Anda di halaman 1dari 17

BATUK

KELOMPOK II

NOVIA NABILA (1301058)


NURA ANISARI (1301062)
RIZKY REZA SEPTIANI (1301083)
WELNI ANDRIANI (1301105)
YUDINA ALAWIYAH HARAHAP(1301110)

DOSEN PEMBIMBING : HUSNAWATI, M.Si, Apt


Batuk merupakan mekanisme
pertahanan paru yang alamiah untuk
menjaga agar jalan nafas tetap bersih
Definisi Batuk dan terbuka dengan jalan mencegah
masuknya benda asing ke saluran
nafas dan mengeluarkan benda asing
atau sekret yang abnormal dari
dalam saluran nafas.
Etiologi Batuk

a. Iritan (rokok, asap, SO2, gas di tempat kerja)


b. Mekanik (retensi sekret bronkopulmoner, benda asing dalam saluran nafas,
post nasal drip)
c. Penyakit paru obstruktif (bronkitis kronis, asma, emfisema, firbrosis kistik,
bronkiektasis)
d. Penyakit paru restriktif (pneumokoniosis, penyakit kolagen, penyakit
granulomatosa)
e. Infeksi (laringitis akut, brokitis akut, pneumonia, pleuritis, perikarditis)
f. Tumor (tumor laring, tumor paru)
g. Psikogenik
Klasifikasi
Batuk

Batuk Akut

Batuk Sub Akut

Batuk Kronis
1. Batuk Akut

Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang


dari 3 minggu. Meskipun belum ada studi tentang spectrum
dan frekuensi penyebab batuk akut, pengalaman klinik
menunjukkan bahwa penyebab utama batuk akut adalah infeksi
saluran napas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut,
pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi atau rhinitis
karena iritan.
2. Batuk Sub Akut

Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu dikelompokkan pada batuk


sub akut. Untuk mendiagnosis terjadinya batuk jenis
ini,direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi
empiric dan uji lab terbatas. Jika batuk tidak terkait dengan infeksi
saluran pernapasan, pasien harus di evaluasi dengan cara yang sama
seperti pada batuk kronis.
Untuk batuk yang dimulai bersamaan dengan adanya infeksi
pernapasan dan berakhir 3-8 minggu, penyebab paling utama adalah
batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri atau asma. Batuk pasca infeksi
didefinisikan sebagai batuk yang dimulai bersamaan dengan ispa yang
tidak berkomplikasi dengan pneumonia (dengan rontgen dada normal),
dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan.
3. Batuk Kronis

Meskipun batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat


disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi
pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau
hanya sedikit diagnosis. Karena itu perlu ada evaluasi secara
sistematik untuk mempelajari penyebab utama dengan cara
percobaan terapi empiric, percobaan menghindari iritan dan
obat yang diduga menyebabkan batuk, dengan dibantu data-
data laboratorium seperti rontgen dada atau uji metakolin atau
uji lain yang sesuai.
Klasifikasi
Batuk

a. Batuk Kering

Yaitu batuk yang seringkali sangat menganggu, tidak


dimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, pada
kondisi tertentu berbahaya (pasca operasi) perlu ditekan.

b. Batuk Berdahak

Yaitu mekanisme pengeluaran secret atau benda asing di


saluran nafas dan sebaiknya tidak ditekan.
Patofisiologi
Batuk

Patofisiologi batuk melibatkan suatu kompleks rangkaian


refleks yang bermula dari stimulasi terhadap reseptor iritan.
Sebagian besar reseptor diduga berlokasi di system
pernafasan, sedangkan pusat batuk diduga berada di medulla.
Batuk yang efektif tergantung pada kemampuan untuk
mencapai aliran udara yang tinggi dan tekanan intrathoraks,
sehingga meningkatkan proses pembersihan mukus pada
saluran nafas. Komplikasi batuk terjadi karena symptoms of
insomnia, hoarseness, musculoskeletal pain, exhaustion,
sweating, and urinary dan incontinence.
Penatalaksanaan
Batuk

1. Algoritma
Terapi Non
Farmakologi

Untuk batuk akut dan sub akut umumnya bisa sembuh dengan
sendirinya, terapi non farmakologi dilakukan dengan carta
menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti
merokok, makan makanan berminyak, dan lain sebagainya. Minum
air banyak-banyak cukup mambantu agar membantu kerongkongan
tidak kering yang kadang dapat memicu batuk.
Untuk batuk kronis jika penyebabnya diketahui dan dapat
dihindarkan, maka dilakukan penghindaran penyebabnya. Misalnya
batuk yang disebabkan oleh penggunaan obat golongan ACE
inhibitor, dapat diatasi dengan penghentian atau penggantian obat
tersebut.
Terapi Farmakologi

a. Antitusif

Antitusif bekerja untuk menekan reflek batuk. Contohnya


adalah dekstrometorpan, noskapin, etilmorfin dan kodein. Obat-
obat ini merupakan derivate opioid, sehingga juga memiliki
efek samping seperti senyawa opiate, meliputi konstipasi, sedative,
dll. Antitusif sebaiknya tidak digunakan pada batuk berdahak,
karena dahak yang tertahan pada cabang trakeobronkial dapat
menggangu ventilasi dan bisa meningkatkan infeksi,
misalnya penyakit bronchitis kronis dan bronkiektasis.
b. Ekspektoran

Ekspektoran ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran


dahak/ekspektorasi. Obat bebas yang paling sering digunakan adalah gliseril guaikolat atau
guafenesin. Namun dalam beberapa studi efektifitas ekspektoran ini masih dipertanyakan.

c. Mukolitik

Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mucus/dahak, sehingga


memudahkan ekspektorasi. Biasanya digunakan pada kondisi dimana dahak cukup kental
dan banyak, seperti pada penyakit PPOK, asma, bronkiektasis dan sistik fibrosis. Beberapa
contoh mukolitik adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin dan
mesistein.

d. Terapi Pada Batuk Kronis

Pada batuk kronis, disamping obat-obat diatas maka penatalaksanaannya


disesuaikan dengan penyebabnya.
KASUS

Ny. CK (45 tahun) seorang pedagang buah dipasar arengka.


Sudah 2 bulan ia mengeluh batuk yang cukup mengganggu.
Batuknya berdahak dengan dahak yang furulen berwarna
kehijauan, kadang terlihat ada bercak darah. Sudah diobati
dengan bebagai obat batuk namun belum sembuh juga. Berat
badannya turun drastis, kadang disertai rasa menggigil dan
berkeringat. 2 bulan lalu masih 45kg sekarang menjadi 40 kg.
Penyelesaian Kasus:

Subjek:
Nama: Ny. CK
Umur: 45 tahun
Jenis kelamin: wanita

Objektif:
Batuk berdahak dengan dahak yang furulen berwarna kehijauan,
kadang terlihat ada bercak darah.

Assesment:
Pasien mengalami batuk kronis yang merupakan gejala bronkitis,
yang ditandai adanya sesekali bercak darah pada dahak yang furulen
berwarna hijau.
Plan:

- Terapi Non Farmakologi: hindari faktor pencetus, jika sebelumnya


pasien menggunakan obat golongan ACE inhibitor diatasi dengan
penghentian obat tersebut, banyak minum air putih untuk membantu
mengencerkan dahak.

- Terapi Farmakologi: terapi yang mungkin diberikan yaitu pemberian


antitusif (menekan frekuensi batuk), mucolytic dan expektoran
(mengencerkan dahak), serta anti biotik bila dari pemeriksaan lebih
lanjut disebabkan oleh bakteri.

Anda mungkin juga menyukai