasenta
d) Degenerasi gana >> kuriokarsinoma
4) Kala IV
Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya proses
pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang
baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan
yang intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan
pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah 100 – 300 cc,
bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh
ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke kamarnya.
Hal – hal yang harus diperhatikan
a) Kontraksi uterus harus baik
b) Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain
c) Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap
d) Kandung kemih harus kosong
e) Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma
f) Bayi dalam keadaan baik
g) Ibu dalam keadaan baik
5.WOC

Kekurangan Volume
Cairan
6. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta tingkat kenyamanan ibu bersalin.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:

1) Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik


2) Tunjukan sikap ramah dan sopan
3) Minta ibu menarik nafas perlahan jika ia merasa tegang
4) Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
5) Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri kontraksi,
warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh
6) Nilai tanda-tanda vital ibu ( TD, Nadi, suhu, dan pernafasan)
7) Lakukan pemeriksaan abdomen yang berguna untuk:
a) Menentuka tinggi fundus uteri
b) Memantau kontraksi uterus
c) Memantau denyut jantung janin
d) Menentukan presentasi
e) Menentukan penurunan bagian terendah janin
8) Lakukan pemeriksaan dalam dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut
b) Minta ibu untuk berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
c) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
d) Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau
larutan antiseptik
e) Periksa genitalia eksterna, apakah ada luka atau masa termasuk kondilomata,
varikositas vulva atau rectum atau luka parut di perineum
f) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan
pervaginam, atau mekonium.
g) Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari, masukan
jari telunjuk dan jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari sampai pemeriksaan
selesai dilakukan
h) Nilai vagina
i) Nilai pembukaan dan penipisan servix
j) Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba
saat melakukan pemeriksaan dalam.
k) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka bagian terbawah tersebut telah
masuk ke dalam rongga panggul.
l) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau
fontanel magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan
atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan
ukuran jalan lahir
m) Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan sarung
tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi
secara terbalik dan rendam ke dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
n) Cuci kedua tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering.
o) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
p) Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.
.
7. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

 Rekaman kardiotografi.
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau doptone
yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung janin. Dilakukan pada
kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.
 Partograf.
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu petugas
kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien. Partograf
berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf
dimulai pada pembukaan mulut rahim 4 cm (fase aktif).
 Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan
8.Diagnosis

a. Kala I

Diagnosis :

Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan
kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.

b. Kala II

Diagnosis

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan dalam untuk


memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin sudah tampak di vulva
dengan diameter 5 – 6 cm.

c. Kala III

Manajemen Aktif Kala III

· Pemberian oksitosin dengan segera

· Pengendalian tarikan tali pusat

· Pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir

d. Kala IV

Diagnosis

Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia
luar.

8. Terapi/Tindakan Penanganan

a. Kala I

Penanganan
o Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan kesakitan

o Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.

o Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan

o Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan

o Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang
air besar/.kecil.

o Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara :
gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.

o Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum

o Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

b. Kala II

Penanganan
o Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar
merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
o Menjaga kebersihan diri
o Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
o Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
o Mengatur posisi ibu
o Menjaga kandung kemih tetap kosong
o Memberikan cukup minum
c. Kala III

Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
 Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
 Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
d. Kala IV

Penanganan
· Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan .
 Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam I dan setiap 30 menit selama jam II
 Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
 Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
 Biarkan ibu beristirahat
 Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
 Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
 Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
 Ajari ibu atau keluarga tentang :
 Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
 Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
9.Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah dini,
persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus, kelahiran
sesaria, inverse uterus, dan pendarahan post partum dini.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Kala I

o Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur, frekuensi,
interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status emosional.

o Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-30 menit dan
berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan cairan pink, coklat, ruptur,
keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilikus

o Kontraksi tekanan uterus dilatasi cerviks dan penurunan karakteristik yang


menggambarkan kontraksi uterus : Frekuensi, internal, intensitas, durasi, tonus
istirahat

o Penipisan cerviks, evasemen mendahului dilatasi cerviks pada kehamilan pertama


dan sering diikuti pembukaan dalam kehamilan berikutnya

o Pembukaan cerviks, adalah sebagian besar tanda-tanda yang menentukan bahwa


kekuatan kontraksi uterus yang efektif dan kemajuan persalinan

o Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus, letak janin,
penurunan janin.

