Anda di halaman 1dari 16

1

COMMON COLD

DEFINISI
Common Cold (pilek, selesma) adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan
saluran udara yang besar.
PENYEBAB
Berbagai virus yang berbeda menyebabkan terjadinya common cold:

 Picornavirus (contohnya rhinovirus)


 Virus influenza
 Virus sinsisial pernafasan.
Ketiganya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan
olehpenderita.Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek
pada suatu saat dibandingkan waktu lain. Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau
meningkatkan resiko untuk tertular. Kesehatan penderita secara umum dan kebiasaan makan
seseorang juga tampaknya tidak berpengaruh.
Kelompok yang secara pasti lebih mudah tertular adalah orang-orang yang : – mempunyai
kelainan pada hidung atau tenggorokan (misalnya pembesaran amandel) – kelelahan atau
stres emosional – alergi di hidung atau tenggorokan – wanita pada pertengahan siklus
menstruasi.
GEJALA
Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.
Biasanya gejala awal berupa rasa tidak enak di hidung atau tenggorokan.
Kemudian penderita mulai bersin-bersin, hidung meler dan merasa sakit ringan.
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada saat terjadinya
gejala.

Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada hari-hari pertama jumlahnya
sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya tidak
terlalu banyak.
Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari, meskipun batuk dengan atau tanpa
dahak seringkali berlangsung sampai minggu kedua.

KOMPLIKASI
2

Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:

 Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
 Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asmayang
menetap
 Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.

PENGOBATAN
Penderita diusahakan selalu dalam keadaan hangat dan nyaman, serta diusakahan agar tidak
menularkan penyakitnya kepada orang lain.
Jika terdapat demam atau gejala yang berat, maka penderita harus menjalani tirah baring di
rumah.
Minum banyak cairan akan membantu mengencerkan sekret hidung sehingga lebih mudah
untuk dikeluarkan/dibuang.

Untuk meringankan nyeri atau demam pada anak-anak maupun dewasa, bisa diberikan
asetaminofen atau ibuprofen.

Pada penderita dengan riwayat alergi, pemberian antihistamin bisa membantu mengeringkan
hidung yang meler terus menerus.

Menghirup uap atau kabut dari suatu vaporizer bisa membantu mengencerkan sekret dan
mengurangi sesak di dada.
Mencuci rongga hidung dengan larutan garam isotonik bisa membantu mengeluarkan sekret
yang kental.
Batuk merupakan satu-satunya cara untuk membuang sekret dan debris dari saluran
pernafasan. Oleh karena itu sebaiknya batuk tidak perlu diobati, kecuali jika sangat
mengganggu dan menyebabkan penderita susah tidur.
Jika batuknya hebat, bisa diberikan obat anti batuk.
Antibiotik tidak efektif untuk mengobati common cold, antibiotik hanya diberikan jika terjadi
suatu infeksi bakteri.

PENCEGAHAN
Antibodi yang terbentuk pada saat seseorang terserang pilek akan menurun setelah beberapa
waktu dan virus penyebab pilek jumlahnya sangat banyak, karena itu orang terus terserang
pilek dari waktu ke waktu di sepanjang hidupnya.
3

Belum ditemukan vaksin yang efektif untuk setiap jenis virus pernafasan.
Tindakan pencegahan yang paling baik adalah menjaga kebersihan.
Banyak virus common cold yang ditularkan melalui kontak dengan ludah yang terinfeksi,
karena itu untuk mengurangi penularan sebaiknya sering mencuci tangan, membuang tisu
kotor pada tempatnya serta membersihkan permukaan barang-barang.
Vitamin C dosis tinggi (2000 mg per hari) belum terbukti bisa mengurangi resiko tertular atau
mengurangi jumlah virus yang dikeluarkan oleh seorang penderita.

Penyebab Common Cold dan Cara Mengobatinya

Common cold adalah suatu infeksi atau peradangan kataralis pada mukosa hidung yang
sering menjalar ke tenggorokan hingga sampai ke nasofaring, tonsil, laring, faring sehingga
pada common cold sering juga ditemui adanya tanda dan gejala
dari faringitis akut, tonsilitisakut, laringitis dan bahkan campuran dari ketiga infeksi di atas.

