Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN MATERNITAS “POST PARTUM


TINDAKAN SEKSIO CAESAREA DENGAN INDIKASI
KETUBAN PECAH DINI” PADA NY.N

Disusun Guna Memenuhi Tugas Individu Stase Keperawatan Maternitas


Di Ruang Flamboyan RSUD dr.Gondo Suwarno Kabupaten Semarang

Disusun Oleh :
JAMILA FITRI
NIM: 72020040051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN 2020
A. PENGERTIAN
Sectio Caesarea merupakan sebuah tindakan pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim. Selain itu, sectio caesarea adalah
lahirnya janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus
(histerektomi). Indikasi untuk dilakukan Sectio Caesarea adalah apabila terdapat
kesulitan selama persalinan yang terjadi pada ibu maupun bayi (Oxorn & William,
2010).
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 2002) dan pengertian lainnya
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam
keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2005).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa section caesaria adalah suatu
cara untuk melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding
perut.

B. ETIOLOGI
Menurut Tarwoto dan Wartonah (2015) etiologi oksigenasi adalah :
a. Faktor Fisiologi
i. Menurunnya kapasitas peningkatan oksigen ( anemia)
ii. Menurunya konsentrasi oksigen yang di inspirasi
iii. Menurunnya transport oksigen terganggu akibat tekanan darah
b. Faktor Perkembangan
i. Bayiprematur : kurangnya pembentukan surfaktan
ii. Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi salura pernafasa dan
merokok
iii. Dewasa : Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress, dan ekspansi
paru menurun

c. Faktor Perilaku
i. Nutrisi : Penurunan ekspensi paru pada obesitas
ii. Exerase : Meningkatkan kebutuhan oksigen
iii. Merokok : Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
2
d. Faktor Lingkungan
i. Tempat kerja (polusi)
ii. Suhu lingkungan
iii. Ketinggian tempat dari permukaan laut
e. Faktor- factor yang mempengaruhi pernafasan
i. Tahap perkembangan
ii. Lingkungan
iii. Gaya Hidup
iv. Status kesehatan
v. Narkotika
vi. Perubahan pola nafas
vii. Obstruksi Jaringan nafas

C. TANDA & GEJALA


Menurut Wong (2010), tanda-tanda umum oksigenasi yaitu:
a. Suara nafas tidak normal
b. Perubahan jumlah pernafasan
c. Batuk disertai batuk
d. Penggunaan obat tambahan pernafasan
e. Dispnea
f. Penurunan keluaran urin
g. Penurunan ekspansi paru
h. Takipnea

D. PATHOFISIOLOGI
Proses pertukarrann gas dipenngaruhi oleh ventilasi, difusi dan transportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan keluar dari dan
ke paru-par, apabila pada proses ini terdapat obstruksi maka oksigen tidak dapat
tersalurdengan baaik dan sumbatan tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda
asing yang menimbulkan pengeluaran mucus. Proses difusi( penyaluran oksigen dari
alveoli ke jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada transportasi
seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan kontraktilitas miokard
juga mempengaruhi pertukaran gas (Asmadi, 2012).
3
E. PATHWAY

Obstruksi dyspnea yang disebabkan oleh berbagai etiologi

Fungsi pernafasan terganggu

Perubahan violume sekuncup,


Ventilasi Pernafasan preload dan after load serta
kontraktilitas
Obstruksi jalan nafas pengeluaran
mucus yang banyak

Hiperventilasi
Terganggu depresi ( Pertukaran gas
dan CO2 di alveolus)

