Batuk
Kelompok 2
• Savian Ravi 1010177
• Roy Christian 1010185
• Selvina Christiany Y. 1110072
• Chrisnanda Dharma Gita 1110081
• Josephine Widya Wijaya 1110084
• Maria Monica Limpomo 1110117
• Martin Prima 1110133
• Natasha Setiawan 1110162
• Maria Justitia Parantika 1110171
• Dania Setiawan Nathan 1110178
Tutor : Prof. Susy
Skenario
Seorang pasien laki-laki berumur 50 tahun datang ke klinik
dengan keluhan utama batuk. Batuk sudah berlangsung
lama, yaitu sejak 6 bulan yang lalu. Batuk memburuk pada
malam hari, sehingga kadang-kadang membuat pasien
terbangun pada saat tidur. Batuknya tidak disertai dahak
dan darah, juga tidak disertai pilek, tetapi pasien merasa
langit-langit mulutnya terasa gatal, sehingga pasien harus
sering berdehem. Pasien menyangkal adanya sesak nafas,
demam, menggigil, berat badan menurun, atau mengalami
infeksi saluran nafas akhir-akhir ini.
RPD : alergi pada musim hujan dan gejala alergi berupa
gatal bila bermain dengan kucing. Tidak pernah ada riwayat
asma atau TB paru atau radang paru lainnya. Pasien juga
kadang-kadang merasa nyeri ulu hati dan gejala ini
meningkat sejak beberapa bulan terakhir. Setahun yang lalu
pasien diketahui menderita hipertensi dan terkontrol sejak 8
bulan terakhir ini setelah minum captopril 12,5 mg 2dd1
tab.
RPK : mantan perokok, berhenti merokok 8 tahun yang lalu,
sebelumnya pasien merokok 2 bungkus rokok kretek sehari
sejak umur 16 tahun.
Usaha berobat : pasien sudah berobat ke dokter keluarga
dan telah dilakukan foto toraks yang diketahui hasilnya
normal, lalu pasien diberi obat batuk campuran antihistamin
dekongestan (Loratadine 5mg, Pseudoephedrine sulfate
120mg tab, dosis 2dd1 tab). Karena selama 2 minggu belum
ada perbaikan, pasien kontrol kembali ke dokter tersebut lalu
diberi sirup OBH (per 5mL mengandung dextromethorphan
HBr 10mg, Pseudoephedrine HCl 30mg, Triprolidine HCl
1.25mg, Codein 5mg, dosis 2dd1). Setelah seminggu
menggunakan OBH, pasien merasa batuknya tidak kunjung
sembuh, malahan pasien merasa ternganggu karena ia
merasa sangat mengantuk saat bekerja setelah
mengkonsumsi obat tersebut.
Pemeriksaan Fisik
• KU : tampak sakit ringan, compos mentis,
sering berdehem ketika berbicara
TB : 165 cm, BB 65 kg
TD 120/80 mmHg Nadi 80x/menit
Suhu 36,00C Respirasi 22x/menit
Sa O2 96%
• Kepala : normal
• THT : telinga : normal
hidung : mukosaa tampak agak
edema, tidak tampak polyps, septa deviasi
ke kanan
mulut : tonsil normal, tidak tampak
erythema, pada pharynx posterior
tampak sedikit
sekret mukoid jernih
• Leher : tak teraba pembesaran KGB atau
kel.tiroid; JVP tidak meningkat
• Thorax : bentuk simetris, gerakan nafas
simetris ki=ka, sonor, suara nafas vesikuler, tak
terdengar suara nafas tambahan .
Jantung tidak membesar, irama jantung reular, tak
terdengar murmur/gallop.
• Abdomen : tak ada nyeri tekan, H/L tak teraba
• Ekstremitas : tak ada sianosis, clubbing fingers, dan
edema.
