Anda di halaman 1dari 111

Modul 2 Blok 13-14

Batuk
Kelompok 2
• Savian Ravi 1010177
• Roy Christian 1010185
• Selvina Christiany Y. 1110072
• Chrisnanda Dharma Gita 1110081
• Josephine Widya Wijaya 1110084
• Maria Monica Limpomo 1110117
• Martin Prima 1110133
• Natasha Setiawan 1110162
• Maria Justitia Parantika 1110171
• Dania Setiawan Nathan 1110178
Tutor : Prof. Susy
Skenario
Seorang pasien laki-laki berumur 50 tahun datang ke klinik
dengan keluhan utama batuk. Batuk sudah berlangsung
lama, yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Batuk memburuk pada
malam hari, sehingga kadang-kadang membuat pasien
terbangun pada saat tidur. Batuknya tidak disertai dahak
dan darah, juga tidak disertai pilek, tetapi pasien merasa
langit-langit mulutnya terasa gatal, sehingga pasien harus
sering berdehem. Pasien menyangkal adanya sesak nafas,
demam, menggigil, berat badan menurun, atau mengalami
infeksi saluran nafas akhir-akhir ini.
RPD : alergi pada musim hujan dan gejala alergi berupa
gatal bila bermain dengan kucing. Tidak pernah ada riwayat
asma atau TB paru atau radang paru lainnya. Pasien juga
kadang-kadang merasa nyeri ulu hati dan gejala ini
meningkat sejak beberapa bulan terakhir. Setahun yang lalu
pasien diketahui menderita hipertensi dan terkontrol sejak 8
bulan terakhir ini setelah minum captopril 12,5 mg 2dd1
tab.
RPK : mantan perokok, berhenti merokok 8 tahun yang lalu,
sebelumnya pasien merokok 2 bungkus rokok kretek sehari
sejak umur 16 tahun.
Usaha berobat : pasien sudah berobat ke dokter keluarga
dan telah dilakukan foto toraks yang diketahui hasilnya
normal, lalu pasien diberi obat batuk campuran antihistamin
dekongestan (Loratadine 5mg, Pseudoephedrine sulfate
120mg tab, dosis 2dd1 tab). Karena selama 2 minggu belum
ada perbaikan, pasien kontrol kembali ke dokter tersebut lalu
diberi sirup OBH (per 5mL mengandung dextromethorphan
HBr 10mg, Pseudoephedrine HCl 30mg, Triprolidine HCl
1.25mg, Codein 5mg, dosis 2dd1). Setelah seminggu
menggunakan OBH, pasien merasa batuknya tidak kunjung
sembuh, malahan pasien merasa ternganggu karena ia
merasa sangat mengantuk saat bekerja setelah
mengkonsumsi obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik
• KU : tampak sakit ringan, compos mentis,
sering berdehem ketika berbicara
TB : 165 cm, BB 65 kg
TD 120/80 mmHg Nadi 80x/menit
Suhu 36,00C Respirasi 22x/menit
Sa O2 96%
• Kepala : normal
• THT : telinga : normal
hidung : mukosaa tampak agak
edema, tidak tampak polyps, septa deviasi
ke kanan
mulut : tonsil normal, tidak tampak
erythema, pada pharynx posterior
tampak sedikit
sekret mukoid jernih
• Leher : tak teraba pembesaran KGB atau
kel.tiroid; JVP tidak meningkat
• Thorax : bentuk simetris, gerakan nafas
simetris ki=ka, sonor, suara nafas vesikuler, tak
terdengar suara nafas tambahan .
Jantung tidak membesar, irama jantung reular, tak
terdengar murmur/gallop.
• Abdomen : tak ada nyeri tekan, H/L tak teraba
• Ekstremitas : tak ada sianosis, clubbing fingers, dan
edema.
Pemeriksaan Laboratorium
• Hb : 12,7 gr%
• Leukosit : 9000/mm3
• Trombosit : 290.000/mm3
• LED : 15 mm/jam
• Diff count : 0/1/0/71/25/3
• GDS : 110 mg/dL
HISTOLOGI
Pars Konduksi
• Fungsi:
– Sarana mengalirnya udara ke dan dari paru-paru
– Menyiapkan udara yang masuk
(disaring,dihangatkan,dan dilembabkan)
Struktur Dinding
• Epitel
• Lamina propia
• Otot polos
• Tunika adventitia
Epitel Saluran Respirasi
• Epitel silindris bertingkat bersilia dengan
banyak sel goblet = EPITEL RESPIRASI
• Terdiri dari 5 tipe sel:
– Sel silindris bersilia
– Sel goblet
– Brush cell
– Sel basal
– Sel granula kecil
Rongga Hidung
• Dibagi 2 oleh septum nasal
• Terdiri dari :
– Fossa vestibularis
– Fossa nasalis  conchae superior,media,inferior
• Organon olfactoris punya epitel silindris bertingkat
dengan 3 macam sel :
1. sel reseptor olfactoris
2. Sel penyokong
3. Sel basal
Sinus Paranasalis
• Epitel respirasi
• Lamina propia sangat tipis,sedikit kelenjar