Apa penyebab dari infeksi common cold?

Penyebab dari common cold adalah terutama oleh virus influenza [penyakit influenza adalah
penyakit yang disebut self limiting disease atau penyakit yang dapat sembuh dengan
sendirinya.

Gejala dan tanda penyakit common cold.

Seseorang atau mungkin anda yang menderita common cold umumnya akan menampakkan
gejala dan tanda penyakit sebagai berikut :

 Panas, lesu, nyeri kepala, disfagia atau gangguan rasa nyeri saat menelan.

 Pilek dengan ciri-ciri lendir yang cair.

 Hidung tersumbat dan nyeri otot.

Bagaimana cara mengobati common cold?


4

Secara khusus tidak ada obat yang khusus atau khas untuk mengobati common cold. Namun,
pengobatan secara medis hanya bersifat simptomatik yang artinya mengurangi gejala dan
tanda penyakit sehingga gejala penyakit tidak bertambah berat dan bisa memberikan rasa
kenyamanan pada tubuh pasien serta dengan cara meningkatkan daya tahan tubuh pasien.

Beberapa pengobatan simptomatik yang diberikan oleh dokter antara lain :

 Pemberian obat analgetika yang bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang diderita
pasien.

 Pemberian obat antipiretika yang bertujuan untuk menurunkan panas badan pasien.

 Pemberian obat antihistamin.

 Pemberian obat tetes hidung.

 Pemberian obat roborantia untuk meningkatkan daya tahan tubuh pasien. Misalnya
pemberian multivitamin seperti vitamin B, Vitamin C, dan lain-lain.

 Anjurkan kepada penderita untuk lebih banyak beristirahat [mengistirahatkan tubuh-


penyembuhan alami tubuh]

 Apabila timbul tanda-tanda infeksi maka dokter akan memberikan obat antibiotika.

Demikianla sedikit gambaran tentang salah penyakit penyakit infeksi saluran pernafasan atas
yang disebut common cold yang biasanya disebut dengan influenza atau pilek. Common cold
sebenarnya adalah penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, pengobatan yang
dilakukan oleh dokter secara medis bertujuan untuk mengurangi gejala agar tidak bertambah
5

berat dan meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga tubuh menjadi kuat dan
penyakit sembuh dengan lebih cepat.

"Dok, anak saya batuk grok-grok dan napasnya susah. Saya minta anak saya "diuap"."
"Dok, minta obat untuk batuk dan obat untuk pilek ya. Anak saya sudah seminggu sakit, tapi
belum minum obat."
"Dok, saya minta puyer racikan ya. Sudah berobat ke Puskesmas dan diberi obat sirup, tapi
belum sembuh."

Pernyataan-pernyataan yang kurang lebih bernada di atas beberapa kali disampaikan


kepadaku, langsung oleh orangtua. Dalam hati aku merasa geli, karena mereka sudah
menentukan sendiri terapi untuk anak-anaknya. Dokter diminta dapat memenuhi keinginan
mereka.

Lalu apa diagnosisnya? Selesma atau common cold. Apa lagi? Pertanyaan berikutnya adalah:
- Perlukah terapi inhalasi atau uap untuk mengatasi selesma? Apalagi jika si anak masih
berusia di bawah 1 tahun. Batuknya grok-grok, banyak dahak, dan sukar dikeluarkan.
Tidurnya pun terganggu, terutama di malam hari.
- Perlukah pemberian obat batuk pilek untuk mengurangi atau meredakan gejala-gejala
seperti sudah disebutkan?

Sebuah artikel yang cukup informatif dari American Academy of Family Physician (AAFP)
menjelaskannya di: www.aafp.org/afp/2012/0715/p153.html

Data di Amerika menyatakan obat-obatan pereda gejala batuk-pilek berada di dalam daftar 20
obat tersering yg menyebabkan kematian pd anak balita. Pada tahun 2008, Badan Pengawas
Obat dan Makanan di AS (FDA) menyatakan obat-obatan jenis ini yg dijual bebas (OTC)
dihindari penggunaannya pada anak berusia di bawah 2 tahun. Para produsen farmasi
mengikutinya. Hasilnya adalah: angka kunjungan ke IGD akibat efek samping obat-obatan
jenis ini berkurang. Para produsen lalu melabel ulang OTC untuk obat batuk pilek anak tidak
boleh digunakan untuk anak berusia di bawah 2 tahun.

