PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
sesuatu yang mudah untuk dijaga, karena dengan tekanan kehidupan yang
kemajuan teknologi semakin banyak pula masalah yang mesti dihadapi, baik
Dengan keadaan seperti ini yang akan menuntut para individu untuk
gangguan jiwa.
Indinesia mengalami ganguan jiwa dari ringan hingga berat. Data dari 33 rumah
sakit jiwa di selruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita jiwa
berat mencapai 2,5 juta orang. Indonesia memiliki prevalensi sekitar 11% dari
total penduduk dewasa. Menurut Dinas Kesehatan Kota Jawa Tengah tahun
2012, angka kejadian penderita gangguan jiwa di Jawa Tengah berkisar antara
3.300 orang sampai 9.300 orang. Angka ini merupakan penderita gagguan jiwa
yang sudah terdiagnosa. Dilihat dari kejadian atas penyebab yang paling sering
1
kebingunggan, kecemasan, frustasi, prilaku kekerasan, konflik batin dan
sebagai “ suatu sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara
klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (mis;
gejala nyeri) atau disabilitas (yaitu kerusakan pada satu atau lebih area fungsi
Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas cenderung
gagguan jiwa akan terus menjadi masalah dan tantangan bagi tenaga
merupakan suatu penyakit otak peristen dan serius yang mengakibatkan prilaku
2
pada proses fikir serta disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses fikir,
timbul inkoherensi [Direja, 2011]. Akibat dari penyakit skizofenia tersebut adalah
Spiritual .
pengertian halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien
2010]. Dan dampak dari halusinasi tersebut jika tidak ditangani secara tepat
B. Rumusa Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
3
a. Mahasiswa dapat menggambarkan pengkajian pada pasien dengan
halusinasi.
C. Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
4
a. Bagi profesi keperawatan
halusinasi.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Keperawatan
1. Definisi
B. Etiologi
yaitu:
a. Dimensi Fisik
Halusinasi dapat meliputi kelima indra, tapi yang paling sering ditemukan
kondisi seperti kondisi kelelahan yang luar biasa. Penggunaan obat- obatan
a. Dimensi Emosional
berlebihan yang tidak dapat diatasi. Isi halusinasi: perintah memaksa dan
6
menakutkan tidak dapat dikontrol dan menentang. Sehingga
b. Dimensi Intelektual
perhatian klien.
c. Dimensi Sosial
d. Dimensi Spiritual
C. Patofisiologi
7
a. Fase Pertama
mulai melamun dan memikirkan hal- hal yang menyenagkan cara ini
b. Fase Kedua
dirasakan ada bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu,
c. Fase Ketiga
8
Adalah fase controlling atau ansietas berat, yaitu
psikotik.
d. Fase Keempat
hilang control, dan tidak dapat berhubungan secara nyata dengan orang
9
D. Phatway
Core problem
Perubahan Presepsi Sensori: Halusinasi
10
bauan tertentu feses kadang – kadang bau
2. Menutup hidung itu menyenangkan
Halusinasi 1. Seing mel;udah 1. Merasakan rasa seperti
Pengecap 2. Muntah darah, urine atau feses
Halusinasi 1. Menggaruk – garuk 1. Mengatakan seringa ada
Perabaan permukaan kulit serangga di permukaan kulit
2. Merasa tersengat listrik
F. Mekanisme Koping
c. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal
adalah dengan pemberian obat – obatan dan tindakan lain, (Muhith, 2015)
yaitu:
11
Trifluoperazin (Stelazine), Trifluopromazine (Vespirin 60 – 120 mg,
1. Pengkajian
a. Faktor Presipitasi
1) Social Budaya
2) Biokimia
12
Dolpamine, norepinepin, zat halusinagen dapat menimbulkan
b. Faktor predisposisi
1) Faktor Biologis
dalam menilai dan berespon dengan realita dapat hilang dan sulit
membedakan.
2) Faktor Psikologis
dan tidak harmonis, perhatian dengan orang lain yang sangat berlebih
13
c. Perilaku
1) Fungsi kognitif
tugas.
piker, somatic.
14
kehilangan asosiasi, kongensial, inkohern / neologisme,
pembicaran klien yang tidak relevan, tidak logis bicara yang teliti.
2) Fungsi Emosi
b) Afek Datar: tidak tampak ekspresi aktif, suara menahan dan wajah
kejadian.
yang bersamaan.
3) Fungsi Motorik
15
a) Impulsif: cenderung melakukan gerakan yang tiba – tiba dan
spontan.
grimasentik.
4) Fungsi Sosial
berikut:
a) Kesepian
b) Isolasi Sosial
16
lain merupakan inti masalah klien. Pengalaman berhubungan
terulang kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
dan objektif yang ditemukan pada pasien adalah Gangguan Presepsi Sensori
3. Intervensi Keperawatan
a. TUK 1: Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
ada kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau
17
Intervensi : Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan
halusinasinya.
Intervensi :
yang dikatakan
18
c) Katakana bahwa perawat percaya klien mendengar suara itu,
perasaannya
Intervensi :
19
2) Diskusikan manfaat dan cara yang digunakan klien, jika bermanfaat
beri pujian
beri pujian
terjadi)
muncul
berbicara sendiri
bertahap
20
Kriteria Hasil : Keluarga dapat membina hubungan saling percaya
Intervensi :
halusinasi
bepergian bersama
lain.
klien dapat informasi tentang manfaat dan efek samping obat, klien dan
keluarga dapat menyebutkan manfaat, dosis, dan efek smping obat, klien
21
tentang manfaat dan efek samping obat, klien memahami akibat
Intervensi :
manfaat obat
manfaatnya
manfaat obat
manfaatnya
4. Implementasi
22
b) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
2) Tindakan keperawatan
menghardik halusinasi.
1) Tujuan :
23
Keluarga dapat terlibat dalamperawatan pasien,bak di rumah sakit
2) Tindakan Keperawatan
halusinasi adalah :
pasien.
24
b) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi,
dihadapan pasien.
5. Evaluasi
item – item atau perilaku yang dapat diamatidan dipantau untuk menemukan
apakah hasilnya sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah
ditentukan.
Keliat (2005).
25
Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan
dilaksanakan.
dilaksanakan.
masalah masih tetap muncul atau munculmasalah baru atau data – data
(2005)
rekapitulasi dari hasil observaswi dan analisa status pasien pada waktu
tertentu.
ditetapkan.
26
Jika klien hanya menunjukkan sedikit perubahan dan tidak ada kemajuan
c. Masalah teratasi
ditetapkan.
27
BAB III
PEMBAHASAN
atau dunia luar. Pasien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa
ada obyek atau rangsangan yang nyata. sebagai contoh pasien mengatakan
mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara. Adapun penyebab
halusinasi ada beberapa faktor diantaranya halusinasi yang disebabkan oleh kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, halusinasi karena ada perasaan cemas yang
berlebihan yang tidak dapat diatasi, menunjukan penurunan fungsi ego, adanya
Maka dari itu kami sebagai tenaga kesehatan dapat mengatasi pasien
pasien agar pasien dapat mengenali halusinasinya. kami mengajak keluarga untuk
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
29
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A , Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta:
Penerbit Buku
Dermawan,Deden, Rusdi. S.( 2013). Keperawatan Jiwa Konsep & Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Publishing.
Direja, Hermawan Surya Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Fitria, Nita. (2010). Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP &SP). Jakarta :
Salemba Medika
Videbeck, Sheila. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Psychiatric Mental Health
Nursing). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Stuart, S. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa . Edisi 3. Alih Bahasa Akhir Yani S.
Jakarta: EGC
30