Anda di halaman 1dari 23

FARMAKOTERAPI

BATUK
D I N I P E R M A T A S A R I , S . FA R M , M . S I . , A P T
BATUK

• Batuk merupakan salah satu mekanisme pertahanan


tubuh
• Infeksi saluran pernafasan dapat menyebabkan batuk
• Batuk terbagi 2
– Produktif: batuk berdahak
– Non-produktif: batuk kering/ tidak berdahak
BATUK ??

Batuk bukanlah merupakan penyakit, mekanisme batuk


timbul oleh karena paru-paru mendapatkan agen
pembawa penyakit masuk ke dalamnya sehingga
menimbulkan batuk untuk mengeluarkan agen tersebut
MEKANISME BATUK
• Reflek batuk melibatkan mekanisme sentral dan perifer

• Pusat batuk di medulla oblongata :


Sentral : medulla oblongata menerima rangsangan dan
mulai terjadinya respon reflek (inspirasi dalam, glottis
tertutup, tekanan dlam paru-paru semakin kuat dan
menghembuskan nafas kuat)
• Perifer : reseptor batuk di faring, laring, trakea atau paru-aru
dapat dirangsang oleh udara, membran mukus kering, atau
sekresi berlebihan.
JENIS BATUK
1. Batuk produktif (batuk berdahak/basah)
2. Batuk non produktif (batuk tidak
berdahak/kering)

Batuk merupakan gejala yang menonjol dari


infeksi saluran pernapasan (influenza, bronkitis,
faringitis, pnemonia), penyakit paru obstruktif
(emfisema, bronkitis kronis), asma, refluks asam
ke kerongkongan (gastroesophageal reflux
disease), sinusitis, postnasal drip, bronkitis,
merokok, tuberkulosis, hipersensitivitas
pneumonia (radang paru-paru dari paparan
bahan kimia lingkungan tertentu), dan bahkan
kanker paru-paru. Oleh karena itu, batuk terus-
menerus atau batuk yang berhubungan dengan
nyeri dada, demam, penurunan berat badan,
atau sputum darah-biruan atau berubah warna
harus dievaluasi oleh dokter.
JENIS BATUK
• Dry
Laryngitis
• Wet
Dry pleurisy
Acute viral diseases
Smoking cough
Bronchitis
Pneumonia
In the beginning of
diseases:
Tuberculosis
Acute bronchitis
Pneumonia
Lung abscess
Tuberculosis
Lung cancer
ANTITUSIVE

• Antitusive menekan batuk dengan menekan


pusat batuk di medulla oblongata atau reseptor
batuk di tenggorokan, trakea atau paru-paru.

• Centrally acting antitussives:


narcotics (eg, codeine, hydrocodone,
noskapine) and non-narcotics (eg,
dextromethorphan).
• Locally acting agents (eg, lozenges, cough
drops) dapat menekan batuk dengan
meningkatkan aliran saliva dfaring.
1.ANTITUSIVE

• Digunakan : untuk batuk non produktif yang


mengganggu istirahat dan tidur.

• Tidak dapat digunakan untuk menekan batuk produktif


karena sekret perlu dikeluarkan. Meskipun antitusive
terus digunakan dan beberapa orang melaporkan efek
menguntungkan, beberapa penelitian menunjukkan
bahwa obat batuk tidak lebih efektif daripada plasebo
pada anak-anak atau dewasa
I) CODEINE

• Codeine= prodrug  metabolized to morphine


• Alkaloid dari tanaman Opium
• Kurang memiliki Sifat adiksi
• Menekan perbapasan
• Has useful antitussive
action at low doses (<15 mg)
• Efek samping ngantuk, sputum mengental
& constipation
II) NOSCAPINE &
PHOLCODEINE
• Biasanya dikombinasi dg papaverine
• Tidak memiliki efek adiksi, analgetik dan konstipasi
• Noscapine (15 mg) & pholcodeine (10 mg)=syrup
III) DEXTROMETHORPHAN

Available in syrup, tablets, spray forms


Mekanisme
Antagonis reseptor NMDA dimana aktivitasnya non
kompetitif cannel bloker
Uses
Batuk kering (menekan batuk) akibat infeksi ringan
tenggorokan & bronchial irritation (accompanies with
flu & cold), pain relief
Efek samping = Nausea, vomiting, drowsiness,
blurred vision
2. EKSPEKTORAN

• Obat ini diberikan secara per oral u/ mencairkan dahak


sehingga mudah dikeluarkan.

• Guafenesin : ekspektoran yang paling umum


digunakan. Obat dalam bentuk tunggal ataupun
kombinasi dengan obat flu, meskipun penelitian tidak
mendukung efektivitas dan banyak yang tidak
merekomendasikan penggunaannya.
PENGGOLONGAN OBAT
EXPECTORANTS
Classified into
a) Directly acting
E.g., Guaifenesin (glyceryl guaiacolate), Na+ &
K+ citrate or acetate,
b) Reflexly acting
E.g., Ammonium salt
i) Na & K sitrat atau asetat
Actions: ▲Bronchial secretion by salt action

ii) Guaifenesin
• Expectorant drug usually taken by mouth
• Available as single & also in combination
Mekanisme =Increase the volume & reduce the viscosity
of secretion in trachea & bronchi
III) REFLEXLY ACTING

Ammonium salts
Gastric irritants  reflexly  bronchial secretions +
sweating
3.MUKOLITIK

• Digunakan u/ mencairkan lendir di saluran pernapasan.


E.g., Bromhexine, Acetyl cysteine,

i) Bromhexine
Synthetic derivative of vasicine (alkaloid= Adhatoda
vasica)
ii) Larutan NaCl dan asetil sistein yang direkomendasikan.
MUCOLYTICS

• Acetylcysteine efektif dalam waktu 1 menit


stelah terhirup dan efek maksimal terjadi
dalam 5-10 menit.

• Oral acetylcysteine umumnya digunakan pada


pengobatan overdosis acetaminophen
MUCOLYTICS

• expectorants like bromhexine or ambroxole may


effectively decrease viscosity of bronchial secretions
AMBROXOL

• Ambroxol terbukti secara sistemik aktif


sebagai mukolitik. Jika diberikan secara per
oral onset of action terjadi sekitar 30
menit.
• Mennguraikan serat mukopolisakrida asam
sehingga dahak lebih encer dan mudah
dikeluarkan dengan batuk
Mekanisme of Bromhexine
a) Thinning & fragmentation of mucopolysaccaride fibers
b) ↑ volume & ↓ viscosity of sputum

ii) Acetylcysteine
Given directly into respiratory tract
MEKANISME
ACETYLCYSTEINE
membentuk disulfide bond of sputum =↓ viscosity
Uses
Cystic fibrosis (to viscosity of sputum)
Onset of action quick---used 2-8 hourly
Adverse effects
Nausea, vomiting, bronchospasm in bronchial asthma
4. ANTIHISTAMINES

Added to antitussives/expectorant formulation


Menyebabkan sedative & anticholinergic
actions pada rangsangan batukbut lack
selectivity for cough centre
No expectorant action =▼secretions
(anticholinergic effect)
• Suitable for allergic cough (not for asthma)

E.g., Chlorpheniramine, diphenhydramine,


promethazine
5. BRONCHODILATORS

Bronchospasm or stimulation of pulmonary


receptors = induce cough + bronchoconstriction
e.g. β2-agonist (salbutamol, terbutaline)

Not used routinely for every type of cough but


only when bronchoconstriction is present

Anda mungkin juga menyukai