Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu
organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi
suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang
digunakan, seperti pengawasan pendahuluan (preliminary control),
Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan
Feed Back (feed back control).
Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap
pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap
pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan
Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap
Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan
dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan
Tindakan Koreksi.

Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan,


yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar
proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau
direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan
alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses
dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini
dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan

Page 1 of 32
kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang
menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari fungsi pengawasan ?
2. Apa tujuan dari pengawasan?
3. Apa pentingnya pengawasan ?
4. Apa prinsip-prinsip pengawasan ?
5. Apa saja tipe-tipe pengawasan ?
6. Apa saja jenis-jenis pengawasan ?
7. Bagaimana tahap-tahap dalam pengawasan ?
8. Bagaimana perancangan proses pengawasan ?
9. Apa saja bidang-bidang pengawasan strategic ?
10. Apa saja alat bantu pengawasan manajerial ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fungsi pengawasan.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengawasan .
3. Untuk mengetahui pentingnya pengawasan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengawasan.
5. Untuk mengetahui tipe- tipe pengawasan.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan.
7. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam pengawasan.
8. Untuk mengetahui perancangan proses pengawasan.
9. Untuk mengetahui bidang-bidang pengawasan strategic.
10. Untuk mengetahui alat bantu pengawasan manajerial.

Page 2 of 32
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pengawasan


Fungsi pengawasan dalam manajemen adalah proses memastikan
bahwa semua yang dijalankan telah sesuai dengan acuan yang sudah
direncanakan. Fungsi manajemen pengawasan disebut juga dengan fungsi
pengendalian atau controlling.

Menurut Henry Payol

Pengawasan adalah proses pengujian untuk mengetahui apakah segala


sesuatu dilaksanakan sesuai perencanaan, perintah dan aturan yang ada.

Secara umum pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk


menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,
merancang system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata
dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan
mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi
yang diperlukan.

2.2 Tujuan Pengawasan


Aktivitas pengawasan memiliki berbagai macam tujuan dalam
manajemen organisasi, diantaranya :
1. Menjamin ketetapan pelaksanaan tugas sesuai dengan rencana tersebut,
kebijaksanaan dan perintah.
2. Melaksanakan koordinasi kegiatan-kegiatan.
3. Mencegah pemborosan dan penyelewengan.
4. Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang dan jasa yang
dihasilkan.

Page 3 of 32
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
(pemerintah).

2.3 Pentingnya Pengawasan

Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin kompleks dari waktu
ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi
atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi
pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya.

Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya :

1. Perubahan Lingkungan Organisasi

Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus-menerus


dan tak dapat dihindari, seperti munculnya inovasi produk dan pesaing
baru, diketemukannya bahan baku baru dsb. Melalui fungsi
pengawasannya manajer mendeteksi perubahan yang berpengaruh pada
barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau
memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.

2. Peningkatan Kompleksitas Organisasi


Semakin besar organisasi, makin memerlukan pengawasan yang
lebih formal dan hati-hati. Berbagai jenis produk harus diawasi untuk
menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga. Semuanya memerlukan
pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3. Meminimalisasikan Tingginya Kesalahan-Kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara
sederhana melakukan fungsi pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota
organisasi sering membuat kesalahan. Sistem pengawasan memungkinkan
manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.

Page 4 of 32
4. Kebutuhan Manager Untuk Mendelegasikan Wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara
manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya
adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
5. Komunikasi
6. Menilai Informasi Dan Mengambil Tindakan Koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar,
penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian
pengambilan tindakan.

2.4 Prinsip-Prinsip Pengawasan

Pengawasan saat ini telah mencakup kegiatan pengendalian,


pemeriksaan, dan penilaian terhadap kegiatan. Oleh karena pengawasan
tersebut mempunyai sifat menyeluruh dan luas, maka dalam pelaksanaanya
diperlukan prinsip-prinsip pengawasan yang dapat dipatuhi dan dijalankan,
adapun prinsip-prinsip pengawasan itu adalah sebagai berikut :

1. Objektif Dan Menghasilkan Data


Pengawasan harus bersifat objektif dan harus dapat menemukan
fakta-fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang
mempengaruhinya.
2. Berpangkal Tolak Dari Keputusan Pimpinan
Untuk dapat mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan-
kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus bertolak pangkal dari
keputusan pimpinan yang tercermin dalam:
a. Tujuan yang ditetapkan
b. Rencana kerja yang telah ditentukan
c. Kebijaksanaan dan pedoman kerja yang telah digariskan
d. Perintah yang telah diberikan

Page 5 of 32
e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3. Preventif
Bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka
pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-
kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.
4. Bukan Tujuan Tetapi Sarana
Pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi
sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efekt ifitas
pencapaian tujuan organisasi.
5. Efisiensi
Pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan
justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.
6. Apa Yang Salah
Pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata- mata mencari
siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat
kesalahan itu.
7. Membimbing Dan Mendidik
Pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar
pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
yang ditetapkan.

