Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

FUNGSI PENGENDALIAN PENERAPAN PROSEDUR ENAM BENAR


PEMBERIAN OBAT SESUAI SOP

DI RUANGAN ARJUNA RSJD DR. ARIF ZAINUDIN SURAKARTA

DISUSUN OLEH :

KADEK RIA GANGGA DWIJAYANTI

070117B036

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

UNGARAN

2018
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Latar Belakang Masalah


Keberhasilan sebuah RS sangat ditentukan oleh pengetahuan, keterampilan,
kreativitas, dan motivasi staf dan karyawannya. Kebutuhan tenaga-tenaga terampil di
dalam berbagai bidang dalam sebuah RS sudah merupakan tuntutan dunia global yang
tidak bisa ditunda (Amelia, 2009). Salah satu SDM di RS yang paling menentukan mutu
pelayanan RS adalah perawat. Perawat pada dasarnya mempunyai beberapa jenis fungsi
dalam menjalankan perannya. Fungsi tersebut antara lain fungsi keperawatan mandiri
(independen), fungsi ketergantungan (dependen), fungsi kolaboratif (interdependen).
Perawat tidak dapat memberikan pelayanan secara mandiri, tetapi bekerja sama dengan
tim kesehatan lain untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi klien. Salah
satu pelayanan kesehatan yang berupa fungsi kolaboratif adalah pelayanan dalam
pemberian obat-obatan bagi klien. Selain itu diperlukan juga fungsi independent yaitu
mandiri, karena dalam memberikan obat perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung
gugat, sehingga perawat harus mematuhi standar operasional prosedur (SOP) tetap dalam
pemberian obat, dan mematuhi prinsip benar yang menjadi pedoman dalam pemberian
obat dengan tujuan agar aman bagi klien (Sari, 2009).
Pengendalian dalam menejemen merupakan tata cara untuk mempertahankan
manajen mutu pelayanan keperawatan di bangsal rumah sakit, mutu pelayanan rumah
sakit sangat penting dipertahankan ini karena sebagai gambaran dari suatu sistem
pelayanan kesehatan yang berkualitas, sebab mutu pelayanan paling disorot dalam
pelaksanaan penilaian akreditasi rumah sakit, serta sebagai pertimbangan dalam
paripurna rumah sakit dan berkelangsungan sistem pelayanan rumah sakit. Salah satu
cara untuk mempertahankan mutu pelayanan kesehatan adalah dengan melaksanakan
prinsif enam benar dalam pemberian obat yang sudah terangkum dalam SOP, dimana
dalam SOP ada beberapa tahap dalam pemberian obat yang harus dilakukan meliputi
Benar Pasien, Benar Obat, Benar Dosis, Benar Cara/Rute, Benar Waktu, dan Benar
Dokumentasi ini bertujuan untuk menghindari atau mencegah KNC. Dari penelitian Etik
Indarti (2009) mengatakan bahwa salah satu penyebab kesalahan pemberian obat adalah
karena human error dan kasus yang terbayak adalah kesalahan dosis dan kesalahan waktu
pemberian.
Di ruangan Arjuna berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan
kepala ruangan mengatakan bahwa di ruangan Arjuna tidak lengkap dalam melakukan
prinsif enam benar pemberian obat yang terangkum dalam SOP pemebrian obat
dikarenakan perawat sudah hapal dengan pasien yang berada di ruangan karena setiap
hari berinteraksi dengan pasien.
Sedangkan dari hasil observasi yang dilakukan, 6 perawat yang digunakan
sebagai sampel semuanya melakukan prosedur pemberian obat yang belum sesuai
dengan SOP dalam mengidentifikasi pasien, perawat hanya memanggil nama pasien
tanpa mencocokkan no RM dan melihat gelang pasien.

