1. Definisi batuk
Batuk merupakan reflek yang terangsang oleh iritasi paru-paru atau saluran
pernapasan. Bila terdapat benda asing selain udara yang masuk atau merangsang
saluran pernapasan, otomatis akan batuk untuk mengeluarkan atau menghilangkan
benda tersebut. Batuk biasanya merupakan gejala infeksi saluran pernapasan atas
(misalnya batul-pilek, flu) dimana sekresi hidung dan dahak merangsang saluran
pernapasan. Batuk juga merupakan cara untuk menjaga jalan pernapasan tetap bersih.
dahak (Depkes,2007)
2. Tanda dan gejala batuk
penyebab batuk memiliki gejala penyerta yang berbeda. Biasanya, seberapa serius
kondisi akan bergantung dari lamanya batuk yang diderita. American College of
Chest Physicians membagi jenis batuk berdasarkan lamanya gejala berlangsung,
yaitu:
a. Akut, berlangsung kurang dari 2-3 minggu
b. Sub-akut, berlangsung selama 3-8 minggu
c. Kronis, berlangsung lebih dari 8 minggu
Selain lamanya, American Lung Association menyebutkan beberapa gejala berikut
juga bisa muncul saat batuk:
a. Tenggorokan kering dan gatal
b. Kelelahan
d. Kanker paru
4. Pengobatan batuk
Pengobatan batuk yang paling efektif adalah dengan mengetahui penyebabnya
sehingga pengobatan ditujukan terhadap faktor etiologis atau mekanismenya.
Melalui pemeriksaan yang terpadu, hampir semua batuk dapat diketahui
penyebabnya. Berikut penggolongan batuk sesuai gejalanya :
1.) Ekspektoran (batuk berdahak)
Obat ini bekerja melalui suatu reflek dari lambung yang menstimulasi batuk.
Diperkirakan bahwa sekresi dahak yang bersifat cair diperbanyak secara
reflektoris atau dengan jalan efek langsung terhadap sel-sel kelenjar (Tjay dan
Rahardja, 2007). Contoh obat ekspektotan : Gliseril guaiakolat, Bromheksin,
kombinasi bromheksin dengn griseli guaiakolat dan obat batuk hitam (OBH)
2.) Antitusif (Batuk kering)
Bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikan
ambang rangsang batuk. Contoh obat antitusif : Dekstrometorfan HBr,
antihistamin, seperti chlorphenamine, hydroxyzine, promethazine,
loratadin, cetirizine, dan levocetirizine
3.) Antihistamin
Obat ini digunakan untuk menghentikan terjadinya sindrom post-nasal drip
akibat alergi. Jenis antihistamin yang biasa diresepkan dokter sebagai obat
batuk kronis adalah diphenhydramine atau chlorpheniramine. Untuk batuk
yang disebabkan alergi rhinitis, penggunaan nasal corticosteroids, nasal
anticholinergic agents, dan nasal antihistamines juga dapat membantu
melegakan hidung yang tersumbat.
4.) Dekongestan
Sindrom postnasal drip juga bisa dihentikan dengan mengonsumsi
dekongestan jenis phenylephrine dan pseudoephedrine. Obat batuk yang
mengandung kombinasi antara antihistamin dan dekongestan juga dapat
menjadi pilihan untuk meredakan batuk yang tak kunjung sembuh.
5.) Steroid dan bronkodilator
Apabila batuk kronis disebabkan oleh asma, obat hirup kortikosteroid, seperti
fluticasone dan triamcinolone, atau bronkodilator (albuterol), dapat membantu
meredakan peradangan di saluran napas. Secara efektif kedua jenis obat ini
dapat membuka saluran udara yang menyempit akibat peradangan sehingga
pernapasan berlangsung lebih lancar.
6.) Antibiotik
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri pada penyakit pneumonia dan
tuberkulosis dapat memicu terjadinya batuk parah berkepanjangan. Untuk
menghentikan perkembangan bakteri di paru-paru diperlukan obat berupa
antibiotik.
5. Terapi Farmakologi
1.)
Jika hendak batuk, etika yang tepat adalah segera mengambil tisu untuk menutupi
mulut dan hidung serta segera buang tisu ke tempat sampah agar tidak tersentuh
oleh orang lain. Batuk itu sendiri merupakan refleks yang terkadang sulit
dikontrol. Ada kalanya jika hendak batuk tapi tidak sempat mengambil tisu untuk
menutup mulut dan hidung, Maka batuklah pada bagian dalam lengan atas, jangan
pada telapak tangan. Karena bagian lengan atas merupakan bagian yang jarang
berkontak dengan benda (gagang pintu, alat makan, atau telepon) atau melakukan
sentuhan fisik seperti saat berjabat tangan dengan orang lain.
Mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air mengalir lebih efektif
karena dengan batuan aliran air kuman bisa langsung terlepas dari permukaan
tangan.
Penggunaan masker juga sebaiknya digunakan dengan tepat. Ganti masker secara
berkala atau cuci dengan sabun yang mengandung disinfektan jika menggunakan
bahan masker yang bisa dipergunakan ulang. Hindari menggunakan masker yang
sudah kotor dan lembab karena justru dapat menjadi lingkungan yang kondusif
untuk kuman penyakit berkembang biak