2.5 Tipe- Tipe Pengawasan

Donnelly (dalam Zuhad, 1996:302) mengelompokkan pengawasan


menjadi 3 Tipe pengawasan yaitu :

1. Pengawasan Pendahuluan (Preliminary Control).


Pengawasan yang terjadi sebelum kerja dilakukan. Pengawasan
Pendahuluan menghilangkan penyimpangan penting pada kerja yang
diinginkan yang dihasilkan sebelum penyimpangan tersebut terjadi.
Pengawasan Pendahuluan mencakup semua upaya manajerial guna

Page 6 of 32
memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan
hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-
deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan
pada organisasi-organisasi. Sumber-sumber daya ini harus memenuhi
syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang
bersangkutan.
Dengan ini, manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya
perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa
depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan--
kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan
masa mendatang.
Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan
sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan,
Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-
sumber daya financial.
2. Pengawasan Pada Saat Kerja Berlangsung (Cocurrent Control)
Pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan.
Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-
sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-
tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan
mereka.
3. Pengawasan Feed Back (Feed Back Control)
Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang
telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi
atau tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa
lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya
atau operasi-operasi aktual. Sifat kas dari metode-metode pengawasan
feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-

Page 7 of 32
hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan
masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak
dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)
4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance
Evaluation)

2.6 Jenis-Jenis Pengawasan

Pengawasan dibagi menjadi dua yaitu pengawasan internal dan


eksternal. Pengertian pengawasan internal yaitu kegiatan pengawasan yang
dijalankan oleh badan pengawasan yang ada di dalam organisasi yang
bersangkutan. Kemudian pengawasan ekternal ialah pengawasan yang
dilaksanakan oleh unit pengawasan yang berada di lingkukan luar organisasi
yang diawasi.

Berdasarkan dua tipe tersebut terdapat jenis jenis pengawasan yang


perlu diketahui sebagai berikut :

1. Preventif dan Represif

Pengawasan preventif dilaksanakan sebelum suatu aktivitas


maupun program dijalankan. Pengawasan ini memiliki tujuan agar
mencegah penyimpangan dalam suatu kegiatan. Sebagai contoh
pengawasan dalam perusahaan pada bidang keuangan terkait penyusunan
usulan anggaran, laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi).
Pengawasan ini dilaksanakan sebagai usaha menghindari adanya
penyelewengan anggaran dalam keberjalanan program yang akan
merugikan perusahaan. Adapun pengawasan represif yaitu pengawasan

Page 8 of 32
yang dilaksanakan pada aktivitas setelah aktvitas tersebut telah selesai
dijalankan.

Contohnya pengawasan yang dilakukan pada akhir tahun anggaran


baik pengawasan dana desa hingga anggaran nasional dimana dana telah
ditetapkan saat perencanaan kemudian telah dilaksanakan kegiatan hingga
laporan pertanggungjawabannya.

2. Aktif dan Pasif.

Pengawasan aktif disebut juga pengawasan dekat. Pengawasan ini


dijalankan langsung di lokasi kegiatan yang akan diawasi. Sedangkan
pengawasan pasif dilakukan dari jarak jauh seperti pengawasan dengan
penelitian dan pengujian pada surat ataupun laporan hasil kegiatan yang
disertai bukti-bukti terkait dengan pelaksanakan kegiatan.

3. Pengawasan Kebenaran Formil

Jenis pengawasan ini merupakan pengawasan menurut menurut


hak (rechtimatigheid) dan memeriksa kebenaran materiil terkait tujuan
dilakukannya pengeluaran (doelmatigheid).

2.7 Tahap – Tahap Pengawasan


1. Tahap Penetapan Standar
Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan
kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan.
Bentuk standar yang umum yaitu :
a. Standar phisik, seperti kuantitas barang atau jasa serta kualitas produk.
b. Standar moneter, yang ditujukan dalam rupiah yang mencakup biaya
tenaga kerja, penjualan, laba kotor dll.

Page 9 of 32
c. Standar waktu, maksudnya meliputi standar kecepatan produksi atau
batas waktu pekerjaan yang harus diselesaikan.
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
secara tepat.
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa
atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan
dan mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan,
dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.

2.8 Perancangan Proses Pengawasan


Wiliam H. Newman menetapkan prosedure sistem pengawasan
dimana dikemukakan 5 jenis pendekatan, yaitu:

1. Merumuskan Hasil Yang Di Inginkan


Yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.
2. Menetapkan Penunjuk Hasil
Dengan tujuan untuk mengatasi dan memperbaiki
penyimpangan sebelum kegiatan diselesaikan, yaitu dengan:
Pengukuran input, Hasil pada tahap awal, Gejala yang dihadapi
3. Kondisi Perubahan Yang Diasumsikan
Menetapkan standar penunjuk dan hasil .Dihubungkan dengan
kondisi yang dihadapi.

