Dosen Pemimbing :
dr. Dwi Soelistyoningsih, M.Biomed
Disusun oleh :
1. Maria Bili (191114201703)
2. Siti Aisyah (191114201720)
3. Tri Meirista (191114201722)
4. Nur Laili Sa’adah (191114201734)
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat bimbingan
dan rahmat – Nya sehingga kami dapat merangkai makalah ini dari awal hingga selesainya.
Dalam makalah ini, kami akan membahas mengenai farmakologi obat. Makalah ini disusun atas
dasar memberikan pengetahuan kepada mahasiswa dan calon perawat bagaimana komunikasi
perawat kepada pasien.
Melalui makalah ini, kami berharap agar apa yang kami kemukakan dalam makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca terutama para calon perawat dan menerapkannya dalam
kehidupan masyarakat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Dibuatnya makalah ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari masalah pada system pernafasan beserta obatnya
2. Mempelajari jenis-jenis antibiotic
3. Mengetahui perbedaan golongan pada antihistamin
4. Mengetahui efek samping dari obat korikosteroid
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keterangan:
D: Dewasa, A: anak-anak, PO: per oral, IM: intramuscular, IV: intravena
2. Mukolitik
Mukolitik bekerja sebagai deterjen dengan mencairkan dan
mengencerkan secret mukosayang kental sehingga dapat dikeluarkan. Efek
samping yang paling sering terjadi adalah mual dan muntah. Contoh
obatnya yaitu ambroxol dan bromheksin.
Dosis bromheksin : oral 3-4 dd 8-16 mg (klorida)
anak-anak 3 dd 1,6-8 mg.
3. Obat obat batuk
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk
sebagai gejala dan dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan
mekanisme kerja yang sangat beraneka ragam, yaitu :
Zat pelunak batuk (emolliensia, L . mollis = lunak ), yang
memperlunak rangsangan batuk, melumas tenggorokan agar tidak
kering, dan melunakkan mukosa yang teriritasi.
Ekspoktoransia (L . ex = keluar, pectus = dada) : minyak terbang,
gualakol, radix ipeca (dalam tablet / pelvis doveri) dan ammonium
klorida (dalam obat batuk hitam) zat-zat ini memperbanyak
produksi dahak ( yang encer). Sehingga mempermudah
pengeluarannya dengan batuk.
Zat pereda : obat-obat dengan kerja sentral ini ampuh sekali pada
batuk kering yang mengelitik.
Anastetika local : pentoksiverin. Obat ini menghambat penerusan
rangsangan batuk ke pusat batuk.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pemakaian obat respirasi, antibiotic, antihistamin maupun kortikosteroid secara optimal
dan efektif memerlukan pengetahuan mengenai sifat-sifat dinamika dan kinetika dari
jenis-jenis yang tersedia. Di samping itu, juga memerlukan pengertian dan pemahaman
mengenai bagaimana memilih dan memakai dengan benar, mulai dari pemilihan
berdasarkan indikasi yang tepat, menentukan dosis, cara pemberian, lama pemberian,
maupun evaluasi efek samping. Pemakaian dalam klinik yang menyimpang dari prinsip-
prinsip pemilihan dan pemakaian secara rasional akan membawa dampak negatif dalam
bentuk meningkatnya resistensi, efek samping, pemborosan dan kegagalan pencegahan
dan pengobatan infeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Budiono Santoso, 2018, Farnakoterapi Antiinfektan / Antibiotika, Lab.Farmakologi Klinik FK-
UGM, hal 1-20.
Gunawijaya, F.A., 2019, Manfaat Penggunaan Antihistamin Generasi Ketiga, Vol.4, No. 2
Siagian, J.N., Ascobat. P., Menaldi., S. L., 2018, Kortikosteroid Sistemik : Aspek Farmakologi
dan Penggunaan Klinis di Bidang Dermatologi, Vol.45, No. 3, Hal. 165-171
Setyajati, G., Sri Agung, 2018, Kandungan Kimia Aktivitas farmakologi Obat batuk, Farmaka,
Vol.17, No. 1