Anda di halaman 1dari 7

1|Page

NAMA : FITRIASTUTI AMALIA


NIM : 1904015034
KELAS : E2

RESUME DIARE (Dipiro 11th Edition Hal 1602, Chapter 53)


A. Definisi
Diare adalah peningkatan frekuensi dan penurunan konsistensi tinja dibandingkan
dengan pola usus normal seseorang. Frekuensi dan konsistensi bervariasi di dalam dan
di antara individu. Diare akut biasanya didefinisikan dengan durasi kurang dari 14
hari, diare persisten dengan durasi lebih dari 14 hari, dan diare kronis dengan durasi
lebih dari 30 hari.
B. Epidemiologi
Sebagian besar kasus diare akut disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau protozoa
dan umumnya self-limited. Meskipun virus lebih sering dikaitkan dengan
gastroenteritis akut, bakteri bertanggung jawab atas lebih banyak kasus diare akut.
Organisme bakteri penyebab umum termasuk Shigella, Salmonella, Campylobacter,
Staphylococcus, dan Escherichia coli.
C. Patofisiologi
Empat mekanisme patofisiologi umum mengganggu keseimbangan air dan elektrolit,
menyebabkan diare, dan menjadi dasar diagnosis dan terapi.
1. Perubahan transpor ion aktif baik dengan penurunan penyerapan natrium atau
peningkatan sekresi klorida;
2. Perubahan motilitas usus;
3. Peningkatan osmolaritas luminal; dan
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
Mekanisme ini telah dikaitkan dengan empat kelompok diare klinis yang luas:
sekretori, osmotik, eksudatif, dan perubahan transit usus.
D. Terapi Non-Farmakologi
Rehidrasi dan pemeliharaan air dan elektrolit adalah tujuan pengobatan utama sampai
episode diare berakhir. Banyak pasien tidak akan mengalami deplesi volume dan oleh
karena itu hanya memerlukan cairan pemeliharaan dan terapi elektrolit. Rute
parenteral dan enteral dapat digunakan untuk memasok air dan elektrolit. Jika
muntah dan dehidrasi tidak parah, pemberian enteral adalah metode yang lebih murah
dan lebih disukai.
2|Page

E. Terapi Farmakologi

RESUME KONSTIPASI (Dipiro 11th Edition Hal 1624, Chapter 53)


A. Definisi
Sembelit dapat didefinisikan lebih lanjut dengan ukuran kuantitatif atau kualitatif.
Pasien lebih sering menggambarkan konstipasi dalam hal gejala atau kombinasi
deskriptor kuantitatif dan kualitatif yang sulit diukur: frekuensi buang air besar,
ukuran atau konsistensi tinja (tinja keras atau menggumpal), mengejan saat buang air
besar, ketidakmampuan buang air besar sesuka hati, dan gejala.
B. Patofisiologi
Konstipasi primer atau idiopatik terjadi tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi,
sedangkan konstipasi sekunder dapat disebabkan oleh obat-obatan yang menyebabkan
konstipasi, faktor gaya hidup, atau gangguan medis. Sembelit primer dapat dibagi lagi
3|Page

menjadi tiga kategori transit normal, transit lambat, dan disfungsi dasar panggul, atau
gangguan buang air besar.
C. Patofisiologi
Konstipasi primer atau idiopatik terjadi tanpa penyebab yang dapat diidentifikasi.
Konstipasi sekunder dapat disebabkan oleh obat-obatan yang menyebabkan
konstipasi, faktor gaya hidup, atau gangguan medis. Sembelit primer dapat dibagi lagi
menjadi tiga kategori - transit normal, transit lambat, dan disfungsi dasar panggul,
atau gangguan buang air besar.
D. Terapi Non-Farmakologi
- Modifikasi Diet
- Operasi
- Biofeedback
- Electrical Stimulation
E. Terapi Farmakologi
4|Page

RESUME BATUK
A. Fisiologi
Batuk adalah mekanisme pertahanan inang. Refleks batuk mencegah masuknya
partikel ke saluran udara bagian bawah. Sel-sel epitel pernapasan ditutupi dengan silia
pemukulan dan lendir. Silia pemukulan mendorong lapisan lendir di atasnya ke atas
menuju laring. Ketika klirens mukosiliar terganggu akibat kerusakan silia (misalnya,
merokok), batuk berfungsi sebagai mekanisme kompensasi untuk membantu
membersihkan bahan aspirasi, sekresi berlebih, dan benda asing (Dipiro 11 th Edition
Hal 165, Chapter e12).
B. Klasifikasi
Batuk dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi dan karakteristik. Berdasarkan durasi,
batuk terbagi menjadi batuk akut bila berlangsung kurang dari 2 minggu, dan batuk
kronik apabila telah berlangsung selama 2 minggu atau lebih. Selain batuk akut dan
batuk kronik, terdapat pula istilah batuk kronik berulang yaitu batuk yang
berlangsung selama 2 minggu dan/atau batuk yang berulang sedikitnya 3 episode
dalam 3 bulan berturut-turut dengan/tanpa gejala respiratori atau non-respiratori
lainnya (Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak, 2017).

C. Penyebab Batuk
Batuk akut biasanya merupakan gejala dari infeksi respiratori akut yang sebagian
besar disebabkan oleh virus, yang biasanya akan membaik sesuai dengan selesainya
proses inflamasi. Itu sebabnya penyakit karena virus dan disebut penyakit yang
swasirna (self limiting disease). Penyebab batuk akut berikutnya adalah inhalasi zat-
zat yang iritatif terhadap saluran respiratori misalnya asap rokok, debu dan lain-lain.
Pada orang yang tidak hipersensitif batuk akut akan reda bila rangsangan iritan sudah
tidak ada lagi (Rekomendasi Diagnosis dan Tata Laksana Batuk pada Anak, 2017).
5|Page

D. Terapi Non-Farmakologi
Umumnya batuk berdahak dan tidak berdahak dapat dikurangi dengan cara sebagai
berikut :
1. Memperbanyak minum air putih, untuk membantu mengencerkan dahak,
mengurangi iritasi atau rasa gatal. Jangan minum kopi atau soda
2. Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang
tenggorokan dan udara malam yang dingin
3. Menghentikan kebiasaan merokok
4. Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan, dapat meringankan iritasi tenggorokan
dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan kering (Depkes RI,
1997; Wirjodiarjo, 2006).
E. Terapi Farmakologi
6|Page

RESUME FLU (https://pionas.pom.go.id/artikel/cerdas-memilih-obat-flu )


A. Definisi
Flu merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus (coronavirus, influenza virus) pada
saluran pernapasan bagian atas. Penularan flu biasanya terjadi melalui kontak dengan
sekret mukosa hidung orang yang terkena flu (dengan memegang tangan atau gagang
pintu atau gagang telepon yang terkena sekret). Pada umumnya infeksi dapat sembuh
dengan sendirinya dengan meningkatkan daya tahan tubuh melalui istirahat yang
cukup, asupan gizi dan banyak minum air.
B. Gejala Flu
1. Sakit tenggorokan yang diikuti oleh hidung tersumbat, berair, bersin dan batuk
2. Menggigil, sakit kepala, lemas, nyeri otot, dan demam ringan
3. Gangguan pada hidung terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 dan batuk (tidak selalu)
muncul pada hari ke-4 atau ke-5
C. Terapi Non-Farmakologi
1. Peningkatan asupan cairan dengan banyak minum air, teh, sari buah. Asupan
cairan dapat mengurangi rasa kering di tenggorokan, mengencerkan dahak dan
membantu menurunkan demam.
2. Istirahat yang cukup.
3. Makan makanan bergizi yaitu makanan dengan kalori dan protein tinggi yang
akan menambah daya tahan tubuh. Makan buah-buahan segar yang banyak
mengandung vitamin.
4. Mandi dengan air hangat dan berkumur dengan air garam.
5. Untuk bayi, dapat dilakukan dengan membersihkan saluran hidung dengan hati-
hati. Pada umumnya, anak dengan usia di bawah 4 tahun tidak dapat
mengeluarkan sekret (ingus) sendiri, oleh karena itu membutuhkan bantuan untuk
membersihkan hidung. Pada bayi, dapat dilakukan irigasi hidung dengan
menggunakan tetes larutan garam isotonik.
D. Terapi Farmakologi
1. Analgesik/antipiretik
Antipiretik merupakan obat yang digunakan untuk menurunkan demam dan biasanya
juga mempunyai efek pereda nyeri (analgesik). Antipiretik/analgesik yang biasa
digunakan dalam pengobatan flu antara lain parasetamol, ibuprofen, dan asetosal.
7|Page

2. Dekongestan
Dekongestan merupakan obat untuk mengurangi hidung tersumbat. Dekongestan
bekerja dengan cara menyempitkan pembuluh darah di daerah hidung sehingga
melegakan hidung tersumbat karena pembengkakan mukosa. Obat-obat yang
termasuk ke dalam dekongestan antara lain fenil propanol amin (PPA), fenilefrin ,
pseudoefedrin, dan efedrin.
3. Antihistamin
Antihistamin merupakan obat yang digunakan untuk mengobati batuk atau pilek
akibat alergi. Obat ini efektif untuk pilek yang disebabkan oleh alergi, namun hanya
memiliki sedikit manfaat untuk mengatasi hidung tersumbat. Oleh karena itu, pada
beberapa produk antihistamin dikombinasikan dengan dekongestan. Beberapa
antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain klorfeniramin
maleat/klorfenon (CTM), prometazin, tripolidin, dan difenhidramin.
4. Antitusif
Antitusif merupakan obat batuk yang bekerja dengan menekan pusat batuk dan
menaikkan ambang rangsang batuk. Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam antitusif
diantaranya adalah dekstrometorfan HBr, noskapin, dan difenhidramin HCl.
5. Ekspektoran
Ekspektoran juga merupakan obat untuk mengatasi batuk dengan meningkatkan
sekresi cairan saluran napas, sehingga mengencerkan dan mempermudah pengeluaran
sekret (dahak). Zat berkhasiat yang termasuk ke dalam ekspektoran diantaranya
gliseril guaiakolat, amonium klorida, bromheksin, succus liquiritiae.
E. Evaluasi
Hentikan swamedikasi dan konsultasikan segera ke dokter, jika:
 Demam masih timbul selama lebih dari 3 hari setelah pengobatan.
 Sakit di tenggorokan bertambah parah selama lebih dari 2 hari pengobatan dan
diikuti gejala lain seperti demam, sakit kepala, mual dan muntah.
 Batuk tidak membaik setelah 7-14 hari mengkonsumsi obat.
 Nyeri otot tidak kunjung hilang atau bertambah parah selama 10 hari (dewasa)
atau 5 hari (anak-anak) pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai