PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
atau hipertermia yang merupakan salah satu gejala penyakit yang paling
sering terjadi pada anak. Manifestasi ini sering disalah pahami dan
kondisi eksternal yang menciptakan lebih banyak panas dari yang dapat
1
2
demam atau hipertermia, harus tetap diatasi secara lebih agresif. Laju
peningkatan suhu tubuh pada anak. Peningkatan suhu tubuh dapat terjadi
imunisasi maka sistem kekebalan tubuh menurun dan anak akan mudah
masih mencapai 1,21%, dan masih dalam target nasional mencapai <1%.
Pola kasus DHF Jawa Tengah pada bulan Desember tahun 2013
mencapai 701 kasus, sudah mengalami penurunan dari pola kasus DHF
pada bulan Desember tahun 2012 yang mencapai 1304 kasus (Dinkes,
umur 1-4 tahun sebanyak 3.132 balita, penderita pneumonia berat umur <
1 tahun sebanyak 17 balita dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun
sebagian orang tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang
4
dan menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian pada anak,
kerusakan otak. Peran perawat dalam kasus ini sangatlah penting dalam
B. Rumusan Masalah
imunisasi juga merupakan salah satu penyebab dari demam pada anak.
5
Hipertermia ?”
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Hipertermia.
Hipertermia.
Hipertermia.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Hipertermia.
2. Bagi Institusi
Hipertermia.
Hipertermia.
E. Sistematika Penulisan
penulisan.
evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Fisiologi
lingkungan luar.
2. Pengeluaran Panas
dan evaporasi.
a. Radiasi
b. Konduksi
yang lebih dingin, panas hilang. Ketika suhu dua objek sama,
c. Konveksi
d. Evaporasi
hilang untuk setiap gram air yang menguap. Tubuh secara kontinu
e. Diaforesis
2010).
a. Usia
b. Olahraga
sampai 41 .
c. Irama Sirkadian
dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari, suhu tubuh naik, sampai
sekitar pukul 18.00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
orang yang bekerja pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu
d. Lingkungan
13
dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada dilingkungan luar
4. Perubahan Suhu
dialami klien.
a. Demam
individu tersebut.
14
meningkat. Fase dingin akan hilang jika titik pengaturan baru telah
bakteri oleh antibiotik), maka fase ketiga dari episode febris akan
afebris.
b. Hipertermia
16
c. Heatstroke
adrenergik).
dilakukan.
d. Kehabisan Panas
e. Hipotermia
perlahan dan tidak terlihat selama beberapa jam. Saat suhu tubuh
18
yang rentan adalah daun telinga, ujung hidung, jari tangan dan
kaki. Daerah yang terkena menjadi putih, berkilat, dan kaku saat
5. Etiologi
a. Hipotermia
yaitu 6-12 jam pertama setelah lahir. Luas permukaan tubuh pada
bayi baru lahir (terutama jika berat badannya rendah), relatif lebih
penguapan, yang bisa terjadi jia seseorang bayi yang baru lahir
berikut ini :
1) Kerusakan hipotalamus
2) Menurunnya metabolisme
3) Ekstrem usia
tidak aktif
penanggulangan hipotermia
12) Radiasi
13) Trauma
20
berat badan
b. Hipertermia
(E.Muscari, 2005).
Zat pirogen ini dapat berupa protein, pecahan protein dan zat lain,
6. Patofisiologi
Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00 dini
hari. Sepanjang hari, suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18.00 dan
kemudian turun seperti pada dini hari. Sewaktu kulit bayi menjadi
dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu
suhu tubuh akan naik. Jika klien berada dilingkungan luar tanpa baju
pasien pada suhu normal merupakan baku perawatan (Potter & Perry,
2010).
puncaknya.
b. fase suhu menetap tinggi dimana pada fase ini suhu menetap
point.
c. fase suhu turun dimana pada fase ini suhu akan menurun dengan
cairan tubuh, yang disebut juga zat pirogen leukosit atau pirogen
ingin berpakaian tebal atau memakai selimut dan minum air hangat
7. Penatalaksanaan
a. Perawatan Akut
1) Demam
komplikasi.
karena adanya resiko iritasi kulit dan ‘luka bakar beku’. Selimut
2) Heatstroke
3) Hipotermia
panas.
