Penyebab ISPA
ISPA disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri di saluran pernapasan. Saluran
pernapasan yang dapat terserang infeksi bisa saluran pernapasan atas atau bawah.
Meski demikian, ISPA paling sering disebabkan oleh infeksi virus dan paling sering
terjadi di saluran pernapasan bagian atas.
Beberapa jenis virus yang sering menyebabkan ISPA adalah:
Rhinovirus
Respiratory syntical viruses (RSVs)
Adenovirus
Parainfluenza virus
Virus influenza
Virus Corona
Sementara itu, beberapa jenis bakteri yang juga bisa menyebabkan ISPA adalah:
Streptococcus
Haemophilus
Staphylococcus aureus
Klebsiella pneumoniae
Mycoplasma pneumoniae
Chlamydia
Penularan virus atau bakteri penyebab ISPA dapat terjadi melalui kontak dengan
percikan air liur orang yang terinfeksi. Virus atau bakteri dalam percikan liur akan
menyebar melalui udara kemudian masuk ke hidung atau mulut orang lain.
Selain kontak langsung dengan percikan liur penderita, virus juga dapat menyebar
melalui sentuhan dengan benda yang terkontaminasi atau berjabat tangan dengan
penderita.
4. Perokok aktif
Perokok lebih berisiko mengalami gangguan fungsi paru dan saluran pernapasan.
Hal ini mengakibatkan perokok juga rentan mengalami ISPA dan cenderung lebih
sulit untuk pulih.
Gejala ISPA
Gejala ISPA berlangsung antara 1–2 minggu. Pada sebagian besar kasus, penderita
gejala akan mereda setelah minggu pertama.
Gejala infeksi saluran pernapasan akut di saluran pernapasan atas dan bawah bisa
berbeda. Pada penderita ISPA yang terjadi di saluran pernapasan atas, gejala yang
dapat timbul adalah:
Batuk
Bersin
Hidung tersumbat
Pilek
Demam
Mudah lelah
Sakit kepala
Nyeri menelan
Mengi
Pembesaran kelenjar getah bening
Sementara itu, gejala ISPA yang terjadi di saluran pernapasan bawah antara lain:
Batuk berdahak
Sesak napas
Demam
Segera bawa anak ke dokter bila ia mengalami ISPA dan disertai dengan gejala
berikut:
Sulit bernapas, yang dapat dilihat dari tulang iga yang nampak jelas saat
bernapas
Muntah-muntah
Malas bermain
Lebih diam daripada biasanya
Napas berbunyi
Diagnosis ISPA
Diagnosis ISPA dilakukan dengan menanyakan gejala dan riwayat kesehatan yang
dialami pasien. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk
pemeriksaan di telinga, hidung, dan tenggorokan, untuk mendeteksi kemungkinan
infeksi.
Dokter juga akan memeriksa suara napas pasien dengan stetoskop, untuk
memantau apakah terjadi penumpukan cairan atau peradangan di paru-paru. Jika
pasien mengalami sesak napas, dokter akan memeriksa kadar (saturasi) oksigen
dalam tubuh dengan alat pulse oxymetry.
Bila ISPA disebabkan oleh virus, dokter tidak akan melakukan pemeriksaan lebih
lanjut, karena dapat sembuh dengan sendirinya setelah beberapa minggu. Meski
begitu, perbaikan atau perburukan gejala perlu tetap dipantau.
Bila dicurigai ISPA disebabkan oleh kuman yang spesifik, dokter akan melakukan
beberapa pemeriksaan berikut:
Pengobatan ISPA
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ISPA paling sering disebabkan oleh
virus. Oleh karena itu, pasien tidak memerlukan pengobatan khusus. Meski begitu,
ada upaya yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah untuk meredakan gejala,
yaitu:
Jika gejala yang dialami tidak membaik, pasien perlu menemui dokter. Dokter dapat
memberikan obat-obatan untuk meredakan gejala, seperti:
Komplikasi ISPA
Jika infeksi terjadi di paru-paru dan tidak ditangani dengan baik, penderita dapat
mengalami komplikasi serius yang dapat berakibat fatal, seperti:
Pencegahan ISPA
Pencegahan utama ISPA adalah dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat. Beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu:
Cuci tangan secara teratur, terutama setelah beraktivitas di tempat umum.
Hindari menyentuh wajah, terutama bagian mulut, hidung, dan mata.
Gunakan sapu tangan atau tisu untuk menutup mulut ketika bersin atau
batuk, agar penyakit tidak menyebar ke orang lain.
Perbanyak konsumsi makanan kaya vitamin, terutama vitamin C, untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Bersihkan rumah dan lingkungan sekitar secara rutin.
Lakukan olahraga secara rutin.
Hentikan kebiasaan merokok.
Dapatkan vaksinasi, baik vaksin MMR, influenza, maupun pneumonia, dan
diskusikan dengan dokter mengenai keperluan, manfaat, dan risiko dari
vaksinasi ini.