PENDAHULUAN
Page 1 of 32
kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang
menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian fungsi pengawasan.
2. Untuk mengetahui tujuan dari pengawasan .
3. Untuk mengetahui pentingnya pengawasan.
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengawasan.
5. Untuk mengetahui tipe- tipe pengawasan.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis pengawasan.
7. Untuk mengetahui tahap-tahap dalam pengawasan.
8. Untuk mengetahui perancangan proses pengawasan.
9. Untuk mengetahui bidang-bidang pengawasan strategic.
10. Untuk mengetahui alat bantu pengawasan manajerial.
Page 2 of 32
BAB II
PEMBAHASAN
Page 3 of 32
5. Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan organisasi
(pemerintah).
Suatu organisasi akan berjalan terus dan semakin kompleks dari waktu
ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan dan guna mengevaluasi
atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi
pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya
pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang
memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para
pekerjanya.
Page 4 of 32
4. Kebutuhan Manager Untuk Mendelegasikan Wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya
tanggung jawab atasan itu sendiri tidak berkurang. Satu-satunya cara
manajer dapat menen-tukan apakah bawahan telah melakukan tugasnya
adalah dengan mengimplementasikan sistem penga-wasan.
5. Komunikasi
6. Menilai Informasi Dan Mengambil Tindakan Koreksi
Langkah terakhir adalah pembandingan penunjuk dengan standar,
penentuan apakah tindakan koreksi perlu diambil dan kemudian
pengambilan tindakan.
Page 5 of 32
e. Peraturan-peraturan yang telah ditetapkan.
3. Preventif
Bahwa pengawasan tersebut adalah untuk menjamin tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan, yang harus efisien dan efektif, maka
pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan-
kesalahan berkembangnya dan terulangnya kesalahan-kesalahan.
4. Bukan Tujuan Tetapi Sarana
Pengawasan tersebut hendaknya tidak dijadikan tujuan tetapi
sarana untuk menjamin dan meningkatkan efisiensi dan efekt ifitas
pencapaian tujuan organisasi.
5. Efisiensi
Pengawasan haruslah dilakuan secara efisien, bukan
justru menghambat efisiensi pelaksanaan kerja.
6. Apa Yang Salah
Pengawasan haruslah dilakukan bukanlah semata- mata mencari
siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya dan sifat
kesalahan itu.
7. Membimbing Dan Mendidik
Pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik agar
pelaksana dapat meningkatkan kemampuan untuk melakukan tugas-tugas
yang ditetapkan.
Page 6 of 32
memperbesar kemungkinan bahwa hasil-hasil aktual akan berdekatan
hasilnya dibandingkan dengan hasil-hasil yang direncanakan.
Memusatkan perhatian pada masalah mencegah timbulnya deviasi-
deviasi pada kualitas serta kuantitas sumber-sumber daya yang digunakan
pada organisasi-organisasi. Sumber-sumber daya ini harus memenuhi
syarat-syarat pekerjaan yang ditetapkan oleh struktur organisasi yang
bersangkutan.
Dengan ini, manajemen menciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan,
prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang ditujukan pada hilangnya
perilaku yang menyebabkan hasil kerja yang tidak diinginkan di masa
depan. Dipandang dari sudut prespektif demikian, maka kebijaksanaan--
kebijaksanaan merupakan pedoman-pedoman yang baik untuk tindakan
masa mendatang.
Pengawasan pendahuluan meliputi; Pengawasan pendahuluan
sumber daya manusia, Pengawasan pendahuluan bahan-bahan,
Pengawasan pendahuluan modal dan Pengawasan pendahuluan sumber-
sumber daya financial.
2. Pengawasan Pada Saat Kerja Berlangsung (Cocurrent Control)
Pengawasan yang terjadi ketika pekerjaan dilaksanakan.
Memonitor pekerjaan yang berlangsung guna memastikan bahwa sasaran-
sasaran telah dicapai. Concurrent control terutama terdiri dari tindakan-
tindakan para supervisor yang mengarahkan pekerjaan para bawahan
mereka.
3. Pengawasan Feed Back (Feed Back Control)
Pengawasan Feed Back yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang
telah dilaksakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi
atau tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan yang dipusatkan pada kinerja organisasional dimasa
lalu. Tindakan korektif ditujukan ke arah proses pembelian sumber daya
atau operasi-operasi aktual. Sifat kas dari metode-metode pengawasan
feed back (umpan balik) adalah bahwa dipusatkan perhatian pada hasil-
Page 7 of 32
hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan
masa mendatang.
Adapun sejumlah metode pengawasan feed back yang banyak
dilakukan oleh dunia bisnis yaitu:
1. Analysis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
2. Analisis Biaya Standar (Standard Cost Analysis)
3. Pengawasan Kualitas (Quality Control)
4. Evaluasi Hasil Pekerjaan Pekerja (Employee Performance
Evaluation)
Page 8 of 32
yang dilaksanakan pada aktivitas setelah aktvitas tersebut telah selesai
dijalankan.