Page 10 of 32
4. Menetapkan Jaringan Informasi Dan Umpan Balik
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip
manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi
penyimpangan pada standar.
5. Menilai Informasi Dan Mengambil Tindakan Koreksi
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil satu
kesimpulan bahwa proses pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan
harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu
fungsi manajemen.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan
memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga
pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara
baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan
pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu
rencana. Mengenai pentingnya pelaksanaan pengawasan untuk
mensukseskan rencana, Winardi (2000:172)mengungkapkan bahwa:
“pengawasan berarti membuat sesuatu terjadi, sesuai dengan apa
yang menurut rencana akan terjadi. Perencanaan dan pengawasan
boleh dikatakan tidak dapat kita pisahkan satu sama lain, dan mereka
ibarat: kembar siam dalam bidang manajemen”.

2.9 Bidang – Bidang Pengawasan Strategik

Bidang strategik yang dapat membuat organisasi secara keseluruhan


mencapai sukses yaitu :

1. Transaksi Keuangan

Page 11 of 32
2. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi
yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada
masa mendatang.

3. Manajemen Kas (Cash Management)

4. Pengelolaan Biaya (Cost Control)

2.10 Alat Bantu Pengawasan Manajerial

Alat-alat pengawasan yang paling dikenal dan paling umum


digunakan adalah :

1. Manajemen Pengecualian (Management by Exception)


Manajemen pengecualian adalah teknik pengawasan yang
memungkinkan hanya penyimpangan kecil antara yang direncanakan dan
kinerja aktual yang mendapatkan perhatian dari wirausahawan.
Manajemen penegecualian didasarkan pada prinsip pengecualian, prinsip
manajemen yang muncul paling awal pada literatur manajemen. Prinsip
pengecualian menyatakan bahwa bawahan menangani semua persoalan
rutin organisasional, sementara wirausahawan menangani persoalan
organisasional non rutin atau diluar kebiasaan.
2. Management Information System (MIS)

MIS yaitu suatu metoda informal pengadaan dan penyediaan bagi


manajemen, informasi yang diperlukan dengan akurat dan tepat waktu
untuk membantu proses pembuatan keputusan dan memungkinkan fungsi-
fungsi perencanaan, pengawasan dan operasional organisasi yang
dilaksanakan secara efektif. MIS dirancang melalui beberapa tahap utama

Page 12 of 32
yaitu : Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah, Tahap desain
konseptual, Tahap desain terperinci, Tahap implementasi akhir.

Kriteria agar MIS berjalan efektif, yaitu :

a. Mengikut sertakan pemakai dalam tim perancangan


b. Mempertimbangkan secara hati-hati biaya system
c. Memperlakukan informasi yang relevan dan terseleksi
d. Adanya pengujian pendahuluan
e. Menyediakan latihan dokumentasi tertulis bagi para operator dan pemakai
system

Sedangakan criteria utama MIS efektif yaitu :

a. Pengawasan terhadap kegiatan yang benar.


b. Tepat waktu dalam pemakainya.
c. Menekan biaya secara efektif.
d. System yang digunakan harus tepat dan akurat.
e. Dapat diterima oleh yang bersangkutan.
3. Analisa Rasio

Rasio adalah hubungan antara dua angka yang dihitung dengan


membagi satu angka dengan angka lainnya. Analisa rasio adalah proses
menghasilkan informasi yang meringkas posisi financial dari organisasi
dengan menghitung rasio yang didasarkan pada berbagai ukuran finansial
yang muncul pada neraca dan neraca rugi-laba organisasi.

4. Penganggaran

Anggaran dalam organisasi ialah rencana keuangan yang menguraikan


bagaimana dana pada periode waktu tertentu akan dibelanjakan maupun
bagaimana dana tersebut akan diperoleh. Anggaran juga merupakan laporan
resmi mengenai sumber-sumber keuangan yang telah disediakan untuk
membiayai pelaksanaan aktivitas tertentu dalam kurun waktu yang ditetapkan.
Disamping sebagai rencana keuangan, anggaran juga merupakan alat
pengawasan.

Page 13 of 32
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program
pengawasan organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu
sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan
membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.

Page 14 of 32
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang
system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan. Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan
(preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent
control), Pengawasan Feed Back (feed back control).

Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan


organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan
tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan
wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan mengambil tindakan
koreksi.

3.2 Saran
Pengawasan (controlling) sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.
Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal
dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun
suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang
pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara

Page 15 of 32
rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik
menjadi lebih baik lagi.

Page 16 of 32
DAFTAR PUSTAKA

http://nichonotes.blogspot.com/2018/11/fungsi-pengawasan.html

https://jurnalmanajemen.com/pengertian-pengawasan/

https://www.academia.edu/12477291/CONTOLLING_DALAM_MANAJEMEN
_1.2_Prinsip_prinsip_Fungsi_Controlling

http://yunimilatussholikha.blogspot.com/2014/12/fungsicontrolling-pengawasan-
makalah.html

https://pyia.wordpress.com/2010/01/03/tugas-teori-organisasi-umum/

http://ojs.uho.ac.id/index.php/publika/article/view/5748

Page 17 of 32
LAMPIRAN JURNAL

Page 18 of 32
Publica : Jurnal Administrasi Pembangunan dan Kebijakan Publik, Vol.9, No.2
Tahun 2018

ANALISIS EFEKTIVITAS PELAKSANAAN FUNGSI


PENGAWASAN INSPEKTORAT DAERAH DI KABUPATEN
KONAWE

ANALYSIS OF IMPLEMENTATION EFFECTIVENESS OF


INSPECTORATE CONTROL FUNCTION IN KONAWE
DISTRICT

Nina Trisnawati1, Wempy Banga2, Syamsul Alam3

1) Mahasiswa pada Program Studi Administrasi Publik PPs UHO; e-mail:


ninafadhel@gmail.com 2) Dosen Tetap Jurusan Ilmu Administrasi Publik UHO;
e-mail: wempy1056@gmail.com 3) Dosen Tetap Jurusan Ilmu Administrasi
Publik UHO; e-mail: syamsulalam330@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis efektivitas pelaksanaan fungsi


pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan strategi survey yang melibatkan 42
responden aparat pemeriksa dan terperiksa yang ditentukan dengan cara acak.
Instrumen pengambilan data adalah kuesioner dengan konstruksi skala Likert.
Data yang digunakan adalah data seksi-silang yakni data yang menggambarkan

Page 19 of 32
keadaan tahun 2016. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif rata-rata hitung dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah berada pada
kategori baik, belum mencapai tingkat amat baik, yang berarti bahwa aparat
belum sepenuhnya menerapkan kriteria pengawasan yang efektif dalam seluruh
tahapan pengawasan mulai dari pemeriksaan, telaah ulang, dan monitoring dan
evaluasi.

Kata-kata kunci: Efektivitas; Fungsi pengawasan; Pemeriksaan reguler.

ABSTRACT The purpose of this study is to analyze the implementation


effectiveness of the Inspectorate control function in Konawe District. This study
uses a quantitative approach with a strategy survey involving 42 respondents
consisting of examiners and examiners apparatus determined randomly. The data
collection instrument is a questionnaire with Likert scale construction. The data
used is cross-section data, which is data displayed in 2016. The data analysis
method used are mean and percentages of descriptive statistics. The results
showed that the effectiveness of the control function of the Konawe District
Inspectorate was in the good category, had not reached a very good level, which
means that the apparatus had not fully implemented effective supervision criteria
in all stages of supervision starting from inspection, review and monitoring and
evaluation.

Keywords: Effectiveness; Control function; Regular supervision.

PENDAHULUAN

Salah satu jenis pengawasan pemerintah daerah adalah pengawasan internal.


Pengawasan internal ini dijalankan oleh aparat pengawasan internal pemerintah
(APIP) pada Inspektorat Daerah (Banga, 2017:146). Peran utama APIP adalah
sebagai konsultan dan problem solver bagi pemerintah daerah dengan tugas

Page 20 of 32
melakukan pemeriksaan, review, monitoring dan evaluasi, serta pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi pemerintah daerah (Matei
dkk., 2017:90). Efektivitas pengawasan internal sangat instrumental bagi
terlaksananya pemerintahan daerah. Argumen dasarnya bahwa administrasi publik
memberikan perhatian esensial pada kepentingan publik (Alam, 2013:16),
sedangkan pengawasan pemerintah daerah bermaksud untuk memastikan bahwa
seluruh institusi yang melaksanakan fungsi publik benar-benar menjalankan
kegiatannya secara efisien dan efektif (Benedek et al., 2014:297). Kenyataannya,
pengawasan internal masih menghadapi kendala di berbagai pemerintah daerah di
Indonesia. Aparat pengawasan belum cukup berintegritas dan memiliki
kapabilitas, aparat pengawasan belum benar-benar independen, dan kebutuhan
jumlah personel aparat pengawasan belum terpenuhi (Anonim, 2016a:1). Lagi
pula, fungsi Inspektorat Daerah sekedar menilai laporan kemajuan kerja dan
kesesuaian formal-prosedural (Anonim, 2016b:1). Fenomena umum pengawasan
internal sebagaimana diuraikan di atas terlihat pula di Kabupaten Konawe.
Berdasarkan hasil studi awal, Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe dalam
melakukan pemeriksaan reguler, review, serta monitoring dan evaluasi, seringkali
kurang tepat waktu, tidak sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya, kurang
fleksibel serta kurang memberikan petunjuk yang dapat dipahami dengan baik
oleh pihak yang diperiksa. Selain itu, review dan monitoring belum benar-benar
akurat dan objektif serta terpusat pada titik strategik yang sesuai dengan visi
pemerintah daerah. Literatur empiris pengawasan dalam administrasi publik
belum menyediakan pengetahuan deskriptif dan penjelasan yang komprehensif
perihal efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di
Kabupaten Konawe. Padahal, selain untuk memastikan bahwa seluruh institusi
publik menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif sebagaimana tujuan umum
pengawasan pemerintah daerah, Kabupaten Konawe juga memerlukan
pengawasan internal yang efektif di dalam meningkatkan kinerja laporan
keuangan pemerintah daerah yang saat ini masih berpredikat Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) agar dapat meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Urgensi pengetahuan seperti ini adalah untuk menjadi patok banding

Page 21 of 32
dalam menilai efektivitas pengawasan internal saat ini maupun sebagai acuan
untuk mendesain program peningkatan kinerja intitusi pengawasan daerah ke
depan. Tujuan artikel ini adalah menyediakan pengetahuan analitik tentang
efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten
Konawe. Efektivitas, terjemahan dari kata Inggris effectiveness, adalah berasal
dari kata Perancis Kuno effectif dan kata Latin effectivus, yang berarti mencapai
tujuan atau sasaran (Robbins & Judge, 2013:28). Definisi klasik dari konsep
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran (Atmosoeprapto, 2001:4).
Makna konsep ini kemudian bergeser menjadi melakukan hal secara benar
(Mihaiu dkk., 2010:132-133). Pemaknaan seperti ini penting bagi administrasi
publik terutama karena para administrator publik dalam mengimplementasikan
hukum dan kebijakan pemerintah dituntut untuk melakukan hal yang benar
(efisiensi) dan melakukannya secara benar (Sheeran, 1993:x). Walaupun konsep
efektivitas di organisasi sektor publik mudah didefinisikan tetapi dalam
pengukurannya di lapangan sangat sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan efektivitas
adalah perspektif yang sangat luas, yang memperhitungkan lingkungan sosial dan
ekonomi (Gibson dkk., 2012:34) dan substansi tugas yang hendak dilaksanakan
(Bartuševičienė & Šakalytė, 2013:51). Kriteria efektivitas dalam konteks
pengawasan pemerintah daerah dikemukakan oleh Tiasari (2013:214) dan
Handoko (2001:359-404), yakni: akurat, tepat waktu, objektif dan menyeluruh,
terpusat pada titik-titik pengawasan strategik, realistik secara ekonomis, realistik
secara organisasional, terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, fleksibel,
bersifat sebagai petunjuk dan operasional, serta diterima oleh para anggota
organisasi. Pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen. Fungsi-
fungsi pokok manajemen menurut Terry (2010: 9) terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, atau lebih dikenal dengan
akronim POAC. Definisi pengawasan menurut Koontz & O’Donnel (dalam Lubis,
2015:154) adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan
oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan rencanarencana yang digunakan untuk
mencapainya dilaksanakan. Pengawasan berbasis pada standar kinerja dan

Page 22 of 32
perencanaan karena perencanaan dan standar kinerja inilah yang menjadi
pedoman untuk melaksanakan pengawasan.

Pengawasan dapat berupa pengawasan internal dan pengawasan eksternal (Banga,


2017:146-149). Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
aparat pengawas di mana aparat pengawas tersebut merupakan bagian dari
organisasi yang diawasi, diberi tugas dan fungsi untuk mengawasi organisasinya
sendiri. Adapun pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh
lembaga/badan pengawas yang berada di luar dari lembaga yang diawasi. Konsep
pengawasan internal dan pengawasan eksternal ini sejalan dengan konsep
pengawasan dari dalam dan dari luar yang dikemukakan Handayaningrat
(2012:144). Fungsi pengawasan internal oleh Inspektorat Daerah diatur dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2016 dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017. Pengawasan internal
menurut kedua peraturan tersebut di atas dilakukan dengan prosedur pemeriksaan,
review, monitoring dan evaluasi. Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah,
analisis, dan evaluasi bukti berdasarkan standar audit untuk menilai informasi
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi pemerintah daerah. Review adalah
penelaahan ulang bukti-bukti dari suatu kegiatan untuk memastikan bahwa
kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan norma yang telah ditetapkan.
Monitoring adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan
membandingkan hasil atau prestasi dengan standar atau norma yang telah
ditetapkan. Sejumlah penelitian empiris yang relevan telah dilakukan antara lain
oleh Matei dkk. (2017), Mamuaja (2016), Agustina (2016), Yhuniar dkk. (2016),
dan Tampanguma (2013). Penelitian-penelitian tersebut di atas mempunyai
kesamaan dengan penelitian ini dalam hal tema konseptual yakni efektivitas
pengawasan internal pemerintah daerah, namun mempunyai perbedaan dalam hal
kriteria efektivitas dan cakupan prosedur pengawasan serta lokasi penelitian.
Sehubungan dengan sifat kontekstual dari aktivitas administrasi publik maka
pengetahuan empiris pada konteks yang berbeda tersebut tidak dapat serta-merta
diadopsi untuk menjelaskan fenomena efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan

Page 23 of 32
Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe. Merujuk literatur teoritis dan empiris
tersebut di atas penelitian ini membangun kerangka pikir yang berfokus pada
efektivitas pelaksanaan pengawasan Inspektorat Daerah. Fungsi pengawasan
merujuk Matei dkk. (2017:90) yakni meliputi pemeriksaan, telaah ulang,
monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Efektivitas pelaksanaan pengawasan diukur dengan sembilan indikator yang
dikemukakan oleh Handoko (2001:359-404) yakni: akurat, tepat waktu, objektif,
terpusat pada titik pengawasan strategik, realistik, terkoordinasi dengan aliran
kerja organisasi, fleksibel, bersifat sebagai petunjuk, dan diterima oleh anggota
organisasi yang diperiksa. Selanjutnya, dalam penelitian ini diajukan satu
hipotesis konseptual sebagai berikut: “efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe belum mencapai kategori amat baik.”