Nasopharynx
• Epitel respirasi
• Lamina propia terdiri dari kelenjar seromukosa
Larynx
• Saluran yg menghub pharynx & trakea
• Fungsi: meghasilkan suaran krn punya pita suara
Epiglotis
• Pars lingualis,epitel gepeng tak bertanduk
• Pars laryngealis,epitel respirasi
• Tunika mukosa membentuk 2lipatan:
– Sepasang lipatan diatas:plika vokalis palsu
– Sepasang lipatan dibawah: plika vokalis
Trakea
• Rangka:
– bagian depan=cartilago hyalin(bentuk: tapal kuda)
– Belakang=m. Trakealis,gland trakealis
• Pars cartilaginea (cartilago)
• Pars membranacea (otot dan jar. pengikat)
• Histo:
– Tunika mukosa:epitel respirasi,lamina propia= jar. Pengikat
jarang mengandung serabut elastis
– Tunika submukosa: lamina elastika yg berisi serat kolagen,gland
trakealis
– Tunika adventitia:tlg rawan dan jar. Pengikat kolagen
Bronkus
• Bronkus primer :
– Extra pulmonary bronchus (sblm memasuki jar, paru)
– Intra pulmonary bronchus (dlm jar. paru)
• Bronkus sekunder : kanan 3cabang,kiri 2cabang
• Histo:
• Tunika mukosa berkelok-kelok,epitel respirasi,lamina propia
(jar pengikat yg mengandung serabut elatis,kolagen,dan
retikuler), otot polos sirkuler,kelenjar campur
• Tunika submukosa: limfosit dan nodulus limfatikus
Bronkiolus
• Tunika mukosa:berkelok-kelok
• Epitel respirasi,sel goblet sedikit
• Lamina propia tipis,tidak ada cartilago dan
kelenjar campur
Bronkiolus terminalis
• Epitel selapis silindris/kuboid bercilia,tanpa sel
goblet,mengandung clara cell
• Lamina propia = otot polos tipis
Bronchus Respiratorius
• Dilapisi oleh epitel selapis silindiris bersilia
• Semakin ke distal sel epitel makin rendah
menjadi selapis kuboid bersilia tanpa sel
goblet
• Mempunyai clara cell
• Tidak mempunyai kelenjar dan kartilago
• Memiliki jaringan pengikat elastis di bawah
epitel dengan otot polos yang tipis
Ductus Alveolaris
• Dilapisi oleh sel alveolus gepeng
• Sel otot dijumpai pada lamina propria alveolus
• Matriks serat elastin dan retikuler merupakan
penunjang bagi ductus dan alveolusnya
• Ductus alveolaris melanjutkan ke atrium yang
berhubungan dengan saccus alveoli. 1 atrium
terdapat 2 atau lebih saccus
• Banyak ditemukan serat elastis danretikuler di
sekitar muara atrium, saccus dan alveolus
Atrium dan Saccus Alveolaris
1. Atrium:
• Merupakan ujung distal alveolus
• Atrium membuka ductus alveolaris, alveolus
dan saccus alveolaris
2. Saccus Alveolaris:
• Saccus alveolaris membuka ke alveolus dan
atrium saja
Alveolus
• Gelembung berdinding tipis
• Merupakan penonjolan mirip kantung
membuka ke Bronchiolus Respiratorius,
Ductus alveolaris dan Atrium/ Saccus
Alveolaris
• Setiap dinding terletak diantara 2 alveoli yang
bersebelahan (Septum alveolaris/
intraalveolaris)
Septum Intraalveolaris
• Terdiri dari 2 lapis epitel selapis gepeng yang
diantaranya terdapat interstitium
• Struktur pada septa ini dikhususkan untuk
pertukaran gas antara udara dalam lumen
alveoli dan darah dalam kapiler
• Septum intraalveolaris juga memiki blood
brain barrier dan porus alveolaris
Blood Brain Barrier
• O2 dan CO2 akan mengalami pertukaran dan
meliputi beberapa lapisan:
1. Lapisan pulmonary surfactan pada
permukaan alveoli
2. Sitoplasma epitel selapis gepeng
3. Penyatuan lamina basalis sel alveolar tipe 1
dengan sel endotel kapiler
4. Sitoplasma epitel selapis gepeng
Tipe Sel Alveoli
1. Sel Tipe I
• Disebut juga type I alveolar cell/ type I
pneumocyt
• Merupakan sel alveolar gepeng
• Meliputi 97% permukaan alveoli
• Sel ini sangat tipis merupakan gas permeabel
komponen dari blood air barrier
2. Sel Tipe II
• Disebut juga Type II alveolar cell/ type II
pneumocyt
• Merupakan sel alveolar besar
• Meliputi 3% permukaan alveoli
• Bentuk kuboid dengan nukleus bulat