4) Hipertermia
8. Pemeriksaan Penunjang
leukosit, trombosit
a. Uji sensitivitas dan kultur dilakukan pada cairan tubuh dan eksudat
rentan.
captured Elisa, selain itu dapat pula dilakukan uji terhadap IgG.
hemoglobin.
B. PROSES KEPERAWATAN
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai
1) Respect/ menghormati
2) Strength/kekuatan
keluarga.
3) Choice/pilihan
32
orangtua.
4) Information/informasi
5) Support/dukungan
6) Collaboration/kolaborasi
dan keluarga.
7) Empower/pemberdayaan
33
dalam perawatan.
pelayanan keperawatan/kesehatan.
c. Atraumatic Care
center).
perawatan anak.
5) Modifikasi lingkungan
(Wong, 2009)
2. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
termoregulasi meliputi :
34
1) Identitas klien
2) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
suhu tubuh.
sebelumnya.
c) Pola Nutrisi
e) Pola eliminasi
berlebih.
4) Pemeriksaan fisik
(1) Suhu
anak diantaranya :
usia sekolah.
(2) Nadi
nadi.
(3) Pernafasan
b) Head to Toe
(1) Inspeksi
Hipertermia :
Hipotermia :
ikterik.
(2) Palpasi
hangat.
dingin.
(3) Auskultasi
39
tersebut.
b. Diagnosis Keperawatan
tubuh adalah:
1) Hipertermia
kegagalan termoregulasi.
Ciri khas :
a) Apnea
b) Koma
c) Kejang
d) Kulit memerah
g) Iritabilitas
h) Lesu/letargi
j) Pingsan
k) Takikardia
l) Takipnea
m) Vasodilatasi
b) Dehidrasi
d) Kesakitan
f) Peningkatan metabolisme
g) Iskemia
h) Agen farmasi
i) Sepsis
j) Trauma
k) Aktivitas bertenaga
2) Hipotermia
kegagalan termoregulasi.
Ciri khas :
a) Akrosianosis
41
b) Bradikardia
c) kuku sianotik
e) Kurangnya ventilasi
g) Hipoglikemia
h) Hipoksia
l) Piloereksi
m) Menggigil
p) Takikardia
Anak-anak sakit
g) Mudah marah
h) Penyakit kuning
i) Asidosis metabolik
j) Muka pucat
k) Gangguan pernapasan
b) Kerusakan hipotalamus
c) Menurunnya metabolisme
d) Kelemahan ekonomi
e) Ekstrem usia
penanggulangan hipotermia
l) Gizi buruk
m) Agen farmasi
43
n) Radiasi
o) Trauma
berat badan
c. Perencanaan
1) Perawatan Hipertermia
termoregulasi.
Kriteria hasil :
Perencanaan :
kulit)
Rasional :
pengeluaran panas.
e) Mengurangi demam.
45
pemberian obat.
h) Mengurangi demam.
2) Perawatan Hipotermia
Kriteria hasil :
Perencanaan :
kulit).
dingin.
pakaian hangat.
Rasional :
c) Penanganan awal.
d. Implementasi
1) Hipertermia
kulit)
minum
(paracetamol)
2) Perawatan Hipotermia
kulit)
penyebab dingin
kafein
e. Evaluasi
nadi dan pernapasan. Jika terapi efektif, suhu tubuh akan kembali
BAB III
METODOLOGI
A. Rancangan Penelitian
case study (SCS). Single case study (SCS) adalah suatu penelitian yang
arah penelitiannya terpusat pada satu kasus atau fenomena saja. Dalam
Besar sampel pada penelitian ini adalah satu orang pasien anak
dengan tanda dan gejalanya pada pasien sesuai dengan yang ada di
teori hipertermia seperti adanya kenaikan suhu diatas rentang normal dan
pasien kelolaan.
Semarang di Ruang Rawat Inap yaitu di Ruang Anak Lantai Satu Kamar
tanggal 22 April 2016 dengan mengikuti jadwal sif, pagi dari pukul 07.00
s.d 14.00 dan siang dari pukul 14.00 s.d 21.00 WIB.
50
Sumber data pada penelitian SCS ini meliputi pasien, keluarga pasien,
merawat pasien.
