Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BATUK

1. Pengertian

Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga toraks

melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara yang sangat

cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di sepanjang saluran respiratorik. Dengan

demikian batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan

respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan mukosilier

(mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasi makanan padat atau cair dan berbagai

benda asing lain dari luar. Batuk juga akan membawa keluar sekresi berlebihan yang diproduksi

di dalam saluran respiratorik, terutama pada saat terjadi radang oleh berbagai sebab (Chung,

2003).

Batuk merupakan gejala yang pernah dialami oleh setiap orang manusia dan merupakan

tindakan pelindung untuk mengamankan pengeluaran lendir, zat berbahaya zat dan infeksi dari

laring, trakea dan bronkus. Batuk juga sebuah mekanisme efisien untuk membersihkan saluran

pernafasan atas, dan bisa dianggap sebagai mekanisme pertahanan bawaan .Gangguan atau tidak

adanya mekanisme batuk bisa berbahaya dan bahkan fatal pada penyakit.

Refleks batuk adalah salah satu dari beberapa refleks defensif berfungsi untuk

melindungi saluran pernafasan dari efek yang berpotensi merusak dari partikel yang dihirup,

aeroallergen, patogen, aspirasi dan sekresi akumulasi. Pada beberapa penyakit saluran

pernafasan, batuk bisa menjadi berlebihan dan tidak produktif, dan berpotensi berbahaya bagi

mukosa saluran napas. Pemahaman tentang jalur yang terlibat dalam refleks batuk dapat
memfasilitasi pengembangan strategi terapi yang mencegah batuk yang berlebihan dan tidak

produktif,

Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi sebagai

‘alarm’memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau sistem organ lainnya yang

terkait. Hampir semua keadaan yang mengganggu sistem respiratorik dan beberapa gangguan

ekstra-respiratorik, memberikan gejala batuk. Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang

paling banyak membawa pasien mencari pertolongan medis Anggapan bahwa batuk itu

diperlukan untuk membersihkan saluran udara lendir dan cairan sekresi dari saluran udara

(diperkirakan 20-30 mL lebih dari 24 jam), dan jumlah sekresi saluran napas mungkin terkait

dengan jumlah paparan iritasi sehari-hari. Dalam sebuah penelitian kelompok kecil orang sehat

yang batuknya dimonitor menggunakan counter batuk portabel, frekuensi batuk dalam satu

Periode 24-jam ditemukan kurang dari 16 kali batuk dengan 11 semburan batuk per 24 jam,

sedangkan pada anak-anak berkisar 1-34 kali batuk. Batuk tidak selalu berarti patologis atau

abnormal. Seperti telah dikemukakan di atas, sebagai mekanisme

pertahanan respiratorik, batuk diperlukan untuk membersihkan jalan napas dari mukus sekresi

respiratorik, pada orang dewasa mencapai 30 ml/hari. Sebuah studi yang mengukur batuk secara obyektif

menemukan bahwa anak sehat dengan rerata umur 10 tahun biasanya mengalami 10x batuk (rentang

hingga 34) dalam 24 jam, sebagian besar batuk terjadi pada siang hari.

Batuk bisa jadi gejala umum dari berbagai penyakit saluran napas misal penyakit

kronis seperti asma, obstruktif kronik penyakit paru (COPD) dan

karsinoma bronkus. Batuk non-produktif kronis yang berlangsung selama lebih dari sebulan, di

mana tidak ada penyebab spesifik yang dapat ditemukan, terjadi pada sekitar 30-40% pasien,

menghasilkan morbiditas yang signifikan dalam segi kualitas hidup. Obat-obatan yang paling
banyak digunakan di dunia saat ini , untuk mengobati batuk adalah obat bebas , meskipun

penelitian baru-baru ini menunjukkan bahwa hanya sedikit bukti yang menunjukkan bahwa obat

tersebut menghasilkan efek yang berarti.

Manajemen seorang pasien yang mengalami batuk adalah untuk mengidentifikasi

penyebab batuk,dan kemudian mengobati penyebabnya. Terapi antitusif untuk menekan batuk

dengan menghambat jalur batuk tanpa mengobati penyebabnya (symptomatic) diperlukan jika

batuk sangat parah, atau jika pengobatan penyebabnya tidak menyebabkan penekanan frekuensi

batuk .Batuk dapat menjadi indikasi dari gangguan saluran napas atau paru-paru yang sangat

serius.

2. Mekanisme batuk

Batuk merupakan suatu refleks kompleks yangmelibatkan banyak sistem organ.