• Sel tipe II ini adalah sel sekretoris
Fisiologi Batuk
Komponen Refleks Batuk
Reseptor :
Telinga
Hidung
Sinus Paranasalis Bronkus
Faring Pleura
Laring Lambung
Trakea Perikardium
Diafragma
Serabut Aferen :
Cabang N.Vagus
N.Trigeminus
N.Glosofaringeus
N.Frenikus
Pusat Batuk :
Tersebar Merata di Medula dekat Pusat
Pernafasan, Dibawah Kontrol Pusat yang
Lebih Tinggi
Serabut Eferen :
N.Vagus
N.Frenikus – Interkostal dan Lumbalis
Saraf – Saraf Trigeminus, Fasialis,
Hipoglosus, dll
Efektor :
Otot Laring, Trakea, Bronkus
Diafragma, Otot Interkostalis, Abdominal,
Otot – Otot Lumbal
Otot – Otot Saluran Nafas Atas dan Otot
Bantuan Nafas
Stimuli yang Menimbulkan Refleks
Batuk :
Mekanik : stimulasi pada reseptor iritan
pada epitel permukaan saluran napas 
oleh : Debu, asap, distorsi saluran
napas, fibrosis paru, atelektasis atau
massa intrabronkial
Capsaicin (Dalam Cabai)  Melalui :
Reseptor TRPV1, HETE, Proton
Bradikinin  Pada : Asma, Infeksi
Virus
Jalan Nafas Menjadi Asam  Pada :
Aspirasi, Infeksi
Perubahan Osmolaritas Cairan
Mukus  Pada : Udara Dingin,
Olahraga
Stimulasi psikogenik : Rangsangan
psikogenik dapat meningkatkan batuk
karena stimulasi mekanis dan inflamasi
Fase Batuk
1. Fase Iritasi
Perangsangan Reseptor Batuk oleh
Berbagai Rangsangan
 Iritasi Pada Salah – Satu Saraf
Sensoris N.Vagus di Laring,
Trakea, Bronkus Besar / Serabut
Afferen Cabang Faring dari
N.Glosofaringeus
 Perangsangan Reseptor Batuk di
: Lapisan Faring, Esofagus,
Rongga Pleura, Saluran Telinga
2. Fase Inspirasi
Glotis secara Refleks terbuka
Akibat kontraksi otot Abduktor
Kartilago Aritenoidea.
Inspirasi terjadi secara cepat dan
dalam hingga udara dengan cepat
dan dalam jumlah besar masuk ke
dalam paru
Volume udara yang diinspirasi
sangat bervariasi jumlahnya,
berkisar antara 200 sampai 3500
ml di atas kapasitas residu
fungsional.
3. Fase Kompresi
Fase ini dimulai dengan
tertutupnya glotis akibat
kontraksi otot adduktor
kartilago aritenoidea, glotis
tertutup selama 0,2 detik.
Pada fase ini tekanan
intratorakal meninggi sampai
300 cmH2O agar terjadi batuk
yang efektif
4. Fase Ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka
secara tiba-tiba akibat
kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah
pengeluaran udara dalam
jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-
benda asing dan bahan-bahan
lain.
Istilah
Anti Histamin : Zat – Zat yang Mampu
Menghalangi Penglepasan / Kerja dari
Histamin  Dengan Jalan : Memblok
Reseptor Histamin
Dekongestan : Agen Simpatomimetik yang
bekerja pada Reseptor Adrenergik dalam
Mukosa Hidung, yang Menyebabkan :
 Vasokontriksi Pembuluh Darah
 Menciutkan Mukosa yang
Membengkak
 Memperbaiki Pernafasan
Polip Hidung : Massa yang Lunak Berwarna
Putih / Keabu – Abuan yang Terdapat di dalam
Rongga Hidung
• Hidung Septa Deviasi Ke Kanan : Suatu
Keadaan, dimana Terjadi Pergeseran Septum
dari Garis Tengah Ke Arah Kanan
Suara Nafas Vesikuler : Suara Nafas Normal
Terdengar : Lembut, halus, seperti angin
sepoi-sepoi
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
Ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Batuk
DEFINISI
• Batuk adalah suatu refleks yang terjadi karena
masuknya benda asing atau rangsangan yang
bersifat iritatif di saluran napas yang mengakibatkan
rongga dada kontraksi secara mendadak, seringkali
berulang, spasmodik, melawan glottis yang
tertutupsehingga tekanannya meninggi & glottis
terbuka mendadak sehingga arus udara mendadak
keluar dengan cepat & membawa keluar benda
asing dari dalam saluran napas dan biasanya
disertai bunyi yang khas.
KLASIFIKASI
• Berdasarkan waktu:
-Batuk akut : berlangsung < 3 mgu.
-Batuk subakut : berlangsung antara 3-8 mgu.
-Batuk kronik : berlangsung > 3 mgu.

• Batuk kering: batuk yg tidak berdahak.


• Batuk produktif: batuk yg berdahak
(dapat bercampur darah (blood streaked sputum)
atau batuk darah (hemoptisis)).
• Batuk rejan (whooping cough)→Bardotella
Pertussis.
• Batuk malam
ETIOLOGI
• Batuk akut:
-pertussis
-acute bacterial sinusitis
-exacerbations of COPD
-allergic rhinitis
-environmental allergical rhinitis
-asthma
-CHF
-pneumonia
ETIOLOGI
• BATUK KRONIK:
-bukan perokok + foto thorax normal (>90%):
-asthma
-GERD
-ACE Inhibitor
-post nasal drip syndrome (PNDS)

-perokok + foto thorax normal / abnormal:


-lung cancer
-chronic bronchitis
-TB
• Penyebab lainnya:
-beta blocker
-cystic fibrosis
-polusi udara
-benda asing di sal.napas
-ansietas
Patofisiologi

Enzim ACE adalah kininase II. Penghambat ACE akan mencegah degradasi
bradikinin sehingga akan meningkatkan kadar zat tersebut pada endotel
vaskuler lokal (saluran napas atau paru-paru).

Proses tersebut melibatkan jalur kalikrein-bradikinin-prostaglandin.

Bradikinin bekerja lokal pada reseptor BK2 di sel endotel dan menstimulasi
produksi nitrit oksida (NO) dan prostaglandin. Prostaglandin sendiri
memiliki efek vasodilator. Dengan demikian, akumulasi bradikinin yang
terus menerus akan menyebabkan angioedema: mukosa tampak agak
edema dan pada faring posterior tampak sedikit sekret mukoid jernih.

Bradikinin juga merangsang kemoreseptor pada saluran napas dan
menimbulkan rasa tergelitik dan gatal. Oleh karena itu, refleks batuk akan
terangsang.

