Anda di halaman 1dari 41

FARMAKOLOGI

LANJUTAN

PROGRAM STUDI D3
SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI RIAU
YAYASAN UNIV RIAU
2023
1 Pengertian dan patofisiologi Batuk 3 Mekanisme Batuk

2 Klasifikasi Batuk 4 Obat - Obat Batuk


• Batuk dalam bahasa latin disebut "tussis" adalah reflek yang
dapat terjadi secara tiba-tiba dan sering berulang-ulang.
• Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk menjaga
pernapasan dari benda atau zat asing.
• Batuk dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti virus (flu,
bronkitis), bakteri, dan benda asing yang terhirup (alergi).
• Batuk merupakan respon alami dengan meningkatkan
pembersihan sekresi dan partikel dari lendir, iritasi, partikel asing,
dan mikroba, sehingga menjadi mekanisme pertahanan tubuh.
Batuk dapat dipicu secara reflex ataupun disengaja. Sebagai
reflex pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf
aferen dan eferen.

Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan


penutupan glottis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot
melawan glottis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan
positif pada intratoraks yang menyebabkan penyempitan
trakea.
Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara
saluran napas dan udara luar bersama dengan penyempitan
trakea akan menghasilkan aliran udara yang melalui trakea.
Kekuatan eksplosif ini akan “menyapu” secret dan benda
asing yang ada di saluran napas.
Penyebab Batuk

Batuk dapat disebabkan karena dua hal, yaitu penyakit infeksi dan bukan infeksi.

a. Batuk infeksi
Penyebab batuk dari infeksi bisa berupa bakteri atau virus, misalnya tuberkulosa,
influenza, ISPA dan batuk rejan.

b. Batuk bukan infeksi


penyebab yang bukan infeksi misalnya debu, asma, alergi, makanan yang merangsang
tenggorokan dan batuk pada perokok.
2. Klasifikasi Batuk

Berdasarkan Produktivitas

1 Batuk kering/Non Produktif


batuk kering merupakan refleks tubuh untuk mengeluarkan benda
asing tanpa bantuan lendir atau dahak yang dihasilkan sistem
pernapasan.

2 Batuk berdahak/Produktif
disebut juga batuk produktif, adalah batuk yang disertai dengan keluarnya lendir
atau dahak.
2. Klasifikasi Batuk

Berdasarkan Waktu berlangsungnya


Batuk akut
Batuk akut adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu.
Meskipun belum ada studi tentang spectrum dan frekuensi penyebab
batuk akut, pengalaman klinik menunjukkan bahwa penyebab utama
batuk akut adalah infeksi saluran napas atas, seperti sinusitis bakteri
akut, pertusis, rhinitis alergi atau rhinitis karena iritan.
2. Klasifikasi Batuk

Batuk sub akut


Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu, penyebab paling utama adalah batuk pasca
infeksi, sinusitis bakteri atau asma.
Batuk pasca infeksi didefinisikan sebagai batuk yang dimulai bersamaan dengan
ispa yang tidak berkomplikasi dengan pneumonia (dengan rontgen dada
normal),dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan.
2. Klasifikasi Batuk

Batuk kronik
Batuk kronik adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu atau
terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut.
Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh bronchitis, asma, dan
tuberkolosis.
3. Mekanisme batuk
Mekanisme batuk dibagi menjadi 4 fase, yaitu:
1.Fase iritasi
2.Fase inspirasi
3.Fase kompresi
4.Fase ekpirasi/ekspulsi
3. Mekanisme batuk

Proses batuk yang terjadi didahului dengan adanya fase iritasi yang merupakan fase
perangsangan reseptor oleh berbagai rangsangan.

Setelah terjadi iritasi akibat rangsangan pada reseptor kemudian terjadi fase inspirasi
maksimal yang diperlukan untuk mendapatkan volume udara sebanyak-banyaknya
sehingga terjadi peningkatan tekanan intratorakal.