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Data mengenai efektivitas


pelaksanaan fungsi pengawasan dikumpulkan melalui survei dengan menerapkan
kuesioner kepada responden. Data yang digunakan adalah data seksi-silang.
Populasi penelitian terdiri dari aparat pengawas internal pada Inspektorat Daerah
dan Kepala Perangkat Daerah selaku pejabat terperiksa, seluruhnya berjumlah 70
orang. Penetapan ukuran sampel mengacu kepada Slovin (dalam Arikunto,
2010:65) dengan nilai presisi 90% sehingga diperoleh 42 sampel. Selanjutnya,
untuk menarik sampel dari masingmasing unsur tersebut digunakan teknik sampel
acak sederhana dengan prosedur undian. Efektivitas pelaksanaan fungsi
pengawasan dianalisis ke dalam sembilan dimensi, yakni: keakuratan, ketepatan
waktu, objektivitas, terpusat pada titik strategik, realistik, terkoordinasi,
fleksibilitas, bersifat sebagai petunjuk, diterima anggota organisasi. Selanjutnya,
kesembilan dimensi tersebut dijabarkan menjadi 12 indikator. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan konstruksi lima poin
pada skala Likert. Data diolah dengan prosedur statistik deskriptif mencakup
distribusi frekuensi, persentase dan rata-rata hitung. Selanjutnya, efektivitas

Page 24 of 32
pelaksanaan fungsi pengawasan klasifikasikan sebagai berikut: 84% sampai
dengan 100% dari skor ideal disebut Amat Baik; 68% sampai dengan 83% dari
skor ideal disebut Baik; 52% sampai dengan 67%% dari skor ideal disebut Cukup;
36% sampai dengan 51% dari skor ideal disebut Kurang; 20% sampai dengan
35%% dari skor ideal disebut Tidak Baik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe pada tahun 2016 melakukan


pemeriksaan sebagai bagian penting dari pengawasan internal. Jenis pemeriksaan
yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe pada tahun 2016
meliputi pengawasan reguler dan pengawasan khusus. Pemeriksaan reguler
ditujukan pada kinerja SKPD dalam melaksanakan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD).

Pemeriksaan khusus dilakukan untuk pengaduan yang bersumber dari masyarakat


maupun dari instansi pemerintah. Pemeriksaan reguler oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Konawe tahun 2016 ditargetkan 64 obyek pemeriksaan (Obrik) namun
realisasinya hingga akhir tahun hanya sebanyak 48 Obrik atau sebesar 75% dari
target. Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe melakukan review atas LKPD
secara reguler atau secara rutin setiap tahunnya. Review yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe tahun 2016 adalah review atas LKPD
tahun 2015. Review atas LKPD tahun 2015 dilakukan oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Konawe pada akhir bulan Januari 2016. Jadwal seperti ini mengacu
kepada ketentuan nasional. Review atas LKPD oleh Inspektorat Daerah
Kabupaten Konawe dilakukan secara terencana dan terkoordinasi mengacu
kepada ketentuan nasional. Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe mempunyai
bidang prioritas setiap tahunnya yang dituangkan dalam Renja. Teknis
pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara berkala adalah dengan berdasarkan
Daftar Materi Pemeriksaan di mana aparat pemeriksa terlebih dahulu menyusun
perencanaan pemeriksaan secara terkoordinasi, kemudian melakukan
pemeriksaan, dan menyusun laporan Pokok-Pokok Hasil Pemeriksaan (P2HP).

Page 25 of 32
Monitoring dan evaluasi dilakukan berkala maupun komprehensif dengan
menetapkan prioritas yang sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Hasil
analisis statisik deskriptif terhadap 12 item efektivitas pelaksanaan fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe sebagai berikut:

1) Item 1 (Aparat pengawasan memperhatikan keakuratan informasi tentang


pelaksanaan kegiatan) mempunyai rerata skor 4,29 atau 85,71% dari skor ideal
dan tergolong amat baik.

2) Item 2 (Aparat pengawasan bertindak cepat dalam mengumpulkan informasi)


mempunyai rerata skor 4,31 atau 86,19% dari skor ideal dan tergolong amat baik.
3) Item 3 (Aparat pengawasan bertindak cepat dalam menyampaikan informasi)
mempunyai rerata skor 3,55 atau 70,95% dari skor ideal dan tergolong baik.

4) Item 4 (Aparat pengawasan menggunakan informasi yang obyektif)


mempunyai rerata skor 4,10 atau 81,90% dari skor ideal dan tergolong baik.

5) Item 5 (Aparat pengawasan memusatkan perhatian pada bidang-bidang di mana


penyimpangan-penyimpangan dari standar paling sering terjadi) mempunyai
rerata skor 3,88 atau 77,61% dari skor ideal dan tergolong baik.