o Pemeriksaan Vagina: membran, cerviks, fetus, station.

o Tes diagnostik dan laboratorium : spesimen urin, tes darah, ruptur membrane,
cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
b. Kala II

o Data umum Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi kurang
dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.

o Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan servik 10
cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan lendir, cairan amnion,
perineum menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan distensi kandung
kemih.

o Tanda yang menyertai kala II : Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan
pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka, gelisah, pada waktu his kepala janin tampak di vulva, meningkatnya
pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, perasaan panas dan
tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut, gelisah,
ketidakpercayaan dan merintih.

o Monitoring terhadap : His (frekuensi, kekuatan, jarak, intensitas), keadaan janin


( penurunan janin melalui vagina), kandung kemih penuh/tidak, nadi dan tekanan
darah

o Durasi kala II → kemajuan pada kala II : Primigravida berlangsung 45– 60 menit,


multipara berlangsung 15 – 30 menit

c. Kala III

 Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10 mmhg,
kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan kedinginan,
mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan

 Data obstetric Perubahan uterus (discoid-globular), uterus bundar dan keras,


keadaan kandung kemih penuh atau kosong, perdarahan pervagina,
normalnya 250-300 ml, janin lahir efisiotomi
 Pengkajian setelah janin lahir, tinggi fundus uteri, setinggi pusat, pelepasan
plasenta ada dua macam, yaitu:

 Schulze, Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada
perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir.

 Duncan, Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada perdarahan
sedikit-sedikit

d. Kala IV

o Tanda tanda vital : Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi
vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti :
pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami
perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.

o Pemeriksaan fundus dan tingginya, selama waktu itu pengosongan kandung


kemih mempermudah pengkajian dan hasilnya lebih tepat.

o Kandung kemih : Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.

o Lochia : Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil
dan bekuannya

o Perineum : Perawat menanyakan kepada ibu atau menganjurkan untuk


mengiring dan melenturkan kembali otot otot panggul atas dan dengan perlahan-
lahan mengangkat bokong untuk melihat perineum

o Temperatur : Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama
rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan
o Kenyamanan : Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan
selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak
nyamanannya

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Kala I

Fase laten

a) Nyeri berdasarkan intensitas kontraksi.

b) Ketakutan berdasarkan persalinan dan menjelang kelahiran

Fase aktif

a) Defisit volume cairan berdasarkan intake cairan yang tidak adekuat

b) Gangguan eliminasi BAK

b. Kala II

a) Gangguann rasa nyaman nyeri berdasarkan mengedan dan meregangnya perineum

b) Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB

c) Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin berdasarkan penggunaan secara tetap
manuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong

c. Kala III

a) Koping individu tidak efektif berdasarkan: selesainya proses persalinan


yang berbahaya
bagi neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap ketiga persalinan

b) Kelelahan berdasarkan pengeluaran energi selama persalinan dan kelahiran

c) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang selama
proses
persalinan
d. Kala IV

a) Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uterus setelah


melahirkan

b) Nyeri berdasarkan terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalihnan

c) Tidak efektifnya menyusui berdasarkan kurangnya pengalaman

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Kala I

Fase laten

a) Nyeri berdasarkan intensitas kontraksi.

Tujuan : Klien mampu beradaptasi dengan nyeri.

Intervensi

o Gunakan tehnik pernapasan (relaksasi)


Rasional : Tehnik pernapasan dapat meningkatkan relaksasi otot abdomen
dengan demikian menambah ukuran kapasitas abdomen sehingga mengurangi
gesekan ( priksi ) antara uterus dan dinding abdomen

o Lakukan masage atau gosokan pada pinggang ( teori gate kontrol terhadap
nyeri)
Rasional : merupakan suatu tehnik untuk mengontrol dan digunakan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari nyeri

o Menganjurkan untuk memberikan air hangat untuk mengompres pinggang


bawah.
Rasional : Membantu relaksasi, meningkatkan kenyamanan

b) Ketakutan berdasarkan persalinan dan menjelang kelahiran


Tujuan : Klien akan menunjukan rasa takut teratasi.
Intervensi:

o Perkenalkan diri pada klien dan berikan support


Rasional : memperkenalkan diri merupakan salah satu pendekatan kepada
klien dan support yang diberikan dapat menambah semangat hidup klien
dalam menanti kelahiran

o Komunikasikan peran seperti support perawatan dan pengetahuan perawat


secara verbal dan non verbal
Rasional : Ibu akan lebih mengerti dan memahami tentang persalinan, peran
perawat sehingga akan mengurangi rasa takut dan klien akan tenang

o Orientasikan klien ke lingkungan ( tempat persalinan )


Rasional : orientasi terhadap lingkungan membuat klien lebih mengetahui dan
dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat persalinan sehingga akan
mengurangi rasa takut.

Fase aktif
a) Defisit volume cairan berdasarkan intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : klien akan menunjukkan defisit volume cairan adekuat
Intervensi

o Pertahankan kalori dan elekrolit


Rasional : Kalori dibutuhkan sebagai sumber energi selama proses persalinan

o Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual dan
muntah
Rasional : Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan dengan
makanan padat dan untuk mencegah dehidrasi

o Berikan cairan IV secara rutin (dextrosa 5 dan RL)


Rasional : Memenuhi kebutuhan tubuh akan cairan dan elekrolit, untuk mencegah
dehidrasi

b) Gangguan eliminasi BAK


Tujuan : klien menunjukkan pola eliminasi BAK kembali normal
Intervensi

o Catat tentang jumlah dan waktu berkemih

Rasional : Kandung kemih yang penuh menimbulkan ketidaknyamanan dan


turunnya bayi ke pelvis
o Kosongkan kandung kemih setiap 2 jam
Rasional : Frekuensi lebih sering selama proses persalinan
o Kolaborasi pemasangan kateter
Rasional : Membantu dalam pengosongan kandung kemih sehingga
penurunan kepala bayi ke pelvis tidak terhambat

c) Cemas berdasarkan ketidaktahuan tentang situasi persalinan, nyeri pada saat


persalinan
Tujuan : klien akan mengungkapkan cemas teratasi
Intervensi

o Jelaskan prosedur sebelum memulai melakukan tindakan

Rasional : Mengingatkan pasien untuk mengendalikan dan mempersiapkan


mentalnya, hal ini mengurangi kecemasan yang dialami

o Beri gambaran yang jelas tentang proses persalinan


Rasional : Dengan gambaran yang jelas tentang persalinan, ibu akan lebih
memahami dan mengerti tentang proses persalinan sehingga akan mengurangi
perasaan takut dan pasien akan tenang
d) Koping tidak efektif berdasarkan kelemahan dan ketidaknyamanan dari
persalinan
Tujuan : klien menunjukkan koping efektif
Intervensi

o Catat secara berkala tentang perubahan tingkah laku ibu sehingga memudahkan
dalam pemberian tindakan
Rasional : Untuk mengetahui perubahan tingkah laku ibu sehingga
memudahkan dalam pemberian intervensi

o Anjurkan kepada ibu untuk konsentrasi dalam mengontrol dengan


berkomunikasi
Rasional : Konsentrasi dan komunikasi yang baik akan membantu dalam
intervensi yang akan dilakukan

o Menyarankan pada suami untuk memberi semangat atau dukungan moril


Rasional : Ibu membutuhkan seseorang untuk meminta bantuan dan dorongan.
Suami adalah seorang yang sangat penting

b. Kala II

a) Gangguann rasa nyaman nyeri berdasarkan mengedan dan meregangnya perineum


Tujuan : ibu dapat mengontrol rasa nyeri yang dialaminya dan meningkatkan rasa
nyaman
Intervensi

o Anjurkan sebaiknya posisi miring kiri


Rasional : Menghindari penekanan pada vena cava, sehingga meningkatkan
sirkulasi ke ibu maupun janin.