E. Instrumen Penelitian
keperawatan pada anak, dan format KPSP untuk anak sesuai umur.
F. Analisis Data
detail dan terakhir membandingkan dengan temuan dari peneliti yang lain.
G. Penyajian Data
Hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti ketika menyajikan data adalah
lain atau tidak. Teknik penyajian data yang digunakan oleh peneliti yaitu
H. Jalannya Penelitian
penelitian meliputi :
Provinsi Jawa Tengah yang akan ditujukan kepada Direktur RSUP Dr.
dari institusi ke bagian Diklat dan dari pihak Diklat menyerahkan surat
pengantar yang ditujukan kepada kepala ruang rawat inap ruang anak
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
tanggal 19 April 2016 pukul 07.15 WIB di ruang Anak Lantai Satu RSUP
mengalami panas, panas mulai tengah malam pukul 11.45 sd 01.00 wib.
namun panas hanya turun sesaat dan naik lagi dan akhirnya dibawa ke
masuk ruang rawat inap anak di Ruang Anak Lantai Satu tanggal 19 April
bidan setiap satu bulan sekali. Gizi ibu pasien saat hamil tecukupi dengan
janin, bayi lahir dengan persalinan normal. Pada saat natal persalinan
bayi dilahirkan di bidan secara normal dan saat lahir pasien nangis
spontan dengan memiliki BBL 3100 g, panjang badan = 47 cm. Masa post
menghisap baik, dan tidak ada kelainan pada bayi. Riwayat penyakit pada
diberikan dari rumah sakitseperti obat penurun panas. Selain itu keluarga
Imunisasi yang sudah di dapat An F yaitu imunisasi Polio, BCG. DPT, dan
Campak.
pasien tidak ada yang menderita penyakit panas dua bulan terakhir.
tpm, serta paracetamol setengah sendok takar per 4 s.d 6 jam peroral jika
positif Dengue IgM dan IgG negatif. Hasil pemeriksaan darah lengkap
pasien didapatkan hasil hematokrit 46.7 ℅ (H), dan trombosit 127 10 ̂ 3/ul
(L).
penurun panas yang di dapat dari dokter keluarga karena ibu pasien
pasien baik.
mengatakan suhu tubuh anak naik turun dan saat ini tubuh An F panas.
hangat pada badan dan kepala. Tidak terdapat warna kemerahan pada
kulit.
B. Diagnosa keperawatan
hasil pemeriksaan darah Dengue Blot IgM positif dan IgG negatif, akral
hangat, suhu tubuh 38,50 C dan trombosit 127 10ˆ3 / uL serta hematokrit
46,7℅.
C. Rencana Keperawatan
hasil suhu badan pasien dalam rentang normal antara 36,50C sampai
37,70C, trombosit dalam batas normal 150 s.d 400 10ˆ3 / uL dan
indikasi (paracetamol).
D. Tindakan keperawatan
pada hari Selasa, 19 April 2016 yaitu memonitor tanda-tanda vital pasien
banyak minum atau ASI untuk pasien dan menganjurkan untuk banyak
haluan cairan melalui kulit (evaporasi) dan keringat, cairan penting dalam
kompres air hangat dibeberapa bagian tubuh seperti leher, ketiak, dan
suhu tubuh pada pasien dengan pemindahan panas secara konduksi, air
air hangat dibeberapa bagian tubuh seperti leher, ketiak, dan dahi jika
turun.
perkembangan suhu tubuh pasien pada hari ketiga karena suhu 38,90C
seperti leher, ketiak, dan dahi jika mengalami panas dengan rasional agar
cairan IV sesuai kebutuhan yaitu RL 20 tpm stop pukul 07.00 dan diganti
E. Evaluasi
panas, panasnya naik turun, suhu badan An F 37,50 C, nadi 108 kali
dikedua kaki pasien, trombosit pasien terakhir 19.0 10ˆ3 / uL, leukosit
11.3 10ˆ3 / uL, dan hematokrit pasien 31.6℅. Masalah hipertemia pada
stabil, trombosit pasien terakhir 19.0 10ˆ3 / uL, leukosit 11.3 10ˆ3 / uL,
hemoglobin pasien 10.2 g/dL dan hematokrit pasien 31.6℅, dan ruam-
ruam merah masih ada. Penulis menuliskan rencana tindak lanjut (RTL)
minum atau ASI untuk pasien dan banyak beristirahat, longgarkan atau
paracetamol.