Melalui saraf aferen N. Vagus impuls diteruskan menuju pusat batuk
di otak (nukleus traktus solitarius pada medula batang otak) hingga
akhirnya terkoneksi dengan generator pernapasan pusat (medulla
oblongata).

Setelah itu impuls akan meninggalkan medula melalui saraf eferen N.
Vagus menuju laring dan daerah trakeobronkial.

Melalui saraf motorik phrenicus C3-S2, impuls akan disampaikan
menuju m. intercostalis, dinding abdomen, dan diafragma.

Mula-mula udara akan diinspirasi secara cepat (2,5 L). Epiglotis
menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru-paru. Otot-otot
abdomen berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma. Otot-otot
ekspirasi seperti m. intercostalis internus juga berkontraksi dengan
kuat.

Tekanan dalam paru-paru akan meningkat secara cepat sampai lebih
dari 100 mmHg.

Pada akhirnya, pita suara dan epiglotis tiba-tiba membuka lebar dan
udara bertekanan tinggi dalam paru-paru pun meledak ke luar.

Rasa gatal juga memberikan kecenderungan pada pasien untuk berdeham


sewaktu berbicara.
Deviasi septa pada pasien merupakan suatu deformitas nasal unilateral
yang disebabkan oleh gangguan proses pertumbuhan mesodermal.
Dasar Diagnosis
• Pasien laki2 berumur 50th datang dengan keluhan
batuk
• Sudah 6 bulan yang lalu kronis
• Memburuk pada malam hari  reaksi alergi
terhadap dingin
• Dahak tidak di sertai dahak, darah  bukan TB
• Langit2 nya terasa gatal
• Tidak ada sesak nafas, demam, menggigil, berat
badan turun, dan ISPA  bukan TB, Pneumonia
RPD
• Alergi pada musim hujan dan alergi terhadap
kucing  merangsang medulla,
Hipersensitifitas type 1
• Tidak pernah ada riwayat Asma atau TB, dan
radang paru lain.
• Terkadang nyeri ulu hati  otot2 rectus
kontraksi
• Meminum Captopril  ESO = bradykinin
tinggi,
RPK
• Mantan perokok penimbunan zat kimia,
rusak silia, meningkatkan produksi mukus
Pengobatan
• Diberikan obat anti histamin + dekongestan 
karena masih meminum obat captopril
• Di beri sirup OBH, tidak mengalami perubahan
malah bertambah ngantuk
Pemeriksaan Fisik
• KU : sakit ringan, CM, sering berdehem
TB : 165cm BB : 65 Kg (OW)
TD : 120/80 mmHg Nadi : 80x/m
S : 36.0 C R : 22x/m SO : 96%
• Kepala : DBN
• THT : Hidung : mukosa tampak agak edema, tidak
ada polyp, septa deviasi ke kanan
Mulut : Tonsil normal, tidak eritema, faring
posterior sedikit sekret mukoid jernih
• Leher : DBN
• Thorax : bentuk simetris, gerakan nafas ki=ka,
sonor, VBS, tidak ada suara nafas tambahan
Jantung : DBN
• Abdomen : DBN
• Ext : DBN
LAB
• Hb : 12,7g%
• Leukosit : 9000/mm3
• Trombosit : 290.000/mm3
• LED : 15
• Dif. Count : 0/1/0/71/25/3
• GDS : 110 mg/dl
Pemeriksaan Penunjang
• Chest Radiography
• Spirometri
• Sputum
• Bronchoscopy
• CT Scan
Chest Radiography (Foto Thorax)
• Membantu menunjukkan dan menegaskan
penyebab batuk
• Penting untuk menemukan adanya massa lesi
