DI RS SANTO VINCENTIUS
SINGKAWANG
Disusun Oleh:
PUTRA ARDHANA
NIM. 211133028
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam
jalan lahir. (Prawirohardjo, 2017).
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban di dorong keluar melalui jalan
lahir. (Prawirohardjo, 2018).
Pesalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
(Prawirohardjo, 2019).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari
rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada kehamilan cukup
bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit ( Dep.kes RI, 2018).
Pesalinan normal (partus spontan) adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang
kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan uri,tanpa alat serta tidak melukai
ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam melalui jalan lahir.
Pada akhir kehamilan, uterus secara progresif lebih peka sapaio akhirnya mulai
berkontraksi kuat secara ritmik dengan kekuatan sedemikian rupa sehingga bayi
dilahirkan.
Regangan atau iritasi saraf pada serviks mengawali timbulnya refleks pada
korpus uteri, tetapi efek ini juga secara sederhana dapat terjadi akibat transmisi
iogenik sinyal-sinyal dari serviks ke korpus uterus.
4. Patofisiologi
b. Perasat Klein
Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan → tali
pusat tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas
c. Peerasat Strassinan
Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok
fundus uteri terasa getaran : belum lepas
Tanda pelepasan plasenta
a. Perubahan entuk uterus dan TFU
Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan
perubahan ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU
berada dibawah umbilikus.
Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus
menjadi globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi
kanan ). Biasanya plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1
jam.
b. Tali pusat memanjang
Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat
keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.
c. Semburan darah tiba – tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta
keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba
menandakan bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika
plasenta memisah.
Hal-Hal yang perlu diperhatikan
a) Perdarahan
b) Kelengkapan plasenta
c) Ada tidaknya plasenta suksenturiata
d) Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri
e) Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri
f) Pemberian uterotunika bila perlu
g) Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting
Kekurangan Volume
Cairan
6. Pemeriksaan Fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta tingkat kenyamanan ibu bersalin.
Rekaman kardiotografi.
Pemantauan secara berkala denyut jantung janin dengan stetoskop leance atau doptone
yaitu sebuah alat elektronik untuk mendenganr denyut jantung janin. Dilakukan pada
kala 1 untuk mengetahui kekuatan dan sifat kontraksi rahim serta kemajuan persalinan.
Partograf.
Adalah suatu alat untuk memantau kemajuan proses persalinan dan membantu petugas
kesehatan dan mengambil keputusan dalam penatalaksanaan pasien. Partograf
berbentuk kertas grafik yang berisi data ibu, janin dan proses persalinan. Partograf
dimulai pada pembukaan mulut rahim 4 cm (fase aktif).
Ultrasonografi (USG).
Digunakan untuk mendeteksi keadaan dan posisi janin dalam kandungan
8.Diagnosis
a. Kala I
Diagnosis :
Ibu sudah dalam persalinan kala I jika pembukaan serviks kurang dari 4 cm dan
kontraksi terjadi tertur minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Kala II
Diagnosis
c. Kala III
d. Kala IV
Diagnosis
Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi.
Keduanya baru saja mengalami perubahan fisik yang luar biasa – sio ibu melahirkan
bayi dari perutnya dan bayi sedanmg menyesuaikan diri dari dalam perut ibu ke dunia
luar.
8. Terapi/Tindakan Penanganan
a. Kala I
Penanganan
o Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan kesakitan
o Jika ibu tsb tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
o Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta prosedur yang
akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
o Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang
air besar/.kecil.
o Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara :
gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.
o Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan cukup minum
b. Kala II
Penanganan
o Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi ibu agar
merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
o Menjaga kebersihan diri
o Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
o Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu
o Mengatur posisi ibu
o Menjaga kandung kemih tetap kosong
o Memberikan cukup minum
c. Kala III
Penanganan
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga mempercepat
pelepasan plasenta :
Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan bayi guna
menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin 0,2 mg. IM.
d. Kala IV
Penanganan
· Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam
kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi keras. Apabila uterus
berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh darah untuk menghentikan
perdarahan .
Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit pada
jam I dan setiap 30 menit selama jam II
Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu makanan dan
minuman yang disukainya.
Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
Biarkan ibu beristirahat
Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi
Bayi sangat siap segera setelah kelahiran
Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu karena
masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
Ajari ibu atau keluarga tentang :
Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
9.Komplikasi
Komplikasi yang mungkin timbul pada pasien intranatal adalah ketuban pecah dini,
persalinan preterm, kehamilan postmatur, prolaps tali pusat, rupture uterus, kelahiran
sesaria, inverse uterus, dan pendarahan post partum dini.