Selanjutnya terjadi fase kompresi atau penutupan glotis yang bertujuan mempertahankan
volume paru pada saat tekanan intratorakal besar. Pada fase ini terjadi kontraksi otot
ekspirasi karena pemendekan otot ekspirasi sehingga intraabdomen juga tinggi.
3. Mekanisme batuk

Kemudian glotis akan terbuka yang menyebabkan terjadinya ekspirasi yang cepat,
singkat, dan kuat sehingga terjadi pembersihan bahan-bahan yang tidak diperlukan
seperti mukus dan lain-lain.

Setelah fase tersebut maka otot respiratorik akan relaksasi yang dapat
berlangsung singkat atau lama tergantung dari jenis batuknya. Apabila diperlukan
batuk kembali maka fase relaksasi berlangsung singkat untuk persiapan batuk
(Supriyanto, 2010).
3. Mekanisme batuk
4. Pengobatan batuk
A. Terapi Non Farmakologi

1. Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan tenggorokan,
jangan minum soda atau kopi.
2. Hentikan kebiasaan merokok
3. Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau berminyak) dan
udara malam.
4. Madu dapat menolong meringankan iritasi tenggorokan dan dapat membantu mencegah
batuk kalau tenggorokan kering atau pedih.
5. Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi hidung yang
kental supaya mudah dikeluarkan. Dapat juga ditambahkan sesendok teh balsam/minyak
atsiri untuk membuka sumbatan saluran pernapasan.
B. Terapi Farmakologi
Pengobatan Simptomatik
Diberikan baik kepada penderita yang tidak dapat ditentukan
penyebab batuknya maupun kepada penderita yang batuknya merupakan
gangguan, tidak berfungsi baik dan potensial dapat menimbulkan
komplikasi.

A. BATUK PRODUKTIF (batuk berdahak)


• Pengeluaran dahak adalah suatu mekanisme mengeluarkan zat asing dan
mikroorganisme dari tenggorokan, oleh sebab itu batuk berdahak tidak
perlu ditekan, kecuali untuk kasus yang berat sehingga menganggu tidur
dan melelahkan pasien atau pada keadaan pasca operasi.
B. Terapi Farmakologi
Pengobatan Batuk Produktif (berdahak)
• Mukolitik : (Mucus= Lendir, Lysis= larut), dapat mengencerkan sekret
saluran pernapasan dengan jalan memecah benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Contoh: asetilsistein,
ambroksol dan bromheksin.
• Ekspektoran (eks=keluar, pectus=dada): Guna mencairkan
dahak yang kental dan mempermudah pengeluarannya lewat
batuk, contoh Amonium Klorida, Guaifenesin/gliceryl
guaiacolat.
• Emollensia: Memperlunak rangsangan batuk dan juga
melicinkan tenggorokan agar tidak mengering. Contoh: Sirop
thymi, succus liquiritiae, minyak permen
Mukolitik
Penggolongan obat batuk berdahak “Mukolitik”

1. Acetylcysteine
• Indikasi : Terapi hipersekresi mukus atau mukolitik (pengencer dahak) dan antidot pada pasien yang
overdosis Paracetamol.
• Kontraindikasi : Hipersensitif. Pasien dengan diabetes atau sedang diet rendah kalori.
• Efek samping : pada penggunaan sistemik: menimbulkan reaksi hipersensitif seperti urtikaria dan
bronkospasme (jarang terjadi). Pada penggunaan aerosol, iritasi nasofaringeal dan saluran cerna
seperti pilek (rinore), stomatitis, mual, muntah.
• Dosis: 1 kapsul atau sachet 3 x/hari
Asetillsistein
Mukolitik
2. Ambroksol
• Indikasi : Mengencerkan batuk berdahak.
• Kontraindikasi : Tidak ada kontraindikasi yang pasti, tetapi sebaiknya menjadi perhatian lebih jika pasien
yang mempunyai masalah tukak saluran cerna. Ambroxol mempunyai efek samping yang berkaitan
dengan saluran pencernaan.
• Efek samping : Reaksi intoleran setelah pemberian ambroksol pernah dilaporkan tetapi jarang; efek
samping yang ringan pada saluran cerna pernah dilaporkan pada beberapa pasien; reaksi alergi
(jarang); reaksi alergi yang ditemukan: reaksi pada kulit, pembengkakan wajah, dispnea, demam; tidak
diketahui efeknya terhadap kemampuan mengendarai atau menjalankan mesin.
Ambroksol
Dosis : Dewasa: kapsul lepas lambat 1 kali sehari 75 mg, sesudah makan.
Dewasa dan anak di atas 12 tahun:1 tablet (30 mg) 2-3 kali sehari; Anak 6-12
tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari.
Sirup tetes (drops): 15 mg/ml drops (1 mL= 20 tetes): Anak s/d 2 tahun: 0,5 mL (10
tetes) 2 kali sehari; Ambroksol drops dapat dicampur bersama dengan sari buah,
susu atau air.
Sirup 15 mg/5 mL (1 sendok takar = 5 mL): Anak usia 6-12 tahun: 2-3 kali sehari 1
sendok takar; 2-6 tahun: 3 kali sehari 1/2 sendok takar; di bawah 2 tahun: 2 kali
sehari 1/2 sendok takar.
Ambroxol
Mukolitik
3. Bromheksin
• Indikasi :
Oral: mukolitik untuk meredakan batuk berdahak.
Injeksi: sekretolitik pada bronkopulmonari akut dan kronik terkait sekresi mukus abnormal
dan gangguan saluran mukus.
• Kontraindikasi : Hipersensitivitas.
• Efek samping : Hipersensitivitas, syok dan reaksi anafilaktik, bronkospasme, mual,
muntah, diare, nyeri perut bagian atas, ruam, angioedema, urtikaria, pruritus.
• Rute Pemberian : Oral
Bromheksin
• Dosis : Oral: diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan).
Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL: Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10
mL sirup 3 kali sehari, anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari, anak 2-
5 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
Mukolitik dan ekspektoran
BISOLVON EXTRA

Bromheksin HCl (mukolitik),


Guaifenesin (ekspektoran)
EKSPEKTORAN
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang
pengeluaran dahak dari saluran pernapasan dengan
mengencerkan dahak sehingga mudah dikeluarkan.

Obat
“Thisiniis bekerja
a quote,melalui
words suatu
fullrefleks dari lambung
of wisdom that
yang menstimulasi batuk.
someone important said and can make the
reader
Sekresi dahak yangget inspired.”
bersifat cair diperbanyak
secara reflektoris atau dengan jalan efek langsung
terhadap sel-sel kelenjar. FAMOUS
—SOMEONE
Obat yang termasuk golongan ini adalah ammonium
klorida dan gliceryl guaiacolat/Guaifenesin.
.
ekspektoran (obat batuk berdahak)

obat batuk hitam (OBH)/ glyseril guaiakolat (GG)


succus liquiritiae Nama dagang : Bisolvon extra; siladex; Actifed Plus
Nama dagang : OBH combiⓇ Expectorant, Benadryl
Indikasi: untuk meredakan batuk dan gejala flu Indikasi: untuk batuk berdahak akibat infeksi, atau
alergi .
Kontraindikasi: hipersensitif dengan salah satu
bahan yang terdapat dalam OBH Combi Batuk Kontraindikasi: reaksi hipersensitivitas, mulai dari
Berdahak. ruam kemerahan hingga reaksi anafilaktik yang
mengancam jiwa.
Efek samping: mengantuk, gangguan
pencernaan ringan. Efek samping: gangguan gastrointestinal, sakit
kepala, dan urtikaria.
Dosis : 3 x 1 sendok makan
Dosis : 200-400 mg setiap 4 jam, max 2400mg/ hari
Amonium klorida adalah salah satu bahan yang digunakan dalam
kandungan obat batuk.

Amonium klorida yang digunakan sebagai campuran dalam obat batuk


memiliki efek ekspektoran.
Efek ini membuat dahak lebih encer dan lebih mudah dikeluarkan.
ekspektoran (obat batuk berdahak)
Amonium klorida

Nama dagang : OBH Molex, Hufadryl Expectorant, Ikadryl DMP, Tropidryl

Indikasi: Pengobatan untuk gejala batuk berdahak atau batuk kering.

Efek samping: gangguan lambung, seperti mual dan muntah karena


sifatnya yang merangsang mukosa.

Dosis: Dewasa : 2 sendok takar (10 ml), 3 – 4 kali sehari.


B. Terapi Farmakologi

BATUK NON PRODUKTIF (batuk kering)


Batuk tidak produktif sering membuat tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan
suara menjadi serak atau hilang. Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan partikel makanan,
bahan iritan, asap rokok.

Jenis Pengobatan:
Antitusif (penekan batuk) yang bekerja sentral: Adalah obat obat yang menhambat
rangsangan batuk pada pusat batuk di medula oblongata juga bekerja di otak: Contoh
Kodein dan dekstrometorfan, digunakan untuk batuk non produktif yang mengganggu
istirahat dan tidur/ tidak dapat digunakan untuk menekan batuk produktif.
Obat-obat ini (Kodein dan dekstrometorfan) merupakan
derivat senyawa opioid, dan memiliki efek samping meliputi
konstipasi dan sedatif.

Perlu diketahui bahwa antitusif sebaiknya tidak digunakan


pada batuk berdahak, karena batuk yang tertahan pada
cabang trakea bronkial dapat mengganggu ventilasi dan bisa
saja meningkatkan kejadian infeksi, misalnya pada penyakit
bronkitis kronis.
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including icons
by Flaticon and infographics & images by Freepik
Penggolongan obat batuk Kering

1. Dekstrometorfan
• Indikasi : Untuk meredakan batuk kering yang disebabkan flu. Obat ini meredakan batuk dengan
cara mempengaruhi sinyal di otak yang memicu refleks batuk.
• Kontraindikasi : Asma, batuk produktif, gangguan fungsi hati, sensitif terhadap dekstrometorfan.
• Efek samping : psikosis (hiperaktif dan halusinasi) pada dosis besar, depresi pernapasan pada
dosis besar.
• Rute Pemberian : Oral
• Dosis : Dewasa 10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam maksimal 120 mg/hari Anak 1
mg/kg bb/hari dalam 3-4 dosis terbagi.
2. Kodein Fosfat
• Indikasi : Batuk kering atau batuk dengan nyeri.
• Kontraindikasi : Batuk berdahak, penyakit hepar, gangguan ventilasi. Penggunaan pada anak-anak 2
tahun ke bawah dapat menyebabkan terjadinya depresi pernapasan, Ibu hamil dan menyusui, alergi
terhadap bahan yang terkandung dalam obat ini.
• Efek samping : Konstipasi, depresi pernafasan pada pasien yang sensitif atau pada dosis besar.
• Rute Pemberian : Oral
• Dosis : Dewasa: 10-20 mg tiap 4-6 jam maksimal 120 mg/hari; jarang diberikan sebagai obat batuk
pada anak-anak. Anak: 6-12 tahun 5-10 mg atau 0,5-1,5 mg/kg bb tiap 4-6 jam maksimal 60 mg/hari;
2-6 tahun 0,5-1 mg/kg bb/hari dalam dosis terbagi tiap 4-6 jam maksimal 30 mg/hari.
Antitusif (obat batuk kering)

Codeine

Nama dagang : codipront; coditam; codikaf

Codipront Kapsul: Tiap kapsul mengandung codeine anhydrate


30 mg dan phenyltoloxamine 10 mg. Obat ini merupakan obat
keras yang harus menggunakan resep dokter.
Dosis Codipront Kapsul
Untuk dewasa dan anak-anak di atas 14 tahun: 1 kapsul, 2 x
sehari, pagi dan sore.

Cara Pemakaian Codipront Kapsul


•Sebaiknya dikonsumsi bersama makanan;
•Telan kapsul utuh-utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan;
•Sebaiknya obat diminum sebelum tidur; Guna mendapatkan efek
optimal, upayakan untuk menggunakannya pada jam yang sama
setiap harinya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai