Pendahuluan
Perkembangan Sistem Informasi Kesehatan yang kian hari kian meningkat secara
tidak langsung berdampak pula pada perkembangan sistem dokumentasi keperawatan, mulai
dari yang sederhana dengan pengelolaan manual hingga terkomputerisasi dengan jaringan
dalam suatu Rumah sakit besar. Hal ini tentu saja membutuhkan suatu basis data yang
lengkap, efektif dan efisien, dalam arti mampu menjangkau bagian yang paling detil
sekalipun. Selain itu juga harus dapat digunakan atau dipahami oleh semua tenaga
keperawatan dimanapun dan dari lulusan manapun juga. Di beberapa negara maju sendiri saat
ini sudah mulai mengembangkan basis data keperawatan dengan mengacu pada pola
diagnosa keperawatan. Hal ini dimaksuddkan agar dapat memudahkan dan menyeragamkan
diagnosis keperawatan yang sesuai bagi perawat dalam menggambarkan berbagai masalah
kesehatan khususnya keperawatan.
NANDA
Dari hasil konferensi NANDA ke 9 tahun 1990 cit Doenges 2000, istilah diagnosa
keperawatan digunakan sebagai verba dan nomina. Istilah Nomina dalam kaitan dengan karya
NANDA, yaitu sebuah label yang disetujui oleh NANDA yang mengidentifikasi masalah
atau kebutuhan pasien yang spesifik, merupakan masalah yang menggambarkan masalah
kesehatan yang dapat ditangani oleh perawat dapat berupa masalah fisik, sosiologis dan
psikologis.
Untuk memfasilitasi penggunaan bahasa keperawatan dan rekam medik pasien
terkomputerisasi yang seragam, masing-masing diagnosis keperawatan terdiri dari hasil yang
disarankan yang berdasarkan pada riset yang dilakukan oleh IOWA Outcomes Project
(Nursing Outcomes Classification 1997).Hasil yang disarankan ini sensitif terhadap
kebutuhan perawat yaitu dapat mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan untuk
suatu diagnosis keperawatan yang diakui oleh NANDA. (Wilkinson, 2006)
The North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) didirikan sebagai
badan formal untuk meningkatkan, mengkaji kembali dengan mengesahkan daftar terbaru
dari diagnosis keperawatan yang digunakan oleh perawat praktisi. Ketika daftar diagnosis
keperawatan diperluas, NANDA mengembangkan sebuah sistem klasifikasi atau taksonomi
untuk mengatur label diagnostik.
NOC
Nursing Outcome Classification (NOC) adalah proses memberitahukan status klien
setelah dilakukan intervensi keperawatan. Standar kriteria hasil dikembangkan untuk
mengukur hasil dari tindakan keperawatan yang digunakan pada semua area keperawatan dan
semua klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat).Nursing Outcome
Classification mempunyai tujuh domain yaitu fungsi kesehatan, fisiologi kesehatan,
kesehatan psikososial, pengetahuan dan perilaku kesehatan, persepsi kesehatan, kesehatan
keluarga dan kesehatan masyarakat.
Nursing outcome classification (NOC) menggambarkan respon pasien terhadap
tindakan keperawatan.NOC mengevaluasi hasil pelayanan keperawatan sebagai bagian dari
pelayanan kesehatan. Standar kriteria hasil pasien sebagai dasar untuk menjamin keperawatan
sebagai partisipan penuh dalam evaluasi klinik bersama dengan disiplin ilmu kesehatan lain.
Klasifikasi berisi 190 kriteria hasil yang diberi label, definisi dan indikator atau ukuran untuk
menentukan kriteria hasil yang diterima (Johnson dan Mass, 1997).
Manfaat NOC dalam keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Memberikan label dan ukuran-ukuran untuk kriteria hasil yang komprehensif.
2. Sebagai hasil dari intervensi keperawatan.
3. Mendefinisikan kriteria hasil yang berfokus pada pasien dan dapat digunakan
perawat-perawat dan disiplin ilmu lain.
4. Memberikan informasi kriteria hasil yang lebih spesifik dari status kesehatan
yang umum.