1.2 Rumusan Masalah

1 Apa pengertian prosedur pemebrian obat ?

2 Apa Tujuan dari prinsif enam benar pemberian obat ?

3 Apa saja tindakan-tindakan dalam pelaksanaan prinsif enam benar dalam pemberian
obat?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari prosedur pemberian obat

2. Mengetahui tujuan dari prinsif enam benar pemberian obat

3. Mengetahui bagaimana tindakan dalam pelaksanaan prinsip enam benar dalam


pemberian obat

1.4 Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
mempertahankan akreditasi Rumah Sakit Jiwa Dr. Arif Zainudin Surakarta
2. Bagi Keperwatan
Mempertahankan mutu pelayanan keperawatan kepada pasien
3. Bagi Pendidikan
Mengenal masalah manajemen keperawatan di bangsal sebagai bahan untuk
belajar
4. Bagi Klien
Mendapatkan kualitas pelayanan sesuai dengan kebutuhan klien
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Fungsi Pengendalian
Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang dimaksud untuk mengetahui
apakah pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah disusun sebelumnya, dalam
artian pengawasan membandingkan antara kenyataan dengan standar yang telah
ditentukan sebelumnya. Pengawasan juga dimaksudkan untuk mencegah dan
mengadakan koreksi atau pembetulan apabila pelaksanaan menyimpang dari rencana
yang telah disusun. Pengendalian pelayanan keperawatan adalah upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan secara
berkesinambungan. (Depkes RI, 2011).
Controlling adalah proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan
rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan
yang terjadi. Pengawasan (controlling) dapat dianggap sebagai aktivitas untuk
menemukan, mengoreksi penyimpangan-penyimpangan penting dalam hasil yang
dicapai dari aktivitas-aktivitas yang direncanakan. Adalah wajar jika terjadi
kekeliruan-kekeliruan tertentu, kegagalan-kegagalan dan petunjuk-petunjuk yang
tidak efektif hingga terjadi penyimpangan yang tidak diinginkan dari pada tujuan
yang ingin dicapai. Pengawasan dalam arti manajemen yang diformalkan tidak akan
eksis tanpa adanya perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan sebelumnya.
Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang
harus diperhatikan yaitu:
a. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam
sistem Pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas.
b. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan
pokok, yaitu: (1) untuk memotivasi, dan (2) untuk dijadikan patokan guna
membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat
memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena
tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk
mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan semangat yang lebih
besar untuk mencapainya daripada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar
yang mudah. Namun demikian, jika terget terlampau tinggi atau terlalu sulit
kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak
menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi
belajar/pendidikan, malah menurunkan prestasi.
c. Pengawasan hendaknya desesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Di
sini perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan,
kewenangan dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job
discription).
d. Banyaknya pengawasan harus dibatasi. Artinya jika pengawasan terhadap
karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya
dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan.
e. Sistem pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan
otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya sistem pengawasan
menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil.
f. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternatif perbaikan,
menentukan tindakan perbaikan.
g. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu:
menemukan masalah, menemukan penyebab, membuat rancangan
penanggulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan, mengecek
timbulnya masalah yang serupa.
. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan
dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter.
Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit
dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan
tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan
MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau
ruangan membuat sendiri. Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam
medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk
ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada
bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum
dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan
oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pengendalian / pengontrolan
meliputi:
a. Menetapkan standart dan menetapkan metode mengukur prestasi kerja
b. Melakukan pengukuran prestasi kerja
c. Menetapkan apakah prestasi kerja sesuai dengan standart
d. Mengambil tindakan korektif
Peralatan atau instrument dipilih untuk mengumpulkan bukti dan untuk
menunjukkan standart yang telah ditetapkan atau tersedia. Audit merupakan penilaian
pekerjaan yang telah dilakukan.
Terdapat tiga katagori audit keperawatan, yaitu :
a. Audit struktur
Berfokus pada sumber daya manusia, lingkungan perawatan, termasuk
fasilitas fisik, peralatan, organisasi, kebijakan, prosedur, standart, SOP dan
rekam medik, pelanggan (internal maupun external). Standart dan indikator
diukur dengan mengunakan cek list.
b. Audit proses
Merupakan pengukuran pelaksanaan pelayanan keperawatan apakah
standar keperawatan tercapai. Pemeriksaan dapat bersifat retrospektif,
concurrent, atau peer review. Retrospektif adalah audit dengan menelaah
dokumen pelaksanaan asuhan keperawatan
melalui pemeriksaan dokumentasi.
c. Audit hasil
Audit hasil adalah produk kerja yang dapat berupa kondisi pasien, kondisi
SDM, atau indikator mutu. Kondisi pasien dapat berupa keberhasilan
pasien dan kepuasan. Kondisi SDM dapat berupa efektifitas dan efisiensi
serta kepuasan.Untuk indikator mutu berupa BOR, angka infeksi
nosokomial dan angka dekubitus.
Pada model praktik keperawatan profesi (MPKP) jiwa kegiatan pengendalian
diterapkan dalam bentuk kegiatan pengukuran:
Indikator mutu umum:
a. Penghitungan lama hari rawat (BOR)
Bed occupancy rate adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satu
satuan waktu tertentu.Indikator ini memberikan gambaran tinggi
rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Standar
internasional BOR adalah 70-80 %
Rumus perhitungan BOR :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎℎ𝑎𝑟𝑖𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠: 𝑥 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑇𝑇𝑥𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎℎ𝑎𝑟𝑖𝑝𝑒𝑟𝑠𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢
Keterangan :
a) Jumlah hari perawatan adalah jumlah total pasien dirawat dalam satu
hari kali jumlah hari dalam satu satuan waktu
b) Jumlah hari persatuan waktu. Kalau diukur per satu bulan, maka
jumlahnya 28-31 hari, tergantung jumlah hari dalam satu bulan
tersebut.
b. Penghitungan rata-rata lama dirawat (ALOS)
Average Length of Stay (ALOS) adalah rata-rata lama rawat seseorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada
diagnose tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan lebih
lanjut). Secara umum ALOS yang ideal antara 6-9 hari.
Di MPKP pengukuran ALOS dilakukan oleh kepala ruang yang dibuat
setiap bulan :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎℎ𝑎𝑟𝑖𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)

Keterangan :
a) Jumlah hari perawatan pasien keluar adalah jumlah hari perawatan
pasien keluar hidup atau mati dalam satu periode waktu.
b) Jumlah pasien keluar (hidup atau mati): jumlah pasien yang pulang
atau meninggal dalam satu periode waktu.
d. Penghitungan lama tempat tidur tidak terisi (TOI)
Turn Over Interval adalah rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari
saat diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini dapat memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur.Idealnya tempat tidur
kosong hanya dalam waktu 1 – 3 hari.
Di MPKP pengukuran TOI dilakukan oleh kepala ruang yang dibuat setiap
bulan dengan rumus sbb:
(𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑇𝑇𝑥ℎ𝑎𝑟𝑖)−ℎ𝑎𝑟𝑖𝑝𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛𝑅𝑆
𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠: 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟 (ℎ𝑖𝑑𝑢𝑝+𝑚𝑎𝑡𝑖)
Keterangan:
a) Jumlah TT: jumlah total kapasitas tempat tidur yang dimiliki.
b) Hari perawatan: jumlah total hari perawatan pasien yang keluar hidup
dan mati.
c) Jumlah pasien keluar: jumlah pasien yang dimutasikan keluar baik
pulang, mutasi lari, atau meninggal.
.

B. Prosedur Pemberian Obat


1. Sasaran Keselamatan Pasien (Patient Safety Goals)
Selain dari standar keselamatan, ada lagi yang menjadi poin penting dalam
pelaksanaan keselamatan pasien yaitu sasaran keselamat pasien atau Patient
Safety Goals. Sasaran keselamatan pasien merupakan syarat untuk diterapkan di
semua rumah sakit yang diakreditasi oleh komisi akreditasi rumah sakit.
Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-Saving Patient Safety Solutions
dari WHO Patient Safety (2007) yang digunakan juga oleh komite Keselamatan
Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRSI), dan Joint Commission International
(JCI). Menurut Joint Commission International (2013) terdapat enam sasaran
keselamatan pasien yaitu:
a. Identifikasi pasien dengan benar
b. Meningkatkan komunikasi yang efektif
c. Meningkatkan keamanan obat yang perlu diwaspadai
d. Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien operasi
e. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan
f. Pengurangan risiko pasien jatuh.