Page 9 of 32
c. Standar waktu, maksudnya meliputi standar kecepatan produksi atau
batas waktu pekerjaan yang harus diselesaikan.
2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan
secara tepat.
3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa
atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel.
4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa
Penyimpangan
Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan
dan mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat
pengambilan keputusan bagai manajer.
5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi
Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan,
dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan.
Page 10 of 32
4. Menetapkan Jaringan Informasi Dan Umpan Balik
Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip
manajemen by exception yaitu atasan diberi informasi bila terjadi
penyimpangan pada standar.
5. Menilai Informasi Dan Mengambil Tindakan Koreksi
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil satu
kesimpulan bahwa proses pengawasan merupakan hal penting dalam
menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan
harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu
fungsi manajemen.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan
memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana, sehingga
pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara
baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak
setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan
pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu
rencana. Mengenai pentingnya pelaksanaan pengawasan untuk
mensukseskan rencana, Winardi (2000:172)mengungkapkan bahwa:
“pengawasan berarti membuat sesuatu terjadi, sesuai dengan apa
yang menurut rencana akan terjadi. Perencanaan dan pengawasan
boleh dikatakan tidak dapat kita pisahkan satu sama lain, dan mereka
ibarat: kembar siam dalam bidang manajemen”.
1. Transaksi Keuangan
Page 11 of 32
2. Analisis Laporan Keuangan (Financial Statement Analysis)
Analisa laporan keuangan merupakan proses yang penuh
pertimbangan dalam rangka membantu mengevalusi posisi
keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan
masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi dan prediksi
yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada
masa mendatang.
Page 12 of 32
yaitu : Tahap survei pendahuluan dan perumusan masalah, Tahap desain
konseptual, Tahap desain terperinci, Tahap implementasi akhir.
4. Penganggaran
Page 13 of 32
Anggaran adalah bagian fundamental dari banyak program
pengawasan organisasi. Pengawasan anggaran atau Budgetary Control itu
sendiri merupakan suatu sistem sasaran yang telah ditetapkan dalam suatu
anggaran untuk mengawasi kegiatan-kegiatan manajerial, dengan
membandingkan pelaksanaan nyata dan pelaksanaan yang direncanakan.
Page 14 of 32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang
system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan
standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur
penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang
diperlukan. Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan
(preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent
control), Pengawasan Feed Back (feed back control).
3.2 Saran
Pengawasan (controlling) sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi.
Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal
dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun
suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota
organisasi. Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin
organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang
pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara
Page 15 of 32
rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik
menjadi lebih baik lagi.
Page 16 of 32
DAFTAR PUSTAKA
http://nichonotes.blogspot.com/2018/11/fungsi-pengawasan.html
https://jurnalmanajemen.com/pengertian-pengawasan/
https://www.academia.edu/12477291/CONTOLLING_DALAM_MANAJEMEN
_1.2_Prinsip_prinsip_Fungsi_Controlling
http://yunimilatussholikha.blogspot.com/2014/12/fungsicontrolling-pengawasan-
makalah.html
https://pyia.wordpress.com/2010/01/03/tugas-teori-organisasi-umum/
http://ojs.uho.ac.id/index.php/publika/article/view/5748
Page 17 of 32
LAMPIRAN JURNAL
Page 18 of 32
Publica : Jurnal Administrasi Pembangunan dan Kebijakan Publik, Vol.9, No.2
Tahun 2018
ABSTRAK
Page 19 of 32
keadaan tahun 2016. Metode analisis data yang digunakan adalah statistik
deskriptif rata-rata hitung dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah berada pada
kategori baik, belum mencapai tingkat amat baik, yang berarti bahwa aparat
belum sepenuhnya menerapkan kriteria pengawasan yang efektif dalam seluruh
tahapan pengawasan mulai dari pemeriksaan, telaah ulang, dan monitoring dan
evaluasi.
