Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal merupakan salah
satu dari empat belas kebutuhan dasar menurut Virginia Henderson.
Termoregulasi merupakan pengatur fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh
dapat dipertahankan secara konstan. Keseimbangan suhu tubuh diregulasi
oleh mekanisme fisiologis dan perilaku. Agar suhu tubuh tetap konstan dan
berada dalam batasan normal, hubungan antara produksi panas dan
pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan regulasi melalui
mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu diatur oleh
hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus
posterior mengontrol produksi panas.
Gangguan termoregulasi yang paling banyak didapat adalah kondisi
hipertermia. Kondisi hipertermia adalah kondisi suhu tubuh yang melebihi
suhu normal yaitu diatas 37,5°C. Hal ini adalah respon dari adanya kondisi
dehidrasi, inflamasi dan sebagian besar merupakan tanda- tanda adanya
infeksi. (Potter dan Perry, 2010).
Hipertermi merupakan gangguan termoregulasi yang paling banyak
dijumpai pada anak yang membutuhkan perlakuan dan penanganan tersendiri
serta berbeda bila dibandingkan dengan orang dewasa, hal ini dikarenakan
apabila tindakan dalam mengatasi demam tidak tepat dan lambat maka akan
mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan anak terganggu. Demam
dapat membahayakan keselamatan anak jika tidak ditangani dengan cepat dan
tepat akan menimbulkan komplikasi lain seperti, kejang demam, dan
penurunan kesadaran (Maharani, 2011 ).
Kejang demam merupakan bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal diatas 38°C) yang disebabkan oleh proses
ekstrakarnium. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
1
sering dijumpai pada anak, terutama pada golomgan anak umur 6 bulan-4
tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur dibawah 5 tahun pernah
mengalami kejang demam.
Kejang demam merupakan penyakit yang lazim ditemui pada bayi dan
anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dan paling sering ditemui pada usia 9-20
bulan. Kejang demam biasanya timbul pada anak dengan suhu tubuh diatas
38 °C (100.4 °F) yaitu pada kondisi hipertermi.
Dalam kehidupan sehari-hari orang tua pastinya sering cemas bila
anaknya mengalami kejang demam, karena setiap kejang demam
kemungkinan dapat menimbulkan epilepsi, dehidrasi dan trauma otak pada
suatu saat nanti, sebagai bagian dari efek kejang yang berulang. Sayangnya
fenomena yang terjadi di masyarakat adalah kepercayaan akan hal-hal mistis
yang sering dihubung-hubungkan dengan kejadian kejang demam, sehingga
banyak anak yang tidak sempat tertolong dikarenakan terlambat mendapatkan
pengobatan dari ahli medis, banyak masyarakat yang lebih mempercayakan
kesembuhan anak mereka saat kejang demam terhadap pengobatan alternative
ataupun orang pintar. Meskipun si anak nantinya mendapatkan pengobatan
dari ahli medis, kemungkinan terjadi kerusakan pada otak si anak akan me-
ningkat dibandingkan jika mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat dari
ahli medis.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa
terdapat beberapa penyakit yang menimbulkan hipertermi diantaranya ada
DHF, kejang demam, typoid, diare dan lain sebagainya. Kasus DHF terjadi
pada 68.407 penderita dengan jumlah kematian 493 penderita. Provinsi
Lampung berada di urutan ke-24 dengan CFR 18,38% per 100.000 penduduk.
Dan kasus diare terjadi pada 1.725 penderita dengan jumlah kematian 34
penderita. Provinsi Lampung menduduki urutan ke-6 dengan 25 penderita.
Berdasarkan studi cohort yang dilakukan Annegers dan temannya pada
687 anak dengan umur rata-rata 18 tahun setelah kejang demam pertama
mereka. Secara keseluruhan mereka memiliki kemungkinan 5 kali lebih besar
untuk menderita unprovoked seizures selama Anak dengan kejang demam
2
simpel memiliki risiko hanya sekitar 2,4%. Sedangkan untuk anak yang
menderita kejang demam kompleks (fokal, berkepanjangan, ataupun kejang
demam berulang) memiliki peningkatan risiko 8,17 atau 49 % bergantung
tingkatan komplikasinya.
Bedasarkan survey di Rumah Sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro
diruang anak diperoleh data pada tahun 2018 sebanyak 141 anak dengan
kasus kejang demam dan masalah yang bisa diangkat oleh tenaga
keperawatan di Ruang Anak Rumah sakit Umum Jendral Ahmad Yani Metro
adalah gangguan thermoregulasi (hipertermi).
Peran perawat dalam penanganan pasien dengan gangguan
termoregulasi yaitu melakukan pengkajian merupakan suatu proses yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien, kemudian
merumuskan diagnosis dimana perawat mengelompokan karakteristik yang
ditentukan untuk membuat diagnosis keperawatan. klien yang berisiko
mengalami perubahan suhu membutuhkan rencana perawatan individu yang
ditunjukan dengan mempertahankan normotrmia dan mengurangi faktor
risiko. Hasil yang diharapkan untuk menentukan kemajuan ke arah
kembalinya suhu tubuh ke batas normal. Melakukan implementasi merupakan
tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan. Tindakan
keperawatan mencakup tindakan mandiri (independen) dan tindakan
kolaborasi. Melakukan evaluasi dimana semua intervensi keperawatan
dievaluasi dengan membandingkan respons aktual pasien terhadap hasil yang
diharapkan dari rencana keperawatan. Hal ini menujukan apakah tujuan
keperawatan telah tepenuhi atau dibutuhkan revisi terhadap rencana.
Pada umumnya tindakan keperawatan yang dilakukan di rumah sakit
terhadap penderita hipertermi yaitu kompres hangat, dapat dilakukan dengan
cara anjurkan pasien mengenakan pakaian yang tipis, anjurkan pasien
menggunakan selimut yang tipis, berikan udara yang sejuk, dan anjurkan
pasien untuk banyak minum. Suhu tubuh pada pasien anak setelah diberikan
tindakan keperawatan diharapkan suhu tubuh pasien mengalami penurunan.
3
Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik mengambil
Laporan Tugas Akhir yang berjudul asuhan keperawatan pada anak dengan
kejang demam dengan masalah keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) diruang anak Rumah Sakit. Jendral Ahmad Yani Kota Metro
2019.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk melaksanakan
penelitian dengan rumusan masalahnya yaitu “Bagaimanakah Asuhan
Keperawatan Gangguan Thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan
kejang demam di Ruang Anak Rumah Sakit. Jendral Ahmad Yani Metro
Provinsi Lampung tahun 2019.

