Anda di halaman 1dari 9

BATUK

(makalah swamedikasi)

Disusun Oleh:
Amelia Panjaitan
Clara Marpaung
Dedy T.B Situmorang
Dian Fachrunisa
Hartian Lubis
Helga Monica Pardede
Putri Maal Chairiyah Barita
Pricella Aqwilla Ginting
Shandy Tampubolon
Winda Triani

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
BATUK

Definisi Batuk
Batuk dalam bahasa latin disebut tussis adalah refleks yang dapat terjadi secara
tiba-tiba dan sering berulang-ulang yang bertujuan untuk membantu membersihkan saluran
pernapasan dari lendir besar, iritasi, partikel asing dan mikroba. Batuk dapat terjadi secara
sengaja maupun tanpa disengaja
Batuk merupakan suatu tindakan refleks pada saluran pernafasan yang digunakan
untuk membersihkan saluran udara atas.Batuk kronis berlangsung lebih dari 8 minggu
yang umum di masyarakat. Penyebab termasuk merokok, paparan asap rokok, dan paparan
polusi lingkungan, terutama partikulat.Gejalanya yaitu pengeluaran udara dari saluran
pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan pengeluaran dahak, tenggorokan
sakit dan gatal.

Refleks Batuk
Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; yaitu reseptor batuk, serabut saraf
aferen, pusat batuk, susunan saraf eferen dan efektor. Batuk bermula dari suatu rangsang
pada reseptor batuk.Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik
di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain
terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang
pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring,
trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran
telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma.
Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang mengalirkan
rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga
melalui cabang Arnold dari n. Vagus.Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak di medula
oblongata, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-
serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbar, n. Trigeminus, n. Fasialis,
n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring,
trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain.Di daerah efektor inilah
mekanisme batuk kemudian terjadi.

Mekanisme Batuk
Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi,
fase kompresi dan fase ekspirasi (literatur lain membagi fase batuk menjadi 4 fase yaitu
fase iritasi, inspirasi, kompresi, dan ekspulsi). Batuk biasanya bermula dari inhalasi
sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat
yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah
udara dalam kecepatan tertentu.
1. Fase iritasi
Berawal dari iritasi pada salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea,
bronkus besar, atau serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus.
2. Fase inspirasi
Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara,
pada saat ini glotis secara refleks akan terbuka. Volume udara yang diinspirasi berkisar
antara 200-3500 ml di atas kapasitas residu fungsional.Ada dua manfaat utama dihisapnya
sejumlah besar volume ini :
 Volume yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat
menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat.
 Volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga
pengeluaran sekret akan lebih mudah.
3. Fase kompresi
Glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan
meningkat sampai 50 - 100 mmHg.
4. Fase ekspirasi
Glotis terbuka secara aktif dan mengeluarkan udara dalam jumlah besar yang
disertai dengan pengeluaran benda asing.Udara yang keluar akan menggetarkan jaringan
saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk.
Gambar 1. Skema diagram menggambarkan aliran dan perubahan tekanan subglotis
selama, fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi batuk

Gambar 2. Fase Batuk

Penyebab Batuk
Batuk dapat terjadi akibat berbagai penyakit/proses yang merangsang reseptor
batuk.Selain itu, batuk juga dapat terjadi pada keadaan-keadaan psikogenik
tertentu.Tentunya diperlukan pemeriksaan yang seksama untuk mendeteksi keadaan-
keadaan tersebut. Dalam hal ini perlu dilakukan anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik,
dan mungkin juga pemeriksaan lain seperti laboratorium darah dan sputum, rontgen toraks,
tes fungsi paru dan lain-lain.
Jenis – Jenis Batuk

