Anda di halaman 1dari 15

Nama : Aldi Renaldi

Nim : KHGC17019

Kelas : S - 1 Keperawatan 3A

RINGKASAN

Controlling Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

1.Definisi

Controlling (pengawasan) menurut KBBI yaitu melihat dan memperhatikan (tingkah laku
orang), mengamat-amati dan menjaga baik-baik, mengontrol. Menurut konsep yaitu pengawasan
dan pengendalian adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi.

Controlling adalah pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja yang di lakukan agar dapat
mencapai hasil yang di harapkan.

Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar


pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai. Apabila terjadi penyimpangan di mana letak penyimpangan itu dan bagaimana pula
tindakan yang diperlukan untuk mengatasinya.

2.Tujuan

 Mengetahui lancar atau tidaknya pekerjaan sesuai dengan yang telah direncanakan.
 Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat dengan melihat kelemahan, kesulitan dan
kegagalan serta mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali kesalahan-
kesalahan yang sama
 Mengetahui apakah penggunaan fasilitas pendukung kegiatan telah sesuai dengan
rencana atau terarah pada pasaran.
 Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan semula.
 Mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan dapatkah diadakan perbaikan-
perbaikan lebih lanjut sehingga mendapatkan efisiensi yang besar

3.Fungsi

 Mencegah penyimpangan-penyimpangan.
 kesalahan,kelemahandan menindak penyalahgunaan serta penyelewengan.
 organisasi serta segenap kegiatan manajemen.
 Mempertebal rasa tanggung jawab.
 Mendidik pegawai atau pelaksana.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :

 Perubahan lingkungan organisasi


 Peningkatan kompleksitas organisasi
 Meminimalisasikan tinggiya kesalahan-kesalahan
 Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang

4.Teknik dan Metode Pengawasan


-Teknik Pengawasan

Fungsi nya adalah untuk Pencegahan dari pada terjadinya penyimpangan, kekeliruan,
kesalahan, kelemahan serta penyalahgunaan dan penyelewengan sangat memerlukan
teknik-teknik pengawasan yang dapat dan cepat serta mampu mengendalikan

-Metode Pengawasan

Dapat dipergunakan untuk mengendalikan dan menilai pelaksanaan baik secara


keseluruhan maupun secara bagian-bagian daripada rencana sangat banyak

Hal-hal yg terdapat dalam controlling

Evaluasi /eva·lu·a·si/ /évaluasi/ n penilaian: hasil -- itu hingga saat ini belum
diperoleh;-- penggamakan.

Menurut Yunanda (2009) pengertian istilah “evaluasi merupakan kegiatan yang


terencana untuk mengetahui keadaan sesuatu obyek dengan menggunakan instrumen dan
hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan”.
Penilaian (evaluasi), merupakan proses pengukuran dan perbandingan hasil – hasil
pekerjaan yang seharusnya dicapai. Hakekat penilaian merupakan fase tertentu setelah selesai
kegiatan, sebelum, sebagai korektif dan pengobatan ditujukan pada fungsi organik administrasi
dan manajemen.

 Contoh

-Umum : evaluasi proyek, kriterianya adalah tujuan dan pembangunan proyek tersebut, apakah
tercapai atau tidak, apakah sesuai dengan rencana atau tidak, jika tidak mengapa terjadi
demikian, dan langkah-langkah apa yang perlu ditempuh selanjutnya.

-Pendidikan : evaluasi program pembelajaran pada setiap akhir tahun ajaran

-Kesehatan : penerapan evaluasi dalam asuhan keperawatan.


Pengendalian Mutu

1.Definisi

Menurut ANSI ( American National Standards Institute )

PENGENDALIAN MUTU / QUALITY CONTROL ( QC ) “Kualitas” menyangkut masalah


produk unggulan atau pelayanan yang dapat memenuhi atau melebihi harapan kita. Harapan ini
didasarkan pada tujuan penggunaan dan harga jual

Menurut Philip B. Crosby (1979) Kualitas adalah comformance to requirement, yaitu


sesuai dengan yang disyaratkan atau distandarkan. Suatu produk memiliki kualitas apabila sesuai
dengan standar kualitas yang telah ditentukan

Pengendalian mutu adalah produk atau pelayanan yang memenuhi tandard an kualitas.