Bersihan jalan nafas tidak efektif

Takipne/ bradipneu

Gangguan pertukaran gas

Pola nafas tidak efektif 4 Mubarok, (2010)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan
oksigenasi adalah :
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas secara
efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane kapiler
alveolar dan keadekuatan oksigenasi.
3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses abnormal.
5. Bronkospi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel sputum/ benda asaing
yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kesurasakan adanya lesi
7. Fluroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan kontraksi
paru.
8. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan yang umum dilakukan pada penderita oksigenasi yaitu :
1 Oksigen 1-2 liter/menit.
2 Pemberian makanan enteral diberikan secara bertahap melalui selang nasogastric
dengan feeding drip jika sesak tidak terlalu berat.
3 pemberian terapi nebulizer dengan flexoid dan ventolin yang bertujuan untuk
mempermudah mengeluarkan dahak juga dapat meningkatkan lebar lumen
bronkus.
4 Pemantauan hemodinamika
5 Fisioterapi dada
6 Penggunaan ventilator mekanik
5
H. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
a. Pembersihan jalan nafas
b. Latihan batuk efektif
c. Pengisapan lender
d. Jalan nafas buatan
b. Pola nafas tidak efektif
a. Atur posisi pasien (posisi semi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Teknik bernafas dan relaksasi
c. Gangguan pertukaran gas
a. Atur posisi pasien (posisi fowler)
b. Pemberian oksigen
c. Pengisapan lender
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan suatu tahap awal dari asuhan keperawatan yang
sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data, baik dari data
primer maupun data sekunder. Macam-macam data yang diperoleh berupa data
dasar, data fokus, data subjektif dan data objektif.
a. Pengkajian fokus (Suyono, 2010)
1) Identitas terdiri dari identitas pasien (nama, umur, agama, jenis kelamin,
status, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk,
tanggal pengkajian, nomor register, dan diagnose medis), dan identitas
penanggung jawab (nama, umur, hubungan dengan pasien, pekerjaan, dan
alamat).
2) Riwayat penyakit sekarang
Hal yang perlu dikaji :
a) Keluhan yang dirasakan klien.
b) Usaha yang dilakukan untuk mengatasi keluhan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Hal yang perlu dikaji yaitu :
a) Pernah menderita ISPA.
b) Riwayat terjadi aspirasi.
c) Sistem imun anak yang mengalami penurunan.
6
d) Sebutkan sakit yang pernah dialami.
4) Riwayat penyakit keluarga
a) Ada anggota keluarga yang sakit ISPA.
b) Ada anggota keluarga yang sakit pneumonia.
5) Demografi
a) Usia: Lebih sering pada bayi atau anak dibawah 3 tahun.
b) Lingkungan: Pada lingkungan yang sering berkontaminasi dengan
polusi udara.
b. Pola pengkajian Gordon (Sudoyo, 2009)
1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
Hal yang perlu dikaji yaitu kebersihan lingkungan, biasanya keluarga
menganggap pasien benar-benar sakit jika pasien sudah mengalami sesak
nafas.
2. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya muncul anoreksia (akibat respon sistemik melalui kontrol
saraf pusat), mual dan muntah (peningkatan rangsangan gaster sebagai
dampak peningkatan toksik mikroorganisme).
3. Pola eliminasi
Penderita sering mengalami penurunan produksi urin akibat
perpindahan cairan melalui proses evaporasi karena demam.
4. Pola istirahat-tidur
Data yang sering muncul adalah anak sulit tidur karena sesak nafas,
sering menguap serta kadang menangis pada malam hari karena
ketidaknyamanan.
5. Pola akitivitas-latihan
Pasien mengalami menurun aktivitas dan latihannya sebagai dampak
kelemahan fisik dan bedrest.
6. Pola kognitif-persepsi
Penurunan kognitif untuk mengingat apa yang pernah disampaikan
biasanya sesaat akibat penurunan asupan nutrisi dan oksigen pada otak.
7. Pola persepsi diri-konsep diri
Tampak gambaran orang tua terhadap anak diam kurang bersahabat,
tidak suka bermain, ketakutan.
8. Pola peran-hubungan
7
Pasien anak lebih banyak diam
9. Pola toleransi stress-koping
Aktivitas yang sering tampak mengalami stress adalah saat pasien
merasa kesusahan bernafas.
10. Pola nilai keyakinan
Nilai keyakinan mungkin meningkat seiring dengan kebutuhan untuk
mendapat sumber kesembuhan dari Allah SWT.
11. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum: tampak lemah, sesak nafas
b) Kesadaran: tergantung tingkat keparahan penyakit bisa somnolent
12. Tanda-tanda vital:
a) TD: hipertensi
b) Nadi: takikardi
e) RR: takipnea, dispnea, nafas dangkal
f) Suhu: hipertermi
g) Kepala: tidak ada kelainan
h) Mata: konjungtiva bisa anemis
i) Hidung: jika sesak akan terdengar napas cuping hidung
j) Paru:
 Inspeksi: pengembangan paru berat, tidak simetris jika hanya satu
sisi paru, ada penggunaan otot bantu nafas.
 Palpasi: adanya nyeri tekan, paningkatan vocal fremitus pada
daerah yang terkena.
 Perkusi: pekak terjadi bila terisi cairan, normalnya timpani
 Auskultasi: bisa terdengar ronki
 Jantung: jika tidak ada kelainan jantung, pemeriksaan
 jantung tidak ada kelemahan
 Ekstremitas: sianosis, turgor berkurang jika dehidrasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d obstruksi saluran pernafasan akibat
peningkatan mucus yang berlebihan.