PENDAHULUAN
Page 20 of 32
melakukan pemeriksaan, review, monitoring dan evaluasi, serta pengawasan lain
terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi pemerintah daerah (Matei
dkk., 2017:90). Efektivitas pengawasan internal sangat instrumental bagi
terlaksananya pemerintahan daerah. Argumen dasarnya bahwa administrasi publik
memberikan perhatian esensial pada kepentingan publik (Alam, 2013:16),
sedangkan pengawasan pemerintah daerah bermaksud untuk memastikan bahwa
seluruh institusi yang melaksanakan fungsi publik benar-benar menjalankan
kegiatannya secara efisien dan efektif (Benedek et al., 2014:297). Kenyataannya,
pengawasan internal masih menghadapi kendala di berbagai pemerintah daerah di
Indonesia. Aparat pengawasan belum cukup berintegritas dan memiliki
kapabilitas, aparat pengawasan belum benar-benar independen, dan kebutuhan
jumlah personel aparat pengawasan belum terpenuhi (Anonim, 2016a:1). Lagi
pula, fungsi Inspektorat Daerah sekedar menilai laporan kemajuan kerja dan
kesesuaian formal-prosedural (Anonim, 2016b:1). Fenomena umum pengawasan
internal sebagaimana diuraikan di atas terlihat pula di Kabupaten Konawe.
Berdasarkan hasil studi awal, Inspektorat Daerah Kabupaten Konawe dalam
melakukan pemeriksaan reguler, review, serta monitoring dan evaluasi, seringkali
kurang tepat waktu, tidak sesuai jadwal yang ditetapkan sebelumnya, kurang
fleksibel serta kurang memberikan petunjuk yang dapat dipahami dengan baik
oleh pihak yang diperiksa. Selain itu, review dan monitoring belum benar-benar
akurat dan objektif serta terpusat pada titik strategik yang sesuai dengan visi
pemerintah daerah. Literatur empiris pengawasan dalam administrasi publik
belum menyediakan pengetahuan deskriptif dan penjelasan yang komprehensif
perihal efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di
Kabupaten Konawe. Padahal, selain untuk memastikan bahwa seluruh institusi
publik menjalankan tugas dan fungsinya secara efektif sebagaimana tujuan umum
pengawasan pemerintah daerah, Kabupaten Konawe juga memerlukan
pengawasan internal yang efektif di dalam meningkatkan kinerja laporan
keuangan pemerintah daerah yang saat ini masih berpredikat Wajar Dengan
Pengecualian (WDP) agar dapat meraih predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP). Urgensi pengetahuan seperti ini adalah untuk menjadi patok banding
Page 21 of 32
dalam menilai efektivitas pengawasan internal saat ini maupun sebagai acuan
untuk mendesain program peningkatan kinerja intitusi pengawasan daerah ke
depan. Tujuan artikel ini adalah menyediakan pengetahuan analitik tentang
efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten
Konawe. Efektivitas, terjemahan dari kata Inggris effectiveness, adalah berasal
dari kata Perancis Kuno effectif dan kata Latin effectivus, yang berarti mencapai
tujuan atau sasaran (Robbins & Judge, 2013:28). Definisi klasik dari konsep
efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran (Atmosoeprapto, 2001:4).
Makna konsep ini kemudian bergeser menjadi melakukan hal secara benar
(Mihaiu dkk., 2010:132-133). Pemaknaan seperti ini penting bagi administrasi
publik terutama karena para administrator publik dalam mengimplementasikan
hukum dan kebijakan pemerintah dituntut untuk melakukan hal yang benar
(efisiensi) dan melakukannya secara benar (Sheeran, 1993:x). Walaupun konsep
efektivitas di organisasi sektor publik mudah didefinisikan tetapi dalam
pengukurannya di lapangan sangat sulit dilakukan. Hal ini dikarenakan efektivitas
adalah perspektif yang sangat luas, yang memperhitungkan lingkungan sosial dan
ekonomi (Gibson dkk., 2012:34) dan substansi tugas yang hendak dilaksanakan
(Bartuševičienė & Šakalytė, 2013:51). Kriteria efektivitas dalam konteks
pengawasan pemerintah daerah dikemukakan oleh Tiasari (2013:214) dan
Handoko (2001:359-404), yakni: akurat, tepat waktu, objektif dan menyeluruh,
terpusat pada titik-titik pengawasan strategik, realistik secara ekonomis, realistik
secara organisasional, terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi, fleksibel,
bersifat sebagai petunjuk dan operasional, serta diterima oleh para anggota
organisasi. Pengawasan merupakan salah satu fungsi pokok manajemen. Fungsi-
fungsi pokok manajemen menurut Terry (2010: 9) terdiri dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan, atau lebih dikenal dengan
akronim POAC. Definisi pengawasan menurut Koontz & O’Donnel (dalam Lubis,
2015:154) adalah penilaian dan koreksi atas pelaksanaan kerja yang dilakukan
oleh bawahan dengan maksud untuk mendapatkan keyakinan atau menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan rencanarencana yang digunakan untuk
mencapainya dilaksanakan. Pengawasan berbasis pada standar kinerja dan
Page 22 of 32
perencanaan karena perencanaan dan standar kinerja inilah yang menjadi
pedoman untuk melaksanakan pengawasan.