6) Item 6 (Aparat pengawasan memusatkan perhatian pada bidang-bidang yang


dianggap dapat mengakibatkan kegagalan paling fatal) mempunyai rerata skor
4,02 atau 80,48% dari skor ideal dan tergolong baik.

7) Item 7 (Aparat pengawasan memperhatikan rasio kegunaan yang diperoleh dan


biaya pelaksanaan pengawasan) mempunyai rerata skor 4,17 atau 83,33% dari
skor ideal dan tergolong baik.

8) Item 8 (Aparat pengawasan memperhatikan keserasian antara informasi


pengawasan dengan tahapan kerja) mempunyai rerata skor 4,02 atau 80,48% dari
skor ideal dan tergolong baik.

9) Item 9 (Aparat pengawasan menunjukkan analisis yang cermat terhadap


ancaman yang dapat muncul dari lingkungan strategis) mempunyai rerata skor
3,33 atau 66,67% dari skor ideal dan tergolong cukup.

Page 26 of 32
10) Item 10 (Aparat pengawasan menunjukkan bentuk tindakan terperiksa yang
menyimpang dari standar) mempunyai rerata skor 4,17 atau 83,33% dari skor
ideal dan tergolong baik.

11) Item 11 (Aparat pengawasan menunjukkan langkah koreksi apa yang


seharusnya diambil oleh pimpinan instansi terperiksa) mempunyai rerata skor 4,36
atau 87,14% dari skor ideal dan tergolong amat baik.

12) Item 12 (Aparat pengawasan mampu memperbaiki kembali arah pelaksanaan


kerja dengan mendorong perasaan bertanggung jawab para terperiksa) mempunyai
rerata skor 3,29 atau 65,71% dari skor ideal dan tergolong cukup. Berdasarkan
data tersebut maka untuk 12 item efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe diperoleh rata-rata skor sebesar 3,96
atau sebesar 79,13% dari skor ideal. Dengan persentase skor aktual terhadap skor
ideal variabel kompetensi pegawai sebesar 79,13% maka efektivitas pelaksanaan
fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe tergolong baik,
belum mencapai tingkat efektivitas yang tertinggi yakni amat baik. Hipotesis yang
diajukan, yakni efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di
Kabupaten Konawe belum mencapai kategori amat baik, terbukti. Efektivitas
pengawasan pada kategori baik ini dimaknai bahwa pengawasan Inspektorat
Daerah di Kabupaten Konawe sudah menempuh tahapan-tahapan pengawasan
mulai dari pemeriksaan, review, serta monitoring dan evaluasi. Hasil penelitian ini
mendukung Matei dkk. (2017:90) dan Benedek et al. (2014:297).

Aparat pengawas dalam melakukan pemeriksaan, review, serta monitoring dan


evaluasi belum benar-benar efektif sesuai tolok ukur yang telah ditetapkan.
Sejumlah parameter efektivitas pelaksanaan pengawasan mempunyai rata-rata
skor penilaian responden pada kategori baik dan ada juga yang mempunyai rata-
rata skor pada kategori cukup. Dari 12 item efektivitas pelaksanaan pengawasan
yang diteliti, ada 7 item yang mempunyai rata-rata skor penilaian responden pada
kategori baik, dan ada 2 item yang mempunyai rata-rata skor pada kategori cukup.
Kondisi tersebut belum sepenuhnya konsisten dengan teori Handoko (2001:359-
404). Aparat pengawasan belum sepenuhnya mewujudkan atau menerapkan

Page 27 of 32
seluruh kriteria pengawasan dengan sebaik-baiknya, belum melakukan semua hal
yang benar sebagaimana definisi efektivitas menurut Drucker dalam Mihaiu dkk.
(2010:132-133). Temuan penelitian ini belum konsisten dengan analisis empiris
Mamuaja (2016) dan Tampanguma (2013). Item yang mempunyai rata-rata skor
pada kategori cukup ini merupakan titik kelemahan karena rata-rata penilaian
responden untuk item-item berada pada kategori cukup yang mengindikasikan
bahwa aparat pengawasan kurang cermat dalam melakukan analisis terhadap
ancaman yang dapat muncul dari lingkungan strategis, dan kurang mampu
mendorong perasaan bertanggung jawab para terperiksa. Kondisi tersebut di atas
belum sepenuhnya konsisten dengan teori pengawasan internal dari Ntongo
(2012:9). Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil pengawasan kurang
mampu mendorong perasaan bertanggung jawab para terperiksa yang dapat
dimaknai bahwa potensi kecurangan akan terus muncul dan sumber daya
organisasi pemerintah daerah masih akan sulit terlindungi.

SIMPULAN

Efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten


Konawe belum mencapai tingkat amat baik. Aparat pengawasan internal belum
sepenuhnya menerapkan kriteria pengawasan yang efektif dalam seluruh tahapan
pengawasan mulai dari pemeriksaan, review, serta monitoring dan evaluasi.
Efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten
Konawe ke depan perlu ditingkatkan. Untuk hal tersebut Inspektur Kabupaten
Konawe perlu lebih serius lagi memberikan motivasi, tantangan dan dukungan
bagi aparat pengawasan guna lebih menjamin keakuratan, kepastian dan
kecepatan bertindak aparat pengawasan dalam melaksanakan tugas.