5. Menggunakan skala untuk mengukur kriteria hasil dan memberikan informasi
kuantitatif (Bulecheck dan McClokey, 1996)
NIC
NIC (Nursing Intervention Classification ) adalah suatu daftar lis intervensi diagnosa
keperawatan yang menyeluruh dan dikelompokkan berdasarkan label yang mengurai pada
aktifitas yang dibagi menjadi 7 bagian dan 30 kelas. Sistim yang digunakan dalam berbagai
diagnosa keperawatan dan mengatur pelayanan kesehatan.NIC digunakan perawat pada
semua spesialis dan semua area keperawatan (McClokey and Bulecheck, 1996).
Nursing Interventions Classification (NIC) diperkenalkan untuk pertama kali pada
tahun 1987 dan menyusul Nursing Outcomes Classification (NOC)pada tahun 1991.Nursing
Intervention Classification digunakan disemua area keperawatan dan spesialis.Intervensi
keperawatan merupakan tindakan yang berdasarkan kondisi klinik dan pengetahuan yang
dilakukan perawat untuk membantu pasien mencapai hasil yang diharapkan.Perawat dapat
memberikan alasan ilmiah yang terbaru mengapa tindakan itu yang diberikan.Alasan ilmiah
dapat merupakan pengetahuan berdasarkan literature, hasil penelitian atau pengalaman
praktik. Rencana tindakan berupa: tindakan konseling atau psikoterapiutik, pendidikan
kesehatan, perawatan mandiri dan aktivitas hidup sehari-hari, terapi modalitas keperawatan,
perawatan berkelanjutan (continuity care), tindakan kolaborasi (terapi somatic dan
psikofarmaka).
Bulecheck dan McClokey (1996) menyatakan bahwa keuntungan NIC adalah sebagai
berikut :
1. Membantu menunjukkan aksi perawat dalam sistem pelayanan kesehatan.
2. Menstandarisasi dan mendefinisikan dasar pengetahuan untuk kurikulum dan
praktik keperawatan.
3. Memudahkan memilih intervensi keperawatan yang tepat.
4. Memudahkan komunikasi tentang perawat kepada perawat lain dan penyedia
layanan kesehatan lain.
5. Memperbolehkan peneliti untuk menguji keefektifan dan biaya perawatan.
6. Memudahkan pengajaran pengambilan keputusan klinis bagi perawat baru.
7. Membantu tenaga administrasi dalam perencanaan staf dan peralatan yang
dibutuhkan lebih efektif.
8. Memudahkan perkembangan dan penggunaan sistem informasi perawat.
9. Mengkomunikasikan kealamiahan perawat kepada publik.
Adapun kelebihan NIC adalah :
1. Komprehensif.
2. Berdasarkan riset.
3. Dikembangkan lebih didasarkan pada praktek yang ada.
4. Mempunyai kemudahan untuk menggunakan struktur organisasi
(Domain, kelas, intervensi, aktivitas).
5. Bahasa jelas dan penuh arti klinik.
6. Dikembangkan oleh tim riset yang besar dan bermacam-macam tim.
7. Menjadi dasar pengujian.
8. Dapat diakses melalui beberapa publikasi
9. Dapat dihubungkan Diagnosa Keperawatan NANDA
10. Dapat dikembangkan bersama NOC.
11. Dapat diakui dan diterima secara nasional. (Bulecheck dan McClokey, 1996).
Untuk mendapatkan diagnosis NANDA silahkan klik DISINI
Untuk Care plan silahkan download dari SINI
Untuk NIC/NOC silahkan download DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latarbelakang
Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis dalam
melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat yang
berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien terhadap
penyakitnya. Proses keperawatan digunakan untuk membantu perawat melakukan
praktik keperawatan secara sistematis dalam memecahkan masalah keperawatan.
Dengan menggunakan metode ini perawat dapat mendemonstrasikan tanggung
gugat dan tanggung jawab pada klien sehingga kualitas praktik keperawatan dapat
meningkat.
Proses keperawatan memberikan kerangka yang dibutuhkan dalam asuhan
keperawatan kepada klien, keluarga serta komunitas dan merupakan metode yang
efisien dalam membuat keputusan klinik serta pemecahan masalah baik actual
maupun potensial dalam mempertahankan kesehatan.
Manfaat proses keperawatan antara lain :
1. perawat dapat merencanakan asuhan keperawatan dan membantu
mengembangkannya melalui hubungan professional.
2. memberikan kepuasan bagi pasien dan perawat.
3. memberikan kerangka kerja bagi perawat dalam melaksanakan asuhan
keperawatan.
4. membantu perawat mawas diri dalam keahlian dan kemampuan
merawat pasien.
Dalam proses keperawatan ada lima tahap, dimana tahap-tahap tersebut
tidak dapat dipisahkan dan saling berhubungan. Tahap-tahap dalam proses
keperawatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengkajian
b. Diagnosa keperawatan
c. Perencanaan
d. Pelaksanaan
e. Evaluasi
Untuk menghindari kesalahan terhadap tindakan yang dilakukan oleh
perawat kepada pasien maka dibutuhkan pendokumentasian terhadap proses
keperawatan tersebut yang juga berfungsi sebagai mekanisme pertanggung
gugatan bagi perawat terhadap semua tindakan yang telah ia lakukan.
Dokumentasi keperawatan itu sendiri merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
Pada bab berikutnya akan dibahas tentang pendokumentasien proses
keperawatan tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Dokumentasi pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan yang merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data
yang mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian
merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu. Oleh karena itu pengkajian yang akurat, lengkap sesuai
dengan kenyataan, kebenaran data sangat penting dalam merumuskan suatu
diagnosa keperawatan dan memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan
respon individu, bagaimana yang telah di tentukan dalam standar praktek
keperawatan dari ANA ( American Nursing Association).
Standar dokumentasi pengkajian bersifat sistematis, komprehensif, akurat,
terus menerus, dan berlanjut, sehingga di dapatkan berbagai masalah pasien yang
lengkap dari hasil pengkajian.
1. Tujuan dokumentasi pengkajian adalah :
a. Untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan dan respon pasien terhadap
masalah yang dapat mempengaruhi perawatan
b. Untuk konsolidasi dan organisasi informasi yang didapat dari berbagai
sumber tentang masalah kesehatan pasien sehingga dapat dianalisis dan
diidentifikasi.
c. Untuk dapat dijadikan sebagai ukuran dalam mencapai/mendapatkan
informasi. Dengan kata lain, dapat dijadikan sebagai rujukan untuk ukuran dan
perubahan kondisi pasien.
d. Untuk mengidentifikasi berbagai macam karakteristik serta kondisi
pasien dan respon yang akan mempengaruhi perencanaan perawatan.
e. Untuk menyediakan data yang cukup pada kebenaran hasil observasii
terhadap respon pasien
f. Untuk menyediakan dasar pemikiran pada rencana keperawatan.
2. Jenis dokumentasi pengkajian
a. Pengkajian awal (Initial assesment) : dilakukan ketika pasien masuk ke
rumah sakit.
b. Pengkajian kontinu (Ongoing assesment ) : merupakan perkembangan
dasar. Informasi yang di peroleh dari pasien selama pengkajian awal dan informasi
tambahan.
c. Pengkajian ulang (Reassesment) : data pengkajian ulang merupakan
pengkajian yang didapat dari informasi selama evaluasi.
3. Bentuk format dokumentasi pengkajian
Pada tahap pengkajian ini format yang digunakan hádala sebagai berikut:
a. Tanya jawab
Tanya jawab merupakan salah satu bentuk format dokumentasi yang dapat
dicapai melalui berbagai cara.
D. Dokumentasi intervensi
Dokumentasi intervensi merupakan catatan tentang tindakan yang diberikan
oleh perawat. Dokumentasi intervensi mencatat pelaksanaan rencana perawatan,
pemenuhan kriteria hasil dari tindakan dari tindakan perawatan mandiri, dan
tindakan kolaboratif.