di intratorakal, kekeruhan di parenkim
pulmonal, diffuse interstitial, atau
parenchymal disease.
Spirometri
• Mengukur secara objektif kapasitas/fungsi
paru.
• Prinsip : mengukur kecepatan perubahan
volume udara paru-paru selama pernafasan
yang dipaksakan (Forced Volume Capacity)
• Nilai FVC dibandngkan dengan nilai normal
dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi
badan, jenis kelamin
Spirometri
• Pengukuran fungsi paru yang dilaporkan :
– Forced vital capacity (FVC)  jumlah udara yang
dapat dikeluarkan secara paksa setelah inspirasi
secara maksimal, satuan liter.
– Forced Expiratory volume in one second (FEV1) 
jumlah udara yang dikeluarkan dalam waktu 1 detik,
satuan liter. FVC dan FEV1 merupakan indikator
 utama fungsi paru.
– FEV1/FVC merupakan rasio FEV1/FVC. (N = 75%-
80%)
Spirometri
• Klasifikasi Gangguan :
– Gangguan restriksi Vital Capacity (VC) < 80%
nilai prediksi; FVC < 80% nilai prediksi
– Gangguan obstruksi  FEV1 < 80% nilai prediksi;
FEV1/FVC < 75% nilai prediksi
– Gangguan restriksi dan obstruksi  FVC < 80%
nilai prediksi; FEV1/FVC < 75% nilai prediksi
Sputum
• Meliputi :
– BTA : Mengidentifikasi basil tahan asampada klien yang
diduga menderita TBC, pemeriksaan ini dilakukan 3 hari
secara berturut-turut.
– Sitologi : Mengidentifikasi adanya sel-sel ganas pada klien
yang dicuroigai kanker paru.
– Kultur dan sensitivitas : Untuk menegakkan diagnosis,
menentukan jenis mikroorganisme, dan menentukan
sensitifitas klien terhadap terapi antibiotik.
– Gram Stain : Untuk mengidentifikasi gram negatif atau
gram positif.
Bronchoscopy
• Merupakan pilihan prosedur untuk melihat
endobronchial tumor, dan mengumpulkan
cytologic/histologic speciment.
• Gambaran Endobronchial granulomas 
sering terlihat pada Sarcoidosis
• Endobronchial Kaposi’s sarcoma  ditemukan
pada pasien AIDS
CT-Scan
• Bisa menegaskan adanya interstitial lung
disease (mengenai jaringan, ruang udara
paru).
• Untuk mendiagnosis specific abnormal
pattern.
• Pilihan prosedur, untuk melihat dilatasi
saluran udara.
Penatalaksanaan – Obat Batuk
Antitusif
• Mengendalikan batuk dengan menekan refleks
batuk
• Untuk batuk yang tidak berdahak
• 2 tipe : narkotik dan non-narkotik
Antitusif narkotik
Codein dan hydrocodone
• Senyawa opioid sbg antitusif (dosis rendah)
• Dosis tinggi : analgetik
• Mekanisme sebagai antitusif belum jelas
Antitusif non-narkotik
Dekstrometrofan
• D-isomer dari codein analog methorphan
• Tidak mempunyai efek analgetik
• Tidak berefek pada reseptor opioid
• MK : menekan pusat batuk di medula
• Onset oral : 30 menit, durasi sampai 6 jam
• Absorpsi cepat melalui GIT, metabolisme di hepar, di
ekskresi melalui urin
• Dosis : 10-20 mg setiap 4 jam (max 120mg/hari)
Mukokinetik
• Mukokinetik adalah golongan obat yang
membantu membersihkan dahak dari saluran
napas. Mukokinetik terdiri dari expectorant
dan Mukolitik.