8
b. Pola nafas tidak efektif b.d pengembangan paru menurun.
c. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolar kapiler oleh
adanya edema alveoli.
3. Intervensi Keperawatan
No. Diagnose Intervensi Rasional
Tujuan & KH
1. Bersihan jalan nafas tidak 1) Kaji tanda-tanda vital 1) Pada anak balita
efektif b.d obstruksi saluran 2) Posisikan pasien dengan dengan pneumonia
pernafasan akibat posisi semi fowler mengalami
peningkatan mucus yang. 3) Auskultasi area paru, hipertermi, takikardi
berlebihan. NOC : catat area penurunan dan dan takipnea yang
Kepatenan Jalan Napas bunyi napas tambahan disebabkan terjadinya
Setelah dilakukan 4) Lakukan fisioterapi dada infeksi sional pada
pemberian asuhan (postural drainage, perkusi, parenkim paru.
keperawatan selama 3x 24 dan vibrasi) 2) Posisi semi fowler
jam diharapkan bersihan apabila tidak terdapat dapat mengurangi
jalan napas efektif dengan kontraindikasi sesak.
KH : 5) Lakukan suction 3) Penurunan aliran
1) Dyspnea tidak ada. 6) Lakukan pemberian udara dapat terjadi
2) Suara napas tambahan inhalasi (nebulizer) pada area paru yang
berkurang atau tidak 7) Kelola oksigen yang terdapat eksudat dan
ada. dilembabkan sebagaimana juga dapat
3) Tidak ada penggunaan mestinya menimbulkan bunyi
otot bantu pernapasan. 8) Instruksikan pada napas tambahan yaitu
4) Secret berkurang atau keluarga untuk tidak krekels.
tidak ada. merokok di lingkungan 4) Fisioterapi dada dapat
5) Batuk produktif sekitar pasien membantu untuk
berkurang atau tidak 9) Kolaborasi pemberian mengeluarkan secret
ada. obat yang terdapat pada
jalan napas.
5) Suction dilakukan
apabila SPO2 100%
tanpa pemasangan
ventilator.
6) Membantu
mempermudah secret
untuk keluar.

9
7) Memenuhi
Kebutuhan oksigen
pasien.
8) Pengelolaan
lingkungan yang
aman dan nyaman
bagi pasien.
9) Pemberian obat yang
tepat.
2. Pola nafas tidak efektif b.d NIC: Terapi Oksigen 1) Rasional: Posisi semi
pengembangan paru 1) Atur posisi semi fowler fowler dapat
menurun. NOC: Status 2) Kaji pernapasan, irama, mengurangi sesak
Pernapasan. kedalaman atau 2) Rasional: Tachipnea,
Setelah dilakukan pemberia gunakan oksimetri nadi pernafasan dangkal
asuhan keperawatan selama untuk memantau dan gerakan dada tak
3x24 jam diharapkan saturasi oksigen 30 3) simetris sering terjadi
pola napas kembali efektif 3) Pertahankan kepatenan karena
dengan KH: jalan napas ketidaknyaman
1) Frekuensi pernapasan 4) Kolaborasi pemberian gerakan dinding dada.
normal 30-60 oksigen 4) Rasional:
kali/menit. NIC: Manajemen Jalan Mempertahankan
2) Pernapasan cuping Napas jalan napas paten
hidung tidak ada. 1) Kaji tanda-tanda vital 5) Rasional: Pemberian
3) Suara napas tambahan 2) Posisikan pasien dengan oksigen dapat
berkurang atau tidak posisi semi fowler mengatasi rasa sesak.
ada. 3) Auskultasi area paru, 1) Rasional: pasien
4) Dyspnea tidak ada. catat area penurunan terkadang dengan
5) Pengembangan paru dan bunyi napas pneumonia
normal. tambahan mengalami
6) Penggunaan otot bantu 4) Lakukan pemberian hipertermi, takikardi
pernapasan tidak ada. inhalasi (nebulizer) dan takipnea yang
5) Kelola oksigen yang disebabkan terjadinya
dilembabkan infeksi pada parenkim
sebagaimana mestinya paru.
6) Instruksikan pada 2) Rasional: Posisi semi
keluarga untuk tidak fowler dapat
merokok di lingkungan