1. Tipe intervensi keperawatan
Menurut bleich dan fischbach, tipe intervensi dibagi menjadi dua komponen
yaitu:
a. Intervensi perawatan teraupetik
Intervensi ini memberikan pengobatan secara langsung pada masalah yang
dialami pasien, mencegah komplikasi, dan mempertahankan status kesehatan.
b. Intervensi keperawatan surveilens
Intervensi ini menyatakan tentang survei data dengan melihat kembali data
umum dan membuktikan kebenaran data.
2. Metode pencatatan intervensi keperawatan
Beberapa pedoman yang dipakai dalam pencatatan intervensi keperawatan:
a. Gunakan deskripsi tindakan untuk menentukan apa yang telah
dikerjakan
b. Identifikasi bahan dan alat yang digunakan dalam bentuk yang tepat
c. Berikan keamanan, kenyamanan, dan perhatikan faktor lingkungan
pasien dalam memberikan intervensi keperawatan
d. Catat waktu dan orang yang bertanggung jawab dalam memberikan
intervensi
e. Catat prosedur yang tepat
f. Catat semua informasi tentang pasien
E. Dokumentasi evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Pernyataan evaluasi
terdiri dari dua komponen yaitu data yang tercatat yang menyatakan status
kesehatan sekarang dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan
yang diberikan pada pasien.
1. Tipe Dokumentasu Evaluasi
Terdapat dua tipe dokumentasi evaluasi yaitu evaluasi formatif yang
menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan intervensi dengan
respon segera dan evaluasi sumatif yang merupakan rekapitulasi dari hasil
observasi dan analisis status pasien pada waktu tertentu.
2. Metode catatan evaluasi
Untuk mencapai penulisan yang benar dalam evaluasi, digunakan pedoman
sebagai berikut :
a. Awali atau ikuti evaluasi dengan data pendukung.
b. Ikuti dokumentasi intervensi keperawatan dengan evaluasi formatif.
c. Gunakan evaluasi sumatif ketika pasien dipulangkan atau dipindahkan
d. Catat evaluasi sumatif melalui pengkajian dan intervensi. Catat juga
respon pasien
e. Pernyataan evaluasi formatif dan sumatif dimasukkan kedalam catatan
kesehatan
f. Korelasikan data khusus yang ditampilkan dengan kesimpulan yang
dicapaii perawat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses keperawatan merupakan metode pengorganisasian yang sistematis
dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok dan masyarakat
yang berfokus pada identifikasi dan pemecahan masalah dari respon pasien
terhadap penyakitnya dan untuk menghindari kesalahan terhadap tindakan yang
dilakukan oleh perawat kepada pasien maka dibutuhkan pendokumentasian
terhadap proses keperawatan tersebut yang juga berfungsi sebagai mekanisme
pertanggung gugatan bagi perawat terhadap semua tindakan yang telah ia lakukan.
Dokumentasi keperawatan itu sendiri merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan yang dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang
berguna untuk kepentingan klien, perawat, dan tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan.
B. Saran
ü Sebaiknya konsep yang telah diketahui oleh seorang perawat dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya.
ü Untuk menambah wawasan pembaca dapat melihat reverensi yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Alimuh H, A. Aziz, Penganatar Dokumentasi Proses
Keperawatan,2001,Jakarta : EGC
BAB I
PENDAHULUAN
Dokumentasi adalah suatu catatan yang dapat dibuktikan atau dijadikan bukti dalam
persoalan hukum. Sedangkan proses pendokumentasian adalah kegiatan mencatat atau
merekam peristiwa baik dari objek maupun pemberi jasa yang dianggap penting atau
berharga
Dokumentasi keperawatan merupakan rangkaian penting dalam asuhan keperawatan.
Perkembangan keperawtan belum menunjukan arah yang signifikan tentang perlunya
pendokumentasian yang aplikatif dalam jenjang pelayanan kesenjangan antara
idealisme keperawatan dengan praktik pada lapangan masih menjadi kendala bagi
terbentuknya profesionalisme dalam keperawatan.Sehingga diperlukan inovasi baru
untuk mempersempit kesenjangan yang ada melalui berbagai kajian dan penelitian
terhadap sistem dokumentasian keperawatan yang benar-benar dapat diterapkan tanpa
meninggalkan kaidah keilmuan yang ada.
