Dalammelaksanakansupervisiterdapatbeberapaunsurpokok. Unsur-
unsurpokok yang dimaksudadalahpelaksana; sasaran; frekuensi; tujuan dan
teknik.
1. Pelaksana
Pelaksana atau yang bertanggung jawab melaksanakan supervise
adalah atasan, yakni mereka yang memiliki kelebihan dalam organisasi.
Kelebihan yang dimaksud sering dikaitkan dengan status yang lebih tinggi
(supervisor) dan karena itu fungsi supervise memang dimiliki oleh atasan.
Namun untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah
kelebihan pengetahuan atau keterampilan.
Menurut Ali Zaidin, dalambukunya yang berjudul Dasar-Dasar
Kepemimpindalam Keperawatan, membagi tingkatan atas kelas manajer
dalam melakukan supervisi, yaitu sebagai berikut.
a) Manajer puncak (Top Manager) Manajer puncak bertanggung jawab atas seluruh
kegiatan dari hasil kegiatan serta proses manajamen organisasi. Tugas utamanya
menetapkan kebijaksanaan (policy), member petunjuk atau pengarahan umum
berkaitan dengan tujuan, misalnya, Kakanwil Depkes Provinsi, Kadinkes Daerah,
Direktur RS, dan sebagainya.
b) Manajer Menengah (Middle Manager) Manajer menengahi nimemimpin sebagian
manajer tingkat pertama. Tugasnya menjabarkan kebijaksanaan top manajerkedalam
program-program. Misalnya, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Bidang, Kasubdin
Propinsi, dan KasubbagDati II.
c) Manajer Tingkat Pertama (First Line, First Level Manager, Supervisor Manager)
Manajer tingkat bawah yang bertugas memimpin langsung para pelaksana atau
pekerja, yaitu melaksanakan supervise sebagai mandor atau supervisor. Misalnya,
KepalaSeksi, KepalaUrusan.
SYARAT
Untuk dapat melasaksanakan supervisi dengan baik diperlukan
beberapa sarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh
pelaksana supervisi atau supervisor (Azwar, 1996 ) adalah sebagai
berikut.
1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi, atau apabila tidak mungkin, dapat ditunjuk staf khusus
dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas.
2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan
yang cukup untuk jenis pekerjaan yang disupervisi
3. Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan
supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik
supervisi.
4. Pelaksana supervisi harus mempunyai sifat edukatif, suportif, dan
bukan otoriter.
5. Pelaksana harus mempunyai waktu yang cukup, tidak tergesa-
tergesa, dan secara sabar berupaya meningkatkan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap bawahan yang disupervisi.
A. Sasaran
Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh
bawahan yang melakukan pekerjaan. Sasaran yang dilakukan oleh
bawahan disebut sebagai sasaran langsung.
B. Frekuensi
Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berbeda. Supervisi yang
dilakukan hanya sekali, bukan supervisi yang baik. Tidak ada pedoman
yang pasti seberapa sering supervisi dilakukan. Pegangan umum yang
digunakan bergantung pada derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan
serta sifat penyesuaian yang akan dilakukan. Menurut Nursalam (2002),
melakukan supervisi yang tepat harus bisa menentukan kapan dan apa
yang perlu dilakukan supervisi dan bantuan. Sepanjang kontrol/supervisi
penting bergantung bagaimana staf melihatnya.
1. Overcontrol
Kontrol yang terlalu berlebihan akan merusak delegasi yang diberikan.
Staf tidak akan dapat memikul tanggung jawabnya.
2. Undercontrol
Kontrol yang kurang juga akan berdampak buruk terhadap delegasi, di
mana staf akan tidak produktif melaksanakan tugas limpah dan
berdampak secara signifikan terhadap hasil yang diharapkan. Hal ini akan
berdampak terhadap pemborosan waktu dan anggaran yang sebenarnya
dapat dihindarkan. Berikan kesempatan waktu yang cukup kepada staf
untuk berpikir dan melaksanakan tugas tersebut.
Tujuan
Tujuan supervisi adalah pemenuhan dan peningkatan pelayananan
pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan
tugas.
Tujuan supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan
secara langsung, sehingga bawahan memiliki bekal yang cukup
untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang
baik. Tujuan dari pengawasan adalah sebagai berikut:
1. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan dalam tempo yang diberikan dengan menggunakan
sumber daya yang tersedia.
2. Memungkinkan pengawas menyadari kekurangan-kekurangan para
petugas kesehatan dalam hal kemampuan, pengetahuan, dan
pemahaman, serta mengatur pelatihan yang sesuai.