10
sekitar pasien mengurangi sesak
10) Kolaborasi pemberian 3) Rasional: penurunan
Obat aliran udara dapat
terjadi pada area paru
yang terdapat eksudat
dan juga dapat
menimbulkan bunyi
napas tambahan yaitu
krekels
4) Rasional: membantu
mempermudah secret
untuk keluar
5) Rasional: memenuhi
kebutuhan oksigen
pasien
3. Gangguan pertukaran gas NIC: Terapi Oksigen 1) Rasional: pasien
b.d perubahan membrane 1) Kaji tanda-tanda vital terkadang dengan
alveolar kapiler oleh 2) Atur posisi semi fowler pneumonia
adanya edema alveoli. 3) Kaji pernapasan, irama, mengalami
NOC: Status Pernapasan: kedalaman atau hipertermi, takikardi
Pertukaran Gas gunakan oksimetri nadi dan takipnea yang
Tujuan: setelah dilakukan untuk memantau disebabkan terjadinya
pemberian asuhan saturasi oksigen infeksi pada parenkim
keperawatan selama 4) Pertahankan kepatenan paru.
3x24jam diharapkan jalan napas 2) Rasional: Posisi semi
pertukaran gas maksimal 5) Kolaborasi dalam fowler dapat
dengan KH : pemeriksaan Analisa mengurangi sesak
1) Dispnea tidak ada Gas Daraah 3) Rasional: Tachipnea,
2) Frekuensi pernapasan 6) Kolaborasi pemberian pernafasan dangkal
normal oksigen dan gerakan dada tak
3) Saturasi oksigen simetris sering terjadi
normal karena
4) PaO2 normal pada ketidaknyaman
GDA gerakan dinding dada.
5) PaCO2 normal 4) Rasional:
6) Sianosis tidak ada Mempertahankan
7) Frekuensi nadi normal

11
100-160 kali/menit jalan napas paten
5) Rasional: Pemberian
oksigen dapat
mengatasi rasa sesak.

4. REFERENSI

Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Yogyakarta: Diva Press.


Dosen KMB Indonesia. 2015. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-
Bedah: Diagnosis NANDA-I 2015-2017, Intervensi NIC, Hasil NOC.
Jakarta: EGC.
Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardi. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis :
Berdasarkan Penerapan Diagnosa NANDA, NIC, NOC dalam
Berbagai Kasus. Yogyakarta: MediAction Publishing.
Setiati, Siti et al. 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 6, Jilid 2. Jakarta:
Interna Publishing.
Wong, DL et al. 2010. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Vol.2. Jakarta: EGC.
Mubarak,W.I dan Chayatin, N. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia.Jakarta:EGC
Andarmoyo, Sulistyo.2012. Kebutuhan Dasar Manusia (Oksigenasi) Konsep
Proses dan Prsktik Keperawatan,edisi Pertama.Yogyakarta: Graha
Ilmu
Tarwoto, Wartonah (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
Nursing Interventions Classificatio Edisi Keenam Edisi Bahasa Indonesia Editor
Bahasa Indonesia Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor
Nursing Outcomes Classification Edisi Kelima Edisi Bahasa Indonesia Editor
Bahasa Indonesia Intansari Nurjannah dan Roxsana Devi Tumanggor
Suyono S. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam .IV ed. Jakarta: Pusat penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FK UI: 2010
Sudoyo AW, Setiohadi B, dkk. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Interna
Asmadi. (2012). Teknik Prosdural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika

12

Anda mungkin juga menyukai