61
BAB V
PEMBAHASAN
Semarang dengan membandingkan antara tinjauan teori yang ada dengan hasil
pada tanggal 19 April 2016 sampai dengan 22 April 2016 di ruang anak lantai
keperawatan anak.
A. Pengkajian
suhu diatas rentang normal 36,50 C sampai 37,50 C dan bila suhu 37,800 C
secara oral atau 38,800 C secara rectal yang disebabkan oleh berbagai
faktor eksternal (Carpenito, 2009; Potter & Perry, 2010). Tinjauan teori
tersebut sesuai dengan kondisi perubahan suhu tubuh yang dialami pasien
proses infeksi virus dengue, keadaan ini sesuai dengan tinjauan teori yang
menyatakan bahwa jika tubuh mengalami infeksi virus maka secara respon
sakit mengalami fluktasi suhu tubuh, hal ini sesuai dengan penjelasan
hipertermi meliputi tiga fase yaitu (Pujiarto, 2008 cit. Ariyanto, 2015) :
1. fase menggigil dimana pada fase ini terjadi pelepasan sitokin proinflamsi
2. fase suhu menetap tinggi dimana pada fase ini suhu menetap tinggi
3. fase suhu turun dimana pada fase ini suhu akan menurun dengan atau
tanpa obat.
dan sesudah masuk rumah sakit mengalami naik turun, pada grafik terlihat
atau dijuluki demam pelana kuda oleh karena bersifat khas, yakni tiga hari
pertama demam tinggi (39 - 400 C) kemudian demam mereda pada hari
keempat, lalu demam bangkit kembali setelah hari kelima. Jadi, kalau
April 2016, yang menyatakan hasil dengue IgG negatif dan dengue IgM
63
positif. (Nadesul, 2007) menjelaskan bahwa hasil dengue IgG negatif dan
dengue IgM positif dikatakan sebagai Dengue Primer. Dengue primer terjadi
trombosit turun dari 127 10ˆ3 / uL pada tanggal 18 April 2016, menjadi 19,0
10ˆ3 / uL pada tanggal 21 April 2016, selama 4 hari nilai trombosit pasien An
DHF selalu terjadi trombositopenia yang mulai ditemukan pada hari ketiga
hebat, bahkan hanya dengan cedera ringan atau perdarahan spontan kecil.
yang disebut ptekie (Corwin, 2009), sesusai dengan kondisi klinis pasien An
antara jumlah panas yang di produksi tubuh dari metabolisme dengan panas
yang dilepas. Jika produksi panas berlebih maka laju metabolisme akan
meningkat maka panas tubuh akan di lepas melalui permukaan kulit tubuh
sehingga kulit teraba hangat saat mengalami hipertermi. Hal ini sesuai
lingkungan lebih hangat dari kulit, tubuh mengabsorbsi panas malalui radiasi
NANDA (2015) yang menyebutkan kulit kemerahan. Kulit tubuh bisa menjadi
pembuangan panas dan akan semakin buruk jika tubuh tidak mengeluarkan
keringat. Pasien berkeringat saat panas sehingga kulit pasien tidak tampak
kemerahan. Hal ini sesuai dengan teori Potter & Perry (2010) tentang
suhu tubuh melebihi 410 C. Teori ini tidak sesuai dengan kondisi An F karena
tubuh namun tidak sampai menggigil. Selain itu pada An F tidak terjadi
(2015).
B. Diagnosa keperawatan
Hasil pengkajian data obyektif didapatkan suhu tubuh 38,5 ‘C dan kulit
untuk masalah hipertermi NANDA (2015) yaitu apnea, bayi tidak dapat
Etiologi yang penulis tetapkan adalah penyakit. Hal ini sesuai dengan
adalah salah satunya penyakit. Penyakit dalam hal ini disebabkan oleh virus
dengue IgM positif. (Nadesul, 2007) menjelaskan bahwa hasil dengue IgG
negatif dan dengue IgM positif dikatakan sebagai Dengue Primer. Dengue
primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue sebelumnya.
C. Tahap perencanaan
keperawatan.
dengan hipertermia yaitu suhu tubuh dalam rentang normal. Kriteria hasil
yang diharapkan yaitu suhu tubuh dalam rentang 36,5 sampai 37,5 ,
Intervensi yang di berikan yaitu monitor tanda-tanda vital nadi, RR, dan
menyekresi keringat melalui duktus kecil pada permukaan kulit. Ketika suhu
mengurangi penguapan panas hal ini sesuai dengan teori Potter & Perry
melepaskan pakaian atau selimut. Menutup tubuh dengan pakaian gelap dan
leher, ketiak, dan dahi yang bertujuan untuk membantu menurunkan panas
secara non farmakologis jika terjadi peningkatan suhu tubuh, sesuai dengan
jurnal M. Ali hamid (2011) bahwa keefektifan kompres hangat mulai pada
menit keenam sampai menit kesembilan puluh dengan nilai penurunan suhu
darah.
Kolaborasi pemberian obat anti piretik sesuai indikasi bila perlu yang
bertujuan agar dapat menurunkan panas jika pasien mengalami suhu tubuh
D. Tahap implementasi
memonitor tanda – tanda vital, yaitu mengukur suhu, nadi, dan RR dengan
memiliki satu termometer air raksa saja. Menurut M. Wilkinson (2012), tanda
– tanda vital merupakan salah satu indikator penting dalam mengkaji kondisi
yang didapatkan dari memonitor tanda – tanda vital pasien pada tanggal 19
April 2016 adalah nadi: 104 x/menit, suhu: 38,50 C, RR: 38 x/menit.
Sedangkan pada tanggal 20 April 2016 ada perbedaan pada hasil suhu yaitu
36,80 C pada pukul 08.00 WIB. Pada tanggal 21 April 2016 hasil tanda –
tanda vital suhu 38,20 C, RR 39x / menit, nadi 120x / menit. Selain itu penulis
yang didapatkan hasil baru ada pada hari Kamis, 21 April 2016 warna bintik
leher, ketiak dan dahi dengan menggunakan waslap, waskom dan air hangat
selain hanya memiliki satu termometer saja namun ruangan juga belum
paracetamol sesuai dengan indikasi yaitu diberikan bila pasien panas diatas
keluarga pasien agar dapat mengetahui secara dini panas yang terjadi pada
sakit dan orang tua pasien memilih untuk tetap dengan anaknya selama
keperawatan ini tidak ada dalam perencanaan yang sudah disusun penulis,
dan penulis bisa tetap melakukan tindakan keperawatan kerena penting jika
anak diberikan terapi bermain dirumah sakit agar mengurangi rasa bosan
pasien.
E. Evaluasi
data suhu masih diatas rentang normal yaitu 37,7 0 C hal ini belum tercapai
sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan penulis pada
36,50 C, namun untuk tanda-tanda vital dalam rentang normal seperti nadi
belum teratasi, karena suhu masih diatas rentang normal. Hal ini disebabkan
karena fase kenaikan suhu pada DHF seperti pelana kuda yaitu suhu naik
72
hari pertama sampai hari ketiga dan suhu turun di hari keempat dan suhu
kembali naik pada hari kelima dan enam dimana fase ini adalah fase
penyembuhan.
ASI untuk pasien dan banyak beristirahat, longgarkan atau lepaskan pakaian
disampaikan penulis rencana tindak lanjut antara lain dapat mengukur suhu
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
meningkat diatas rentang normal, kulit teraba hangat, hal ini sesuai
dalam rentang normal. Kriteria hasil yang diharapkan yaitu suhu tubuh
2013).
suhu pada DHF seperti pelana kuda yaitu suhu naik hari pertama
sampai hari ketiga dan suhu turun di hari keempat dan suhu kembali
naik pada hari kelima dan enam dimana fase ini adalah fase
penyembuhan.
B. Saran
1. Bagi Mahasiswa
pelana kuda yaitu suhu naik hari pertama sampai hari ketiga dan suhu
turun di hari keempat dan suhu kembali naik pada hari kelima dan
enam dimana fase ini adalah fase penyembuhan, hal ini dapat
laboratorium.
2. Bagi Institusi
thermometer yang selalu ada di bed pasien serta adanya waslap dan