Anda di halaman 1dari 18

Patofisiologi

“Batuk”
Kelompok 6 :
Rahimah Sarah (2301270)
Risa zahra (2301271)
Rizka Aulia Nissa (2301272)
Rizma Safira (2301273)
Ryma Fauzana (2301274)

Dosen Pengampu : apt. Dra. Syilfia Hasti, M.Farm


Defenisi batuk
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis , yaitu refleks yang dapat terjadi secara
tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran
pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara
sukarela maupun tanpa disengaja.
Batuk adalah respon eksplosif dari ekspirasi pada proses pernafasan yang
berfungsi untuk melindungi paru-paru dari aspirasi dan meningkatkan gerakan sekresi
saluran nafas menuju mulut. Batuk merupakan refleks penting dalam melindungi dan
membersihkan saluran nafas. Stimulus yang dapat menimbulkan batuk beragam seperti
adanya partikel yang terhirup, mukus atau dahak berlebih pada saluran nafas, radang hingga
benda asing pada saluran nafas.
Berdasarkan durasinya, batuk
dibedakan menjadi tiga klasifikasi
yaitu : Klasifikasi
• Batuk akut (<3 minggu), Batuk

• Batuk sub akut (3-8 minggu),


• Batuk kronis (>8 minggu).
Berdasarkan jenisnya, batuk dibagi menjadi :

● Batuk produktif disebut juga sebagai batuk efektif karena mengeluarkan mukus atau
dahak dari paru-paru. Batuk produktif kebanyakan adalah akut dan sering disebabkan
karena infeksi bakteri dan virus. Batuk dikatakan produktif jika menghasilkan dahak
lebih dari 30ml/hari. Batuk jenis ini sebaiknya jangan dihentikan karena infeksi rekuren
dan konstan tetap ada dan jika dihentikan maka tidak ada mekanisme untuk
mengeluarkannya. Oleh karena itu, dipilih pengobatan untuk mengencerkan dahak
sehingga mudah dikeluarkan melalui batuk.
• Batuk nonproduktif disebut juga batuk tidak efektif karena tidak akan
mengeluarkan mukus atau dahak dari paru-paru. Batuk nonproduktif juga
merupakan batuk kering dan batuk iritasi tanpa dahak. Batuk nonproduktif ini
biasanya kronis dan sering disebabkan oleh iritasi, debu dan asap rokok. Beberapa
penyebab batuk kering lainnya sepert infeksi virus, batuk yang disebabkan oleh
virus tidak memerlukan antibiotik karena antibiotik tidak dapat membunuh virus.
Penggunaan antibiotik yang tidak perlu dapat merugikan tubuh karena dapat
membunuh bakteri yang baik bagi tubuh. Efek samping obat seperti ACE
inhibitor juga dapat menyebabkan batuk kering, dengan penghentian atau
penggantian ke jenis golongan obat lainnya, maka gejala batuk tersebut akan hilang.
Epidemiologi Batuk

Batuk adalah satu-satunya gejala paling umum


yang muncul di pusat pelayanan kesehatan.
Prevalensi sangat dipengaruhi oleh riwayat sosial
penggunaan rokok dan diperkirakan antara 5%
hingga 40%. Etiologi pasti dari batuk menentukan
kecenderungan pada dampak ras dan gender.
Etiologi Batuk
Penyebab batuk kering Penyebab batuk berdahak
 Demam
 Flu  Bronkitis kronis/akut
 Radang tenggorokan
 Croup  Asma
 Penggunaan obat-obatan tertentu  Radang paru-paru
 Sakit tenggorokan
 Tonsilitis atau radang amandel  Penyakit paru obstruktif kronis
 Asma
 Sinusitis
 Emfisema atau kerusakan kantong
 Alergi udara di paru-paru
 Refluks asam GERD
 Paparan iritasi di udara, termasuk asap,
polusi, atau debu
Lanjutan
Batuk croup terjadi akibat infeksi virus yang menyebabkan saluran napas
bagian atas menjadi iritasi dan bengkak sehingga sulit bernapas. Adapun
batuk paroksismal bisa disebabkan oleh :
 Asma
 Penyakit paru obstruktif kronis
 Tuberkulosis
 Batuk rejan (pertusis)
 Radang paru-paru
 Tersedak
Patofisiologi batuk
Komponen refleks batuk terdiri dari reseptor, afferent pathways, cough center, efferent pathways
dan efektor. Sedangkan Jalur refleks tersusun atas :
1. Afferent pathway
● Afferent pathway merupakan serat nervus sensori (cabang dari nervus vagus) yang terletak
di epitel bersilia pada saluran napas atas, auricular, faring, laring superior, gaster, jantung
dan cabang esofagus dari diafragma. Impuls afferent menyebar menuju medula.
2. Central pathway (pusat batuk)
● Central pathway merupakan regio pusat koordinasi untuk batuk yang terdapat di batang otak
bagian atas dan pons.
3. Efferent pathway
● Efferent pathways merupakan impuls dari pusat batuk berjalan melalui nervus vagus,
phrenicus, dan motor spinal menuju diafragma, dinding abdomen, dan otot. Nukleus
tertroambigualis, oleh phrenicus dan saraf spinal motorik, mengirimkan impuls ke otot
inspirasi dan ekspirasi, dan nukleus ambiguous melalui cabang laryngeal dari vagus menuju
laring.
Penjelasan Gambar
Impuls reseptor batuk yang
dirangsang akan berjalan di jalur
afferent pathways melalui nervus
vagus ke sebuah pusat batuk di
medula. Pusat batuk tersebut
kemudian menggerakkan sebuah
sinyal efferent yang berjalan ke
nervus vagus, phrenicus, dan spinal
motor ke otot ekspirasi untuk
memproduksi batuk.
Mekanisme batuk, terbagi menjadi 3 fase yaitu :