Pemeriksaan Laboratorium
• Hb : 12,7 gr%
• Leukosit : 9000/mm3
• Trombosit : 290.000/mm3
• LED : 15 mm/jam
• Diff count : 0/1/0/71/25/3
• GDS : 110 mg/dL
HISTOLOGI
Pars Konduksi
• Fungsi:
– Sarana mengalirnya udara ke dan dari paru-paru
– Menyiapkan udara yang masuk
(disaring,dihangatkan,dan dilembabkan)
Struktur Dinding
• Epitel
• Lamina propia
• Otot polos
• Tunika adventitia
Epitel Saluran Respirasi
• Epitel silindris bertingkat bersilia dengan
banyak sel goblet = EPITEL RESPIRASI
• Terdiri dari 5 tipe sel:
– Sel silindris bersilia
– Sel goblet
– Brush cell
– Sel basal
– Sel granula kecil
Rongga Hidung
• Dibagi 2 oleh septum nasal
• Terdiri dari :
– Fossa vestibularis
– Fossa nasalis conchae superior,media,inferior
• Organon olfactoris punya epitel silindris bertingkat
dengan 3 macam sel :
1. sel reseptor olfactoris
2. Sel penyokong
3. Sel basal
Sinus Paranasalis
• Epitel respirasi
• Lamina propia sangat tipis,sedikit kelenjar
Nasopharynx
• Epitel respirasi
• Lamina propia terdiri dari kelenjar seromukosa
Larynx
• Saluran yg menghub pharynx & trakea
• Fungsi: meghasilkan suaran krn punya pita suara
Epiglotis
• Pars lingualis,epitel gepeng tak bertanduk
• Pars laryngealis,epitel respirasi
• Tunika mukosa membentuk 2lipatan:
– Sepasang lipatan diatas:plika vokalis palsu
– Sepasang lipatan dibawah: plika vokalis
Trakea
• Rangka:
– bagian depan=cartilago hyalin(bentuk: tapal kuda)
– Belakang=m. Trakealis,gland trakealis
• Pars cartilaginea (cartilago)
• Pars membranacea (otot dan jar. pengikat)
• Histo:
– Tunika mukosa:epitel respirasi,lamina propia= jar. Pengikat
jarang mengandung serabut elastis
– Tunika submukosa: lamina elastika yg berisi serat kolagen,gland
trakealis
– Tunika adventitia:tlg rawan dan jar. Pengikat kolagen
Bronkus
• Bronkus primer :
– Extra pulmonary bronchus (sblm memasuki jar, paru)
– Intra pulmonary bronchus (dlm jar. paru)
• Bronkus sekunder : kanan 3cabang,kiri 2cabang
• Histo:
• Tunika mukosa berkelok-kelok,epitel respirasi,lamina propia
(jar pengikat yg mengandung serabut elatis,kolagen,dan
retikuler), otot polos sirkuler,kelenjar campur
• Tunika submukosa: limfosit dan nodulus limfatikus
Bronkiolus
• Tunika mukosa:berkelok-kelok
• Epitel respirasi,sel goblet sedikit
• Lamina propia tipis,tidak ada cartilago dan
kelenjar campur
Bronkiolus terminalis
• Epitel selapis silindris/kuboid bercilia,tanpa sel
goblet,mengandung clara cell
• Lamina propia = otot polos tipis
Bronchus Respiratorius
• Dilapisi oleh epitel selapis silindiris bersilia
• Semakin ke distal sel epitel makin rendah
menjadi selapis kuboid bersilia tanpa sel
goblet
• Mempunyai clara cell
• Tidak mempunyai kelenjar dan kartilago
• Memiliki jaringan pengikat elastis di bawah
epitel dengan otot polos yang tipis
Ductus Alveolaris
• Dilapisi oleh sel alveolus gepeng
• Sel otot dijumpai pada lamina propria alveolus
• Matriks serat elastin dan retikuler merupakan
penunjang bagi ductus dan alveolusnya
• Ductus alveolaris melanjutkan ke atrium yang
berhubungan dengan saccus alveoli. 1 atrium
terdapat 2 atau lebih saccus
• Banyak ditemukan serat elastis danretikuler di
sekitar muara atrium, saccus dan alveolus
Atrium dan Saccus Alveolaris
1. Atrium:
• Merupakan ujung distal alveolus