o Pertahankan kandung kemih tetap dalam keadaan kosong


Rasional : Kandung kemih yang kosong memperlancar penurunan bagian
terendah janin dan mengurangi tekanan sehingga sirkulasi lancar
o Pertahankan alat tenun dalam keadaan bersih, rapi dan kering
Rasional : Meningkatkan rasa nyaman ibu

o Anjurkan ibu untuk kumur-kumur atau basahi bibir dengan lemon gliserin
Rasional : Ibu merasa segar dan nyaman

o Jelaskan pada ibu bahwa relaksasi selama kontraksi sangat penting


Rasional : Ibu mengerti dan kooperatif

o Anjurkan teknik nafas dalam dan ekspirasi melalui hidung


Rasional : Nafas dalam untuk mengisi paru-paru

o Lakukan masasse

Rasional : Impuls rasa sakit diblok dengan memberikan rangsangan pada


syaraf berdiameter besar sehingga rangsangan sakit tidak diteruskan ke korteks
cerebra

o Pertahankan rasa nyaman dengan pengaturan bantal untuk menyokong tubuh


Rasional : Memberikan posisi yang nyaman pada ibu dan mengurangi tekanan
pada daerah punggung yang dapat menghambat sirkulasi ke jaringan dan
menimbulkan nyeri

b) Gangguan konsep diri b/d hilangnya kontrol tubuh BAB


Tujuan :
- Persepsi ibu terhadap pengalamannya melahirkan akan bersifat positif
- Ibu akan berhenti terhadap kemungkinan BAB selama melahirkan
- Ibu menerima pergerakan bowel pada saat melahirkan sebagai suatu
yang normal
Intervensi

o Memberitahukan pada ibu, bahwa bukan merupakan suatu hal yang biasa bagi
ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama melahirkan
Rasional : Motilitas gastro entestinal menurun dalam persalinan dan usaha
yang ekspulsif. Diiringi penurunan bagian terendah janin menyebabkan
pengeluaran tinja

o Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya, sementara ibu memberikan timbal balik
yang positif dalam usaha mengedan
Rasional : Jika perawat tidak beraksi secara negatif, atensi ibu akan teralihkan
dari pergerakan bowelnya ke usaha mengedan

c) Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin berdasarkan penggunaan secara tetap
maneuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu maupun janin
Intervensi:
- Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi litotomi dengan bahu dan
pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
- Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah
- Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi
- Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang
menyenangkan dan rileks
- Bila perinium menonjol, anus membuka kepala anak terlihat didepan vulva
saat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai memimpin persalinan
- Penolong cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril
- Jika ada dorongan untuk meneran bantulah persalinan :
o Melahirkan kepala
o Periksa lilitan tali pusat pada leher
o Melahirkan bahu depan dan belakang
o Melahirkan badan bayi
o Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem
tersebut
o Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
o Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya
janin yang lain
o Injeksi oksitoksin
c. Kala III

a) Koping individu tidak efektif berdasarkan: selesainya proses persalinan


yang berbahaya bagi neonatus dan kurang pengalaman merasakan tahap
ketiga persalinan
Tujuan : Pasien berpartisipasi secara aktif dalam pengeluaran plasenta
Intervensi:

o Jelaskan pada ibu dan suaminya apa yang diharapkan dalam tahap ke 3 dari
persalinan
Rasional : Untuk mendapatkan kerja sama

o Pertahankan posisi ibu


Rasional : Untuk memudahkan lahirnya plasenta

o Tanyakan pada ibu jika ia ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
Rasional : Mengikuti kebiasan budaya tertentu

b) Kelelahan berdasarkan pengeluaran energi selama persalinan dan kelahiran


Tujuan : energi ibu pulih kembali
Intervensi

o Ajarkan ibu dan suaminya tentang perlunya istirahat dan tentukan waktu
tertentu untuk istirahat dan tidur
Rasional : Untuk memastikan bahwa ibu dapat memulihkan energi yang hilang
dalam persiapan untuk merawat bayi baru lahir

o Observasi tingkat kelelahan ibu dan jumlah istirahat yang


seharusnya Rasional : Untuk memastikan pemulihan energi

c) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang selama
proses persalinan

Tujuan : keseimbangan cairan dipertahankan dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi


Intervensi:
o Monitor kehilangan cairan (darah urine, pernafasan ) dan tanda-tanda vital,
inspeksi turgor kulit dan membran mukosa terhadap kekeringan
Rasional : Untuk mempertahankan hidrasi

o Berikan cairan secara oral/parenteral sesuai anjuran dokter


Rasional : Untuk menilai status dehidrasi

o Monitor keras lembutnya uterus setelah lepasnya plasenta


Rasional : Untuk memastikan kontraksi uetrus yang adekuat dan mencegah
kehilangan darah lebih lanjut

o Berikan obat-obatan sesuai anjuran dokter .