 Contoh Pengendalian Mutu

-Di puskesmas, program jaminan mutu meliputi mutu petugas, termasuk kualifikasi, mutu kerja,
alat, fasilitas, obat, pelayanan, dan informasi. Sasaran yang ingin di capai dalam upaya
peningkatan mutu di puskesmas adalah sebagai berikut :

-Menurunkan angka kematian

-Menurunkan angka kecacatan

-Meningkatkan kepuasan masyarakat dan pemberi pelayanan kesehatan kepada masyarakat


terutama di wilayah kerjanya

-Penggunaan obat secara rasional serta tindakan pengobatan yang wajar.

Supervisi

1.Definisi
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yg berarti di atas) dan videre (bahasa latin
yg berarti melihat). Dari asal kata aslinya supervisi berarti “melihat dari atas”.

Menurut KBBI, supervisi/su·per·vi·si/ n pengawasan utama; pengontrolan tertinggi;


penyeliaan: dua orang petugas kesehatan mengadakan -- di puskesmas- puskesmas pedesaan

Supervisi adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan”
terhadap pekerjaan yg dilakukan “bawahan” utk kemudian bila ditemukan masalah, segera
diberikan bantuan yg bersifat langsung guna mengatasi.

2.Tujuan

Memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tsb
bawahan akan memiliki bekal yg cukup utk dapat melaksanakan tugas atau pekeraan dg hasil
yang baik.

3.Prinsip

Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar,
2009):

-Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatakan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung
terhadap pekerjaan bawahan,

-Supervisi harus dilakukan secara teratur atau berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali
bukan supervisi yang baik.

-Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikan rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik
antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk lebih
mengutamakan kepentingan bawahan.

-Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-
masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua
kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.

-Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.
4.Model Jenis - jenis Supervisi

Model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto,2008):

 Model konvensional

Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan
kesalahan dalam pemberian asuahan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi
kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas.

 Model ilmiah

Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya
mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini
memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur,

instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat
diberikan umpan balik dan bimbingan.

 Model klinis

Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam


mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn
keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis melalui pengamatan pelayanan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar
keperawatan.

 Model artistic

Supervisi model artistic dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan rasa aman
sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian
akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan
terbuka dam mempermudah proses supervisi.
Manajemem Mutu Pelayanan Keperawatan

1.Definisi

Mutu Pelayanan Keperawatan dapat merupakan suatu pelayanan keperawatan yang


komprehensif meliputi bio-psiko-sosio-spiritual yang diberikan oleh perawat profesional kepada
pasien (individu, keluarga maupun masyarakat) baik sakit maupun sehat, dimana perawatan yang
diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan.

2.Kendali Mutu Quality Control

Proses kendali mutu ( Quality Control ) dimulai dari menyusun strandar – standar mutu -
mengukur kinerja (dengan membandingkan kinerja yang ada dengan standar yang telah
ditetapkan) Apabila tidak sesuai, dilakukan tindakan koreksi. Bila diinginkan peningkatan
kinerja perlu menyusun standar baru yang lebih tinggi dan seterusnya. (Djoko Wijono, 1999)

3.Dimensi Mutu Pelayana Keperawatan

Menurut Windy (2009) dimensi mutu dalam pelayanan keperawatan terbagi kedalam 5
macam, diantaranya:

1.Tangible (bukti langsung)

2.Reliability (keandalan)

3.Responsiveness (ketanggapan)

4.Assurance (jaminan kepastian)

5.Emphaty (empati)

4.Pendekatan Penilaian Terhadap Mutu Keperawatan

 Audit Struktur (Input)

1.Fasilitas fisik, yang meliputi ruang perawatan yang bersih, nyaman dan aman, serta penataan
ruang perawatan yang indah;
2.Peralatan, peralatan keperawatan yang lengkap, bersih, rapih dan ditata dengan baik;

3.Staf keperawatan sebagai sumber daya manusia, baik dari segi kualitas maupun kuantitas

4.Keuangan, yang meliputi bagaimana mendapatkan sumber dan alokasi dana.