1. Pengkajian
a. Kala I
o Riwayat sekarang, catat tanda persalinan seperti his yang teratur, frekuensi,
interval, adanya ruptur, selaput ketuban dan status emosional.
o Pemeriksaan fisik, dilatasi uteri 0-3 cm posisi fetus, his anatara 5-30 menit dan
berlangsung selama 10-30 menit vagina mengeluarkan cairan pink, coklat, ruptur,
keluhan, DJJ terdengar lebih jelas di umbilikus
o Palpasi abdomen (Leopold) untuk memberikan informasi jumlah fetus, letak janin,
penurunan janin.
o Tes diagnostik dan laboratorium : spesimen urin, tes darah, ruptur membrane,
cairan amnion : Warna, karakter dan jumlah
b. Kala II
o Data umum Peningkatan tekanan darah 5-10 mmhg, peningkatan RR, nadi kurang
dari 100, suhu tubuh dan diaphoresis.
o Kontraksi 2-3 menit, intensitas kuat, lamanya 50-70 detik pembukaan servik 10
cm, pendataran 100%, peningkatan pengeluaran darah dan lendir, cairan amnion,
perineum menonjol, keluar feses pada saat melahirkan dan distensi kandung
kemih.
o Tanda yang menyertai kala II : Keringat terlihat tiba-tiba diatas bibir, gerakan
ekstremitas, pembukaan serviks, his lebih kuat dan sering, ibu merasakan tekanan
pada rektum, merasa ingin BAB, ketuban +/-, perineum menonjol, anus dan vulva
membuka, gelisah, pada waktu his kepala janin tampak di vulva, meningkatnya
pengeluaran darah dan lendir, kepala turun di dasar panggul, perasaan panas dan
tegang pada perineum, tremor, kelelahan, emosi labil, takut, gelisah,
ketidakpercayaan dan merintih.
c. Kala III
Data umum Ibu kelelahan, pucat, sianosis, tekanan darah lebih dari 100/10 mmhg,
kemungkinan sock, nyeri abdomen, mules, pusing, tremor dan kedinginan,
mengobservasi tanda-tanda dari ibu, perubahan tingkat kesadaran atau perubahan
pernafasan
Schulze, Pelepasan plasenta dimulai dari bagian bawah plasenta tidak ada
perdarahan sebelum plasenta lahir, ada perdarahan setelah plasenta lahir.
Duncan, Pelepasan plasenta dari pinggir plasenta bagian lateral ada perdarahan
sedikit-sedikit
d. Kala IV
o Tanda tanda vital : Vital sign dapat memberikan data dasar untuk diagnosa
potensial, komplikasi seperti perdarahan dan hipertermia. Pada kala IV observasi
vital sign sangat penting untuk mengetahui perubahan setelah melahirkan seperti :
pulse biasanya stabil sebelum bersalin selama 1 jam pertama dan mengalami
perubahan setelah terjadi persalinan yaitu dari cardiovaskuler.
o Kandung kemih : Dengan observasi dan palpasi kandung kemih. Jika kandung
kemih menegang akan mencapai ketinggian suprapubik dan redup pada perkusi.