2. Prinsif Pemberian Obat

Obat merupakan Semua zat kimiawi, hewani, nabati, yang dalam dosis layak
dapat menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit/ gejalanya, yang
diberikan kepada pasien dengan maksud tertentu sesuai dengan guna obat tersebut.
Pemberian obat yang aman dan akurat adalah tanggung jawab penting bagi seorang
perawat. Meskipun obat menguntungkan, namun bukan berarti tanpa reaksi yang
merugikan. Sebagai seorang perawat harus mengetahui prinsip-prinsip dalam
pemberian obat secara aman dan benar. Karena obat dapat menyembuhkan atau
merugikan pasien, maka pemberian obat menjadi salah satu tugas perawat yang
paling penting.

Pemberian obat merupakan salah satu prosedur yang paling sering dilakukan
oleh perawat jadi ketelitiannya sangat penting untuk mendapatkan efek terapeutik
yang paling maksimal (Smith & Johnson, 2010, hlm.178). Perawat adalah mata
rantai terakhir dalam proses pemberian obat kepada pasien. Perawat yang
bertanggung jawab bahwa obat itu diberikan dan memastikan bahwa obat itu benar
diminum. Bila ada obat yang diberikan kepada pasien, hal itu harus menjadi bagian
integral dari rencana keperawatan. Perawat yang paling tahu tentang kebutuhan dan
respon pasien terhadap pengobatan. Misalnya, pasien yang sukar menelan, muntah
atau tidak dapat minum obat tertentu (dalam bentuk kapsul). Faktor gangguan
visual, pendengaran, intelektual atau motorik, yang mungkin menyebabkan pasien
sukar makan obat, harus dipertimbangkan. Rencana perawatan harus mencangkup
rencana pemberian obat, bergantung pada hasil pengkajian, pengetahuan tentang
kerja dan interaksi obat, efek samping, lama kerja, dan program dokter.

Standard Operational Procedure (SOP) adalah pedoman yang telah ditulis dan
harus dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal dari tindakan yang dilakukan
administrasi obat oleh perawat (Hilmawan et al., 2014). Menurut Adisasmito
(2014) Prosedur Operasional Standar adalah serangkaian instruksi tertulis yang
baku mengenai berbagai proses kegiatan organisasi, bagaimana dan kapan itu harus
dilakukan, di mana dan oleh siapa. Pedoman atau acuan Prosedur Operasional
Standar untuk melakukan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian
kinerja rumah sakit berdasarkan indikator - indikator teknis. Tujuan SOP adalah
untuk menciptakan komitmen terhadap apa yang dilakukan untuk mencapai hasil
yang dapat memuaskan pasien.Perry, Peterson, dan Potter (2005, hlm.160)
mengatakan pada pemberian obat seorang perawat perlu memperhatikan prinsip
lima “benar” yaitu: benar obat, benar dosis, benar pasien, benar cara, dan benar
waktu. Tetapi sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran sekarang mulai di
tinggalkan prinsip tersebut dan telah muncul teori baru yang dianggap lebih aman
dan efektif yang perlu diperhatikan saat memberikan obat kepada pasien yaitu
prinsip enam “benar”. Menurut Aryani, et al. (2009, hlm.393) sekarang perawat
dalam memberikan obat harus memperhatikan prinsip enam “benar” yang sudah
menjadi prosedur wajib sebelum meberikan obat, yaitu: benar pasien, benar obat,
benar dosis, benar cara, benar waktu, dan benar dokumentasi. Pelaksanaan "enam
hak" diperlukan oleh perawat sebagai kewajiban hukum untuk tindakan yang
diambil sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Mengingat perawat yang
memberikan obat langsung kepada pasien dan memberikannya kepada beberapa
pasien, tetapi jika itu sesuai dengan prosedur standar yang ditentukan kemudian
akan dapat meminimalkan efek samping dan kesalahan dalam memberikan obat
(Pirinen et al., 2015)

Prinsip enam benar pemberian obat meliputi:

1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di


tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau
keluarganya. Jika pasien tidak sanggup berespon secara verbal, respon non verbal
dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus dicari cara
identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi
harus selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama
dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama
generiknya, bila perlu hubungi apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau
kandungan obat. Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca permintaan obat dan
botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan dengan obat yang
diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya
tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.

Jika pasien meragukan obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat


memberi obat perawat harus ingat untuk apa obat itu diberikan. Ini membantu
mengingat nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis

Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu,


perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker
sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus
memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik ampul maupun tablet memiliki dosis
yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya ondansentron 1 amp, dosisnya
berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4 mg, ada juga 8
mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti.

4.Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang
menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,
kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja
yang diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parenteral, topikal,
rektal, inhalasi.

a. Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai,
karena ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi
melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN.

b. Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping,
enteron berarti usus, jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena (perset / perinfus).

c. Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya
salep, losion, krim, spray, tetes mata.

d. Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax supp), hemoroid (anusol),
pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian obat perektal
memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk
oral, namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e. Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas


memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna
untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen.
5.Benar Waktu

Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung


untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus
diminum sebelum makan, untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi
satu jam sebelum makan. Ingat dalam pemberian antibiotik yang tidak boleh
diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat sebagian besar obat itu
sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan, untuk
menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan
oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu
tidak dapat diminum, harus dicatat alasannya dan dilaporkan.

B. Tujuan Penerapan Prinsip Enam Benar Pemberian Obat

a. bagi perawat

Penerapan prinsip enam “benar” sangat diperlukan oleh perawat sebagai


pertanggungjawaban secara legal terhadap tindakan yang dilakukan sudah sesuai
dengan prosedur yang sudah ditetapkan.

b. bagi pasien

Mengingat perawat yang memberikan langsung obat kepada pasien dan memberikan
kepada beberapa pasien namun jika sudah sesuai dengan standar prosedur yang sudah
ditetapkan maka akan dapat meminimalkan terjadi efek samping atau kesalahan dalam
memberikan obat (Lestari, 2009).

C. Tindakan-tindakan dalam Pelaksanaan Prinsif Enam Benar dalam Pemberian Obat

Tindakan – tindakan dalam komponen prinsip enam benar :

1. Benar obat
a. Menegecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Menanyakan ada tidaknya alergi obat

c. Menanyakan keluhan pasien sebelum dan setelah memberikan obat

d. Mengecek label obat 3 kali ( saat melihat kemasan, sebelum menuangkan, dan
setelah menuangkan obat) sebelum memberikan obat

e. Mengetahui interaksi obat

f. Mengetahui efek samping obat

g. Hanya memberikan obat yang disiapkan sendiri

2. Benar dosis

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek hasil hitungan dosis dengan perawat lain (double check)

c. Mencampur / mengoplos obat sesuai petunjuk panda label / kemasan obat

3. Benar waktu

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek tanggal kadaluarsa obat

c. Memberikan obat dalam rentang 30 menit sebelum sampai 30 menit setelah


waktu yang diprogramkan

4. Benar pasien

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Memanggil nama pasien yang akan diberikan obat

c. Mengecek identitas pasien pada papan / kardeks di tempat tidur pasien yang
akan diberikan obat

5. Benar cara pemberian

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mengecek cara pemberian pada label / kemasan obat

c. Pemberian per oral : mengecek kemampuan menelan, menunggui pasien sampai


meminum obatnya
d. Pemberian melalui intramuskular : tidak memberikan obat > 5 cc pada satu
lokasi suntikan

6. Benar dokumentasi

a. Mengecek program terapi pengobatan dari dokter

b. Mencatat nama pasien , nama obat, dosis, cara dan waktu pemberian obat

c. Mencantumkan nama/ inisial dan paraf

d. Mencatat keluhan pasien

e. Mencatat penolakan pasien

f. Mencatat jumlah cairan yang digunakan untuk melarutkan obat ( pada pasien yang
memerlukan pembatasan cairan)

g. Mencatat segera setelah memberikan obat


BAB III

ANALISIS DAN PERENCANAAN

I. Pengkajian
A. Strategi Komunikasi
a. Wawancara
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di ruang
Arjuna didapatkan hasil bahwa strategi pemberian obat di ruangan Arjuna
dilakukan dengan cara memanggil nama pasien atau memberikannya langsung,
dikarenakan perawat di ruangan sudah hapal dengan pasien di ruangan karena
berinteraksi setiap hari. Kepala ruang Arjuna juga mengatakan di ruangan sudah
ada SOP pemberian obat yang mencangkup enam benar pemberian obat.
b. Observasi
Berdasarkan hasil observasi didapatkan hasil bahwa strategi pemberian obat yang
dilakukan belum sesuai SOP. Prosedur dilakukan dengan cara memanggil nama
pasien oleh perawat yang ada di ruangan.
A. ANALISIS SWOT