 Proses (Process)

Donabedian (1987, dalam Wijono 2000) menjelaskan bahwa pendekatan ini


merupakan proses yang mentransformasi struktur (input) ke dalam hasil (outcome).
Proses adalah kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga kesehatan
(perawat) dan interaksinya dengan pasien

Dalam kegiatan ini mencakup diagnosa, rencana perawatan, indikasi tindakan,


prosedur dan penanganan kasus

 Hasil (Outcome)

Pendekatan ini adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan perawat terhadap pasien.
Dapat berarti adanya perubahan derajat kesehatan dan kepuasan baik positif maupun
negatif. Sehingga baik tidaknya hasil dapat diukur dari derajat kesehatan pasien dan
kepuasan pasien terhadap pelayanan perawatan yang telah diberikan (Donabedian, 1987
dalam Wijono 2000)

Standar Asuhan Keperawatan

Untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan, diperlukan alat


ukur yaitu standar asuhan keperawatan.

Seperti tersebut di dalam , Direktorat jendral pelayanan medik .Depkes RI bersama


dengan Organisasi profesi keperawatan diberlakukan untuk diterapkan diseluruh Rumah sakit,
melalui SK Direktur Jendral pelayanan Medik,no. YM. 00.03.2.6.7637
Standaar asuhan keperawatan merupakan suatu rangkaian kegiatan sistematis yang
menggunakan pendekatan proses keperawatan, terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi.

STANDAR 1 : Pengkajian

Perawat mengumpulkan data yang akurat dan komprehensif terkait situasi dan kondisi
kesehatan klien.

Kriteria :

Mengumpulkan data secara primer dan sekunder (pengertian primer dan sekunder dimasukan ke
glossary) dengan menggunakan instrument yang relevan secara sistematik dan berkelanjutan

STANDAR 2 : Diagnosa Keperawatan

Perawat menganalisis data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa atau isu-isu keperawatan

Kriteria :

 Melakukan proses diagnosis yang terdiri dari analisis, & interpretasi data menyeluruh,

identifikasi masalah klien dan perumusan diagnosis keperawatan

 Melakukan validasi diagnosis dengan klien, keluarga, orang/ pihak lain yang

berhubungan, dan sejawat tenaga kesehatan lain

 Mendokumentasikan diagnosis yang dapat memudahkan penentuan hasil yang

diharapkan dan perencanaan.

STANDAR 3 : Perencanaan
Perawat mengembangkan rencana yang menggambarkan strategi dan alternatif untuk
mencapai hasil yang diharapkan

Kriteria :

Memformulasikan tujuan bersama klien dan tenaga kesehatan lain

Standar 4 : Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan yang ditentukan dengan maksud
agar kebutuhan pasien terpenuhi secara maksimal yang mencakup aspek peningkatan,
pencegahan, pemeliharaan serta pemulihan kesehatan serta dengan mengikut seratakan pasien
dan keluarga

STANDAR 5 : Evaluasi

Perawat mengevaluasi perkembangan dan kemajuan kesehatan klien berdasarkan tindakan yang
telah dilakukan

Kriteria :

Evaluasi dilaksanakan secara sistematik, berkelanjutan, dengan didasarkan kriteria

Melibatkan klien, keluarga, orang lain yang berhubungan, dan tenaga kesehatan dalam proses
evaluasi
RESUME

INDIKATOR STATISTIK RUMAH SAKIT ( BOR, LOS, BTO, TOI, GDR,


NDR )
A.Pengertian

Indikator statistik rumah sakit merupakan pengumpulan data di rumah sakit yang
dikumpulkan setiap hari dari pasien rawat inap dan rawat jalan. Data tersebut berguna untuk
memantau perawatan pasien setiap hari, minggu, bulan, dan lain-lain. Informasi dari statistik
rumah sakit digunakan untuk perencanaan memantau pendapatan dan pengeluaran dari pasien
oleh pihak manajemen rumah sakit.

Beberapa istilah yang telah dikembangkan, seperti:

1.Hospital patient, seorang individu yang mendapatkan layanan medis rumah sakit.

2.Hospital inpatient, seorang pasien yang telah mendapatkan layanan rumah sakit, berupa
menginap, perawatan, pengobatan dan umumnya pasien tersebut telah menginap 1 malam.

3.Hospital newborn inpatient, bayi yang dilahirkan di rumah sakit. Umumnya bayi baru lahir ini
dihitung terpisah karena mereka mendapatkan layanan yang berbeda.
4. hospitalization, periode dalam kehidupan pasien yang ketika ia dirawat di satu rumah sakit
terus menerus, tidak terputus kecuali cuti perawatan.