3. Memungkinkan para pengawas mengenali dan memberi penghargaan
atas pekerjaan yang baik dan mengenali staf yang layak diberikan
kenaikan jabatan dan pelatihan lebih lanjut.
4. Memungkinkan manajemen bahwa sumber yang disediakan bagi petugas
telah cukup dan dipergunakan dengan baik.
5. Memungkinkan manajemen menentukan penyebab kekurangan pada
kinerja tersebut.
Teknik
Kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencakup empat
hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan
prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan
keluarnya; (3) melaksanakan jalan keluar; dan (4) menilai hasil
yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya.Untuk dapat
melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik.
1. Pengamatan langsung
Pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan harus
memperhatikan hal berikut.
a. Sasaran pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung
ditujukan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja.
b. Objektivitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak terstandarisasi dapat mengganggu
objektivitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini, maka diperlukan suatu
daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c. Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan
negatif, misal, rasa takut, tidak senang, atau kesan mengganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif
dan suportif, bukan kekuasaan atau otoriter.
Kerja Sama
Supervisi yang berhasil guna dan berdaya guna tidak dapat terjadi begitu
saja, tetapi memerlukan praktik dan evaluasi penampilan agar dapat
dijalankan dengan tepat. Kegagalan supervisi dapat menimbulkan
TEKNIK SUPERVISI MELIPUTI
1. Proses supervisi keperawatan terdiri atas tiga elemen kelompok,
yaitu:
a) mengacu pada standar asuhan keperawatan.
b) fakta pelaksanaan praktik keperawatan sebagai pembanding untuk
menetapkan pencapaian
c) tindak lanjut dalam upaya memperbaiki dan mempertahankan kualitas
asuhan.
2. Area supervisi.
a) Pengetahuan dan pengertian tentang asuhan keperawatan kepada klien.
b) Keterampilan yang dilakukan disesuaikan dengan standar.
c) Sikap penghargaan terhadap pekerjaan misalnya kejujuran dan empati.
Area supervisi keperawatan mencakup aspek kognitif, sikap dan perilaku,
yang meliputi:
a. kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada klien;
b. pendokumentasian asuhan keperawatan;
c. penerimaan pasien baru;
d. pendidikan kesehatan melalui perencanaan pulang;
e. pengelolaan logistik dan obat;
f. penerapan metode ronde keperawatan dalam menyelsaikan masalah
keperawatan klien;
g. pelaksanaan timbang terima.
3. Cara supervisi.
Supervisi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu
sebagai berikut:
A. Langsung
`Supervisi dilakukan secara langsung pada kegiatan yang
sedang berlangsung, yaitu supervisor dapat terlibat
dalam kegiatan, umpan balik, dan perbaikan. Proses
supervisi meleputi:
1) perawat pelaksana melakukan secara mandiri suatu tindakan
keperawatan didampingi oleh supervisor;
2) selama proses, supervisor dapat memberi dukungan,
reinforcement, dan petunjuk;
3) setelah selesai, supervisor dan perawat pelaksana melakukan
diskusi yang bertujuan untuk menguatkan yang telah sesuai dan
memperbaiki yang masih kurang. Reinforcement pada aspek
yang positif sangat penting dilakukan oleh supervisor.
B. Supervisi secara tidak langsung
Supervisi dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan. Supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di
lapangan sehingga mungkin terjadi kesenjangan fakta.
Umpan balik dapat diberikan secara tertulis.
PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANGAN
1. Peran kepala ruang
a) Sebagai konsultan dan pengendali mutu perawat primer.
b) Mengorientasi dan merencanakan karyawan baru.
c) Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan kepada KATIM.
d) Evaluasi kerja.
e) Merencanakan atau menyelenggarakan pengembangan staf.
2. Peran perawat/ners primer (KATIM)
a) Menerima klien dan mengkaji kebutuhan pasien secara
komperhensif.
b) Membuat tujuan dan merencanakan keperawatan.
c) Melaksanakan rencana yang telah dibuat.
d) Mengomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang
diberikan oleh disiplin lain atau perawat.
e) Menerima dan menyesuaikan rencana asuhan.
f) Menyiapkan penyuluhan untuk pasien pulang.
g) Menyiapkan rujukan kepada tim pelayanan kesehatan terkait
h) Mengadakan kujungan rumah bila perlu.
3.Peran perawat/ners associate (PA)
Peran PA adalah melaksanakan tindakan keperawatan
sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh KATIM.