Bagaimana dengan Indonesia? Belum ada upaya ke sini sepertinya.


6

Tetapi terlepas dari potensi efek samping obat batuk pilek utk anak, sebenarnya adakah
manfaat obat obatan ini dalam membantu penyembuhan common cold?

1. Antihistamin, ditujukan untuk meredakan bersin-bersin dan ingus meler. Antihistamin


lazimnya diberikan untuk menghambat reseptor histamin yang berperan dalam reaksi alergi
(gejala alergi memang bisa berupa bersin dan hidung meler, tetapi common cold disebabkan
oleh infeksi virus, bukan reaksi alergi). Contohnya adalah: klorfeniramin (CTM),
difenhidramin, dan hidroksizin. Satu penelitian yang dimuat di jurnal bergengsi Pediatrics
tahun 2004 menyimpulkan difenhidramin tidak lebih baik dibandingkan dengan plasebo
(pembanding, digunakan dalam penelitian dan tidak memiliki khasiat apapun) dalam
mengurangi batuk di malam hari dan gangguan tidur (akibat common cold) pada anak.
Dua review (ikhtisar berbagai penelitian) dari Cochrane juga menyimpulkan antihistamin
tidak lebih baik dibandingkan dengan plasebo dalam mengatasi batuk.
Perlu diketahui, Cochrane Database adalah meta-analisis yang menempati tingkat kesahihan
tertinggi di dalam penelitian kedokteran.
Lebih lanjut, kita mengetahui CTM mempunyai efek samping mengantuk, yang dapat
merancukan kondisi anak: apakah anak mengantuk karena obat atau karena adanya penyakit
yang membuat penurunan kesadaran? Antihistamin juga berefek samping mengurangi
produksi lendir (sehingga menjadi lebih kental?) dan membuat mulut kering, yang tentunya
menjadikan anak makin tidak nyaman.
Kesimpulannya: antihistamin tidak efektif dalam meredakan gejala common cold.

2. Antitusif, ditujukan untuk menekan refleks batuk, sehingga anak berkurang batuknya.
Contohnya adalah dekstrometorfan (DMP). Satu penelitian, masih dari jurnal yang sama,
menyimpulkan DMP tidak lebih baik dibandingkan plasebo dalam mengurangi gejala batuk
di malam hari yang mengganggu tidur pada anak.
Batuk pada dasarnya adalah upaya tubuh untuk membuang lendir dari saluran napas. Lendir
berisi antara lain virus yang justru memang berusaha dibuang ke luar tubuh. Artinya, batuk
bertujuan baik, karena merupakan mekanisme pertahanan tubuh. Logikanya, upaya untuk
menekan batuk justru berpotensi membahayakan tubuh, karena menghalangi dahak untuk
dibuang keluar. Meskipun demikian, toh penelitian menunjukkan DMP tidak berkhasiat
dalam mengurangi gejala common cold. Obat ini juga mempunyai efek samping mengantuk
dan limbung.
7

3. Dekongestan, ditujukan untuk melegakan hidung tersumbat. Contohnya adalah:


pseudoefedrin, fenilpropanolamin (PPA), dan fenilefrin. Sayangnya dekongestan mempunyai
efek samping penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) yang bisa mengakibatkan
peningkatan tekanan darah, dan dampak lain seperti sakit kepala, jantung berdebar-debar, dan
gangguan irama jantung. Jurnal Pediatrics in Review di tahun 2011 menyatakan tidak ada
bukti yang menyokong efektivitas dekongestan dalam meredakan gejala common cold.
Bahkan pernah dilaporkan adanya kematian akibat penggunaan obat jenis ini.

4. Ekspektoran, ditujukan untuk mengencerkan dahak, misalnya: guaifenesin. Pada orang


dewasa, penelitian yang ada menunjukkan kegagalannya dalam mengurangi gejala batuk.
Penelitian yang menunjukkan efektivitasnya pada anak belum ada.

Lalu apa obat-obatan yang bisa digunakan untuk meredakan gejala batuk-pilek pada anak?

Apa obat yang bisa diberikan untuk mengatasi gejala batuk-pilek pada anak?
Berbagai penelitian telah dilakukan dengan rangkuman sebagai berikut:

- Jurnal AAFP yang pernah saya sebutkan di tulisan pertama membagi beberapa obat yang
dikategorikan "mungkin efektif" dalam mengatasi common cold pada anak. Apa artinya?
Semua jenis terapi ini tidak secara tegas dinyatakan "pasti" efektif. Apa saja macamnya?

- Produk yang dikategorikan suplemen dan alternatif, misalnya:


-- balsam "vapor rub": dapat mengurangi batuk malam hari, tetapi baunya mungkin tidak
disukai anak dan ada risiko alergi kulit pada anak-anak tertentu;
-- zinc sulfate: dapat mengurangi lamanya sakit bila diminum dalam 24 jam pertama sakit,
tetapi penelitian lain tidak menunjukkan manfaatnya, sehingga sampai sekarang tidak
direkomendasikan;
-- madu: beberapa penelitian menunjukkan khasiatnya dalam meredakan batuk, meskipun
Cochrane menunjukkan belum cukup bukti untuk mendukung/menolak penggunaannya
dalam common cold. Madu hanya boleh digunakan pada anak berusia dia atas 1 tahun, karena
risiko botulisnismus pada bayi;
-- Echinacea: Cochrane menyatakan belum cukup data untuk menyatakan efektivitasnya.

- Irigasi nasal atau semprot hidung dengan NaCl. Penggunaannya dapat mengurangi keluhan
8

hidung tersumbat karena ingus kental dan mencairkan ingus. Pada praktiknya anak-anak tidak
suka disemprot hidungnya dan orangtua sulit melakukannya.

- Obat asetilsistein disimpulkan dapat mengurangi batuk setelah enam sampai tujuh hari
penggunaan pada anak di atas 2 tahun, tetapi mempunyai efek samping tersering muntah.

- Obat kortikosteroid hirup: mungkin membantu pada batuk yang disertai mengi, tetapi pada
dosis tinggi.

Sumber lain menyebutkan obat hirup seperti ipratoprium bromida untuk mengurangi produksi
ingus, tetapi terbatas pada anak di atas 5 tahun dan berefek samping mimisan, hidung kering,
dan sakit kepala.

Ada beberapa cara penanganan common cold yang dianggap cukup berperan dalam
meredakan gejala dan dapat digunakan, seperti:

- Pemberian obat pereda demam/nyeri seperti parasetamol dan ibuprofen. Obat-obatan ini
diberikan untuk membuat anak demam dan rewel menjadi lebih nyaman, tetapi dengan dosis
yang tidak melebihi seharusnya. Ibuprofen lebih berisiko mengiritasi lambung dan membuat
muntah. Silakan baca mengenai "fever phobia" akan penggunaan obat penurun panas.

- Melembabkan udara, misalnya dengan cara meletakkan air panas di kamar mandi dan
membuat ruangannya beruap menyerupai sauna, sehingga melakukan "terapi uap" alami.
Meskipun demikian, cara ini juga berisiko menyebabkan cedera anak terkena air panas.

- Minum, minum, dan minum. Banyak minum adalah cara terbaik yang dapat dilakukan
untuk membantu meredakan batuk pilek, karena membuat dahak menjadi lebih encer dan
memudahkan anak menelannya (anak kan belum bisa buang dahak sendiri) dan mencegah
kekurangan cairan akibat demam.

Pada akhirnya cara terbaik adalah melakukan upaya pencegahan, misalnya dengan memakai
masker pada orang dewasa yang sedang batuk-pilek, dan sering-sering mencuci tangan
setelah memegang anak sakit atau sesudah bersin/buang ingus, untuk menghindari
penyebaran virus dari satu anak ke anak lain. Anyway, however, common cold adalah infeksi
9

virus yang akan sembuh dengan sendirinya seiring waktu.

Mayoritas orangtua beralasan anaknya sulit tidur bahkan sesak karena batuknya grok-grok.
Mereka menginginkan anaknya "diuap" untuk mengencerkan lendirnya sehingga sesaknya
berkurang. Benarkah demikian.

Saya kesulitan mencari referensi yg menunjukkan manfaat terapi inhalasi pada common cold.
Bahkan mencari penggunaan terapi inhalasi yg biasa dilakukan di sini saja sulit di jurnal dan
kepustakaan berbahasa Inggris. Mengapa demikian? Karena terapi inhalasi dengan nebulizer
memang tidak masuk dalam standar penatalaksanaan common cold. Inhalasi atau nebulisasi
diberikan pada serangan asma, bukan batuk pilek akibat common cold. Kalapun ada untuk
indikasi lain, yg saya dapatkan adalah pada bronkiolitis (dengan NaCl 3%--masih dlm
penelitian, dan steroid pd kasus dg mengi--tapi bukan terapi standar) dan croup (inhalasi
epinefrin/adrenalin, juga tidak rutin).

Kadang saya sampaikan ke orangtua: "Bu, kalaupun anaknya sekarang diuap dan terlihat
enakan, sampai rumah juga kemungkinan batuk grok-grok lagi. Apakah kemudian anaknya
harus dibawa untuk diinhalasi tiap kali grok-grok? Enggak juga kan?"

Lalu kenapa anak kadang terlihat lebih nyaman setelah diinhalasi? Pengamatan saya,
kebanyakan anak yg diinhalasi menangis, sampai akhirnya muntah, dan menyertakan dahak
di muntahannya. Mungkin mereka menjadi lebih nyaman karena dahaknya terbuang, dengan
cara muntah! Jadi, buat saja anak menangis sampai muntah? Hehe.

Tenang saja, tubuh manusia dilengkapi dengan rambut-rambut halus yg mengalirkan dahak
keluar tubuh, jadi tanpa dimuntahkan pun lendir akan keluar dari saluran napas.

So...sudah jelas ya, selama tidak ada sesak napas, common cold ya aman aman saja.

Batuk Pilek Selesma (Common Cold)


10

Hidung banyak lendir-ingus, sering bersin dan tenggorokan kadang sakit untuk menelan
bahkan muncul batuk yang mengganggu sering dialami oleh sebagian besar anak dari waktu
ke waktu. Batuk pilek (batpil) akut sering disebabkan oleh selesma atau common cold.

Selesma ini berbeda dengan flu (influenza).

Penyebab selesma adalah virus. Terdapat 200 – 250 jenis virus yang berbeda yang bisa
menimbulkan penyakit selesma. Paling sering disebabkan oleh Rhinovirus (di dunia ini
terdapat sekitar 100 jenis Rhinovirus). Virus lain yang menyebabkan selesma adalah
coronavirus, adenovirus dan respiratory syncytial virus (RSV).

Rhinovirus (dan virus-selesma lainnya) mampu menembus lapisan selaput lendir mukosa
yang melindungi saluran pernafasan. Terjadi reaksi sistem pertahanan tubuh melawan invasi
virus tersebut. Efek dari reaksi sistem pertahanan tubuh ini antara lain reaksi peradangan di
hidung yang membuat selaput lendir hidung “membengkak” sehingga hidung terasa
tersumbat dan banyak lendir dihasilkan, radang tenggorokan yang membuat nyeri-
tenggorokan, sakit kepala bahkan terkadang demam.

Penularan penyakit puncaknya pada hari kedua hingga keempat sejak munculnya gejala.
Penyakit ini biasanya menular dalam waktu 1 minggu dan akan bisa menular hingga 3
minggu.

Sumber penularan adalah uap air udara pernafasan (respiratory droplet) penderita-selesma.
Penderita bisa menularkan melalui bersin, batuk, dan sentuhan tangan.
11

Dan droplet (uap air) yang menyemprot akan keluar virus seperti ini:

Penderita biasanya akan memegang hidung, kemudian tangan yang terkontaminasi ini akan
digunakan untuk memegang benda lain. Sehingga orang yang memegang benda-bekas-
dipegang penderita akan tertular.

Faktor risiko: udara yang kering, kepadatan populasi manusia, paparan asap rokok, sumber
infeksi yang tidak menjaga kebersihan dengan baik. Selesma meningkat kejadiannya saat
musim hujan atau jika di negara empat musim disaat musim dingin.

Epidemiologi

Anak-anak akan bisa mengalami selesma sebanyak 6 hingga 10 kali dalam waktu 1 tahun.
Anak yang sudah sekolah atau di tempat penitipan anak bisa mengalami selesma hingga 12
kali dalam 1 tahun.

Anak yang sudah lebih besar bisa mengalami selesma 5 kali dalam satu tahun. Orang dewasa
bisa mengalami 2 – 3 kali selesma dalam satu tahun.

Gejala awal terkadang sensasi gatal di tenggorokan, hidung meler dan sering bersin. Hidung
biasanya “meler” akibat produksi lendir berlebihan dengan lendir-ingus jernih yang akan bisa
menjadi lebih kental, kekuningan atau keabu-abuan atau kehijauan dalam beberapa hari.
12

Gejala mungkin bisa berkembang menjadi nyeri tenggorokan, postnasal drip, batuk, pusing
atau bahkan sakit kepala, demam ringan, capek, nyeri otot dan hilang nafsu makan.

Anak kadang juga batuk. Amati pola, jenis dan karakteristik batuk anak ya.

Selesma bisa disertai demam ringan. Ibu sebaiknya selalu amati pola demam anak.

Secara umum anak biasanya tetap aktif bermain dan mau makan-minum meskipun nafsu
makan menurun dan menjadi tidak selahap biasanya.

Jika anak tidak aktif, tampak lemah, bahkan ketika sedang tidak demam, maka bisa jadi ada
penyebab lain.

Waktu akan menyembuhkan. Meski terasa sakit dan mengganggu, batuk pilek selesma akan
bisa sembuh sendiri. Ibu bisa membantu anak merasa lebih nyaman saat sakit.

Terapi rumahan:

 Pastikan anak minum dengan cukup. Asupan cairan akan membantu anak mengatasi
gangguan selesma ini.
 Sup ayam hangat bisa membantu meredakan gejala selesma pada anak.

 Jaga kelembaban udara. Bisa gunakan humidifier, cool-mist vaporizer atau mandi
berendam air hangat. Ibu bisa juga menciptakan sauna kecil di kamar mandi yang telah
dilengkapi pancuran air hangat, ajak anak “bersauna” selama 15 menit (pastikan ditemani ya,
jangan ditinggal sendirian dan tidak perlu terlalu lama).

 Ibu bisa membuat terapi uap dengan merebus air kemudian meneteskan minyak kayu
putih lalu ditaruh di kamar tidur. Tutup jendela dan pintu juga naikkan suhu AC. Namun,
pastikan air-panas aman letaknya dan jauh dari jangkauan anak.

 Posisikan posisi-tidur anak dengan kepala lebih tinggi akan membuat lebih nyaman
saat anak tidur.
13

 Oleskan petroleum jelly di kulit di bawah hidung bisa membantu meredakan lecet di
kulit dekat hidung penderita.

Obat:

 Obat antivirus untuk selesma belum ada.


 Jika anak demam dan merasa sakit (sakit kepala, nyeri otot, tidak enak badan) maka
ibu bisa memberikan obat pereda gejala seperti obat penurun-demam (parasetamol atau
ibuprofen). Pastikan dosis dan frekuensi pemberian aman serta disesuaikan dengan berat
badan anak.

 Ibu bisa memberikan larutan salin (salin nose drop atau larutan garam) yang
kemudian disedot dengan alat-penyedot-hidung.

 Jangan gunakan aspirin.

 Jangan berikan obat-warung karena bisa berbahaya bagi anak kurang dari 6 tahun.

 Antibiotik bukan obat infeksi virus batuk-pilek selesma tapi untuk infeksi bakteri
(dokter harus memeriksa apakah kasus pada anak murni virus atau terjadi superinfeksi dg
infeksi bakterial sekunder)

Durasi Sakit

Gejala akan muncul dalam 2 – 3 hari setelah paparan dengan sumber infeksi. Sebagian besar
selesma akan sembuh dalam waktu 1 minggu, namun beberapa bisa hingga 2 minggu.

Belum ada vaksin untuk batuk-pilek selesma ini. Kebiasaan hidup yang sehat akan membantu
mencegah selesma.

 Berikan ASI pada bayi dan susui hingga umurnya 2 tahun.


 Istirahat dengan baik, tidur dengan cukup

 Berkumur-kumur dengan air garam (tentu saja bagi anak yang lebih besar, dan
pastikan jangan ditelan ya air garamnya!)

 Minum dengan cukup


14

 Hindari asap rokok

 Cuci tangan dengan sabun

 Tutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk. Virus di droplet akan bisa terbang
hingga lebih dari 3 meter dari penderita.

 Sesendok madu untuk anak di atas 12 bulan bisa juga diberikan.

 Konsumsi yoghurt yang mengandung probiotik bisa membantu mencegah selesma.


(Tentu saja bagi anak yang lebih besar dan tidak ada alergi bahan yoghurt)

 Hindari menggunakan alat makan yang sama dengan penderita.

 Jangan sentuh tisu atau sapu tangan atau handuk milik penderita

 Jangan menyedot ingus di hidung anak dengan menggunakan mulut ya (yang nyedot
akan tertular dan mulut itu sumber bakteri loh).

 Penggunaan suplemen vitamin C, zink atau Echinacea sebagai pencegahan belum


terbukti mampu mencegah tertular virus selesma. Konsultasikan dengan dokter jika ingin
mengkonsumsi suplemen-harian.

 Jauhi minuman yang mengandung kafein karena berisiko dehidrasi akibat sering
berkemih.

 Hindari konsumsi antibiotik tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter.

 Saat di tempat umum bisa juga memakai sarung tangan :D


15

Jika gejala memberat dalam 3 hari ditakutkan anak mengalami radang tenggorokan akibat
infeksi streptococcus (strep throat), sinusitis, pneumonia (radang paru), bronchitis, terutama
jika terdapat faktor risiko merokok.

Jika gejala lebih dari seminggu, sering kambuh atau kambuh dengan paparan sesuatu maka
ibu bisa mengkonsultasikan tentang kemungkinan alergi. Apalagi jika anak mengalami
gangguan pernafasan atau mengi.

Konsultasikan dengan dokter jika gejala memburuk dan anak mengalami salah satu atau lebih
gejala berikut ini:

 Batuk dengan lendir banyak


 Nafas pendek-pendek

 Kesulitan bernafas

 Anak lemah dan tampak lemas tidak seperti biasanya

 Sulit makan dan minum

 Mengeluhkan nyeri kepala, nyeri wajah atau nyeri tenggorokan yang berat

 Sangat sulit menelan akibat nyeri tenggorokan

 Demam 39 derajat celcius atau lebih

 Demam 38 derajat celcius lebih dari satu hari

 Nyeri dada atau nyeri perut

 Pembengkakan kelenjar getah bening di leher

 Nyeri telinga.

Dokter akan melakukan pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut sesuai yang diperlukan
anak.

Komplikasi common cold yang sering terjadi antara lain:

 Bronkitis
16

 Sinusitis

 Radang telinga tengah dan infeksi telinga

 Pneumonia

Pada kasus komplikasi infeksi sekunder bakteri maka dokter baru akan meresepkan
antibiotik. Jika mampu, ibu bisa melakukan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan
penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosis infeksi bakteri.

Demi kebaikan bersama sebaiknya kita menjadi pelopor pemutus-rantai-penularan infeksi


selesma dengan tindakan sederhana berikut ini: tutup batuk/bersin dan cuci tangan dengan
sabun

Anda mungkin juga menyukai