• Terdiri atas:
– Expectorant
– Mukolitik
Expectorant
• Expectorant bekerja dengan menambahkan
jumlah cairan dalam dahak
• Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya
secara reflex merangsang sekresi kelenjar
saluran napas lewat N.vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah
pengeluaran dahak.
Contoh Expectorant
• Ammonium Klorida
• Gliseril guaiakolat
Ammonium Klorida
• Biasanya digunakan dalam bentuk campuran
dengan ekspektoran lain atau antitusif
• Ammonium klorida dosis besar dapat
menimbulkan asidosis metabolik
• Hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati,
ginjal, dan paru
• Dosis ammonium klorida sebagai ekspektoran
pada orang dewasa ialah 300 mg (5 mL) tiap 2-4
jam.
Gliseril guaiakolat
• Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis
besar:
– Kantuk
– Mual
– Muntah
• Obat ini tersedia dalam bentuk sirop
100mg/5mL
• Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400
mg sehari
Mukolitik
• Mukolitik adalah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein
dan mukopolisakarida dari dahak.

• Contoh Obat:
– Bromheksin
– Ambroksol
–  Asetilsistein
Bromheksin
• Efek samping pemberian oral berupa mual dan
peninggian transaminasi serum
• Bromheksin harus hati-hati digunakan pada
pasien tukak lambung
• Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kali
4-8 mg sehari
• Edukasi pada pasien bahwa rasa obat ini pahit
sekali
Ambroksol
• Ambroksol adalah suatu metabolit
bromheksin
• Diduga sama cara kerja dan penggunaannya
Asetilsistein
• Digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol
• Pemberian langsung ke dalam saluran napas
melalui kateter atau bronksokop memberikan
efek segera.
• Efek samping berupa stomatitis, mual,
muntah, pusing, demam dan menggigil
Cont…
• Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per
oral
• Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-
10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10%
setiap 2-6 jam
• Pemberian langsung ke dalam saluran napas
menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml
setiap jam
ANTIHISTAMIN & DEKONGESTAN
Antihistamin
• Berguna untuk mengobati rinitis alergika akut
• Antihistamin atau penghambat reseptor H1,
bersaing dengan histamin untuk menduduki
reseptor, sehingga menghambat respons
histamin.
• Ada 2 tipe reseptor histamin, yaitu H1 dan H2,
keduanya menyebabkan respons yg berbeda
• Bila H1 dirangsang, otot-otot polos
extravaskular akan berkonstriksi
• Pada perangsangan H2 terjadi peningkatan
sekresi gastrik yang menyebabkan terjadinya
tukak lambung.
• Antihistamin mengurangi sekresi nasofaring
dengan cara menghambat reseptor H1
Farmakodinamik
• Antagonis terhadap histamin
– AH1 mengahambat efek histamin pada pembuluh
darah
– AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin endogen berlebihan
• Otot polos
– AH1 efektif menghambat kerja histamin pada otot
polos usus dan bronkus.
– Bronkokonstriksi akibat histamin dapat dihambat
oleh AH1
• Permeabilitas kapiler
– Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat
histamin dapat dihambat dengan efektif oleh AH1
• Reaksi anakfilaksis dan alergi
– Refrakter terhadap pemberian AH1, karena bukan
histamin saja yang berperan
– Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi
hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya
gejala akibat histamin
• Kelenjar eksokrin
– Perangsangan histamin terhadap sekresi cairan
lambung tidak dapat dihambat oleh AH1
• Antikolinergik
– Dapat timbul efek berupa mulut kering, kesukaran
miksi, dan impotensi
Farmakokinetik
• Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1
diabsobsi secara baik
• Efeknya timbul 15-30 menit setelah
pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam
• Tempat utama biotransformasi AH1 ialah
hepar, dapat juga pada paru-paru dan ginjal
• AH1 diekskresi melalui urine setelah 24 jam,
terutama dalam bentuk metabolitnya
Indikasi
• Untuk pengobatan simptomatik berbagai
penyakit alergi dan mencegah atau mengobati
mabuk perjalanan
Efek samping
• Sedasi
• Nafsu makan berkurang
• Mual
• Muntah
• Keluhan pada epigastrium
• Konstipasi atau diare
Sediaan
• Karbinoksamin 4-8mg (masa kerja 3-4jam)
• Difenhidramin 25-50mg (4-6jam)
• Dimenhidrinat 50mg (4-6jam)
Dekongestan Nasal dan Sistemik
• Agonis alfa adenoreseptor yang mengurangi
ketidaknyamanan pada penderita rinitis
alergika dan mengurangi kongesti yang
berhubungan dengan flu, dengan cara
mengurangi volume mukosa nasal dan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
dalam mukosa hidung
• Dekongestan nasal dapat diberikan dalam
bentuk kapsul atau cairan
• Dekongestan sistemik tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, cairan/sirup, terutama
digunakan untuk rinitis alergika
• Contoh dekongestan sistemik : efedrin,
fenilpropanolamin, fenilefin, dan
pseudoefedrin
• Dekongestan nasal bekerja dengan cepat dan
lebih sedikit menyebabkan efek samping
• Obat yang bekerja sebagai dekongestan nasala
adalah Oksimetazolin dengan masa kerja
panjang
Efek Samping
• Tekanan darah dan kadar glukosa darah dapat
meningkat

Anda mungkin juga menyukai