Aspek yang dikaji Strength (kelebihan) Weakness (kekurangan) Opportunity (peluang) Threat (Ancaman)
 Perawat melakukan
Strategi pemberian  Dari hasil wawancara,  Dari hasil wawancara  Adanya kesepakatan
obat belum pemberian obat dengan cara
kepala ruang arjuna dengan kepala ruang antar perawat untuk
mengacu pada memanggil nama pasien
mengatakan perawat pemberian obat dilakukan melakukan prosedur
prinsip enam benar dapat pengakibatkan
diruangan sudah hapal dnegan cara memanggil pemberian obat yang
pemeberian obat kesalahan pemberian obat
dengan pasien karena nama pasien, namun akan sesuai dengan SOP
jika Pasien yang kurang
dalam SOP setiap hari berinteraksi, lebih sulit jika pasien tidak  Di ruangan sudah
kooperaktif , atau yang
kepala ruang kooperaktif. tersedian SOP
hiperaktif sewaktu-waktu
mengatakan di ruangan pemberian obat
 Dari hasil observasi,
pasien mengaku sebagai
ada SOP pemberian
perawat melakukan
nama yang dipanggil atau
obat.
pemberian obat ke pasien
tidak terpasang gelang
 Dari hasil observasi di dengan cara memanggil
identitas.
ruang arjuna terdapat namanya atau memberikan
 Pasien baru yang belum
SOP pemberian obat langsung karena sudah
terlalu diingat oleh perawat
yang merangkum hapal dengan pasien
bisa saja mengaku sebagai
prinsip enam benar
orang lain
dalam pemebrian obat.
MASALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

Data Fokus Masalah

Data subjektif: Prosedur pemberian


obat tidak mengacu
 Berdasarkan hasil wawancara, kepala ruang mengatakan prosedur pemberian obat dilakukan belum
pada SOP yang
sesuai SOP. Setiap jadwal pemberian obat, Perawat di ruang Arjuna melakukan prosedur pemberian
merangkum prinsif
obat dengan cara memanggil nama pasien atau memberikan langsung ke pasien, karena perawat
enam benar pemberian
sudah hapal dan setiap hari berinteraksi dengan pasien.
obat
 Kepala ruang mengatakan terdapat SOP pemberian obat, namun belum terlaksana secara keseluruhan

Data objektif:

 dari hasil observasi yang dilakukan selama 5 hari didapatkan hasil bahwa 6 perawat diruangan arjuna
yang digunakan sebagai sampel semuanya melakukan prosedur pemberian obat yang belum sesuai
dengan SOP terutama dalam mengidentifikasi pasien, perawat hanya memanggil nama pasien tanpa
mencocokkan no RM dan melihat gelang pasien.

 Dari hasil observasi di ruang arjuna terdapat SOP pemberian obat


B. PRIORITAS MASALAH
NO MASALAH PRORITAS MASALAH T R JUMLAH PRIORITAS
IMPORTANCY 1xTxR MASALAH
P S RI DU SB PB PC
Prosedur pemberian obat tidak sesuai
1
prinsip enam benar dalam SOP

Keterangan :
P : prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
RI : Rate of increase (kenaikan besarnya masalah)
DU : Degree of unmeet need (derajat keinginan yang tidak terpenuhi)
SB : social benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
PB : public concern (rasa perihatin terhadap masalah)
PC : political climate (suasana politik)
T : technology
R : Resources availability (sumber daya)
C. ALTERNATIF CARA PENYELESAIAN MASALAH

PENYEBAB MASALAH RENCANA PENYELESAIAN MASALAH


1. Mendiskusikan dengan kepala ruang dan perawat
a. Man
tentang penerapan prinsip enam benar pemberian obat
kurangnya motivasi perawat untuk melakukan prosedur
sesuai SOP
pemberian obat sesuai SOP karena dirasa sudah hapal dengan
2. Demonstrasi prosedur pemberian obat dengan prinsip
pasien di ruangan.
enam benar
b. Material
3. Diskusikan dengan perawat untuk memperbaiki
di kemasan obat, terdapat nama pasien, nama obat, dan nomor
tindakan yang masih tidak sesuai dengan SPO
rekam medik pasien
c. Method
sudah terdapat SOP pemberian obat di ruang arjuna tapi di
simpan di lemari penyimpanan, sehingga perawat jarang
membuka SOP untuk menyesuaikan prosedur tindakan yang
akan dilakukan
D. DIAGRAM FISHBON

Man: Method:
kurangnya motivasi perawat sudah terdapat SOP pemberian
untuk melakukan prosedur obat di ruang arjuna tapi di
pemberian obat sesuai SOP karena simpan di lemari penyimpanan,
dirasa sudah hapal dengan pasien sehingga perawat jarang
di ruangan. membuka SOP untuk
menyesuaikan prosedur tindakan
yang akan dilakukan Prosedur pemberian
obat tidak sesuai
SOP yang
mencangkup 6 benar
pemberian obat

Material:

di kemasan obat, terdapat


nama pasien, nama obat,
dan nomor rekam medik
pasien
POA

No Rencana Tindakan Metode Sasaran Alat dan bahan Waktu Tempat PJ

1 Sosialisasi tentang konsep Diskusi Perawat Alat tulis, makalah Oktober 2018 Ruang Kadek Ria
prosedur pemberian obat Ruang konsep prosedur Arjuna Gangga
terhadap perawat Arjuna pemberian obat Dwijayanti

2 Demonstrasi prosedur Demontrasi Perawat Alat tulis Oktober 2018 Ruang Kadek Ria
pemberian obat dengan Ruang Arjuna Gangga
prinsip enam benar dan Arjuna Dwijayanti
sesuai SOP

3 Diskusikan dengan perawat Dikusi Perawat Alat tulis Oktober 2018 Ruang Kadek Ria
untuk memperbaiki Ruang Arjuna Gangga
tindakan yang masih tidak Arjuna Dwijayanti
sesuai dengan SPO dengan
cara memberi motivasi
DAFTAR PUSTAKA

Entik Indarti, dkk. 2009. Kejadian Nursing Error Pada Pemberian Obat Di Ruang Rawat Inap Salah Satu Rumah Sakit Di Sulawesi
Tengah. JIK Vol.04/No.03/September/2009. Program Studi Ilmu keperawatan, FK UGM Yogyakarta.

Kartika, I.R. 2017. Application Oo “Six Rights” On Medication Administration By Nurse And Patient Satisfation. Jurnal INJEC Vol. 2
No. 2 Desember 2017: 178-183. Nursing Program, STIKes Fort De Kock Bukittinggi.

Lestari, Y. N. 2009. Pengalaman Perawat dalam Menerapkan Prinsip Enam Benar Dalam Memberikan Obat Di Ruang Rawat Inap
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Program Studi keperawatan Universitas Diponogoro

Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi 4. Jakarta: Salemba Medika

Putriana, Nila, dkk. 2015. Hubungan Motivasi Perawat dengan Kepatuhan Pelaksanaan Pemberian Obat Oral. JOM Vol 2 No 1,
Februari 2015. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Riau.

Smith, T.J. 2010. Buku Saku Prosedur Klinis Keperawatan, Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Aryani , R et al. (2009) Prosedur Klinik Keperawatan pada mata ajar kebutuhan dasar manusia . Jakarta : TIM.

Lestari, Y.N. (2009). Pengalaman perawat dalam menerapkan prinsip enam benar dalam Pemberian obat di ruang rawat inap rumah
sakit mardi rahayu kudus, Skripsi, S.Kep. Program Studi Universitas Diponegoro. Diperoleh pada tanggal 15 Agustus 2014 dari
eprints.undip.ac.id/10734/1/ARTIK EL.doc.

Anda mungkin juga menyukai