Batuk berdasarkan waktu yaitu batuk akut yang berlangsung selama kurang dari
tiga minggu, batuk sub-akut yang berlangsung selama tiga hingga delapan minggu dan
batuk kronis berlangsung selama lebih dari delapan minggu.
 Batuk Akut
Batuk akut berlangsung selama kurang dari tiga minggu dan merupakan simptom
respiratori yang sering dilaporkan ke praktik dokter.Kebanyakan kasus batuk akut
disebabkan oleh infeksi virus respiratori yang merupakan self-limiting dan bisa
sembuh selama seminggu.Dalam situasi ini, batuk merupakan simptom yang
sementara dan merupakan kelebihan yang penting dalam proteksi saluran
pernafasan dan pembersihan mukus. Walau bagaimanapun, terdapat permintaan
yang tinggi terhadap obat batuk bebas yang kebanyakannya mempunyai bukti
klinis yang sedikit dan waktu yang diambil untuk konsultasi ke dokter tentang
simptom batuk .
 Batuk Sub Akut
Sub akut adalah fase peralihan dari akut akan menjadi kronis. Dikategorikan
subakut bila batuk sudah 3-8 minggu.Biasanya disebabkan karena adanya infeksi
akut saluran pernafasan oleh virus yang mengakibatkan adanya kerusakan epitel
pada saluran nafas.
 Batuk Kronis
Batuk kronis berlangsung lebih dari delapan minggu. Batuk yang berlangsung
secara berterusan akan menyebabkan kualitas hidup menurun yang akan membawa
kepada pengasingan sosial dan depresi klinikal. Penyebab sering dari Universitas
Sumatera Utara batuk kronis adalah penyakit refluks gastro-esofagus, rinosinusitis
dan asma.Terdapat juga golongan penderita minoritas yang batuk tanpa dengan
diagnosis dan pengobatan diklasifikasikan sebagai batuk idiopatik kronis. Batuk
golongan ini masih berterusan dipertanyakan apa sebenarnya penyebabnya yang
pasti.
Berdasarkan sebabnya yaitu batuk berdahak, batuk kering, batuk yang khas.
 Batuk berdahak
Batuk berdahak jumlah dahak yang dihasilkan sangat banyak, sehinggamenyumbat
saluran pernafasan.
 Batuk kering
Batuk ini tidak mengeluarkan dahak.Tenggorokan terasa gatal sehingga
merangsang timbulnya batuk. Batuk ini mengganggu kenyamanan, bila batuknya
terlalu keras akan dapat memecahkan pembuluh darah pada mata.
 Batuk yang khas
 Batuk rejan, batuknya bisa berlangsung 100 hari. Bisa menyebabkan pita
suara radang dan suara parau
 Batuk penyakit TBC, berlansung berbulan-bulan, kecil-kecil, timbul sekali-
sekali, kadang seperti hanya berdehem. Pada TBC batuk bisa disertai bercak
darah segar.
 Batuk karena asma, sehabis serangan asma lendir banyak dihasilkan.Lendir
inilah yang merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena penyakit jantung lemah, darah yang terbendung di paru-paru,
menjadikan paru-paru menjadi basah. Kondisi basah pada paru-paru ini
yang merangsang timbulnya batuk.
 Batuk karena kanker paru-paru yang menahun tidak sembuh. Batuknya
tidak tentu. Bila kerusakan paru-paru semakin luas, batuk semakin tambah.
 Batuk karena kemasukan benda asing, pada saat saluran
pernafasan berusaha mengeluarkan benda asing maka akan menimbulkan
batuk.

Komplikasi Batuk

Komplikasi tersering adalah keluhan non spesifik seperti badan lemah, anoreksia,
mual dan muntah. Mungkin dapat terjadi komplikasi-komplikasi yang lebih berat, baik
berupa kardiovaskuler, muskuloskeletal atau gejala-gejala lain.
Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi bradiaritmia, perdarahan subkonjungtiva, nasal
dan di daerah anus, bahkan ada yang melaporkan terjadinya henti jantung.Batuk-batuk
yang hebat juga dapat menyebabkan terjadinya pneumotoraks, pneumomediastinum,
ruptur otot-otot dan bahkan fraktur iga.
Komplikasi yang sangat dramatis tetapi jarang terjadi adalah Cough
syncopeatau Tussive syncope. Keadaan ini biasanya terjadi setelah batuk-batuk yang
paroksismal dan kemudian penderita akan kehilangan kesadaran selama ± 10 detik. Cough
syncope terjadi karena peningkatan tekanan serebrospinal secara nyata akibat peningkatan
tekanan intratoraks dan intraabdomen ketika batuk.
Gambar 3. Komplikasi Batuk

Pengobatan Swamedikasi Batuk

1) Non farmakologi Umumnya batuk berdahak dan tidak berdahak dapat dikurangi dengan
cara sebagai berikut :
a) Memperbanyak minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal.
b) Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang tenggorokan
dan udara malam yang dingin.
2) Farmakologi Bila keadaan batuk belum dapat teratasi dengan cara-cara tersebut maka
dapat digunakan obat batuk, yang mana obat batuk dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
a) Ekspektoran (pengencer dahak/riak) Meningkatkan sekresi dahak dari saluran
pernafasan sehingga mudah dikeluarkan beberapa obat yang bisa diperoleh tanpa
resep dokter antara lain:
 Glyseryl guaiacolate (Guafenesin)
 Mekanisme kerja obat yaitu mengencerkan dahak dari saluran nafas.
 Dosis pemakaian untuk dewasa 200-400 mg setiap 4 jam dan untuk anak-
anak usia 2-6 tahun 50-100 mg setiap 4 jam, Sedangkan untuk usia 6-12
tahun 100-200 mg setiap 4 jam.
 Perhatian usia dibawah 2 tahun dan ibu hamil harus dengan pengawasan
dokter, diharap tidak menggunakan lebih dari 7 hari tanpa izin dokter,
minumlah 1 gelas air setiap minum obat ini, dan waspada pada alergi
guafenesin.
 Indikasi untuk batuk yang membutuhkan pengeluaran dahak.
 Kontraindikasi terhadap yang alergi guafenesin.
 Efek samping mual, muntah yang dapat dikurangi dengan minum segelas
air putih.
 Bromheksin
 Mekanisme kerja dari Bromheksin untuk mengencerkan dahak di saluran
nafas.
 Dosis pemakaian untuk dewasa 4-8 mg, 3 kali sehari.
 Perhatian, hati-hati pada penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan
pertama.
 Efek samping dapat terjadi rasa mual, diare, dan kembung yang ringan.
 Succus liquiritiae (OBH) Mekanisme kerja dari Succus Liquiritiae untuk
mengatasi batuk, membantu pengeluaran dahak, menyembuhkan
peradangan, succus merupakan sediaan galenik dari Radix liquiritiae
berwarna hitam coklat, dan larut dalam air. Succus Liquiritiae merupakan
komponen dari Obat Batuk Hitam (OBH) .
 Amonium klorida
 Mekanisme kerja dari amonium klorida untuk meningkatkan pengeluaran
dahak melalui refleks rangsangan selaput lendir saluran cerna, Amonium
Klorida merupakan salah satu komponen Obat Batuk Hitam (OBH).
 Dosis pemakaian untuk dewasa 300 mg setiap 4 jam.
 Perhatian tidak dianjurkan pada pasien yang mengalami kerusakan hati,
ginjal, dan pasien mengidap jantung kronik karena dapat mengganggu
keseimbangan kimia darah yang mempengaruhi ekskresi obat.
 Dosis 5 g pada penderita dapat menyebabkan efek samping dengan gejala
antara lain : mual, muntah, haus, sakit kepala, dan hiperventilasi.
 Obat Batuk Hitam
Komposisi baku OBH antara lain:
Succus Liquiritiae 10
Amonium Klorida 5
SASA (Solutio Ammonii Spirituosa Anisata) 6
Air sampai dengan 100

b) Antitusif (penekan batuk)


 Dekstrometorfan HBr
 Mekanisme kerja obat bekerja menekan pusat batuk di otak, meringankan
batuk kering
 Dosis pemakaian dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika perlu (jika
batuk). Dalam bentuk sirup 5-10 ml jika perlu 3x sehari sedangkan untuk
dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3 kali sehari dan dalam bentuk
sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar)
 Perhatian, Dekstromethorpan HBr sebaiknya tidak digunakan untuk batuk
berdahak, dikhawatirkan dahak malah tidak bisa keluar.
 Efek samping pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan penurunan
refleks bernapas. Pada tahun 2014 lalu dekstrometrophan dalam sediaan
tunggal telah di tarik dari pasaran karena banyaknya penyalahgunaan
sediaan ini, tetapi sediaan ini dengan kombinasi masih boleh beredar
dengan pengawasan atau menjadi obat bebas terbatas.
 Difenhidramin HCL
 Mekanisme kerja obat memiliki efek antitusif dan juga antihistamin sebagai
anti alergi.
 Dosis pemakaian untuk dewasa 25 mg, 3-4 kali sehari dan untuk anakanak
12,5 mg atau 4 kali sehari.
 Perhatian, tidak dianjurkan mengemudi selepas minum obat ini karena
efeknya dapat mengantuk, dan juga tidak dianjurkan diminum bersamaan
obat anti influenza yang mengandung antihistamin, dikonsultasikan terlebih
dahulu pada tenaga medis jika digunakan pada penderita asma karena dapat
mengentalkan dahak dan mengurangi sekresinya.
 Kontraindikasi terhadap wanita hamil, ibu menyusui dan anak < 6 tahun.
 Efek samping dapat menyebabkan kantuk.

Terapi Lain

 Mengkonsumsi seduhan satu potong jahe, satu potong kencur, dan 5 biji cengkeh
selama 3 hari.
• Mengkonsumsi seduhan satu potong jahe, 3 lembar daun wungu dan 5 biji cengkeh
sehari sekali selama 3 hari.
• Mengkonsumsi seduhan satu potong jahe, 3 lembar potongan daun sirih, dan 5 biji
cengkeh sehari sekali selama 3 hari.
• Mengkonsumsi minum madu dengan air hangat.
• Mengkonsumsi jus lidah buaya

Pencegahan

• Jika memungkinkan, hindari penderita


• Berhenti merokok
• Hindari asap rokok
• Banyak minum air putih
• Imunisasi (untuk pencegahan batuk rejan/ Pertusis)
• Hindari makan makanan berminyak
• Hindari makan/minuman dingin
• Hindari udara malam

Daftar Pustaka
Anonim.http://www.kimiafarmaapotek.com/index.php/Tanya-Jawab/Batuk-dan-
penyebabnya.html(11 September 2016)

Mangunegoro, Hadiarto dan Tjandra Yoga Aditama. 1985. Patofisiologi Batuk. Batuk
Kronik. Jakarta: FKUI.

Tjay, HT. Rahardja, K. 2003. Obat-Obat Penting. Jakarta: Gramedia

Yunus, F. 2007. Kenali Batuk dan Obat Batuk


Anda.http://www.isfinational.or.id/info/berita/658-kenali-batuk-dan-obat-batuk-
anda.html(11 September 2016)

Anda mungkin juga menyukai