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada anak dengan kejang demam di Ruang Anak Rumah
Sakit. Jendral Ahmad Yani Kota Metro.
2. Tujuan khusus
a. Melakukan pengkajian keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada klien dengan kejang demam di Ruang Anak Rumah
Sakit Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2019.
b. Merumuskan diagnosis keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada pasien dengan kejang demam di Ruang Anak
Rumah Sakit Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2019.
c. Menyusun perencanaan keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada klien dengan kejang demam di Ruang Anak Rumah
Sakit Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2019.
d. Melakukan tindakan keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada klien dengan kejang demam di Ruang Anak Rumah
Sakit Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2019.
4
e. Melakukan evaluasi keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada klien dengan kejang demam di Ruang Anak Rumah
Sakit Jendral Ahmad Yani Kota Metro 2019.

D. MANFAAT
1. Manfaat Teoritis
Hasil studi kasus ini diharapkan berguna untuk mengembangkan dan
menambah pengetahuan yang telah ada tentang Kejang Demam
sehingga dapat mencegah angka kesakitan dan angka kematian.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Penulis dapat melaksanakan proses asuhan keperawatan ganggua
thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang demam dan
dapat menambah ilmu pengetahuan tentang asuhan keperawatan
gangguan thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang
demam.
b. Bagi Institusi Pendidikan
Studi kasus ini nanti dapat dijadikan bahan masukan dalam proses
pembelajaran tentang asuhan keperawatan gangguan thermoregulasi
(hipertermi) pada anak dengan kejang demam serta dijadikan bahan
bacaan di Poltekes Tanjung Karang.
c. Bagi Rumah Sakit
Studi kasus ini dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan bahan
masukan serta bahan pertimbangan dalam proses asuhan keperawatan
gangguan thermoregulasi (hipertermi) pada anak dengan kejang
demam.

5
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitian ini berfokus untuk mengatasi gangguan
thermoregulasi (hipertermi) pada anak kejang demam di Ruang Anak RSUD
Jendral Ahmad Yani Kota Metro yang dilaksanakan pada maret 2019 dengan
jumlah pasien 2 subyek (pasien) yang mengalami kejang demam dengan
masalah Hipertermi.

Anda mungkin juga menyukai