o Lochia : Jumlah dan jenis lochea dikaji melalui observasi perineum ibu dan kain
dibawah bokong ibu. Jumlah dan ukuran gumpalan darah jika dilihat dicatat hasil
dan bekuannya
o Temperatur : Temperatur ibu diukur saat satu jam pertama dan sesuaikan dengan
keadaan temperatur ruangan. Temperatur biasanya dalam batas normal selama
rentang waktu satu jam pertama,kenaikan pada periode ini mungkin berhubungan
dengan dehidrasi atau kelelahan
o Kenyamanan : Kenyamannan ibu dikaji dan jenis analgetik yang didapatkan
selama persalinan akan berpengaruh terhadap persepsi ketidak
nyamanannya
a. Kala I
Fase laten
Fase aktif
b. Kala II
c) Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin berdasarkan penggunaan secara tetap
manuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
c. Kala III
c) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang selama
proses
persalinan
d. Kala IV
a. Kala I
Fase laten
Intervensi
o Lakukan masage atau gosokan pada pinggang ( teori gate kontrol terhadap
nyeri)
Rasional : merupakan suatu tehnik untuk mengontrol dan digunakan untuk
mengalihkan perhatian ibu dari nyeri
Fase aktif
a) Defisit volume cairan berdasarkan intake cairan yang tidak adekuat
Tujuan : klien akan menunjukkan defisit volume cairan adekuat
Intervensi
o Anjurkan minum air putih selama proses persalinan jika tidak ada mual dan
muntah
Rasional : Cairan lebih cepat diabsorbsi melalui lambung dibandingkan dengan
makanan padat dan untuk mencegah dehidrasi
o Catat secara berkala tentang perubahan tingkah laku ibu sehingga memudahkan
dalam pemberian tindakan
Rasional : Untuk mengetahui perubahan tingkah laku ibu sehingga
memudahkan dalam pemberian intervensi
b. Kala II
o Anjurkan ibu untuk kumur-kumur atau basahi bibir dengan lemon gliserin
Rasional : Ibu merasa segar dan nyaman
o Lakukan masasse
o Memberitahukan pada ibu, bahwa bukan merupakan suatu hal yang biasa bagi
ibu untuk memiliki pergerakan bowel selama melahirkan
Rasional : Motilitas gastro entestinal menurun dalam persalinan dan usaha
yang ekspulsif. Diiringi penurunan bagian terendah janin menyebabkan
pengeluaran tinja
o Bila tinja keluar, bersihkan secepatnya, sementara ibu memberikan timbal balik
yang positif dalam usaha mengedan
Rasional : Jika perawat tidak beraksi secara negatif, atensi ibu akan teralihkan
dari pergerakan bowelnya ke usaha mengedan
c) Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin berdasarkan penggunaan secara tetap
maneuver palpasi, posisi kaki tidak tepat, tindakan yang salah dari penolong
Tujuan : tidak terjadi cedera pada ibu maupun janin
Intervensi:
- Bantu ibu bentuk posisi yang nyaman yaitu posisi litotomi dengan bahu dan
pungung yang ditopang oleh seorang anggota keluarga.
- Periksa denyut nadi setiap 15 menit dan ukur tekanan darah
- Periksa DJJ antara tiap-tiap kontraksi
- Yakinkan ibu dengan kata-kata langsung dan dengan cara yang
menyenangkan dan rileks
- Bila perinium menonjol, anus membuka kepala anak terlihat didepan vulva
saat kontraksi dan tidak masuk maka penolong akan mulai memimpin persalinan
- Penolong cuci tangan dan menggunakan sarung tangan steril
- Jika ada dorongan untuk meneran bantulah persalinan :
o Melahirkan kepala
o Periksa lilitan tali pusat pada leher
o Melahirkan bahu depan dan belakang
o Melahirkan badan bayi
o Menjepit tali pusat dengan 2 klem dan gunting diantara kedua klem
tersebut
o Menaikan bayi lebih tinggi dari perut ibu dan menaruh diatas perut ibu
o Melakukan palpasi abdomen untuk mengetahui kemungkinan adanya
janin yang lain
o Injeksi oksitoksin
c. Kala III
o Jelaskan pada ibu dan suaminya apa yang diharapkan dalam tahap ke 3 dari
persalinan
Rasional : Untuk mendapatkan kerja sama
o Tanyakan pada ibu jika ia ingin mengeluarkan plasenta dengan cara khusus
Rasional : Mengikuti kebiasan budaya tertentu
o Ajarkan ibu dan suaminya tentang perlunya istirahat dan tentukan waktu
tertentu untuk istirahat dan tidur
Rasional : Untuk memastikan bahwa ibu dapat memulihkan energi yang hilang
dalam persiapan untuk merawat bayi baru lahir
c) Resiko defisit velume cairan b/d penurunan intake cairan yang hilang selama
proses persalinan
d. Kala IV
o Kaji posisi uterus dan lokhia yang keluar, masagge vundus uterus
Rasional : Jika fundus tidak dirasakan pada pertengahan setinggi umblikus, ini
menunjukan distansia blas
o Anjurkan untuk merubah posisi selang seling dan menghindari duduk untuk
beberapa waktu
o Beri penjelasan mengenai rasionalisasi dari nyeri dan masage uterus dengan
halus
Rasional : Penggunaan bantuan topikal meningkatkan kenyamanan di daerah
perianal
C. Daftar Pustaka
Anonim. (2005). Pelatihan APN. Retrieved October 18, 2008, from Instalasi Kesehatan
Reproduksi Pemalang: http://kesehatanreproduksi.tripod.com/apn.html (Diakses
tanggal 11 mei 2014 pukul 22.15 wita)