Rasional : Untuk membantu kontraksi uterus

d. Kala IV

a) Resiko kekurangan volume cairan ( perdarahan ) b/d Atonia uterus setelah


melahirkan

Tujuan : Perdarahan tidak terjadi sampia klien pulang


Intervensi

o Monitor VS, warna kulit, dan tonus uterus


Rasional : Penting untuk mengidentifikasi perubahan dalam vital sign dan
tonus uterus segara untuk menghentikan perdarahan post

o Kaji posisi uterus dan lokhia yang keluar, masagge vundus uterus
Rasional : Jika fundus tidak dirasakan pada pertengahan setinggi umblikus, ini
menunjukan distansia blas

o Kaji distansia kandung kemih


Rasional : Distansia blas dapat mendorong uterus ke luar dari tempatnya dan
menambah atonia uterus. Masase fundus uterus merangsang otot-otot uterus
untuk berkontraksi
b) Nyeri berdasarkan terputusnya kontuinitas jaringan akibat proses persalihnan
Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi sebelum pulang, nyeri berkurang
sampai hilang
Intervensi:

o Anjurkan untuk merubah posisi selang seling dan menghindari duduk untuk
beberapa waktu

Rasional : Tekanan dari tempat satu posisi dapat menyebabkan bertambahnya


nyeri

o Berikan bantal untuk alas ketika duduk dikursi


Rasional : Untuk meningkatkan kenyamanan

o Pemberian analgetik sesuai program dokter


Rasional : Analgetik bekerja pada bagian atas otak untuk mengurangi rasa
nyeri

o Beri penjelasan mengenai rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan
halus
Rasional : Penggunaan bantuan topikal meningkatkan kenyamanan di daerah
perianal

c. Tidak efektifnya menyusui berdasarkan kurangnya pengalaman


Tujuan : Setelah kita memberikan intervensi klien dapat mengerti dan bisa
melaksanakan sesuai dengan cara menyusui yang baik
Intervensi:

o Kaji tingkat pengetahuan ibu mengenai cara menyusui yang baik

Rasional : Untuk mengetahui sejauhmana pengetahuan ibu dalam menyusui


bayinya sehingga kita dapat membantu tentang bagaimana teknik menyusui
yang baik
o Kaji konsistensi payudara dan lakukan massage
Rasional : Apakah terjadi bendungan pada payudara dan untuk merangsang
pembentukan asi, sehingga mengatasi bendungan

o Anjurkan ibu untuk menyusuai bayinya sesering mungkin


Rasional : Isapan bayi merangsang oksitosin sehingga merangsang refleks let
down yang menyebabkan ejeksi asi ke sinus alktiferus kemudian duktus
yang ada pada putting / areola

C. Daftar Pustaka

Winkjosastro, H. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC


Uni. 2013. KONSEP DASAR INTRANATAL (dalam
http://preciousfcious.blogspot.com/2013/10/konsep-dasar-intranatal.html)
diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 22.00 wita
Anwar, Haeril. 2012. ASUHAN KEPERAWATAN Intra Natal Care (dalam
http://keperawatanhaerilanwar.blogspot.com/2012/08/asuhan-keperawatan-intra-
natal-care.html) diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 22.05 wita
Boulluwell, winda 2013. KONSEP PERSALINAN (INTRANATAL CARE) ( dalam
http://boulluwellwinda.blogspot.com/2013/04/konsep-persalinan-intranatal-
care.html) diakses tanggal 11 Mei 2014 pukul 22.10 wita

Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from Instalasi Kesehatan
Reproduksi Pemalang: http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses
tanggal 11 mei 2014 pukul 22.15 wita)

Anda mungkin juga menyukai