Tanpa adanya dokumentasi yang jelas dan benar, kegiatan keperawatan yang telah
dilakukan oleh perawat tidak dapat dipertanggungjawabkan dalam upaya peningkatan
mutu pelayanan keperawatan dan perbaikan status klien.Dokumentasi dapat dijadikan
sarana komunikasi antara petugas kesehatan dalam rangka pemulihan kesehatan klien.
Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah terhadap
petunjuk terhadap teknik pencatatan yang sistematis dan mudah diterapka, agar
tercapai catatan keperawatan yang akurat dan informasi yang bermanfaat.
Beberapa alasan yang menyebabkan kurang terpenuhinya standar dokumentasi
keperawatan dalam penyusunan dokumentasi keperawatan, antara lain :
1. Banyak kegiatan di luar tanggung jawab perawat menjadi beban dan harus menjadi
tanggungjawab perawat.
2. Sistem pencatatan yang dilaksanakan terlalu sulit dan menyita waktu
Tidak semua perawat dalam instansi keperawatan memiliki pengetahuan dan
kemampuan yang sama dalam membuat dokumen sesuai standar yang ditetapkan,
sehingga merekatidak mau membuatnya
Tenaga keperawatan yang berasal dari berasal dari berbagai jenjang pendidikan (SPK,
D3, D4, S1, dan lain-lain ) dan dari nrentang waktu lulusan yang sangat berbeda
(lulusan tahun delapan puluhan hingga dua ribuan ) tapi memiliki tugas yang
cenderung sama
Perawat lebih banyak mengerjakan pekerjaan koordinasi dan limpah wewenang
Akhir-akhir ini tanggung jawab perawat terhadap dokumentasi sudah berkurang.
Akhirnya isi dan fokus dari catatan yang dilakukan perawat telah dimodifikasi sesuai
kebutuhan, bahkan berubah keluar dari konssep asuhan keperawatan sendiri.Oleh
karena perubahan tersebut, maka perawat perlu menyusun model dokumentasi yang
baru, lebih efisien, lebih bermakna dan sesuai kebutuhan di unit pelayanan.
BAB ii
ISI
DOKUMENTASI KEPERAWATAN
A. PENGERTIAN
Tungpalan (1983) mengatakan bahwa “Dokumen adalah suatu catatan yang dapat
dibuktikan atau dijadikan bukti dalam persoalan hukum“. Sedangkan
pendokumentasian adalah pekerjaan mencatat atau merekam peristiwa dan objek
maupun aktifitas pemberian jasa (pelayanan) yang dianggap berharga dan penting .
Dokumentasi asuhan dalam pelayanan keperawatan adalah bagian dari kegiatan yang
harus dikerjakan oleh perawat dan bidan setelah memberi asuhan kepada
pasien.Dokumentasi merupakan suatu informasi lengkap meliputi status kesehatan
pasien, kebutuhan pasien, kegiatan asuhan keperawatan serta respons pasen terhadap
asuhan yang diterimanya.Dengan demikian dokumentasi keperawatan/ kebidanan
mempunyai porsi yang besar dari catatan klinis pasen yang menginformasikan faktor
tertentu atau situasi yang terjadi selama asuhan dilaksanakan.Disamping itu catatan
juga dapat sebagai wahana komunikasi dan koordinasi antar profesi (Interdisipliner)
yang dapat dipergunakan untuk mengungkap suatu fakta aktual untuk
dipertanggungjawabkan.
Dokumentasi asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan
yang dilaksanakan sesuai standar.Dengan demikian pemahaman dan ketrampilan
dalam menerapkan standar dengan baik merupakan suatu hal yang mutlak bagi setiap
tenaga keperawatan agar mampu membuat dokumentasi keperawatan/kebidanan
secara baik dan benar.
Jadi dari penjelasan di atas dapat di simpulkan.
1. Dokumentasi keperawatan berisi informasi yang mencakup aspek biologis,
psikolgis, sosial dan spritual yang terjadi pada setiap tahap proses keperawatan yang
dicatat secara menyeluruh.
2. Dokumentasi keperawatan berisi informasi yang di peroleh menjadi dasar bagi
penegakkan diagnosa, perencanaan, implementsi dan evaluasi proses Keperawatan.
3. Dokumentasi keperawatan disusun secara sistematis dalam suatu format yg telah
disetujui dan dapat dipertanggung jawabkan.
C. SISTEM DOKUMENTASI
E. CATATAN PERKEMBANGAN
Catatan perkembangan pasien merupakan suatu dokumen yang legal, dari status sehat
sakit pasien pada saat lampau hingga sekarang, dalam bentuk tulisan, yang
menggambarkan asuhan keperawatan yang diberikan.Umumnya catatan
perkembangan pasien berisi informasi yang mengidentifikasi masalah, diagnosa
keperawatan dan medik, respons pasien terhadap asuhan kerawatan yang diberikan
dan respons terhadap pengobatan serta berisi beberapa rencana untuk intervensi lebih
lanjut. Keberadaan dokumentasi baik berbentuk catatan maupun laporan akan sangat
membantu komunikasi antara sesama perawat/ bidan maupun disiplin ilmu lain dalam
rencana pengobatan.
Ada pula yang mengartikan bahwa catatan perkembangan pasien adalah semua catatan
yang berhubungan dengan keadaan pasen selama dalam perawatan. Pada umumnya
catatan ini terdiri dari beberapa macam bentuk, antara lain :
Catatan Berkesinambungan (Flow Sheet)Digunakan untuk mencatat hasil observasi
perawatan secara umum, khususnya pada keadaan pasen yang sering berubah-ubah
dengan cepat.
Catatan secara Naratif (Notes)
Catatan akan Pulang/Sembuh (Discharge Notes)
Dokter maupun perawat membuat kesimpulan tentang keadaan pasen selama dirawat,
baik mengenai permasalahan dan tindak lanjut yang dibutuhkan.
Ada beberapa bentuk format dokumentasi yang dapat digunakan perawat untuk
mengidentifikasi dan mengatasi masalah pasen antara lain, :
1. S O A P
Format SOAP umumnya digunakan untuk pengkajian awal pasen.
S : Subjective Pernyataan atau keluhan dari pasen.
O : Objective Data yang diobservasi oleh perawat atau keluarga..
A : Analisys Kesimpulan dari objektif dan subjektif.
P : Planning Rencana tindakan yang akan dilakuakan berdasarkan analisis
• Contoh S O A P :
TGL. WAKTU MASALAH S .O .A . P
30/6/01 Jam 14.00 Integritas kulit
S : pasien mengeluh rasa nyeri sekitar luka ketika dipalpasi
O : pada balutan luka terlihat warna jambu dan tidak berbau
A : luka memperlihatkan tanda awal dari
penyembuhan
P : teruskan perawatan luka.
2. S O A P I E R
Format SOAPIER lebih tepat digunakan apabila rencana pasien ada yang akan
dirubah dan proses evaluasi mulai dilakukan.
Namun dari beberapa bentuk di atas ada juga dari pendapat Aziz Alimul (2001) dan
Nursalam (2001) yang keduanya mengemukakan pendapat yang hampir sama.
Aziz Alimul mengemukakan bahwa ada lima bentuk format yang lazim digunakan
yaitu :
Format naratif
Format Soapier
Format fokus/DAR
Format DAE
Catatan perkembangan ringkas
Nursalam yang mengatakan bahwa ada 6 (enam) bentuk model dokumentasi
keperawatan yang masing-masing model tersebut juga mempunyai kelebihan dan
kekurangan. Yaitu :
.SOR (Source Oriented Record)
POR (Problem Oriented Record)
Progress Oriented Record (Catatan Berorientasi pada perkembangan kemajuan)
CBE (Charting by Exception)
PIE (Problem Intervention and Evaluation)
FOCUS / DAR