Page 23 of 32
Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe. Merujuk literatur teoritis dan empiris
tersebut di atas penelitian ini membangun kerangka pikir yang berfokus pada
efektivitas pelaksanaan pengawasan Inspektorat Daerah. Fungsi pengawasan
merujuk Matei dkk. (2017:90) yakni meliputi pemeriksaan, telaah ulang,
monitoring dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Efektivitas pelaksanaan pengawasan diukur dengan sembilan indikator yang
dikemukakan oleh Handoko (2001:359-404) yakni: akurat, tepat waktu, objektif,
terpusat pada titik pengawasan strategik, realistik, terkoordinasi dengan aliran
kerja organisasi, fleksibel, bersifat sebagai petunjuk, dan diterima oleh anggota
organisasi yang diperiksa. Selanjutnya, dalam penelitian ini diajukan satu
hipotesis konseptual sebagai berikut: “efektivitas pelaksanaan fungsi pengawasan
Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe belum mencapai kategori amat baik.”
METODE
Page 24 of 32
pelaksanaan fungsi pengawasan klasifikasikan sebagai berikut: 84% sampai
dengan 100% dari skor ideal disebut Amat Baik; 68% sampai dengan 83% dari
skor ideal disebut Baik; 52% sampai dengan 67%% dari skor ideal disebut Cukup;
36% sampai dengan 51% dari skor ideal disebut Kurang; 20% sampai dengan
35%% dari skor ideal disebut Tidak Baik.
Page 25 of 32
Monitoring dan evaluasi dilakukan berkala maupun komprehensif dengan
menetapkan prioritas yang sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Hasil
analisis statisik deskriptif terhadap 12 item efektivitas pelaksanaan fungsi
pengawasan Inspektorat Daerah di Kabupaten Konawe sebagai berikut:
Page 26 of 32
10) Item 10 (Aparat pengawasan menunjukkan bentuk tindakan terperiksa yang
menyimpang dari standar) mempunyai rerata skor 4,17 atau 83,33% dari skor
ideal dan tergolong baik.
Page 27 of 32
seluruh kriteria pengawasan dengan sebaik-baiknya, belum melakukan semua hal
yang benar sebagaimana definisi efektivitas menurut Drucker dalam Mihaiu dkk.
(2010:132-133). Temuan penelitian ini belum konsisten dengan analisis empiris
Mamuaja (2016) dan Tampanguma (2013). Item yang mempunyai rata-rata skor
pada kategori cukup ini merupakan titik kelemahan karena rata-rata penilaian
responden untuk item-item berada pada kategori cukup yang mengindikasikan
bahwa aparat pengawasan kurang cermat dalam melakukan analisis terhadap
ancaman yang dapat muncul dari lingkungan strategis, dan kurang mampu
mendorong perasaan bertanggung jawab para terperiksa. Kondisi tersebut di atas
belum sepenuhnya konsisten dengan teori pengawasan internal dari Ntongo
(2012:9). Temuan penelitian ini mengindikasikan bahwa hasil pengawasan kurang
mampu mendorong perasaan bertanggung jawab para terperiksa yang dapat
dimaknai bahwa potensi kecurangan akan terus muncul dan sumber daya
organisasi pemerintah daerah masih akan sulit terlindungi.
SIMPULAN
REFERENSI
Adeosun, Ahmed B., 2012. Nigeria@50: The Role Of Good Governance And
Effective Public Administration Towards Achieving Economic Growth And
Page 28 of 32
Stability In Fledgeling Democracy. International Journal of Politics and Good
Governance, Volume 3, No. 3.3, Quarter III, pp 1-17.
Page 29 of 32
Benedek, Mária, Klára Tubak Szenténé, Dániel Béres, 2014. Internal Controls in
Local Governments. Public Finance Quarterly, 2014/3, pp. 296-309.
Mihaiu, Diana M., Alin Opreana, and Marian Pompiliu Cristescu, 2010.
Efficiency, Effectiveness and Performance of The Public Sector. Romanian
Journal of Economic Forecasting, No. 4, pp. 132-147.
Page 30 of 32
Ntongo, V., 2012. Internal Controls, Financial Accountability and Service
Delivery in Private Health Providers of Kampala District. A Disertation in
Business Administration, Makerere University. Diakses 22 Januari 2018 dari
makir.mak.ac.ug/.../Ntongo%20final%20dissertation.pdf?...1 Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2016 tentang Kebijakan Pengawasan di
Lingkungan Kementerian Dalam Negeri dan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah Tahun 2017.
Page 31 of 32
Yhuniar, Muhammad A., Hananto, U.D., Juliani, H., 2016. Pelaksanaan Tugas
dan Wewenang Inspektorat Daerah Dalam Rangka Pengawasan Penyelenggaraan
Pemerintahan di Kabupaten Semarang. Diponegoro Law Journal, Volume 5,
Nomor 4, 1-18.
Page 32 of 32