Fase Inspirasi Fase Kompresi


Fase inspirasi merupakan fase Fase kompresi merupakan fase yang dimulai
dimana terjadi proses inhalasi. dengan penutupan laring bersamaan dengan
Pada fase ini dihasilkan volume kontraksi otot dinding dada, diafragma, dan
yang diperlukan untuk batuk dinding abdomen sehingga menghasilkan
yang efektif. tekanan intratoraks yang meningkat cepat.
Fase ekspirasi
Fase ekspirasi merupakan fase yang dimulai saat glotis membuka,
kemudian menghasilkan aliran udara ekspirasi yang tinggi dan suara
batuk. Terjadinya kompresi pada saluran udara yang besar. Aliran udara
yang tinggi menyebabkan jatuhnya mukus dari saluran napas sehingga
memungkinkan terjadinya pembuangan dari batang trakeobronkial.
Gambar mekanisme terjadinya batuk
Manifestasi Klinik

 Batuk tidak efektif


 Spotum (zat lendir berlebih)
 Mengi (Suara nafas yang berbunyi)
Tatalaksana batuk
Batuk adalah gejala yang sering dialami oleh orang dewasa maupun anak-anak dengan
penyebab yang sangat bervariasi. Batuk kronik pada anak cukup banyak dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Berikut adalah beberapa tatalaksana batuk yang dapat dilakukan:
01 Penanganan mandiri
Mengonsumsi madu dapat membantu meredakan batuk. Minum
banyak air putih dapat membantu melonggarkan dahak dan
meredakan iritasi tenggorokan.
02 Obat anti batuk
Obat anti batuk harus tepat bekerja pada lokasi pencetus munculnya batuk
baik secara sentral dan maupun perifer sehingga tepat sasaran dan
meminimalisasi efek samping yang muncul. Berikut adalah contoh obat
batuk : Obat Batuk Woods, Obat Batuk Siladex, Obat Batuk OBH, Obat
Batuk Konidin, Bodrex Flu dan Batuk Berdahak PE, Bodrex Flu dan Batuk
Kering PE, dll.
Tatalaksana batuk
03 Tatalaksana Home remedy
Cukup minum, baik air putih hangat, teh hangat, atau air jeruk
nipis hangat dapat membantu meredakan batuk berdahak pada
dewasa.

Tata laksana batuk harus ditujukan kepada akar masalahnya,


bukan asal melenyapkan batuk. Oleh karena itu, penting untuk
menggali riwayat penyakit dan melakukan anamnesis yang adekuat
untuk mengidentifikasi gangguan atau penyakit dasar penyebab batuk.
Daftar Pustaka
 Chung KF. 2003. The clinical and pathophysiological challenge of cough. In: Chung KF,
Widdicombe JG, Boushey AH, editors. Cough: causes, Mechanisms, and Therapy. London:
Blackwell plubishing; 3-10.
 Polverino M, Polverino F, Fasolino, Ando F, Alfieri A, De Blasio F. 2012. Anatomy dan neuro-
pathophysiology of cough reflex arc. Multidiscipinary Respiratory Medicine. 7:1-5
 Taichman DB, Fishman AP. 2008. Approach to the patient with respiratory symptoms. In: Fishman
AP, Elias JA, Fishman JA. Fishman’s Pulmonary Diseases and Disorders Fourth edition.
Philadelphia: McGraw Hill. 388-690.
 Widdicombe JG. 2003. A Brief Ovierview of the mechanism of cough. In: Chung KF, Widdicombe
JG, Boushey AH. Cough: Causes, Mechanisms, and Therapy. London: Blackwell plubishing: 17-24.
 Kaswandani, N. (2017). Rekomendasi: Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak. Jakarta: UKK
Respirologi PP IDAI.
 Wibowo, A. (2021). Mekanisme Kerja Obat Anti Batuk. Jurnal Kedokteran Universitas Lampung,
5(1), 75-76.
 Alie, Y., & Rodiyah. (2013). Pengaruh Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Sputum Pada Pasien
Tuberkulosis Di Puskesmas Peterongan Kabupaten Jombang.
Daftar Pustaka
· Astuti, N. D. (2016). Pengaruh Latihan Nafas Dalam Dan Batuk Efektif Terhadap
Keefektifan Bersihan Jalan Nafas Pada Pasien PPOK Di RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Surabaya: Poltekkes Kemenkes Surabaya.
· Yoga Aditama T. Patofisiologi Batuk. Jakarta : Bagian Pulmonologi FK UI, Unit Paru
RS Persahabatan, Jakarta. 1993.
· Morice A. Epidemiology of cough. In Cough: causes, mechanism and therapy.
Blackwell Publisihing 2003; 11-16
· Causes acute and chronic cough. In Murray FJ, Mason JR, Broaddus VC, Nadel JA.
Murray and Nadels Textbook of Respiratory Medicine. Vol 2. Elsevier Saunders
2005.
· Sandeep Sharma; Muhammad F. Hashmi; Mohamed S. Alhajjaj. (2023). NCBI
Bookself Of Cough. (2023)
· Irwin, R. S. et al. Diagnosis and management of cough executive summary: ACCP
evidence-based clinica
Thank You

Anda mungkin juga menyukai