REFERENSI

Adeosun, Ahmed B., 2012. Nigeria@50: The Role Of Good Governance And
Effective Public Administration Towards Achieving Economic Growth And

Page 28 of 32
Stability In Fledgeling Democracy. International Journal of Politics and Good
Governance, Volume 3, No. 3.3, Quarter III, pp 1-17.

Agustina, Gita P., 2016. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelemahan


Pengendalian Intern Pemerintah Daerah. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
Volume 5, Nomor 4, 1-10.

Anonim, 2016a. Mendagri Beri Lima Catatan Serius Penyelenggaraan Pemda.


Kompas online, diakses 22 November 2017 dari
http://nasional.kompas.com/read/2016/09/26/14382341/...

Anonim, 2016b. Disfungsi Pengawasan Internal, Kppod. diakses 22 November


2017 dari https://www.kppod.org/berita/view?id=389

Alam, Syamsul, 2013. Belanja Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat di Sulawesi


Tenggara. Disertasi doktor bidang Ilmu Administrasi Publik, Universitas
Hasanuddin, Makassar.

Atmosoeprapto, K., 2001. Produktivitas: Aktualisasi Budaya Perusahaan. Jakarta:


PT Elex Media Komputindo.

Banga, Wempy, 2017. Administrasi Keuangan Negara dan Daerah: Konsep,


Teori, dan Fenomena di Era Otonomi Daerah. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bartuševičienė, Ilona, and Evelina Šakalytė, 2013. Organizational Assessment:


Effectiveness vs. Efficiency. Social Transformations in Contemporary Society’,
2013 (1).

Page 29 of 32
Benedek, Mária, Klára Tubak Szenténé, Dániel Béres, 2014. Internal Controls in
Local Governments. Public Finance Quarterly, 2014/3, pp. 296-309.

Gibson, James L., John M. Ivancevich, James H. Donnelly, Jr., Robert


Konopaske, 2012. Organizations: Behavior, Structure, Processes. Fourteenth
edition. New York, NY: McGraw-Hill.

Handayaningrat, S., 2012. Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen.


Jakarta : Haji Masagung.

Handoko, T. Hani, 2001. Manajemen Personalia dan Sumberdaya Manusia, Edisi


Kedua. Yogyakarta: BPFE. Lubis, Ibrahim, 2015. Pengendalian dan
Pengawasan Proyek dalam Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Mamuaja, Brejita, 2016. Analisis Efektivitas Penerapan Sistem Pengendalian


Intern Terhadap Kinerja Instansi Pemerintah di Dinas Pendapatan Kota Manado.
Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, Vol. 4, No. 1.

Matei, A.M., Herman Karamoy, Linda Lambey, 2017. Optimalisasi Fungsi


Inspektorat dalam Pengawasan Keuangan Daerah di Kabupaten Kepulauan
Talaud. Jurnal Riset Akuntansi Dan Auditing Goodwill, Vol. 8, No. 1, 86-96.

Mihaiu, Diana M., Alin Opreana, and Marian Pompiliu Cristescu, 2010.
Efficiency, Effectiveness and Performance of The Public Sector. Romanian
Journal of Economic Forecasting, No. 4, pp. 132-147.

Page 30 of 32
Ntongo, V., 2012. Internal Controls, Financial Accountability and Service
Delivery in Private Health Providers of Kampala District. A Disertation in
Business Administration, Makerere University. Diakses 22 Januari 2018 dari
makir.mak.ac.ug/.../Ntongo%20final%20dissertation.pdf?...1 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kebijakan Pengawasan di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Tahun 2017.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang


Pembinaan dan Pengawasan Pemelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Robbins, Stephen P. And Timothy A. Judge, 2013. Organizational Behavior, 15th


ed. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Sheeran, Patrick J., 1993. Ethics in Public Administration: A Philosophical


Approach. Westport: Praeger Publishers.

Tampanguma, F., 2013. Pengawasan Inspektorat dalam Penyelenggaraan


Pemerintahan di Kabupaten Minahasa Selatan. Diakses dari
download.portalgaruda.org/article.php?article=106885&val=1037

Terry, George R., 2010. Prinsip-Prinsip Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Tiasari, H., 2013. Hubungan Antara Pengendalian Internal Dengan Akuntabilitas


Kinerja Instansi Pemerintah Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur. Kebijakan
dan Manajemen Publik, Volume 1, Nomor 2, Mei - Agustus 2013.

Page 31 of 32
Yhuniar, Muhammad A., Hananto, U.D., Juliani, H., 2016. Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang Inspektorat Daerah Dalam Rangka Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kabupaten Semarang. Diponegoro Law Journal, Volume 5,
Nomor 4, 1-18.

Page 32 of 32

Anda mungkin juga menyukai