5.Inpatient admission, prosedur penerimaan untuk pasien menginap di rumah sakit termasuk
ruangan, perawatan dimana pasien menginap.

6.Inpatient discharge, akhir dari periode pasien menginap sampai keluar dari rumah sakit setelah
disetujui oleh rumah sakit. Umumnya melalui persetujuan bersama dokter yang merawat, pergi
menemui penasihat pengobatannya, dirujuk ke fasilitas lain atau meninggal.

7.Hospital outpatient, Pasien rumah sakit yang mendapatkan layanan di satu atau lebih dari
fasilitas rumah sakit, ketika tidak dirawat atau dalam home care patient. Seorang pasien rawat
jalan dapat diklasifikasikan pada pasien yang datang pada fasilitas gawat darurat atau dapat juga
datang untuk ke klinik.

B.Indikator efisiensi pelayanan rumah sakit

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat


pemanfaatan, mutu dan efisiensi pengelolaan rumah sakit. Beberapa indikator penilaian
pelayanan rumah sakit menurut Irwandy (2007), diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Gross Death Rate (GDR)

Hubungan rate untuk kematian didasari pada jumlah pasien yang keluar, hidup atau
meninggal. Kematian merupakan akhir dari periode perawatan. Pada kematian dibedakan
kematian secara keseluruhan atau gross death rate, kematian yang telah disesuaikan dengan lebih
dari 48 jam perawatan dikenal sebagai net death rate, kemudian kematian bayi baru lahir atau
yang dikenal dengan newborn death rate, lalu kematian bayi lahir meninggal atau fetal death rate,
kematian atas ibu melahirkan atau kematiannya yang berhubungan dengan melahi rkan atau
selama masa kehamilan, dikenal maternal death rate.

Dasar dari angka kematian kasar rumah sakit adalah merupakan kematian dari fasilitas
kesehatan. Perhitungan yang didapati dengan cara:
Rumus:

∑ pasien rawat yang meninggal termasuk

GDR = bayi baru lahir dalam satu periode waktu tertentu x 100

∑ pasien yang keluar (dewasa + anak bayi

baru lahir yang meninggal) pada waktu yang sama

2. Bed Occupancy Rate (BOR)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed
count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah
presentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan
gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang
rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat.
Angka BOR yang tinggi (lebih dari 85%) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang
tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur. Nilai indikator
BOR yang ideal adalah antara 60-85% (DepKes RI, 2005), sedangkan menurut Barber Johnson
nilai BOR yang ideal adalah 75-85%.

Rumus :

BOR = (O/A) x 100%

3. Length Of Stay (LOS)

LOS menurut Huffman (1994) adalah “the average hospitalization stay of inpatient
dischargedduring the period under consideration”. LOS menurut DepKes RI (2005) adalah rata-
rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan
rawat inap yang tidak dapat dilakukan sendiri, tetapi harus bersama dengan interpretasi BOR dan
TOI. Disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu
pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang memerlukan
pengamatan lebih lanjut. Secara umum nilai LOS yang ideal adalah antara 6-9 hari (DepKes,
2005). Sedangkan menurut Baber Johnson adalah 3-12 hari.
Rumus:

LOS = ∑ lama rawat

∑ pasien keluar (hidup + mati)

4. Turn Over Interval (TOI)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat efisiensi
penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan tempat tidur semakin
jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari

Rumus :

TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati))

5 Bed Turn Over (BTO)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate
and length of stay”. BTO menurut DepKes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat tidur
pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya
dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. Sedangkan menurut Barber
Johnson angka ideal untuk nilai BTO adalah lebih dari 30 kali.

Rumus ::

BTO = ∑ pasien keluar (hidup + mati)

Kapasitas tempat tidur

6. Net Death Rate (NDR)

Net death rate adalah rate kematian yang telah disesuaikan dengan menghitung kematian
yang hanya diatas 48 jam (dihitung apakah dewasa + anak-anak + bayi baru lahir). Mengapa
kematian di bawah 48 jam tidak masuk pada perhitungan net death rate karena waktu tersebut
tidak cukup untuk mengukur perawatan dari rumah sakit.
Rumus:

NDR =∑ kematian setelah 48 jam dan lebih x 100%

dalam jangka waktu tertentu

∑ seluruh penderita rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai