Anda di halaman 1dari 53

COLD AND COUGH

SISTEM IMUNITAS DI
SALURAN PERNAPASAN
• Sel alveoli paru adalah tempat yang steril dan sangat penting. Saluran napas akan
menjaga agar sel alveoli terbebas dari mikroorganisme dan berbagai hal/zat yang
dapat merusak. Oleh karena itu, sistem pernapasan memiliki mekanisme pertahanan

untuk membersihkan dan melindungi paru .


• HIDUNG . Hidung merupakan lini pertama pertahanan sistem pernapasan yang
berperan dalam menyaring udara dan mengatur suhu udara yang dihirup. Bersin
merupakan refleks untuk mengeluarkan segala sesuatu yang tidak diinginkan dari
hidung.
• FARING. Di daerah faring dan di sekitar hidung, terdapat sekumpulan kelenjar limfoid
(cincin Waldeyer, tonsil, adenoid dan berbagai kelenjar limfoid lainnya) yang
berfungsi memproduksi sel-sel imunitas.
• LARING DAN TRAKHEA. Di pintu masuk menuju laring terdapat jaringan yang
berbentuk lipatan kecil yang disebut epiglottis yang secara otomatis akan menutup
saat menelan
• SILIA. Silia terletak di permukaan saluran napas. Saluran napas juga dilapisi oleh
mukus yang akan digerakkan dan dikeluarkan oleh silia tersebut (mucocilliary
clearance).
• Silia bergerak lebih dari 1.000 kali per menit, menggerakkan lendir yang melapisi
trakhea sekitar 0,5 sampai 1 cm per menit. Partikel dan patogen yang terperangkap
dalam lapisan mukus ini dikeluarkan ke mulut dan selanjutnya ditelan.
• Karena alveoli merupakan tempat pertukaran gas, maka alveoli tidak dilindungi oleh
mukus dan silia.
• Lalu, apa mekanisme pertahanan di alveoli?
• Sel-sel fagosit! Sel fagosit di alveoli paru disebut makrofag alveoli. Jika paru
mengalami ancaman serius, maka akan ditarik sel darah putih dari peredaran darah,
terutama neutrofil, untuk membantu menyergap dan membunuh patogen
Batuk
• salah satu mekanisme
refleks protektif pada
sistem respirasi untuk
mengeliminasi partikel
asing yang memasuki
saluran respirasi dan
berpotensi menimbulkan
gangguan.
• juga dapat ditimbulkan
karena adanya iritasi
pada mukosa trakea dan
bronkhus
Proses batuk
• Proses batuk terjadi,
dimulai dengan penarikan
nafas yang dalam
kemudian pengeluaran
letupan udara dan
penyumbat melalui mulut.
• dikontrol oleh pusat batuk
pada batang otak setelah
ada rangsang batuk
secara refleks
• Batuk terjadi jika ujung serabut saraf (reseptor batuk) di
saluran napas teriritasi oleh mediator peradangan yang
diproduksi sebagai respons terhadap infeksi atau akibat
adanya lendir.
• Sebagian besar reseptor batuk terletak di laring dan trakhea.
Semakin ke bawah, jumlah reseptor semakin berkurang. Di
saluran napas kecil (bronkhiolus) maupun alveoli tidak ada
reseptor batuk.
• Material dari saluran napas bawah dan alveoli
dipindahkan oleh silia ke saluran napas besar
yang selanjutnya merangsang terjadinya batuk.
Refleks batuk ini menyebabkan dikeluarkannya
material tersebut ke orofaring
Batuk
• refleks batuk atau
gerakan batuk yang terus
menerus dapat terasa
mengganggu, baik
mengganggu pernafasan
normal atau aktivitas
sehari-hari.
• batuk yang terjadi terus
menerus terasa
melelahkan sehingga
perlu ditangani.
Kategori Batuk
• Dilihat dari gejala yang timbul, terdapat
dua kategori batuk, yaitu batuk kering dan
batuk berdahak.
• memerlukan penanganan yang berbeda.
• upaya meredakan batuk untuk kedua jenis
batuk ini masing-masing harus
menggunakan obat dengan mekanisme
kerja yang berbeda pula.
Batuk kering
• refleks batuk yang
tidak disertai dengan
pengeluran mukus
Batuk berdahak
• = batuk produktif
• refleks batuk yang
disertai dengan
produksi mukus
(dahak).
Dahak
• = sputum atau mukus
• dihasilkan oleh sel-sel mukus
pada saluran respirasi.
• karakteristik khas pada
viskositas.
• tingginya viskositas →
menjebak partikel-partikel
asing yang berpotensi
menimbulkan gangguan pada
saluran respirasi.
• proses batuk → mendorong
partikel asing ke esofagus atau
keluar saluran respirasi
Penanganan batuk
• Meskipun batuk merupakan salah satu
mekanisme protekitf atau perlindungan terhadap
adanya partikel asing yang berpotensi
menimbukan gangguan pada saluran respirasi,
akan tetapi apabila terjadi secara berlebihan dan
terus menerus akan terasa mengganggu.
Gangguan :
• gangguan pernafasan normal maupun
• gangguan terhadap aktivitas sehari-hari
akan terasa melelahkan sehingga perlu ditangani.
Penanganan batuk
• Penanganan batuk dilakukan dengan
menggunakan obat yang bekerja dengan
cara :
• menekan refleks batuk,
• memperlancar atau memudahkan
pengeluaran dahak,
• melegakan pernafasan bila terganggu
atau menekan penyebab gangguan
saluran nafas lain.
Obat batuk
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat
batuk dapat dipisahkan menjadi dua
kelompok obat utama untuk penanganan
batuk yaitu :
• penekan batuk atau antitusif dan
• peluruh dahak atau ekspektoran
Masalah
Penggunaan obat dengan mekanisme kerja
yang tidak sesuai dengan mekanisme
patologis batuk dapat berakibat
• tidak efektifnya upaya pengobatan,
• dapat menimbulkan gangguan pada
pernafasan.
antitusiva
Obat-obat yang :
• menghentikan rangsang batuk
• Menurunkan frekuensi dan intensitas
batuk dengan menekan refleks batuk
• Menghambat pusat batuk dalam batang
otak
• Memblokade reseptor sensorik (reseptor
batuk) dalam saluran bronkhus
antitusiva
• Hanya digunakan pada rangsang batuk
kering
• Melalui penghentian refleks batuk tidak
ada bahaya terjadinya bendungan sekret
Contoh antitusiva :

• Kodein • Pentoksiverin
• Dihidrokodein • Butanirat
• Hidrokodon • Okseladin
• Nometadon • Pipazetat
• Klofedanol • Dextromethorphan
Kodein

• Metilmorfin
• Banyak digunakan
• Melalui esterifikasi
gugus hidroksi fenolik
morfin → kerja
analgetika
diperlemah, efek
samping menurun,
efek antitusiva tetap
ada
Kodein
• Menghambat pusat batuk
dalam batang otak
(medulla)
• Pada dosis lazim yang
menekan rangsang batuk
• Hanya sedikit
menghambat pusat
pernafasan
• Adiksi jarang terjadi
• Efek samping : mual,
obstipasi lemah
• Codein tidak dianjurkan
untuk diberikan sebagai
Dextromethorphan
• Memblokade reseptor
sensorik (reseptor
batuk) dalam saluran
bronkhus
DEXTROMETHORPAN
• Struktur DMP ada kesamaan dengan morfin dan
codein tetapi DMP tidak memiliki efek analgesik
dan efek sedatifnya ringan.
• DMP juga menekan batuk melalui peningkatan
ambang batuk secara sentral di medulla.
• Dosis rentang yang aman lebih tinggi dari dosis
codein. DMP diabsorpsi dari saluran cerna dengan
cepat dan efek antitusif nya berlangsung selama 6
jam. Metabolisme dan ekskresinya sama dengan
codein
Ekspektoransia
• Obat yang digunakan untuk tujuan memudahkan
pengeluaran dahak yang berlebihan, sehingga
dirasakan mengganggu, dari saluran nafas
dengan berbagai cara.

Pengelompokkan obat ini menurut cara kerjanya


adalah
• sekretomotorika
• sekretolitika
• mukolitika.
Sekretomotorika
• obat yang dapat menyebabkan gerakan
lendir dahak melalui rangsangan gerak
silia (‘rambut) di saluran nafas.
• β-simpatomimetika, kerja : meningkatkan
motilitas silia
• Minyak atsiri, kerja : meningkatkan
transport sekret
Sekretolitika
• obat yang dapat
meningkatkan sekresi
bronkhi sehingga dahak
yang dihasilkan encer
dan mudah dikeluarkan
• Simplisia yg mengandung
saponin, mis : radix
plygalae
• Senyawa reflektoris, mis:
guaiakol, amonium
klorida
• Penstimulasi skresi
bronkhus, mis: ol. Anisi,
thymi
Mukolitika
• obat yang dapat merubah sifat fisika dari
dahak / lendir, sehingga tidak kental
(encer), dengan demikian mudah untuk
dikeluarkan
• Bromheksin
• Ambroksol
• Asetilsistein
Bromheksin
• menguraikan
mukopolisakarida
(menguraikan serabut
lendir)
Ambroksol
• Metabolit bromheksin
• menurunkan
tegangan permukaan
(menurunkan adhesi
lendir pada epiel
bronkhus)
Asetilsistein
• menurunkan
viskositas lendir
bronkhus
(memutuskan
jembatan disulfida
protein dari molekul
lendir)
COMMON COLD atau SELESMA atau
INFLUENZA
• Common cold adalah penyakit virus dengan gejala dominan
meler, mampet, bersin, nyeri tenggorokan, dan batuk.
Gejala sistemik (nyeri otot, demam) jarang atau ringan.
• Sedangkan influenzae juga infeksi virus dan masa inkubasi
paling singkat adalah 48-72 jam. Gejala biasanya
mendadak, berupa demam yang sering tinggi, nyeri otot,
menggigil, nyeri kepala, anoreksia, sering disertai pilek,
nyeri menelan, dan batuk kering. Gejala dominan bisa
terlokalisir di salah satu tempat di saluran napas, dan
menimbulkan ISPA atas, croup, bronkhiolitis, atau
pneumonia.
PENYEBAB
• Terdapat lebih dari 200 virus penyebab
common cold dan yang tersering
adalah Rhinovirus (khususnya pada
dewasa). Virus influenza terdiri dari 3
tipe yaitu A, B, dan C. Virus influenza
yang sering menimbulkan penyakit
pada manusia adalah tipe A dan B.
GEJALA
• Gejala yang timbul • Saat virus menginfeksi hidung dan
sinus, maka rongga hidung
biasanya diawali dengan memproduksi lendir yang bening.
nyeri atau gatal Lendir ini membantu
tenggorokan, diikuti membersihkan virus dari rongga
hidung dan sinus. Setelah 2 - 3
mampet dan meler pada hari, sel-sel kekebalan tubuh
hari kedua dan ketiga, melawan, sehingga mengubah
dan selanjutnya dapat warna lendir menjadi putih atau
kekuningan .
timbul batuk. Gejala ini
• Saat bakteri yang biasa hidup di
biasanya menetap rongga hidung tumbuh kembali,
selama sekitar satu maka lendir akan berubah warna
minggu, 10% bisa menjadi kehijauan. Hal ini normal
dan tidak berarti membutuhkan
berlangsung sampai dua antibiotik
minggu.
Mengurangi Kongesti Hidung
• 1. Simpatomimetik Kerjanya meniru obat yang
menstimulasi syaraf adrenergik dan simpatetik
postganglion. Termasuk efek stimulasi jantung
dan SSP, konstriksi pembuluh darah kulit dan
membran mukosa, serta dilatasi bronkus.
• Ada 2 jenis obat simpatomimetik,
• (1) bekerja langsung di reseptor adrenergic;
• (2) tidak langsung; melalui pelepasan
norepinefrin dari ujung syaraf. Beberapa obat
misalnya efedrin, bekerja melalui mekanisme
langsung dan tidak langsung.
a. Obat Simpatomimetik Topikal
• Obat simpatomimetik topikal • Efek samping: bila digunakan
mengurangi pembengkakan 2 – 3 hari bisa menyebabkan
mukosa hidung. Contohnya rhinitis medikamentosa (suatu
adalah efedrin fenomena rebound) sehingga
oxymethazoline, fenilefrin, dan justru memperparah kongesti
fenilpropanolamin hidung terlebih pada bayi, oleh
• Tidak dianjurkan diberikan karena itu tidak boleh
kepada anak diberikan pada bayi dan anak
kecil. Fenilefrin bisa
menyebabkan iritasi lokal
sedangkan oxymethazoline
bisa menimbulkan efek
samping SSP (sedasi sampai
dengan eksitasi dan serangan
konfulsif menyerupai kejang).
b. Obat Simpatomimetik Oral
• Pseudoephedrine adalah
stereoisomer efedrin dengan cara
• Pseudoephedrine, kerja serupa tetapi tampaknya
pengaruh terhadap tekanan darah
Fenilefrin, lebih kecil, dan efek sampingnya
Oksimetazolin dan terhadap SSP juga lebih sedikit.
Efek stimulasi SSP Fenilefrin
Fenil Propanol Amin sedikit lebih ringan tetapi dapat
(FPA) menyebabkan meningkatkan tekanan darah.
Fenilpropanolamin (FPA) memiliki
vasokonstriksi mekanisme kerja sebagai
sistemik sehingga simpatomimetik tidak langsung;
selain digunakan sebagai
sirkulasi darah ke dekongestan, FPA juga sering
digunakan sebagai sebagai pil
mukosa hidung akan diet. Strukturnya serupa dengan
berkurang. amfetamin, oleh karena itu obat ini
dapat menimbulkan efek stimulasi
SSP yang kuat.
EFEK SAMPING
• Pada prinsipnya efek samping simpatomimetik
adalah stimulasi adrenergik.
• Pemberian propanolamin pada anak dilaporkan
dapat menimbulkan gangguan psikis seperti
iritabilitas, gangguan tidur, halusinasi, agresivitas,
dan kejang-kejang.
• Dilaporkan pula terjadinya peningkatan hipertensi
yang signifikan.
• Rentang aman pseudoefedrin tampaknya paling
lebar dibandingkan dengan obat golongan
simpatomimetik lainnya.
2. Antihistamin
Antihistamin merupakan tatalaksana utama pada
kasus rhinitis alergi;
Ada antihistamin oral dan antihistamin intranasal,
keduanya tidak dianjurkan untuk anak.
Prometazin dapat menyebabkan agitasi,
halusinasi, reaksi distonia, SIDS dan apnea. Efek
samping tersebut akan lebih berat dan lebih
signifikan pada bayi. Antihistamin generasi kedua,
dianggap tidak menyebabkan sedasi tetapi tidak
terbukti efektif.
3. Antikolinergik
• Pemberian obat ini dapat : (a) • Efek samping antikolinergik oral: rasa
kering di mulut dan mukosa
menurunkan produksi saliva
gastrointestinal, midriasis, cycloplegia,
dan juga menurunkan produksi fotofobia, takikardia, aritmia jantung,
sekret bronkus, hidung, dizziness, rasa ingin berkemih dan
lambung dan usus; (b) konstipasi.
menyebabkan bronkodilatasi.K • Anak lebih berisiko mengalami efek
samping.
omponen ammonium generasi
• Atropin yang termasuk ke dalam
ketiga dan keempat golongan obat ini dapat menyebabkan
(ipratropium) termasuk ke hiperpireksia ketika anak mengalami
dalam golongan obat ini. Pada demam.
penelitian ipratropium • Ipratropium intranasal dapat
intranasal tidak menunjukkan menyebabkan perdarahan mukosa
hidung dan kekeringan pada rongga
manfaat yang signifikan hidung yang menyebabkan terjadinya

iritasi yang cukup berat .


4. Lain-Lain
• Larutan garam intranasal, mungkin
bermanfaat mengencerkan mucus
yang kental. Air hangat, minum air
hangat menimbulkan rasa nyaman dan
sedikit meredakan rasa tak enak di
tenggorokan. Hidrasi juga
mengencerkan mucus sehingga lebih
mudah dibatukkan.
OBAT COMMON COLD
KOMBINASI
Obat kombinasi yang sering diberikan pada batuk
pilek adalah campuran dari antitusif, ekspektoran,
dekongestan oral, antihistamin dan mukolitik.
Obat kombinasi ini tidak memiliki dasar yang
rasional.
Biasanya mengandung obat yang tidak efektif atau
bahkan mengandung komponen yang sifatnya
bertentangan (misalnya ekspektoran dengan
antitusif). Tidak dianjurkan untuk memberikan
kombinasi obat-obatan untuk anak dengan common
cold.

Anda mungkin juga menyukai