E. Terapi Farmakologi
menjadi tiga kategori transit normal, transit lambat, dan disfungsi dasar panggul, atau
gangguan buang air besar.
C. Patofisiologi
Konstipasi primer atau idiopatik terjadi tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Konstipasi sekunder dapat disebabkan oleh obat-obatan yang menyebabkan
konstipasi, faktor gaya hidup, atau gangguan medis. Sembelit primer dapat dibagi lagi
menjadi tiga kategori - transit normal, transit lambat, dan disfungsi dasar panggul,
atau gangguan buang air besar.
D. Terapi Non-Farmakologi
- Modifikasi Diet
- Operasi
- Biofeedback
- Electrical Stimulation
E. Terapi Farmakologi
4|Page
RESUME BATUK
A. Fisiologi
Batuk adalah mekanisme pertahanan inang. Refleks batuk mencegah masuknya
partikel ke saluran udara bagian bawah. Sel-sel epitel pernapasan ditutupi dengan silia
pemukulan dan lendir. Silia pemukulan mendorong lapisan lendir di atasnya ke atas
menuju laring. Ketika klirens mukosiliar terganggu akibat kerusakan silia (misalnya,
merokok), batuk berfungsi sebagai mekanisme kompensasi untuk membantu
membersihkan bahan aspirasi, sekresi berlebih, dan benda asing (Dipiro 11 th Edition
Hal 165, Chapter e12).
B. Klasifikasi
Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan karakteristik. Berdasarkan durasi,
batuk terbagi menjadi batuk akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu, dan batuk
kronik apabila telah berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Selain batuk akut dan
batuk kronik, terdapat pula istilah batuk kronik berulang yaitu batuk yang
berlangsung selama 2 minggu dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode
dalam 3 bulan berturut-turut dengan/tanpa gejala respiratori atau non-respiratori
lainnya (Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak, 2017).
C. Penyebab Batuk
Batuk akut biasanya merupakan gejala dari infeksi respiratori akut yang sebagian
besar disebabkan oleh virus, yang biasanya akan membaik sesuai dengan selesainya
proses inflamasi. Itu sebabnya penyakit karena virus dan disebut penyakit yang
swasirna (self limiting disease). Penyebab batuk akut berikutnya adalah inhalasi zat-
zat yang iritatif terhadap saluran respiratori misalnya asap rokok, debu dan lain-lain.
Pada orang yang tidak hipersensitif batuk akut akan reda bila rangsangan iritan sudah
tidak ada lagi (Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak, 2017).
5|Page
D. Terapi Non-Farmakologi
Umumnya batuk berdahak dan tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara sebagai
berikut :
1. Memperbanyak minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal. Jangan minum kopi atau soda
2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang
tenggorokan dan udara malam yang dingin
3. Menghentikan kebiasaan merokok
4. Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan, dapat meringankan iritasi tenggorokan
dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan kering (Depkes RI,
1997; Wirjodiarjo, 2006).
E. Terapi Farmakologi
6|Page
2. Dekongestan
Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan
bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga
melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang
termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin ,
pseudoefedrin, dan efedrin.
3. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek
akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya
memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada
beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa
antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin
maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin.
4. Antitusif
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif
diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
5. Ekspektoran
Ekspektoran juga merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan
sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran
sekret (dahak). Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya
gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae.
E. Evaluasi
Hentikan swamedikasi dan konsultasikan segera ke dokter, jika:
Demam masih timbul selama lebih dari 3 hari setelah pengobatan.
Sakit di tenggorokan bertambah parah selama lebih dari 2 hari pengobatan dan
diikuti gejala lain seperti demam, sakit kepala, mual dan muntah.
Batuk tidak membaik setelah 7-14 hari mengkonsumsi obat.
Nyeri otot tidak kunjung hilang atau bertambah parah selama 10 hari (dewasa)
atau 5 hari (anak-anak) pengobatan.