• Atrium membuka ductus alveolaris, alveolus
dan saccus alveolaris
2. Saccus Alveolaris:
• Saccus alveolaris membuka ke alveolus dan
atrium saja
Alveolus
• Gelembung berdinding tipis
• Merupakan penonjolan mirip kantung
membuka ke Bronchiolus Respiratorius,
Ductus alveolaris dan Atrium/ Saccus
Alveolaris
• Setiap dinding terletak diantara 2 alveoli yang
bersebelahan (Septum alveolaris/
intraalveolaris)
Septum Intraalveolaris
• Terdiri dari 2 lapis epitel selapis gepeng yang
diantaranya terdapat interstitium
• Struktur pada septa ini dikhususkan untuk
pertukaran gas antara udara dalam lumen
alveoli dan darah dalam kapiler
• Septum intraalveolaris juga memiki blood
brain barrier dan porus alveolaris
Blood Brain Barrier
• O2 dan CO2 akan mengalami pertukaran dan
meliputi beberapa lapisan:
1. Lapisan pulmonary surfactan pada
permukaan alveoli
2. Sitoplasma epitel selapis gepeng
3. Penyatuan lamina basalis sel alveolar tipe 1
dengan sel endotel kapiler
4. Sitoplasma epitel selapis gepeng
Tipe Sel Alveoli
1. Sel Tipe I
• Disebut juga type I alveolar cell/ type I
pneumocyt
• Merupakan sel alveolar gepeng
• Meliputi 97% permukaan alveoli
• Sel ini sangat tipis merupakan gas permeabel
komponen dari blood air barrier
2. Sel Tipe II
• Disebut juga Type II alveolar cell/ type II
pneumocyt
• Merupakan sel alveolar besar
• Meliputi 3% permukaan alveoli
• Bentuk kuboid dengan nukleus bulat
• Sel tipe II ini adalah sel sekretoris
Fisiologi Batuk
Komponen Refleks Batuk
Reseptor :
Telinga
Hidung
Sinus Paranasalis Bronkus
Faring Pleura
Laring Lambung
Trakea Perikardium
Diafragma
Serabut Aferen :
Cabang N.Vagus
N.Trigeminus
N.Glosofaringeus
N.Frenikus
Pusat Batuk :
Tersebar Merata di Medula dekat Pusat
Pernafasan, Dibawah Kontrol Pusat yang
Lebih Tinggi
Serabut Eferen :
N.Vagus
N.Frenikus – Interkostal dan Lumbalis
Saraf – Saraf Trigeminus, Fasialis,
Hipoglosus, dll
Efektor :
Otot Laring, Trakea, Bronkus
Diafragma, Otot Interkostalis, Abdominal,
Otot – Otot Lumbal
Otot – Otot Saluran Nafas Atas dan Otot
Bantuan Nafas
Stimuli yang Menimbulkan Refleks
Batuk :
Mekanik : stimulasi pada reseptor iritan
pada epitel permukaan saluran napas
oleh : Debu, asap, distorsi saluran
napas, fibrosis paru, atelektasis atau
massa intrabronkial
Capsaicin (Dalam Cabai) Melalui :
Reseptor TRPV1, HETE, Proton
Bradikinin Pada : Asma, Infeksi
Virus
Jalan Nafas Menjadi Asam Pada :
Aspirasi, Infeksi
Perubahan Osmolaritas Cairan
Mukus Pada : Udara Dingin,
Olahraga
Stimulasi psikogenik : Rangsangan
psikogenik dapat meningkatkan batuk
karena stimulasi mekanis dan inflamasi
Fase Batuk
1. Fase Iritasi
Perangsangan Reseptor Batuk oleh
Berbagai Rangsangan
Iritasi Pada Salah – Satu Saraf
Sensoris N.Vagus di Laring,
Trakea, Bronkus Besar / Serabut
Afferen Cabang Faring dari
N.Glosofaringeus
Perangsangan Reseptor Batuk di
: Lapisan Faring, Esofagus,
Rongga Pleura, Saluran Telinga
2. Fase Inspirasi
Glotis secara Refleks terbuka
Akibat kontraksi otot Abduktor
Kartilago Aritenoidea.
Inspirasi terjadi secara cepat dan
dalam hingga udara dengan cepat
dan dalam jumlah besar masuk ke
dalam paru
Volume udara yang diinspirasi
sangat bervariasi jumlahnya,
berkisar antara 200 sampai 3500
ml di atas kapasitas residu
fungsional.
3. Fase Kompresi
Fase ini dimulai dengan
tertutupnya glotis akibat
kontraksi otot adduktor
kartilago aritenoidea, glotis
tertutup selama 0,2 detik.
Pada fase ini tekanan
intratorakal meninggi sampai
300 cmH2O agar terjadi batuk
yang efektif
4. Fase Ekspirasi
Pada fase ini glotis terbuka
secara tiba-tiba akibat
kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah
pengeluaran udara dalam
jumlah besar dengan
kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-
benda asing dan bahan-bahan
lain.
Istilah
Anti Histamin : Zat – Zat yang Mampu
Menghalangi Penglepasan / Kerja dari
Histamin Dengan Jalan : Memblok
Reseptor Histamin
Dekongestan : Agen Simpatomimetik yang
bekerja pada Reseptor Adrenergik dalam
Mukosa Hidung, yang Menyebabkan :
Vasokontriksi Pembuluh Darah
Menciutkan Mukosa yang
Membengkak
Memperbaiki Pernafasan
Polip Hidung : Massa yang Lunak Berwarna
Putih / Keabu – Abuan yang Terdapat di dalam
Rongga Hidung
• Hidung Septa Deviasi Ke Kanan : Suatu
Keadaan, dimana Terjadi Pergeseran Septum
dari Garis Tengah Ke Arah Kanan
Suara Nafas Vesikuler : Suara Nafas Normal
Terdengar : Lembut, halus, seperti angin
sepoi-sepoi
Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
Ekspirasi terdengar seperti tiupan.
Batuk
DEFINISI
• Batuk adalah suatu refleks yang terjadi karena
masuknya benda asing atau rangsangan yang
bersifat iritatif di saluran napas yang mengakibatkan
rongga dada kontraksi secara mendadak, seringkali
berulang, spasmodik, melawan glottis yang
tertutupsehingga tekanannya meninggi & glottis
terbuka mendadak sehingga arus udara mendadak
keluar dengan cepat & membawa keluar benda
asing dari dalam saluran napas dan biasanya
disertai bunyi yang khas.
KLASIFIKASI
• Berdasarkan waktu:
-Batuk akut : berlangsung < 3 mgu.
-Batuk subakut : berlangsung antara 3-8 mgu.
-Batuk kronik : berlangsung > 3 mgu.
• Terdiri atas:
– Expectorant
– Mukolitik
Expectorant
• Expectorant bekerja dengan menambahkan
jumlah cairan dalam dahak
• Mekanisme kerjanya diduga berdasarkan
stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya
secara reflex merangsang sekresi kelenjar
saluran napas lewat N.vagus, sehingga
menurunkan viskositas dan mempermudah
pengeluaran dahak.
Contoh Expectorant
• Ammonium Klorida
• Gliseril guaiakolat
Ammonium Klorida
• Biasanya digunakan dalam bentuk campuran
dengan ekspektoran lain atau antitusif
• Ammonium klorida dosis besar dapat
menimbulkan asidosis metabolik
• Hati-hati pada pasien dengan insufisiensi hati,
ginjal, dan paru
• Dosis ammonium klorida sebagai ekspektoran
pada orang dewasa ialah 300 mg (5 mL) tiap 2-4
jam.
Gliseril guaiakolat
• Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis
besar:
– Kantuk
– Mual
– Muntah
• Obat ini tersedia dalam bentuk sirop
100mg/5mL
• Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400
mg sehari
Mukolitik
• Mukolitik adalah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan
jalan memecah benang-benang mukoprotein
dan mukopolisakarida dari dahak.
• Contoh Obat:
– Bromheksin
– Ambroksol
– Asetilsistein
Bromheksin
• Efek samping pemberian oral berupa mual dan
peninggian transaminasi serum
• Bromheksin harus hati-hati digunakan pada
pasien tukak lambung
• Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kali
4-8 mg sehari
• Edukasi pada pasien bahwa rasa obat ini pahit
sekali
Ambroksol
• Ambroksol adalah suatu metabolit
bromheksin
• Diduga sama cara kerja dan penggunaannya
Asetilsistein
• Digunakan dalam bentuk larutan atau aerosol
• Pemberian langsung ke dalam saluran napas
melalui kateter atau bronksokop memberikan
efek segera.
• Efek samping berupa stomatitis, mual,
muntah, pusing, demam dan menggigil
Cont…
• Dosis yang efektif ialah 200 mg, 2-3 kali per
oral
• Pemberian secara inhalasi dosisnya adalah 1-
10 ml larutan 20% atau 2-20 ml larutan 10%
setiap 2-6 jam
• Pemberian langsung ke dalam saluran napas
menggunakan larutan 10-20% sebanyak 1-2 ml
setiap jam
ANTIHISTAMIN & DEKONGESTAN
Antihistamin
• Berguna untuk mengobati rinitis alergika akut
• Antihistamin atau penghambat reseptor H1,
bersaing dengan histamin untuk menduduki
reseptor, sehingga menghambat respons
histamin.
• Ada 2 tipe reseptor histamin, yaitu H1 dan H2,
keduanya menyebabkan respons yg berbeda
• Bila H1 dirangsang, otot-otot polos
extravaskular akan berkonstriksi
• Pada perangsangan H2 terjadi peningkatan
sekresi gastrik yang menyebabkan terjadinya
tukak lambung.
• Antihistamin mengurangi sekresi nasofaring
dengan cara menghambat reseptor H1
Farmakodinamik
• Antagonis terhadap histamin
– AH1 mengahambat efek histamin pada pembuluh
darah
– AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi
hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin endogen berlebihan
• Otot polos
– AH1 efektif menghambat kerja histamin pada otot
polos usus dan bronkus.
– Bronkokonstriksi akibat histamin dapat dihambat
oleh AH1
• Permeabilitas kapiler
– Peninggian permeabilitas kapiler dan edema akibat
histamin dapat dihambat dengan efektif oleh AH1
• Reaksi anakfilaksis dan alergi
– Refrakter terhadap pemberian AH1, karena bukan
histamin saja yang berperan
– Efektivitas AH1 melawan beratnya reaksi
hipersensitivitas berbeda-beda, tergantung beratnya
gejala akibat histamin
• Kelenjar eksokrin
– Perangsangan histamin terhadap sekresi cairan
lambung tidak dapat dihambat oleh AH1
• Antikolinergik
– Dapat timbul efek berupa mulut kering, kesukaran
miksi, dan impotensi
Farmakokinetik
• Setelah pemberian oral atau parenteral, AH1
diabsobsi secara baik
• Efeknya timbul 15-30 menit setelah
pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam
• Tempat utama biotransformasi AH1 ialah
hepar, dapat juga pada paru-paru dan ginjal
• AH1 diekskresi melalui urine setelah 24 jam,
terutama dalam bentuk metabolitnya
Indikasi
• Untuk pengobatan simptomatik berbagai
penyakit alergi dan mencegah atau mengobati
mabuk perjalanan
Efek samping
• Sedasi
• Nafsu makan berkurang
• Mual
• Muntah
• Keluhan pada epigastrium
• Konstipasi atau diare
Sediaan
• Karbinoksamin 4-8mg (masa kerja 3-4jam)
• Difenhidramin 25-50mg (4-6jam)
• Dimenhidrinat 50mg (4-6jam)
Dekongestan Nasal dan Sistemik
• Agonis alfa adenoreseptor yang mengurangi
ketidaknyamanan pada penderita rinitis
alergika dan mengurangi kongesti yang
berhubungan dengan flu, dengan cara
mengurangi volume mukosa nasal dan
menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah
dalam mukosa hidung
• Dekongestan nasal dapat diberikan dalam
bentuk kapsul atau cairan
• Dekongestan sistemik tersedia dalam bentuk
tablet, kapsul, cairan/sirup, terutama
digunakan untuk rinitis alergika
• Contoh dekongestan sistemik : efedrin,
fenilpropanolamin, fenilefin, dan
pseudoefedrin
• Dekongestan nasal bekerja dengan cepat dan
lebih sedikit menyebabkan efek samping
• Obat yang bekerja sebagai dekongestan nasala
adalah Oksimetazolin dengan masa kerja
panjang
Efek Samping
• Tekanan darah dan kadar glukosa darah dapat
meningkat