Batuk akan terbangkitkan apabila ada rangsangan pada reseptor batuk yang melalui saraf aferen

akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus di medula. Dari pusat batuk melalui saraf

eferen impuls diteruskan ke efektor batuk yaitu berbagai otot respiratorik. Bila rangsangan pada

reseptor batuk ini.

3. Batuk akut

Batuk akut biasanya disebabkan oleh virus atau adanya infeksi bakteri pada saluran

pernafasan bagian atas. Gejala lain yang menyertai , tenggorokan-bersih, iritasi tenggorokan,

sakit tenggorokan, sumbatan hidung dan lendir hidung juga menyertai batuk yang biasanya

sembuh dalam 2 minggu, Pertusis harus dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial, terutama

dengan karakteristik batuk rejan dan sering dikaitkan dengan muntah. Penyebab lain batuk akut

yang seharusnya dipertimbangkan adalah pneumonia, gagal jantung kongestif, eksaserbasi paru
obstruktif kronik penyakit (PPOK), aspirasi atau emboli paru. Kondisi ini biasanya disertai oleh

gejala seperti sesak nafas dan demam, tetapi batuk adalah gejala yang paling dominan

4. Batuk kronis

Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung selama lebih dari 3 minggu dapat

disebabkan oleh banyak penyakit, tetapi paling banyak umumnya karena asma, refluks gastro-

oesophageal , postnasal drip, bronkitis kronis dan bronkiektasis .

Hubungan kuat antara postnasal drip (rinosinusitis) dan batuk kronis didasarkan pada

bukti epidemiologi. Pada batuk pilek biasa,postnasal drip cenderung memainkan peran penting

.Di beberapa penelitian, postnasal drip telah terbukti menjadi penyebab paling umum batuk

kronis . Postnasal drip ditandai oleh sensasi sekresi hidung dan suara serak. Diagnosa

rinosinusitis biasanya dilakukan pada kombinasi gejala, pemeriksaan fisik, temuan radiografi,

dan tanggapan terhadap terapi spesifik.

B. OBAT

1. Pengertian

Obat adalah suatu bahan atau campuran bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam

menentukan diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau

gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau rohaniah pada manusia atau hewan, termasuk

memperelok tubuh atau bagian tubuh manusia. Meskipun obat dapat menyembuhkan penyakit,

tetapi masih banyak juga orang yang menderita akibat keracunan obat. Oleh karena itu, dapat

dikatakan bahwa obat dapat bersifat sebagai obat dan dapat juga bersifat sebagai racun. Obat itu

akan bersifat sebagai obat apabila tepat digunakan dalam pengobatan suatu penyakit dengan

dosis dan waktu yang tepat. Jadi, apabila obat salah digunakan dalam pengobatan atau dengan
dosis yang berlebih maka akan menimbulkan keracunan dan bila dosisnya kecil tidak akan

memperoleh penyembuhan (Anief, 1991).

Bahan obat maupun obat tidak diberikan sendiri-sendiri, melainkan sebagi suatu formula

antara satu atau lebih zat aktif dengan bahan tambahan yang bukan obat yang bermanfaat untuk

kegunaan farmasi. Bentuk-bentuk sediaan yang dapat digunakan beragam. Bentuk yang populer

adalah tablet, kapsul, kaplet, sirup

Obat menurut peraturan menteri kesehatan adalah bahan atau paduan bahan, termasuk

produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau

keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan,

peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia.

2. Penggolongan Obat

Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksudkan untuk peningkatan keamanan

dan ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat bebas

terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika yang diatur dalam Peraturan

MentEri Kesehatan RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000. Berdasarkan Peraturan tersebut, obat

digolongkan dalam (5) golongan yaitu :

1.      Obat Bebas,

2.      Obat Bebas Terbatas,

3.      Obat Wajib Apotek,

4.      Obat Keras,

5.      Obat Psikotropika dan Narkotika.

Menurut PerMenkes RI Nomor 949/Menkes/Per/VI/2000 penggolongan obat terdiri dari :


a. Obat Bebas

Obat yang dapat dijual bebas kepada umum tanpa resep dokter. Contoh : Minyak Kayu Putih,

Obat Batuk Hitam. Berdasarkan SK Menkes RI Nomor 2380/A/SK/VI/1983. Tanda khusus

untuk obat bebas yaitu lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi warna hitam.

b. Obat Bebas Terbatas

Menurut keputusan Menteri Kesehatan RI, pengertian obat bebas terbatas adalah obat keras yang

dapat diserahkan kepada pemakaiannya tanpa resep dokter. Tanda peringatan untuk obat bebas

terbatas.

c. Obat Keras

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik No.02396/A/SK/VIII/1986 tentang tanda

khusus obat keras daftar G adalah “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna

hitam dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

d. Golongan Narkotika

Berdasarkan UU RI No.22 Th 1997, pengertian Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari

tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan

penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan. Penandaan narkotika berdasarkan peraturan yang

terdapat dalam Ordonansi Obat Bius yaitu “Palang Medali Merah”.

e. Golongan Psikotropika
Berdasarkan UU RI No.5 Th 1997, pengertian Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat baik

alamiah maupun sintesis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif

pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

Penandaan psikotropika “Lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam

dengan huruf K yang menyentuh garis tepi”.

3. Obat Batuk

Jenis-jenis obat batuk yang terkait dengan batuk yang berdahak dan tidak berdahak yang

dibahaskan di sini adalah yang tersedia di puskesmas mranggen III yaitu mukolitik, ekspektoran

dan antitusif.

a. Mukolitik

Mukolitik merupakan obat yang bekerja dengan cara mengencerkan sekret saluran pernafasan

dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Agen

mukolitik berfungsi dengan cara mengubah viskositas sputum melalui aksi kimia langsung pada

ikatan komponen mukoprotein. Agen mukolitik yang terdapat di pasaran adalah bromheksin,

ambroksol, dan asetilsistein.

Obat yang tersedia

1. ambroksol

2. asetil sistein.

Ambroksol merupakan suatu metabolit bromheksin yang memiliki mekanisme kerja

yang sama dengan bromheksin. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya

pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir

prematur dengan sindrom pernafasan.


Asetilsistein (acetylcycteine) diberikan kepada penderita penyakit bronkopulmonari

kronis, pneumonia, fibrosis kistik, obstruksi mukus, penyakit bronkopulmonari akut, penjagaan

saluran pernafasan dan kondisi lain yang terkait dengan mukus yang pekat sebagai faktor

penyulit. Ia diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes hidung. Asetilsistein

menurunkan viskositas sekret paru pada pasien radang paru. Kerja utama dari asetilsistein adalah

melalui pemecahan ikatan disulfida. Reaksi ini menurunkan viskositasnya dan seterusnya

memudahkan penyingkiran sekret tersebut. Ia juga bisa menurunkan viskositas sputum.

Efektivitas maksimal terkait dengan pH dan mempunyai aktivitas yang paling besar pada batas

basa kira-kira dengan pH 7 hingga 9. Sputum akan menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek

maksimal akan dicapai dalam waktu 5 hingga 10 menit setelah diinhalasi. Semasa trakeotomi,

obat ini juga diberikan secara langsung pada trakea. Efek samping yang mungkin timbul berupa

spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Selain itu, terdapat juga timbul mual, muntah,

stomatitis, pilek, hemoptisis, dan terbentuknya sekret berlebihan sehingga perlu disedot

(suction). Maka, jika obat ini diberikan, hendaklah disediakan alat penyedot lendir nafas.

Biasanya, larutan yang digunakan adalah asetilsistein 10% hingga 20%.

b. Ekspektoran

Ekspektoran merupakan obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran

pernafasan (ekspektorasi). Penggunaan ekspektoran ini didasarkan

pengalaman empiris. Tidak ada data yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis

yang umum digunakan. Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan

selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan lewat nervus vagus,

sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak. Obat yang termasuk

golongan ini ialah ammonium klorida dan gliseril guaiakoiat.


Obat yang tersedia adalah :

1. ammonium klorida

2. Gliseril Guaiacolat

Ammonium klorida jarang digunakan sebagai terapi obat tunggal yang berperan

sebagai ekspektoran tetapi lebih sering dalam bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau

antitusif. Apabila digunakan dengan dosis besar dapat menimbulkan asidosis metabolik, dan

harus digunakan dengan hatihati pada pasien dengan insufisiensi hati, ginjal, dan paru-paru.

Dosisnya, sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300mg (5mL) tiap 2 hingga 4 jam. Obat

ini hampir tidak digunakan lagi untuk pengasaman urin pada keracunan sebab berpotensi

membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan keseimbangan elektrolit.

Penggunaan gliseril guaiakolat didasarkan pada tradisi dan kesan subyektif pasien dan

dokter. Tidak ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan. Efek samping yang

mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah. Ia tersedia dalam bentuk

sirup 100mg/5mL. Dosis dewasa yang dianjurkan 2 hingga 4 kali, 200-400 mg sehari.

Anda mungkin juga menyukai